YUSTI RANDI
NPM : 15.11.1001.3443.189
PENDAHULUAN
Jika sebuah perusahaan tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang
tinggi, hal ini tidak hanya akan berdampak pada konsumen namun juga akan
berdampak pada perusahaan. Beberapa dampak yang timbul pada konsumen adalah
seperti ketidakpuasan, kekecewaan, bahkan masalah kesehatan dapat terjadi jika
perusahaan tersebut memproduksi makanan dan minuman. Jika hal ini terjadi pada
konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan kepercayaan konsumen
pada perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Untuk lebih memahami mengenai standarisasi, maka dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai definisi standarisasi, kelebihan dan juga kekurangan standarisasi.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi standarisasi
Untuk mengetahui kelebihan penggunaan standarisasi
Untuk mengetahui kekurangan standarisasi
Untuk mengetahui contoh penerapan standarisasi
Untuk mengetahui analisis studi kasus penerapan standarisasi
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya yang
ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan
maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat
mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum
oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada. Misalnya jika seluruh
dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda,
maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing-masing pipa
tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap
produsen pipa dan kran air boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memperhatikan
ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.
· Rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan
perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan
sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas
dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas
perencanaan tujuan.
· Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah-
demi-langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter
pemesinan, set-up instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas. Fabrikasi dan perakitan
untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari gambar teknik untuk
menentukan bagian).
ISO merupakan organisasi non pemerintah yang menjembatani sektor publik dan
swasta. Dalam arti sektor publik karena banyak lembaga anggota merupakan badan
pemerintah atau badan yang diberi kuasa oleh pemerintah. Di segi lain, anggota lain
berakar pada sektor swasta yang didirikan oleh asosiasi industri. Maka ISO
memungkinkan tercapainya konsensus untuk memenuhi permintaan bisnis dan bidang
masyarakat yang lebih luas,
Selain itu, pedoman standarisasi yang sering digunakan oleh perusahaan adalah
SNI. Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan dokumen standar teknis yang
disusun oleh perwakilan produsen, konsumen, regulator, akademisi, praktisi, asosiasi,
dan lain-lainnya yang diwakili oleh Komite Teknis, sehingga standar ini dapat digunakan
untuk menilai dan menguji suatu produk yang dimilki oelh pelaku usaha atau pemilki
merek dagang. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari
penerapan SNI suatu produk, yaitu:
1. Pihak Produsen
2. Pihak Konsumen
3. Pihak Pemerintah
Adanya SNI menyebabkan beberapa dampak positif bagi pemerintah seperti,
membuat pasar di dalam negeri memilki mekanisme perlindungan dari serbuan barang-
barang asing yang tidak diketahui kualitasnya, tumbunya dinamika ekonomi baru, dan
tumbuhnya banyak lembaga sertifikasi produk untuk menilai dan menguji suatu produk.
2. Ketergantungan pada pabrik tertentu, dalam hal ini tidak banyak produsen suku
cadang atau peralatan yang spesifikasi barangnya sesuai dengan standarisasi
produk yang dibutuhkan, sehingga apabila terjadi kenaikan harga tidak mudah
untuk mencari produsen lain.
3. Proses standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli dan waktu yang tepat
untuk memenuhi kriteria yang pas untuk suatu produk.
Openess (Keterbukaan)
Terbuka bagi semua stakeholder yang berkepentingan dan dapat berpartisipasi
dalam pengembangan SNI.
Transparency (Transparansi)
Coherence
2. MS (Malaysian Standard)
Studi kasus yang diambil pada makalah ini adalah studi kasus mengenai
standarisasi dan pengendalian mutu bumbu penyedap rasa PT. Unilever Indonesia.
Standarisasi yang digunakan adalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
mengenai bahan makanan. Standarisasi ini kemudian dilakukan dengan pengujian
terhadap mutu produk berdasarkan uji mutu organoleptik. Uji organoleptik adalah uji
yang dilakukan untuk menilai suatu produk dengan indera manusia sebagai alat ukur
(Meilgaard et al, 1999). Menurut Poste et al. (1991) secara garis besar, uji organoleptik
terbagi menjadi uji pembedaan (difference test), uji deskripsi(descriptive test) dan uji
afektif (affective test).
Muñoz et al. (1992) diacu dalam Muñoz (2002) menjelaskan bahwa ada
beberapa metode uji organoleptik yang dapat digunakan dalam program pengawasan
mutu. Metode uji ini meliputi analisa deskripsi yang disederhanakan (reduced
descriptive analysis), beda dari kontrol (difference from control), rating mutu, dan
metode .masuk/keluar. (.in/out.).
Dalam praktik industri bumbu pelezat serbaguna terdapat tiga indikator kritis
terhadap konsistensi mutu organoleptic produk bumbu pelezat serbaguna bagi para
pengguna akhir produk tersebut. Ketiga indikator kritis tersebut adalah flavor, warna,
dan kadar garam. Flavor adalah karakter dari semua bahan yang dimasukkan ke dalam
mulut dan dirasakan oleh indera perasa dan pencium, serta oleh reseptor sakit dan
perasa di dalam mulut sebagaimana yang diterima dan diinterpretasikan oleh otak.
Flavor termasuk dalam sifat organoleptik bumbu pelezat serbaguna yang tidak dapat
diukur oleh alat pengukur selain indera manusia. Begitu pula halnya warna, tetapi
warna dapat pula diukur secara objektif, misalnya dengan colorimeter. Warna adalah
karakteristik pertama yang diterima oleh konsumen dan sangat diperlukan dalam
mengidentifikasi dan menerima suatu produk pangan. Warna suatu bahan pangan
seringkali dikaitkan dengan jenis bahan baku suatu produk pangan, tingkat
kematangan, bahkan persepsi flavor. Walaupun kadar garam tidak diukur secara
organoleptik, rasa asin yang dihasilkan oleh garam dapat diukur secara organoleptik.
Oleh karena itu, jika kedua parameter ini dikontrol secara bersamaan, data yang satu
akan menunjang data lainnya.
Alat pengendali mutu atau yang biasa dikenal dengan Seven Tools for
Quality Control adalah instrumen fundamental yang digunakan manajemen mutu dalam
upaya untuk meningkatkan mutu produk terus-menerus. Alat bantu ini dikembangkan
oleh Kaoru Ishikawa dan digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama,
menganalisis proses produksi, mengontrol terjadinya fluktuasi mutu produk, serta untuk
mencari solusi terhadap masalah-masalah mutu yang ada maupun terhadap
penyimpangan-penyimpangan mutu yang mungkin terjadi di masa depan (Arpah, 2006).
Alat pengendali mutu terdiri atas check sheet, diagram Pareto, diagram sebab
akibat atau diagram tulang ikan atau diagram Ishikawa, histogram, diagram pencar,
grafik, dan bagan kendali. Ketujuh alat ini dinamakan juga The Old Seven Tools for
Quality Control. Saat ini telah dikembangkan tujuh alat pengendali mutu yang baru oleh
Japanese Society for Quality Control, yakni diagram afinitas, diagram hubungan timbal
balik, diagram pohon, grid prioritas, diagram matriks, bagan proses keputusan program,
dan diagram jaringan kerja (Herjanto, 2006). Alat-alat tersebut hanyalah alat bantu dan
tidak semua alat harus digunakan di dalam suatu perusahaan. Manajemen perusahaan
sebaiknya memilih alat yang paling sesuai dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan. Manajemen juga dapat memodifikasi alat yang ada dan mengembangkan
alat baru yang dinilai lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Gabriel S.2016. Apa perlu SNI dan apa Manfaanya. [internet]. [diunduh 2016 sept
25].tersedia pada: http://www.komapasiana.com//gsujayanto/apa-perlunya-sni-dan-apa-
manfaatnya-56cbe8c7597b61341daad1fc
Herta H.2007. Proses Perancangan Sistem Pemeriksaan Mutu Organoleptik Produk
Bumbu Pelezat Serbaguna Selama Proses Produksi di PT. Unilever Indonesia, Tbk,
Cikarang.[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Pengantar standardisasi. 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sulistyo. 2013. Standar dan standardisasi:sebuah pengantar sangat
singkat.[internet].[diunduh 2016 sept 25] tersedia pada
:https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/23/standard-dan-standardisasi-sebuah-
pengantar-sangat-singkat/
Ozan.2011.standar dan standardisasi.[internet][ diunduh 2016 sept 25] tersedia
pada:http://kajianmanajemen.blogspot.co.id/2011/10/standar-dan standardisasi.html?m