Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN MUTU STUDI KASUS STANDARISASI MUTU


PRODUK BARANG DAN JASA

YUSTI RANDI

NPM : 15.11.1001.3443.189

MATA KULIAH : MANAJEMEN MUTU

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan keinginan bagi setiap pemilik


perusahaan dan juga karyawannya. Kemajuan sebuah perusahaan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal baik internal maupun eksternal. Salah satu hal yang sangat
berpengaruh bagi kemajuan sebuah perusahan adalah kualitas produk yang
dihasilkan.. Konsumen memiliki peran penting dalam penilaian mutu produk yang
dihasilkan sebuah peruahaan. Jika produk memiliki kulitas yang tinggi dan berhasil
memenuhi kebutuhan konsumen, maka perusahaan berhasil meraih citra yang baik di
mata konsumen. Selain itu mutu produk yang dihasilkan juga sangat menentukan daya
saing sebuah perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Pada era global
perkembangan teknologi dan informasi membuat persaingan perusahaan yang
bergerak di bidang yang sama semakin pesat. Untuk menyiasati hal ini, perusahaan
dituntut untuk terus memperhatikan kulitas produknya. Hal ini bertujuan agar
perusahaan tidak hanya dapat bersaing pada tingkat lokal dan global, namun juga
internasional.

Jika sebuah perusahaan tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang
tinggi, hal ini tidak hanya akan berdampak pada konsumen namun juga akan
berdampak pada perusahaan. Beberapa dampak yang timbul pada konsumen adalah
seperti ketidakpuasan, kekecewaan, bahkan masalah kesehatan dapat terjadi jika
perusahaan tersebut memproduksi makanan dan minuman. Jika hal ini terjadi pada
konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan kepercayaan konsumen
pada perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi perusahaan terlebih dahulu harus


memahami definisi mutu. Salah satu hal yang harus diketahui perusahaan dalam
pengendalian mutu produk adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan sebagai
penetapan-penetapan norma dan aturan mutu produk yang ditetapkan bersama dengan
tujuan menghasilkan produk dengan mutu yang dapat dideskripsikan dan diukur
dengan perolehan mutu yang seragam.

Untuk lebih memahami mengenai standarisasi, maka dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai definisi standarisasi, kelebihan dan juga kekurangan standarisasi.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan standarisasi?
 Apa saja kelebihan menggunakan standarisasi?
 Apa saja kekurangan menggunakan standarisasi?
 Bagaimana contoh penerapan standarisasi?
 Bagaimana analisis studi kasus penerapan standarisasi?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui definisi standarisasi
 Untuk mengetahui kelebihan penggunaan standarisasi
 Untuk mengetahui kekurangan standarisasi
 Untuk mengetahui contoh penerapan standarisasi
 Untuk mengetahui analisis studi kasus penerapan standarisasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Singkat

2.1.1 Pengertian Standarisasi

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam


memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar
teknis , yang bisa menjadi standar spesifikasi , standar cara uji , standar definisi ,
prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain.

Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya yang
ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan
maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat
mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum
oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada. Misalnya jika seluruh
dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda,
maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing-masing pipa
tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap
produsen pipa dan kran air boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memperhatikan
ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.

Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru


ke pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah
berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus.
Metode ini dibuat untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks
dengan lean manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi,
yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik
proses kontrol.
2.1.2 Proses Standarisasi

Meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan


seperangkat rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian. Perencanaan dimulai
dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan dan ramalan permintaan.
Hasil dari perencanaan ini adalah:

· Rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan
perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan
sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas
dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas
perencanaan tujuan.

· Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah-
demi-langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter
pemesinan, set-up instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas. Fabrikasi dan perakitan
untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari gambar teknik untuk
menentukan bagian).

Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur


manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan mereka,
proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat memakan waktu dan hasil
bervariasi berdasarkan orang yang melakukan perencanaan.

2.1.3 Organisasi Internasional dalam Standarisasi

Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu International Organization for


Standardization atau disingkat ISO. ISO didirikan pada 23 Februari 1947 yang
merupakan jaringan badan standar nasional, saat ini berjumlah 162 anggota dari 205
negara yang ada di dunia, berpusat di Geneva.

ISO merupakan organisasi non pemerintah yang menjembatani sektor publik dan
swasta. Dalam arti sektor publik karena banyak lembaga anggota merupakan badan
pemerintah atau badan yang diberi kuasa oleh pemerintah. Di segi lain, anggota lain
berakar pada sektor swasta yang didirikan oleh asosiasi industri. Maka ISO
memungkinkan tercapainya konsensus untuk memenuhi permintaan bisnis dan bidang
masyarakat yang lebih luas,

Dalam menyusun standar ISO, lazimnya terdapat tiga tahap penyusunan


standar. Tahap pertama, kebutuhan akan sebuah standar diungkapkan lazimnya dari
sektor industri, kemudian dikomunikasikan ke badan negara anggota, badan negara
anggota kemudian mengusulkan butiran standar yang diperlukan ke ISO. Bila ISO
menganggap perlunya standar Internasional dalam bidang diusulkan, maka ruang
lingkup standar yang diusulkan diberi batasan secara jelas, lalu dibentuk kelompok
kerja pakar dari negara yang berminat pada subjek yang diusulkan. Setelah kelompok
pakar menyetujui aspek teknik, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap kedua,
spesifikasi standar diperiksa dan ditinjau oleh wakil negara anggota. Pada tahap ini
diperlukan konsensus untuk menyiapkan standar yang diusulkan. Tahap ketiga
permintaan persetujuan dari negara anggota ISO. Untuk persetujuan formal diperlukan
dukungan dua pertiga anggota ISO dan 75% anggota yang menyetujui naskah standar.
Setelah memperoleh persetujuan, maka standar itu diterbitkan sebagai ISO
International Standard. Sebagian besar standar perlu direvisi secara berkala karena
evolusi teknologi, material dan metode baru, persyaratan mutu dan keselamatan.
Karena itu ISO menyatakan bahwa semua standar harus direvisi sedikit-dikitnya lima
tahun sekali.

2.2 Kelebihan Standarisasi

Perusahaan dalam memproduksi suatu produk membutuhkan standar-standar


tertentu. Untuk itu, standarisasi dalam suatu perusahaan sangatlah dibutuhkan. Setiap
perusahaan memiliki pedoman standarisasinya sendiri, seperti SNI, ISO 9000, ISO
9001, ISO 9002, ISO 9003, dan ISO 9004 yang memiliki ciri tersendiri dalam
penyampaiannya. Standarisasi-standarisasi tersebut tentunya memilki tujuan dan
manfaatnya tersediri, seperti meningkatkan efisiensi dalam desain, pengembangan dan
penggunaan material, penghematan keuangan, SDM, waktu, fasilitas dan sumber daya
lainnya dengan menggunakan faktor seminimal mungkin. Berikut akan dipaparkan
mengenai keuntungan dari standarisasi yang ada dalam perusahaan terkhusus dalam
bidang produksi barang:
 Pengenalan barang lebih mudah dilakukan
 Tidak terjadi kesalahan spesifikasi dalam pembelian barang
 Pemesanan dan pembelian barang satandar dapat dilakukan dengan mudah
 Para teknisi lebih mengenal sifat-sifat barang
 Lebih mudah untuk melakukan penjualan barang
 Memungkinkan pertukaran barang atau suku cadang yang sesuai dengan kriteria
produk standar yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya

Selain itu, pedoman standarisasi yang sering digunakan oleh perusahaan adalah
SNI. Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan dokumen standar teknis yang
disusun oleh perwakilan produsen, konsumen, regulator, akademisi, praktisi, asosiasi,
dan lain-lainnya yang diwakili oleh Komite Teknis, sehingga standar ini dapat digunakan
untuk menilai dan menguji suatu produk yang dimilki oelh pelaku usaha atau pemilki
merek dagang. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari
penerapan SNI suatu produk, yaitu:

1. Pihak Produsen

Dalam mencapai terciptanya suatu produk dengan standar tertentu produsen


akan berusahauntuk mencari proses yang efisien dan efektif, mulai dari pembelian
bahan baku, proses produksi, samapai dengan proses pengemasan dan distribusi. Oleh
karena itu, produsen akan terus melakukan inovasi sehingga produk yang
dihasilkannya memilki daya saing di pasar.

2. Pihak Konsumen

SNI memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi konsumen, seperti


membantu untuk memilih produk yang berkualitas, membantu konsumen untuk
terbebas dari produk yang berbahaya bagi keselamatan hidup, kesehatan ataupun
lingkungan, dan membantu konsumen untuk menikmati barang yang sesuai antara
harga dan kualitasnya.

3. Pihak Pemerintah
Adanya SNI menyebabkan beberapa dampak positif bagi pemerintah seperti,
membuat pasar di dalam negeri memilki mekanisme perlindungan dari serbuan barang-
barang asing yang tidak diketahui kualitasnya, tumbunya dinamika ekonomi baru, dan
tumbuhnya banyak lembaga sertifikasi produk untuk menilai dan menguji suatu produk.

2.3 Kekurangan Standarisasi

Standarisasi dapat juga menimbulkan kerugian, khususnya standarisasi yang


menyangkut penggunaan peralatan, misalnya:

1. Barang standar umumnya harganya mahal, sehingga menyebabkan biaya tinggi.

2. Ketergantungan pada pabrik tertentu, dalam hal ini tidak banyak produsen suku
cadang atau peralatan yang spesifikasi barangnya sesuai dengan standarisasi
produk yang dibutuhkan, sehingga apabila terjadi kenaikan harga tidak mudah
untuk mencari produsen lain.

3. Proses standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli dan waktu yang tepat
untuk memenuhi kriteria yang pas untuk suatu produk.

2.4 Contoh Standarisasi

Standarisasi teknik merupakan proses merumuskan, menetapkan, menerapkan


dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan
semua pihak yang berkepentingan dalam bidang teknik. Berikut contoh standarisasi
teknik:

1. SNI (Standar Nasional Indonesia)

Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku secara


nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia
Teknis) dan ditetapkan oleh BSN. Agar SNI memperoleh keterimaan yang luas antara
para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of Good
Practice, yaitu:

 Openess (Keterbukaan)
Terbuka bagi semua stakeholder yang berkepentingan dan dapat berpartisipasi
dalam pengembangan SNI.
 Transparency (Transparansi)

Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti


perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke
tahap penetapannya. Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi
yang berkaitan dengan pengembangan SNI.

 Consensus and Impartiality (Konsensus dan Tidak Memihak)

Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat


menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil.

 Effectiveness and Relevance.

Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena


memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

 Coherence

Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan


pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan
memperlancar perdagangan internasional.

 Development Dimension (Berdimensi Pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan


kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

2. MS (Malaysian Standard)

Jabatan Standard Malaysia ialah badan standard dan akreditasi kebangsaan.


Fungsi utama Jabatan Standard Malaysia adalah untuk merangsang dan
menggalakkan standard, penstandardan dan akreditasi sebagai cara bagi memajukan
ekonomi negara, menggalakkan kecekapan dan pembangunan industri yang
bermanfaat kepada kesihatan dan keselamatan awam, melindungi pengguna,
memudahkan perdagangan dalam negeri dan antarabangsa serta melanjutkan
kerjasama antarabangsa berhubung dengan standard dan penstandardan.
Malaysian Standard (MS) dibangunkan melalui sepersetujuan jawatankuasa-
jawatankuasa yang dianggotai oleh perwakilan yang seimbang daripada pengeluar,
pengguna dan pihak lain yang kepentingannya relevan, sebagaimana yang sesuai
dengan perkara yang sedang diusahakan. Malaysian Standard adalah sejajar atau
diterima guna daripada standard antarabangsa, seboleh mungkin. Kelulusan sesuatu
standard sebagai Malaysian Standard ditentukan oleh Akta Standard Malaysia 1996
[Akta 549]. Malaysian Standard dikaji semula secara berkala. Penggunaan Malaysian
Standard adalah secara sukarela, melainkan diwajibkan oleh pihak berkuasa yang
mengawal selia melalui peraturan, undang-undang kecil tempatan atau apa-apa cara
lain yang serupa.

3. JIS (Japan Industrial Standard)

JIS (Japanese industrial standars) adalah badan yang menentukan standarisasi


yang digunakan untuk kegiatan industri di Jepang. Proses standarisasi dikoordinasikan
oleh Badan Komite Standar Industri Jepang dan dipublikasikan melalui Standards
Association Jepang.

4. DIN (Deutsches Industrie Norm)

Deutsches Institut für Normung adalah organisasi nasional Jerman untuk


standardisasi dan anggota ISO negara itu. DIN adalah Asosiasi Jerman yang sudah
Terdaftar dan berkantor pusat di Berlin. Saat ini ada sekitar tiga puluh ribu Standar DIN
meliputi hampir setiap bidang teknologi.

DIN Didirikan pada tahun 1917 sebagai Normenausschuß der Deutschen


Industrie (NADI , "Komite Standardisasi Industri Jerman"), NADI ini berganti nama
Deutscher Normenausschuß (DNA , "Komite Standarisasi German") pada tahun 1926
untuk mencerminkan bahwa organisasi sekarang berurusan dengan isu-isu
standardisasi di banyak bidang, yaitu tidak hanya untuk produk industri. Pada tahun
1975 itu diubah namanya lagi untuk Deutsches Institut für Normung atau 'DIN' dan
diakui oleh pemerintah Jerman sebagai badan nasional standar resmi, yang mewakili
kepentingan Jerman di tingkat Internasional dan Eropa. Contoh standar DIN sebagai
berikut:
 DIN 476: Ukuran kertas internasional (sekarang ISO 216 atau DIN EN ISO 216)
 DIN 946: Penentuan koefisien gesekan rakitan baut atau mur dalam kondisi
tertentu.
 DIN 1451: Jenis huruf yang digunakan oleh kereta api Jerman dan pada rambu
lalu lintas.
 DIN 4512: Definisi kecepatan film, sekarang digantikan oleh ISO 5800 ; 1987,
ISO 6 ; 1993 dan ISO 2240 ; 2003
 DIN 31635: Transliterasi dari bahasa Arab.
 DIN 72552: Nomor terminal listrik di mobil.

5. ASTM (American Standard Testing a Material)

ASTM Internasional merupakan organisasi internasional sukarela yang


mengembangkan standardisasi teknik untuk material, produk, sistem dan jasa. ASTM
Internasional yang berpusat di Amerika Serikat. ASTM dibentuk pertama kali pada
tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk mengatasi bahan
baku besi pada rel kereta api yang selalu bermasalah. Sekarang ini, ASTM mempunyai
lebih dari 12.000 buah standar. Standar ASTM banyak digunakan pada negara-negara
maju maupun berkembang dalam penelitian akademisi maupun industri.

Memiliki satu standar global menjadi semakin penting sebagai perusahaan


menggabungkan melintasi batas internasional, dibantu oleh perjanjian perdagangan
regional seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan yang ditetapkan
olehUniEropa(UE), yang telah memfasilitasi merger internasional melalui penurunan
tarif pada impor. Perusahaan yang terlibat dalam konsolidasi ini digunakan untuk
menjual hanya satu pasar,sekarang menemukan diri mereka jual ke pasar global.

2.5 Studi Kasus

Studi kasus yang diambil pada makalah ini adalah studi kasus mengenai
standarisasi dan pengendalian mutu bumbu penyedap rasa PT. Unilever Indonesia.
Standarisasi yang digunakan adalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
mengenai bahan makanan. Standarisasi ini kemudian dilakukan dengan pengujian
terhadap mutu produk berdasarkan uji mutu organoleptik. Uji organoleptik adalah uji
yang dilakukan untuk menilai suatu produk dengan indera manusia sebagai alat ukur
(Meilgaard et al, 1999). Menurut Poste et al. (1991) secara garis besar, uji organoleptik
terbagi menjadi uji pembedaan (difference test), uji deskripsi(descriptive test) dan uji
afektif (affective test).

Muñoz et al. (1992) diacu dalam Muñoz (2002) menjelaskan bahwa ada
beberapa metode uji organoleptik yang dapat digunakan dalam program pengawasan
mutu. Metode uji ini meliputi analisa deskripsi yang disederhanakan (reduced
descriptive analysis), beda dari kontrol (difference from control), rating mutu, dan
metode .masuk/keluar. (.in/out.).

Mutu organoleptik bumbu pelezat serbaguna diatur atau diuraikan di dalam


spesifikasi organoleptiknya. Spesifikasi produk akhir sebaiknya terdiri atas definisi
atribut-atribut yang signifikan dan terukur. Spesifikasi organoleptik bumbu pelezat
serbaguna berisi deskripsi umum flavor, aroma, warna dan penampakan umum produk.
Umumnya, spesifikasi organoleptik disusun dalam satu kesatuan spesifikasi produk
bersama-sama dengan:

 Keterangan bahan baku (komposisi, bahan tambahan pangan, informasi


kuantitatif jika diperlukan, status legal jika penetapannya termasuk dalam
legislasi flavor).
 Standar mikrobiologi (angka lempeng total, kapang dan khamir, E. coli, koliform,
Salmonella, kelompok atau organisme pathogen lain).
 Karakteristik kimia dan fisik (kadar garam, air, lemak, protein, ukuran partikel,
warna).
 Flavor (rasa dan aroma).
 Umur simpan, kemasan, penyimpanan, dan syarat penanganan.

Dalam praktik industri bumbu pelezat serbaguna terdapat tiga indikator kritis
terhadap konsistensi mutu organoleptic produk bumbu pelezat serbaguna bagi para
pengguna akhir produk tersebut. Ketiga indikator kritis tersebut adalah flavor, warna,
dan kadar garam. Flavor adalah karakter dari semua bahan yang dimasukkan ke dalam
mulut dan dirasakan oleh indera perasa dan pencium, serta oleh reseptor sakit dan
perasa di dalam mulut sebagaimana yang diterima dan diinterpretasikan oleh otak.
Flavor termasuk dalam sifat organoleptik bumbu pelezat serbaguna yang tidak dapat
diukur oleh alat pengukur selain indera manusia. Begitu pula halnya warna, tetapi
warna dapat pula diukur secara objektif, misalnya dengan colorimeter. Warna adalah
karakteristik pertama yang diterima oleh konsumen dan sangat diperlukan dalam
mengidentifikasi dan menerima suatu produk pangan. Warna suatu bahan pangan
seringkali dikaitkan dengan jenis bahan baku suatu produk pangan, tingkat
kematangan, bahkan persepsi flavor. Walaupun kadar garam tidak diukur secara
organoleptik, rasa asin yang dihasilkan oleh garam dapat diukur secara organoleptik.
Oleh karena itu, jika kedua parameter ini dikontrol secara bersamaan, data yang satu
akan menunjang data lainnya.

Alat pengendali mutu atau yang biasa dikenal dengan Seven Tools for
Quality Control adalah instrumen fundamental yang digunakan manajemen mutu dalam
upaya untuk meningkatkan mutu produk terus-menerus. Alat bantu ini dikembangkan
oleh Kaoru Ishikawa dan digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama,
menganalisis proses produksi, mengontrol terjadinya fluktuasi mutu produk, serta untuk
mencari solusi terhadap masalah-masalah mutu yang ada maupun terhadap
penyimpangan-penyimpangan mutu yang mungkin terjadi di masa depan (Arpah, 2006).

Alat pengendali mutu terdiri atas check sheet, diagram Pareto, diagram sebab
akibat atau diagram tulang ikan atau diagram Ishikawa, histogram, diagram pencar,
grafik, dan bagan kendali. Ketujuh alat ini dinamakan juga The Old Seven Tools for
Quality Control. Saat ini telah dikembangkan tujuh alat pengendali mutu yang baru oleh
Japanese Society for Quality Control, yakni diagram afinitas, diagram hubungan timbal
balik, diagram pohon, grid prioritas, diagram matriks, bagan proses keputusan program,
dan diagram jaringan kerja (Herjanto, 2006). Alat-alat tersebut hanyalah alat bantu dan
tidak semua alat harus digunakan di dalam suatu perusahaan. Manajemen perusahaan
sebaiknya memilih alat yang paling sesuai dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan. Manajemen juga dapat memodifikasi alat yang ada dan mengembangkan
alat baru yang dinilai lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.

Proses perancangan sistem pemeriksaan mutu bumbu pelezat serbaguna


dilakukan dari segi teknis dan segi manajemen. Proses perancangan segi teknis
meliputi perbaikan metode uji organoleptik, penentuan atribut kunci bumbu pelezat
serbaguna rasa ayam dan sapi serta batasan mutunya serta persiapan sarana dan
prasarana penunjang seperti ruangan pemeriksaan dan peralatan uji organoleptik.
Proses perancangan segi manajemen meliputi persiapan dokumen seperti instruksi
kerja, format uji organoleptik dan lembar deskripsi mutu (kriteria mutu) produk.
Perbaikan metode uji organoleptik meliputi penetapan uji skoring sebagai metode uji
organoleptik yang paling sesuai dengan perusahaan serta melengkapi skor organoleptik
yang ada dengan deskripsi produk.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam


memproduksikan sesuatu,sedangkan pembuatan banaknya macam ukuran barang
yang akan diproduksikan merupakan usaha simplifikasi. Standarisasi juga merupakan
proses pembentukan standar teknis yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara
uji, standar definisi, prosedur standar ( atau praktik), dll. Kemudian adanya empat teknik
dari standarisasi yaitu peyederahanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa
dan statistik proses kontrol. Pedoman standarisasi yang digunakan perusahaan yaitu
berdasarkan SNI. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari
penerapan standar nasional Indonesia yaitu pihak produsen, konsumen dan
pemerintah. Adapun keuntungannya dalam perusahaan dibidang produksi barang yaitu,
pengenalan barang lebih mudah dilakukan, tidak terjadi kesalahan spesifikasi dalam
pembelian barang, pemesanan dan pembelian barang standar dapat dilakukan dengan
mudah, dan para teknisi lebih mengenal sifat-sifat barang. Selain itu kerugian dalam
perusahaan dibidang produksi yaitu umumnya barang standar harganya mahal
sehingga menyebabkan biaya tinggi, ketergantungan pada pabrik tertentu, dan proses
standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli dan waktu yang tepat untuk memenuhi
kriteria suatu produk.

3.2 Saran

Standarisasi dalam perusahaan dibidang produksi barang membutuhkan


standar-standar tertentu. Standar perusahaan yang baik biasanya menggunakan SNI,
ISO 9001-9004. Spesifikasi baik produk, bahan maupun proses sedapat mungkin diikuti
agar kegiatan atau hasilnya dapat diterima umum oleh pengguna. Standarisasi produksi
juga harus diimbangi dari standar SDM, efisensi desain, fasilitasnya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel S.2016. Apa perlu SNI dan apa Manfaanya. [internet]. [diunduh 2016 sept
25].tersedia pada: http://www.komapasiana.com//gsujayanto/apa-perlunya-sni-dan-apa-
manfaatnya-56cbe8c7597b61341daad1fc
Herta H.2007. Proses Perancangan Sistem Pemeriksaan Mutu Organoleptik Produk
Bumbu Pelezat Serbaguna Selama Proses Produksi di PT. Unilever Indonesia, Tbk,
Cikarang.[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Pengantar standardisasi. 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sulistyo. 2013. Standar dan standardisasi:sebuah pengantar sangat
singkat.[internet].[diunduh 2016 sept 25] tersedia pada
:https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/23/standard-dan-standardisasi-sebuah-
pengantar-sangat-singkat/
Ozan.2011.standar dan standardisasi.[internet][ diunduh 2016 sept 25] tersedia
pada:http://kajianmanajemen.blogspot.co.id/2011/10/standar-dan standardisasi.html?m

Anda mungkin juga menyukai