Prinsip-prinsip Pelatihan
Pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan atas sesuatu oleh seseorang
senantiasa diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar dapat dilakukan dengan
sengaja dapat juga tanpa rencana. Proses belajar itu dapat secara terprogram (seperti
dalam pendidikan formal di persekolahan dan pendidikan nonformal seperti di
masyarakat) maupun tanpa program (seperti dalam pendidikan informal di keluarga).
Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, yang
diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik,
yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan
aktif, (4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6)
mencakup seluruh aspek tingkah laku. (Surya & Amin, 1984:13-15). Dengan demikian,
belajar merupakan proses psik-fisiologis yang mengubah tingkah laku individu, yang
berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama,
dan diperoleh dengan usaha sadar (Sudjana & Rivai, 2003:36; Brown, 1994:7).
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan
istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi
yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan
mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan
mengacu kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
keterampilan.
Prosedur Pengelolaan Pelatihan
Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pelatihan bergamitan dengan
trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) evaluasi (Davies, 1976).
Dari ketiga komponen tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa langkah kegiatan
bergantung pada pendekatan yang digunakan. Di antara kita telah berpengalaman
dalam mengelola "sesuatu kegiatan", baik sebagai Pimpinan Proyek (PIMPRO) maupun
sebagai salah satu staf organisasi. Pada dasarnya Mengelola Pelatihan (Managing
Training) tidak ada bedanya dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal selama ini.
Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut.
Penyusunan anggaran untuk public training dapat dilakukan dengan mengacu pada
kalender atau jadwal public training yang ditawarkan oleh pihak ketiga. Sedangkan
penyusunan anggaran inhouse training mengacu pada usulan pelatihan-pelatihan yang
diajukan dari berbagai unit (departemen) maupun program yang telah disusun oleh
bagian pelatihan.
Tujuan penyusunan anggaran pelatihan :
Manfaat Anggaran :
BAGIAN DIKLAT
UNIT HEAD Bagian Diklat mengevaluasi
PEGAWAI usulan training & memberikan
Unit head mereview, persetujuan . Seluruh usulan
Menginput usulan program memastikan usulan sesuuai yang telah disetujui akan
training hasil diskusi dengan hasil diskusi & memberikan menjadi dasar dalam
atasan/unit head persetujuan penyusunan anggaran
Pendidikan dan Pelatihan
b. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran dilakukan dengan mengusulkan kebutuhan anggaran melalui
proposal. Proposal akan dibahas dan dievaluasi oleh pengelola pelatihan untuk
diajukan kepada pemegang keputusan dengan tujuan mendapatkan persetujuan
anggaran dan pelaksanaannya.
f. Logistik
- Sarana/prasarana : LCD, laptop, papan tulis/whie board, alat tulis, penghapus,
daftar hadir, ruangan dan penginapan.
- Layanan administrasi
- Layanan kesehatan
- Layanan makan
- Layanan rekreasi
- Layanan konsultasi/bimbingan/coaching
- Perijinan selama belajar
Penanggung
sarana prasarana layanan
jawab
BIAYA PELATIHAN
Biaya yang dapat ditimbulkan dalam suatu penyelenggaraan pelatihan antara lain :
Needs assessment: biaya ini tidak selalu diperhitungkan karena hanya timbul
apabila memang program training didahului dengan kegiatan needs assessment
yang membutuhkan biaya yang signifikan.
Design and development: biaya ini dikeluarkan dalam rangka mendesain dan
membangun program training yang biasanya diperhitungkan secara prorata
selama satu atau dua tahun, kecuali apabila program training tersebut
diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lama.
Acquisition: biaya ini dikeluarkan apabila program training dibeli dari pihak ketiga,
meliputi antara lain pembelian materi, lisensi, biaya sertifikasi, serta biaya‐biaya
lain yang terkait dengan hak untuk menyelenggarakan training tersebut.
Delivery: komponen biaya ini merupakan yang terbesar dibandingkan biaya‐biaya
lainnya, meliputi salaries of trainers, program materials, travel and meals, serta
facilities yang digunakan.
Evaluation: biaya ini dikeluarkan pada saat dilakukan evaluasi training khususnya
Level 3 dan Level 4 yang dilakukan setelah eks‐peserta kembali ke tempat
kerjanya masing‐masing, meliputi biaya yang terkait dengan penyusunan dan
pengiriman kuesioner serta survey yang dilakukan.
Overhead: biaya ini sebenarnya tidak terkait langsung dengan penyelenggaraan
program training tertentu dan relatif sulit untuk diperkirakan secara tepat, di
samping nilainya yang tidak terlalu signifikan dalam perhitungan biaya
penyelenggaraan suatu training.