RKP adalah suatu usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi serta
mengatasi akibat berhentinya fungsi-fungsi tersebut pada orang-orang yang tidak diharapkan
mati pada saat itu.1 RKP merupakan salah satu tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Tujuannya adalah untuk membantu atau mengembalikan oksigenasi, ventilasi, dan sirkulasi yang
efektif hingga kembalinya sirkulasi spontan atau hingga intervensi Bantuan Hidup Lanjut
(BHJL) dapat mulai dilakukan.3 Resusitasi mencegah agar sel-sel tidak rusak akibat kekurangan
oksigen.2
Sekedar informasi, mati ada tiga macam. Yang pertama disebut dengan istilah Mati Klinis, yaitu
berhentinya nafas dan jantung. Yang kedua adalah Mati Biologis, yaitu mati klinis yang gagal
ditolong. Yang ketiga adalah Mati Sosial, yaitu fungsi pernafasan dan jantung kembali baik
tetapi fungsi otak terganggu karena hipoksia yang lebih dari 10 menit.1
Keberhasilan RKP ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan RKP diberikan. Jika Apneu dan
Cardiac Arrest terjadi selama 4 menit, angka keberhasilan RKP lebih dari 65 % tanpa gejala sisa
(sakit kepala-pusing, amnesia retrograde, dll).1
INDIKASI RKP
Henti Napas
Henti Napas primer ( respiratory arrest ) dapat disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan
depresi pernapasan sentral dan perifer. Sumbatan jalan nafas seperti benda asing, aspirasi, lidah
yang jatuh ke belakang, pipa trakeal terlipat, kanula trakeal tersumbat, kelainan akut glottis dan
sekitarnya ( sembab glottis, perdarahan).Depresi pernapasan sentral seperti karena obat-obatan,
intoksikasi, paO2 rendah, paCO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak, tenggelam. Depresi
pernapasan perifer seperti karena obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.4
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian O2 ke otak dan
organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti napas mendapat
pertolongan segera (seperti BHD-RKP.pen), maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan
sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkin menjadi fatal.2
Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal jika
dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian dan kerusakan otak menetap
jika tindakan tidak adekuat. Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh ventricle fibrillation
atau takikardia tanpa denyutan (80-90%) terutama kalau terjadinya di luar rumah sakit, asistol
ventricle (+/- 10%) dan electro-mechanical dissociation (+/- 5%).2
Henti Jantung ditandai dengan denyut nadi besar tak teraba (a.karotis, femoralis dan radialis
pada dewasa dan a.brakhialis pada bayi), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali,
pernapasan berhenti atau satu-satu ( gasping, apnu), terlihat seperti mati ( death like
appearance ), dilatasi pupil tak bereaksi dengan rangsangan cahaya ( 45 detik setelah henti
jantung ) dan pasien berada dalam keadaan tidak sadar.2,4
Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb), saturasi Hb
terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Resusitasi Kardio Pulmonal (RKP) diperlukan jika O2 ke
Otak tidak cukup, sehingga otak tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Iskemia
melebihi 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan korteks serebri rusak menetap,
walaupun setelah itu kita dapat membuat jantung berdenyut kembali. Kerusakan otak pasca
resusitasi akibat terlambat memulainya.
Siapapun yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan resusitasi dapat melakukan RKP ketika
berhadapan dengan kasus henti jantung. Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan saat RKP
tidak perlu dilakukan, yaitu:
Jika menyaksikan sendiri terjadinya henti jantung, sudah seharusnya segera memulai RKP,
kecuali:
Penolong tidak mengetahui berapa lama henti jantung itu sudah berlangsung. Untuk hal seperti
ini tidak perlu mulai melakukan RKP jika mendapati keadaan sebagai berikut:
1. Ada tanda kematian yang tidak berubah seperti rigor mortis atau lebam mayat
2. Sudah mulai ada tanda-tanda pembusukan
3. Penderita mengalami trauma yang tidak bisa diselamatkan, seperti hangus terbakar,
dekapitasi atau hemikorporektomi.
Beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RKP antara lain:3,4