Anda di halaman 1dari 9

Belum optimalnya kualitas auditor internal di daerah menurut (2007:3), antara lain disebabkan oleh berbagai faktor, sebagai

berikut:

I Dewa Putu Rai

1. Institusi pengawasan diterima secara mendua di lingkungan aparat pemerintah itu sendiri. Pada satu sisi, institusi pengawasan diharapkan menjadi detektor dini jika terjadi penyimpangan dalam implementasi kebijakan publik sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut perbaikan atau pencegahannya. Namun pada sisi lain, lembaga pengawasan cenderung dianggap sebagai lembaga yang memata-matai pelaku kebijakan publik sehingga cenderung dipandang sebagai ancaman yang tidak diharapkan kehadirannya. Dalam posisi tersebut, instansi pengawasan cenderung dianggap sebagai pelengkap dari perangkat manajemen kepemerintahan saja. 2. Institusi pengawasan ditempatkan pada posisi yang tidak sepenuhnya independen 3. Kurangnya koordinasi antar lembaga pengawasan dalam melakukan tugas pemeriksaan. 4. Pengaturan kelembagaan yang lemah dan kurang jelas sehingga mempengaruhi kinerja lembaga-lembaga pengawasan yang terkait. 5. Kemampuan (kualitas) sumber daya manusia aparatur pengawasan. 6. Kedudukan akuntan pemerintah dalam struktur organisasi lembaga pengawasan relatif masih lemah. 7. Kerangka hukum yang kurang jelas dan kurang mendukung peningkatan kinerja pengawasan. 8. Lemah dalam pemahaman dan aplikasi standar dan praktek pemeriksaan yang diakui secara internasional. Perkembangan dan paradigma baru auditor internal baik di sektor privat maupun publik telah membawa perubahan yang signifikan dalam peran dan fungsi auditor internal. Dari pengertian auditor internal sesuai dengan tuntutan baru auditor internal yang dipublikasikan di tahun 1999 oleh the Institute of Internal Auditors, Inc. (organisasi profesi auditor internasional), peran dan fungsi auditor internal tidak lagi hanya sekedar mendeteksi

kesalahan (detective control), melainkan juga untuk membantu mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan (preventive control), serta mengarahkan atau mempertajam (directive control) aktivitas operasional untuk mencapai tujuan atau target dan sasaran yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut, jelas keberadaan auditor internal harus mampu memberikan nilai tambah bagi organisasi, serta mampu mendorong terciptanya iklim tatakelola yang baik, pengelolaan risiko yang efektif, dan penciptaan lingkungan pengendalian yang memadai. Wujud dari pengertian tersebut adalah bahwa paling tidak seorang auditor internal harus memiliki tiga peran, yaitu sebagai wacthdog (detective control), konsultan (preventive control), dan katalis (directive control). Dari ketiga peran tersebut, dalam perkembangan saat ini, bobot terbesar peran auditor internal adalah harus sebagai konsultan, kemudian katalis, dan dalam jumlah bobot yang minimal auditor internal juga menjalankan perannya sebagai watchdog.

Dengan adanya perubahan peran auditor internal menjadi konsultan, katalis dan sebagai watchdog, maka ruang lingkup pelaksanaan peran auditor internal menjadi semakin luas sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh The Institute of Chartered accounts in Australia (ICAA) dalam (Hiro Tugiman, 1998: 8) adalah : The scope and objectives of internal audit vary widely and are dependent upon the size and structure of the entity and the requirements of its management. Normaly however internal auditing one or more of the following areas : (a) review of accounting system and internal controls; (b) examination for management of financial and operating information; (c) examination of the economy, efficiency and effectiveness of the operations including non-financial control of an organization. Secara konseptual erdasarkan definisi tersebut di atas, ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan intern sangat luas tergantung pada besarnya organisasi dan kebutuhan manajemen. Lingkup kegiatan pemeriksaan antara lain: (a) Mengkaji sistem akuntansi dan pengendalian intern (review of accounting system and internal control) yang mencakup kegiatan; pemantauan kinerja

pengendalian (review of control performance), evaluasi sitem pengendalian intern (review of internal control), dan pengembangan SPI (development of internal control system). (b) Pengujian atas pengelolaan informasi keuangan dan operasi (examination for management of financial and operating information) yang meliputi aktivitas pemeriksaan keandalan catatan (review of the reability of recording), pengawasan atas catatan (control of recording), kebijakan sistem (system policies), operasi sistem (system operamtions) dan efektivitas sistem (effectiveness of system). (c) Pengujian terhadap instrumen untuk menjaga harta (instrument or safeguarding of assets), prosedur pemeriksaan (audit procedures) yang tepat, standar operasional (operational standars) dan identifikasi keadaan yang tidak efisien (identification inefficient condition). (d) Pengujian terhadap pengendalian non financial organisasi (examination of the non financial control of on organization) yang meliputi aktivitas penilaian tujuan dan sasaran yang telah dicapai dan asumsi yang mendasari tujuan, sasaran dan sistem.
Ruang lingkup di atas menunjukkan bahwa tugas utama auditor internal adalah meliputi pemeriksaan dan evaluasi mengenai kecakupan dan efektivitas sistem

pengendalian intern dan kualitas dari pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan. Ini berarti bahwa auditor internal turut bertanggung jawab terhadap efektivitas pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya Independensi

Dalam konteks pemeriksaan intern, yang dimaksud dengan independensi auditor internal adalah bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggungjawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut. Hal ini dimasudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektif para pihak yang terkait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Moller dan Witt (1999: 31) independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak tidak memihak dan melaporkan temuan-temuannya hanya berdasarkan bukti yang ada. Moller, R and Hebert Witt. 1999. Brinks Modern Internal Auditing. 5 th Edition, John Willey and Sons, Inc New York.
Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori auditing. Menurut Halim (2001 : 21) ada tiga aspek independensi yaitu : a. Independence in fact (independensi dalam fakta), auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan erat dengan obyektifitas auditor secara individual dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan practitioner independence. Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia dan pentingnya istilah yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan. b. Independence in apperance (independensi dalam penampilan) Independensi yang muncul/tampak dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut profession independence, artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan obyektifitasnya. c. Independence in competence (independensi dari sudut keahlian). Artinya auditor awam dalam electronic data processing system tidak memenuhi independensi bila ia memeriksa perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor. Halim, Abdul, 2001, Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, Yogyakarta:AMP YKPN. Dalam penelitian ini konsep independensi yang digunakan adalah konsep independensi dalam penyusunan program, pelaksanaan pekerjaan maupun dalam penyusunan pelaporan. Konsep ini mengambil konsep dari Mauttz dan Sharaf (dalam Sawyer, 2005:33) dalam karya terkenal mereka The Philosopy of Auditing memberikan beberapa indikator independensi profesional. Indikator tersebut diperuntukkan bagi akuntan eksternal, tetapi kosep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap obyektif yaitu: independensi dalam membuat program audit, pelaksanaan pekerjaan dan penyusunan pelaporan. Independensi dalam membuat program meliputi bebas dari campur tangan dan perselisihan dengan auditee yang dimaksudkan untuk membatasi, menetapkan dan mengurangi berbagai bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau suatu sikap yang tidak kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari berbagai usaha yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk mereview selain dari yang diberikan dalam proses audit.

Independensi dalam melakukan pemeriksaan meliputi akses langsung dan bebas terhadap semua buku, catatan, pejabat dan karyawan serta sumber-sumber yang berkaitan dengan kegiatan, kewajiban dan sumber daya yang diperiksa; kerja sama yang aktif dari pimpinan yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan; bebas dari berbagai usaha pihak diperiksa untuk menentukan kegiatan pemeriksaan atau untuk menentukan dapat diterimanya suatu bukti dan bebas dari kepentingan dan hubungan pribadi yang mengakibatkan pembatasan pengujian atas berbagai kegiatan dan catatan. Independensi dalam membuat laporan meliputi bebas dari berbagai perasaan loyal atau kewajiban untuk mengurangi dampak dari fakta-fakta yang dilaporkan; pengabaian penggunaan yang sengaja atau tidak sengaja dari bahasa yang mendua dalam pernyataan fakta, pendapat dan rekomendasi serta dalam penafsirannya dan bebas dari berbagai usaha untuk menolak pertimbangan auditor sebagai kandungan yang tepat dari laporan audit, baik dalam hal yang faktual maupun opininya. Jadi, untuk meningkatkan sikap independensi auditor internal sektor publik, maka kedudukan auditor internal sektor publik baik secara pribadi maupun kelembagaan, harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah. Auditor internal yang independen dapat menyampaikan laporannya kepada semua pihak secara netral. Penilaian terhadap independensi terbatas pada evaluasi terhadap appearance, terhadap cara dan hasil kerja yang dilakukan oleh akuntan publik. Untuk tujuan praktis seorang akuntan publik harus bebas dari hubungan-hubungan yang memiliki potensi untuk menimbulkan bias dalam memberikan opini atas laporan keuangan klien. Independensi auditor internal memiliki dua aspek yaitu pemisahan organisasional dari aktivitas yang diperiksa dan status yang memadai dalam organisasi secara kesekuruhan. Pemisahan organisasional akan melindungi auditor internal dari rasa keberpihakan, ketakutan dan loyalitas serta berbagai ambisi yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas yang diperiksa. Pemberian status yang memadai akan memberikan kekuatan dan modal bagi auditor internal sehingga dapat menjalankan pekerjaannya secara obyektif. Independensi akan meningkat jika auditor internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi.

Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa independensi auditor internal diperlukan untuk menjamin mutu dari tugas atau fungsi auditor internal, salah satunya meningkatkan efektivitas pengendalian intern dan akhirnya meningkatkan kualitas laporan keuangan. Jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga laporan keuangan tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kemampuan Profesional Auditor Internal Kemampuan profesional merupakan tuntutan terhadap suatu pprofesi yang akan sangat menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. Profesionalisme harus menjadi acuan bagi auditor internal dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan intern. Pemeriksaan intern harus dilaksanakan dengan kecakapan dan kemahiran profesi dengan seksama. Kemampuan profesional yang dibutuhkan dari seorang auditor internal, sebagaimana dikemukakan dalam Standar Profesional Akuntan (IAI, 2

Lingkup Kerja Pemeriksaan Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan Pengelolaan Bagian Pemeriksaan Norma profesi tersebut di atas akan mendorong auditor internal akan bekerja lebih efektif menghasilkan jasa profesi yang berkualitas dalam membantu pencapai kinerja lebih baik. Tugas Bawasda/Inspektorat Prov/Kab/Kota PP 79/2005: BINWAS
Pengawasan terhadap: 1. Pelaks urusan pemerintahan di Kab/Kota 2. Pelaks pembinaan penyelenggaraan pemdes 3. Pelaks urusan pemdes 4. Pelaks TP dan PHLN (atas delegasi dept/LPND) 5. Pengusutan atas laporan pengaduan masy

PP 58/2005: PKD
Pengendalian Internal atas Pengelolaan Keuangan daerah

PP 8/2006: PKKIP
Melakukan reviu atas laporan Keuangan dan kinerja Pemda Sebelum disampaikan kepada BPK

Meskipun sudah ada kewajiban APIP untuk melaksanakan reviu atas laporan keuangan sebelum disampaikan kepada BPK untuk diaudit, tetapi sampai saat ini, pelaksanaan reviu tersebut ternyata masih belum sepenuhnya dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya laporan keuangan pemerintah baik di tingkat kementerian maupun di tingkat daerah yang masih mendapatkan opini disclaimer dari BPK. Menurut hemat penulis, hal ini merupakan masalah serius yang harus segera dicari alternatif jalan keluarnya sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian pada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan permasalahan ini. Terdapat dua hal pokok yang penulis uraikan pada bagian berikut sebagai wacana untuk meminimalisasi permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam audit atas laporan keuangan pemerintah oleh BPK, yaitu pemberdayaan peran dan fungsi audit internal dan sinerji pengawasan di antara sesama Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Survey ADB tahun 2003 bahwa tenaga auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi di bawasda sedikit sekali (kurang 1 %). Sementara bawasda juga melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan di daerah dan hasilnya belum memenuhi prinsip akuntansi.

Manfaat audit internal adalah membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Setelah melaksanakan audit, auditor menyampaikan laporan hasil audit yang berisi pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihakpihak yang berkepentingan. Rekomendasi dari auditor amat penting karena bertujuan untuk memperbaiki kondisi yang ada, yang menurut pertimbangan auditor perlu diperbaiki. Jadi, audit internal akan menghasilkan simpulan dan rekomendasi yang menjadi dasar bagi anggota organisasi untuk mengambil keputusan dan tindakan korektif sehingga tanggung jawab mereka dapat dijalankan secara efektif.

tertuang di dalam buku SPAI (SPAI, 2004: 16 17) Kualitas jasa auditor internal Sesuai dengan buku pedoman Standar Profesi Audit Internal, persyaratan kualitas seorang auditor internal diatur di butir 1200 di bawah judul Keahlian dan Kecermatan Profesional. Berikut ini kutipan lengkap mengenai keahlian dan Kecermatan Profesional (butir 1200) sebagaimana tertuang di dalam buku SPAI (SPAI, 2004: 16 17). Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional: 1210 Keahlian Auditor internal harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi Audit Internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. 1210.1 - Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus memperoleh saran dan asistensi dari pihak yang kompeten jika pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dari staf auditor internal tidak memadai untuk pelaksanaan sebagian atau seluruh penugasannya. 1210.2 - Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan. 1210.3 - Fungsi Audit Internal secara kolektif harus memiliki pengetahuan tentang risiko dan pengendalian yang penting dalam bidang teknologi informasi dan teknik-teknik audit berbasis teknologi informasi yang tersedia. 1220 Kecermatan Profesional Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang prudent dan kompeten. 1220.1 - Dalam menerapkan kecermatan profesional, auditor internal perlu mempertimbangkan: a. Ruang lingkup penugasan. b. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan. c. Kecukupan dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance. d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan. e. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknikteknik analisis lainnya.

1230 Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL) Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang berkelanjutan. Agar mampu mencapai persyaratan kualitas sebagaimana yang ditetapkan di dalam standar profesi, maka atribut-atribut yang harus dimiliki seorang auditor Inspektorat Daerah adalah: 1. Kecakapan dalam menerapkan standar, prosedur, dan teknik audit yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penugasan. 2. Pemahaman memadai atas prinsip dan teknik akuntansi berkenaan dengan audit atas masalah pengelolaan keuangan dan reviu atas laporan keuangan. 3. Pemahaman yang memadai atas prinsip-prinsip manajemen yang dibutuhkan untuk mengenali dan mengevaluasi materialitas dan signifikannya penyimpangan dari praktik-praktik bisnis yang baik dan memadai. 4. Kemampuan untuk mengetahui adanya masalah atau potensi masalah dan menentukan penelitian lebih lanjut yang harus dilakukan atau bantuan yang harus diperoleh.

Kegiatan dan aktivitas yang dijalankan oleh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah adalah dalam rangka mencapai sasaran/tujuan yang telah ditetapkan untuk melayani masyarakat, dan untuk dipertanggungjawabkan kepada stakeholders-nya. Tugas auditor intern adalah dalam rangka membantu instansi atau entitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Namun demikian dalam prakteknya, penetapan sasaran pemeriksaan/audit intern seringkali (bahkan sama sekali) tidak terkait dengan dukungan pencapaian tujuan program tersebut. Bahkan, sasaran audit yang ditetapkan oleh lembaga pengawasan intern dari tahun ke tahun cenderung sama dan berulang, tanpa melihat besar kecilnya permasalahan yang timbul dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga seringkali timbul pertanyaan dari masyarakat mengenai kontribusi apa yang diberikan oleh auditor intern dalam pencapaian tujuan organisasi.

Setiap tahap operasi ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh harta organisasi telah dicatat dan dijaga secara tepat serta seluruh operasi yang dilakukan oleh organisasi telah dijalankan secara efisien sebagaimana mestinya. Lebih lanjut peranan audit internal juga dapat dilihat dari fungsi insight, oversight dan forsight. Fungsi insight adalah pelaksanaan pengawasan operasional ke dalam perusahaan, yaitu auditor internal mengawasi pelaksanaan efisiensi, efektivitas dan ekonomis perusahaan. Fungsi oversight adalah fungsi pengawasan atas keseluruhan proses kegiatan perusahaan, termasuk kekuatan dan kekurangan. Sedangkan forsight diartikan auditor internal harus mempunyai pandangan ke depan, memberikan prediksi sekaligus langkah antisipasi bagi kemajuan perusahaan. Fungsi auditor internal seperti yang diuraikan diatas menuntut auditor internal memperhatikan kualitas jasa yang berikan. Sifat layanan auditor internal kepada organisasi meliputi : timeliness, intergrity, reability and customer satisfaction (Applegate, et. Al., 1997 Ristandi), yaitu hasil evaluasi auditor intern disampaikan tepat pada waktunya, didukung dengan bukti yang cukup dapat dipercaya, audit telah dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang lazim, hasil

evaluasi disampaikan kepada pihak yang bersangkutan, diterima dengan baik dan hasilnya akan memberikan nilai tambah bagi peningkatan kualitas laporan keuangan. Kualitas Jasa Internal Auditor Pemerintah Daerah Auditor internal pemerintah daerah di indonesia dilaksanakan oleh Badan Pengawasan daerah (Bawasda) sebagai auditor intern dalam suatu pemerintah daerah (Pemda) terbentuk karena adanya kebutuhan Pemda sehubungan adanya rentang kendali yang semakin luas yang dihadapi pimpinan Pemda sebagai akibat semakin banyaknya jumlah Dinas/Badan/Satker/Bagian yang dibentuk pada struktur organisasi Pemda Bawasda pada Pemda disamping memberikan jasa utama melakukan audit dan penilaian atas pengendalian intern dapat memberikan jasa tambahan antara lain melaksanakan penyelidikan atas penyimpangan, mengelolah hubungan dengan para auditor eksternal (BPK). Dengan demikian untuk melaksanakan fungsinya, Bawasda sebagai auditor internal harus memiliki kualitas jasa yang profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Untuk itu beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat disebut profesi yang berkualitas, antara lain : telah mempunyai organisasi profesi, standar perilaku profesional, kode etik profesi dan sertifikasi sebagai auditor internal. Dengan demikian seorang profesi yang berkualitas harus memiliki atribut yang membedakan karya mereka dari pekerjaan orang lain. Pelayanan jasa yang diberikan seorang auditor internal yang berkualitas harus merupakan proses belajar, pelatihan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai