(KONSEP CASEMIX)
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Casemix...................................................................................3
2.2 Tujuan Casemix.........................................................................................4
2.3 Manfaat Casemix.......................................................................................4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Casemix........................................................6
2.5 Jenis-Jenis Casemix...................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
4.1 Kesimpulan..............................................................................................11
4.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pembiayaan kesehatan di fasilitas kesehatan
diperoleh dengan dilakukannya pembayaran oleh penyelenggara asuransi
kesehatan atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta, yang
bertujuan untuk mendorong peningkatan mutu, mendorong layanan berorientasi
pasien, mendorong efisiensi dengan tidak memberikan reward terhadap provider
yang melakukan over treatment, under treatment maupun melakukan adverse
event dan mendorong pelayanan tim. Dengan sistem pembiayaan yang tepat
diharapkan tujuan diatas bisa tercapai.
Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakan yaitu metode
pembayaran retrospektif dan metode pembayaran prospektif. Metode pembayaran
retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang
diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya
yang harus dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah Fee For
Services (FFS). Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang
dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum
pelayanan kesehatan diberikan. Contoh pembayaran prospektif adalah global
budget, perdiem, kapitasi dan case based payment.
2
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2006
dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi
pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 di 15 rumah sakit
milik Kementerian Kesehatan RI, dan pada 1 Januari 2009 diperluas untuk seluruh
rumah sakit yang bekerja sama menjadi penyedia pelayanan kesehatan dalam
program Jamkesmas. Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan
nomenklatur dari INADRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-
CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M
Grouper ke UNU (United Nation University) Grouper. Kemudian, dengan
implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai 1 Januari 2014,
sistem INA-CBG kembali digunakan sebagai metode pembayaran pelayanan baik
rawat jalan maupun rawat inap kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL).
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
Dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Pengantar Casemix
2. Manfaat bagi Mahasiwa Kesehatan Masyarakat
Untuk membantu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
memahami dan mendalami pokok bahasan tentang Konsep Dasar
Casemix.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pada 15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh
rumah sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas. (PMK. No 27 Tahun
2014).
Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari
INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia
Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU
(United Nation University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010
sampai Desember 2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INA
CBG.
1.5 Tujuan Casemix
5
jenis penyakit). Menurut Thabrany (2014), jika ditinjau dari beberapa aspek,
casemix mempunyai manfaat antara lain :
1. Dari aspek perencanaan, casemix dapat menyediakan informasi yang akurat
tentang tarif kesehatan yang dibutuhkan per penyakit.
2. Dari aspek pemtarifan, casemix dapat digunakan sebagai dasar persamaan
persepsi dan alat ukur untuk penetapan kerjasama dengan Bapel.
3. Dari aspek pemeliharaan, casemix dapat digunakan sebagai alat ukur dari
output rumah sakit dan menjadi dasar dari negosiasi tarif dengan pasien ataupun
badan penyelenggara
4. Dari mutu pelayanan kesehatan, casemix membantu meningkatkan mutu
melalui penyediaan informasi bagi para tenaga medis dan tenaga kesehatan lain
tentang jenis perawatan, rata-rata lama hari rawat serta tarif pelayanan kesehatan.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penerapan kebijakan program
Casemix INA CBGs secara umum adalah secara Medis dan Ekonomi. Dari segi
medis, para klinisi dapat mengembangkan perawatan pasien secara komprehensif,
tetapi langsung kepada penanganan penyakit yang diderita oleh pasien. Secara
ekonomi, dalam hal ini keuangan (costing) jadi lebih efisien dan efektif dalam
penganggaran biaya kesehatan.Sarana pelayanan kesehatan akan mengitung
dengan cermat dan teliti dalam penganggaranya. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2012), manfaat kebijakan program Casemix INA CBGs adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Bagi Pasien
a. Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan
berdasarkan derajat keparahan
b. Dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien
mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas
rumah sakit, karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah
ditentukan.
c. Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.
d. Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang berlebihan oleh
tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
6
a. Rumah sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja
sebenarnya.
b. Dapat meningkatkan mutu & efisiensi pelayanan rumah sakit.
c. Bagi dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk
kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan,
meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar
perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor QA (quality
assessment) dengan cara yang lebih objektif
d. Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
e. Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-
masing klinisi.
f. Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran.
g. Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical
Pathway.
3. Manfaat Bagi Penyandang Dana Pemerintah (Provider)
a. Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan
kesehatan.
b. Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat
luas akan akan terjangkau.
c. Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga
meningkatkan kepuasan pasien dan provider/Pemerintah.
d. Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada biaya
yang sebenarnya.
1.7 Kelebihan dan Kekurangan Casemix
Kelebihan :
1. DRG, yang merupakan sistem casemix, dapat di berlakukan dengan cepat
2. Mengurangi beban administrasi rumah sakit
3. DRG memberikan transparansi sistem management rumah sakit dan
pembayaran
4. DRG membantu memperkirakan dan memprediksi secara tepat financial
yang diterima oleh rumah sakit
5. Meninggalkan efisiensi sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
6. Meningkatkan mutu pelayanan
7
Melalui penyediaan informasi bagi para tenaga medis dan tenaga
kesehatan lain tentang jenis perawatan, rata-rata lama hari rawat serta
biaya pelayanan kesehatan. Selain itu dapat mempromosikan praktek
berbasis bukti, mendukung perbandingan dan meningkatkan kepuasan
pasien.
7. Meningkatkan sistem manajemen kesehatan sehingga bisa membuat
keputusan yang lebih baik.
Kelemahan:
1. Rumah sakit mengalihkan pengobatan dan rawat inap menjadi rawat jalan.
Oleh karena DRGs yg merupakan sistem casemix tidak diterapkan pada
rawat jalan.
2. Rumah sakit rata-rata lama hari rawat (LOS). Rumah sakit akan
mempercepat pemulangan pasien. Penurunan LOS merupakan implikasi
atas tidak adekuatnya pelayanan rumah sakit dan perkembangan kedepan
dapar mengganggu infrastruktur home care karena kondisi pasien belum
stabil
3. Terdapat kecenderungan untuk mengklasifikasikan kembali pasien ke
diagnosis yang lebih mahal yang disebut DRG Creep (penjilat DRG)
4. Sistem pembayaran ini mengurangi ketajaman fokus diagnosis, sehingga
seringkali timbul kesalahan atau kelalaian dalam pemberian pengobatan
karena pengurangan penunjang diagnosis pada pelayanan yg belum
berstandar.
5. Pembayaran pelayanan perawatan menjadi tidak jelas, bila kemandirian
perawatan dalam intervensinya tidak jelas karena sistem ini menyatu
dalam pembayaran diagnosis
6. Sistem pembayaran ini tidak dapat membedakan antara kasus yang tingkat
kesulitan tinggi/komplkasi dengan tingkat kesulitan rendah.
7. Sistem pembayaran ini bersifat umum dan sulit untuk kasus-kasus kronik
dan berulang.
8
3. Memudahkan perhitungan pendapatan rumah sakit
4. Memberikan intensif kepada rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk
menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
5. Mendorong kerja tim rumah sakit yang berpotensi meningkatkan kualitas
layanan dan menurunkan risiko kesalahan medis.
Kelebihan lain dari penggunaan sistem pembayaran INA CBGs antara lain:
A. Bagi provider
1. Pembayaran lebih adil sesuai dengan kompleksitas pelayanan
2. Proses klaim lebih cepat
B. Bagi pasien
1. Kualitas pelayanan cukup baik
2. Dapat memilih provider dengan pelayanan terbaik
C. Bagi pembayar
1. Terdapat pembagian risiko keuangan dengan provider
2. Biaya administrasi lebih rendah
3. Mendorong peningkatan sistem informasi
Kekurangan sistem pembayaran Indonesia Case Base Groups (INA-CBG’s) :
1. Penerapannya membutuhkan pembayar pihak ketiga yang cukup dominan
2. Penerapannya membutuhkan sistem informasi kesehatan, seperti rekam medis,
teknologi, jaringan computer, dll.
3. Membatasi dokter dari upaya coba-coba produk obat, medis, yang ditawarkan
oleh perusahaan farmasi atau alat kesehatan.
4. Menimbulkan goncangan bagi para dokter yang biasa menentukan sendiri
besaran jasa medisnya.
5. Membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh elemen rumah sakit.
9
- Memerlukan pemahaman implementasi konsep prospektif
- Diperlukan monitoring pasca klaim
10
(UU SJSN). Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun
2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Pada
tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-DRG
(Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based
Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United
Nation University) Grouper.
11
BAB III
PENUTUP
1.9 Kesimpulan
Sistem casemix adalah pengelompokkan diagnosis dan prosedur dengan
mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/tarif
perawatan yang mirip/sama, pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan
system software grouper. System casemix banyak digunakan sebagai dasar system
pembayaran kesehatan di Negara-negara maju dan sedang dikembangkan di
Negara berkembang. Metode pembayaran rumah sakit dengan menggunakan
metode retrospektif (system pembayaran berdasarkan banyaknya layanan yang
diberikan oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan) dan prospektif (system
pembayaran yang udah ditetapkan besarannya sebelum pelayanan kesehatan
diberikan).
Jenis-jenis casemix yaitu ada Diagnosis Related’s Group (DRG),
International Refined DRG (IR-DRG), Australian National-DRG (ANDRG),
Health Care Resource Groups (HRG), Malaysian-DRG, Indonesia Case Based
Group (INA-CBG).
1.10 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengetahui dengan baik isi dari makalah tersebut terkait pengertian, tujuan,
manfaat, kelebihan dan kekurangan dan jenis-jenis casemix serta dijadikan
sebagai masukan dan tambahan ilmu bagi semua pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.uc.id/bitstream/handle/123456789/64938/Chapter
%2520II.pdf di unduh pada tanggal 18 Agustus 2019
13