OLEH :
Kelompok 1
Abdul Qowiy 2011211021
Delfi Astriandini 2011212069
Dini Nur Annisa 2011212028
Diva Damar Edaza 2011212033
Mita Gresya 2111216010
Seyna Adhia Satriana 2011213028
Uais 2011211057
Yana Mora Sindhana 2111216009
Dosen Pengampu:
Dr. Syafrawati, SKM., M. Comm Health Sc
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah asuransi jaminan kesehatan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen Dr. Syafrawati, SKM., M. Comm
Health Sc yang telah memberikan amanahnya kepada kami sehingga kami dapat mengambil
pembahasan ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap ilmu yang diberikan. Kemudian
ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi dukungan
dan bantuannya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini kami menyadari masih tedapat kekurangan-kekurangan yang
disebabkan karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu, kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat memberikan kontribusi bagi kami,
sehingga makalah ini dapat diperbaiki menjadi makalah yang bermanfaat dan layak untuk
dijadikan sumber acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Atas perhatian pembaca
kami tim penulis mengucapkan terimakasih.
.
Padang, 28 November 2021
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana penerapan sistem pembayaran INA CBGs di Indonesia?
4. Apa Manfaat Casemix INA CBGs?
5. Bagaimana Mekanisme Casemix INA CBGs di rumah sakit?
6. Bagaimana alur klaim dalam sistem INA CBGs?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran INA CBGS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pada tahun yang sama National Casemix Center Kementerian Kesehatan melihat
ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumah sakit, kemudian dilakukan evaluasi secara
berkala dan menghasilkan tarif sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 tahun 2012 tentang
Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs).
Sampai tahun 2013, sistem INA CBG masih digunakan dalam klaim program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dan pada era Jaminan Kesehatan Nasional, sistem INA
CBGs masih digunakan dengan terus dilakukan evaluasi tarif oleh NCC dan yang kemudian
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
4
seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation University)
Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai Desember 2013, pembayaran
kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas) menggunakan INA-CBG. Sejak diimplementasikannya sistem casemix di
Indonesia telah dihasilkan 3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG Tahun 2008,
tarif INA-CBG Tahun 2013 dan tarif INA-CBG Tahun 2014. Tarif INA-CBG mempunyai
1.077 kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode
grup/kelompok rawat jalan, menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis
serta ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan. Pengelompokan kode diagnosis dan prosedur
dilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU Grouper). UNU-Grouper adalah
Grouper casemix yang dikembangkan oleh United Nations University (UNU).
5
Penyusunan tarif dalam sistem INA CBGs dilakukan oleh National Casemix
Center (NCC) yang berada di bawah Kementerian Kesehatan dan dibantu oleh konsultan
dari United Nations University (UNU) Malaysia.
National Casemix Center (NCC) akan terus mengevaluasi tarif INA CBG,
terutama dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Tarif yang
berlaku merupakan tarif baru yang dimulai pada tanggal 01 Januari 2013 yaitu tarif
pelayanan kesehatan di ruang perawatan kelas III rumah sakit yang berlaku untuk rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus milik Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama
dengan program Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 Tahun 2012.
Bahwa berdasarkan indeks harga konsumen yang dikeluarkan dari BPS, ada
penetapan regionalisasi tarif. Untuk RS Umum dan Khusus kelas A, B Pendidikan, B
Non-Pendidikan, C dan D dijabarkan pada empat regional, yaitu regional I daerah Jawa
dan Bali, regional II daerah Sumatera, regional III untuk daerah Kalimantan, Sulawesi
dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan regional IV daerah Nusa Tenggara Timur (NTT),
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dengan pertimbangan tertentu, setiap
wilayah dapat menambahkan sesuai dengan kemampuan wilayahnya.
Tarif yang akan diberlakukan saat JKN sudah diprogramkan sejak dua tahun yang
lalu dan bulan Juli 2013 harus sudah diproduksi tarif baru untuk tahun 2014. Perubahan
tarif untuk JKN dilakukan mengingat ada konsekuensi biaya dari aktivitas yang
dilakukan. Jadi harus sudah disiapkan tarif untuk JKN, salah satunya tujuh kelompok
khusus dengan pembayaran terpisah. Kemudian tahun 2014 akan ada perubahan tarif baru
yang akan dibuat oleh NCC dan ditetapkan oleh Kemenkes. Perubahan juga menyangkut
pada data costing, jika yang sebelumnya data costing berasal dari 100 rumah sakit.
Kemudian untuk persiapan JKN 2014, data costing rumah sakit Pemerintah dan Swasta
diperluas menjadi 161 rumah sakit dari berbagai kelas dan wilayah. Dengan perbaikan
6
ini, diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik dari sisi metodologi maupun data yang
digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Dari tahun ke tahun jumlah rumah sakit pengguna INA CBGs semaikn
meningkat. Hal tersebut terlihat pada tabel dibawah ini.
Tahun 2009 Tahun 2012 Tahun 2013
RS Swasta 310 426 515
RS Pemerintah 635 718 747
7
spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta
dapat memonitor QA (quality assessment) dengan cara yang lebih objektif.
d. Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
e. Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing
klinisi.
f. Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran.
g. Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical Pathway.
3. Manfaat Bagi Penyandang Dana Pemerintah (Provider)
a. Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan.
b. Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan
akan terjangkau.
c. Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga meningkatkan
kepuasan pasien dan provider/Pemerintah.
d. Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada biaya yang
sebenarnya.
8
Terdapat 3 strategi utama RS bila dibayar dengan mekanisme INA-CBGs yaitu
efisien di setiap kasusnya, memaksimalkan tagihan di setiap klaimnya dan meningkatkan
jumlah kasus. Strategi ini dapat ditempuh dengan cara yang positif namun tidak jarang RS
menempuh dengan cara yang tidak diharapkan oleh pengambil kebijakan (unintended
consequences) misalnya merujuk pasien yang dianggap kurang menguntungkan (dumping),
memulangkan pasien lebih awal ketika masih membutuhkan perawatan (bloody/early
discharge), meminta pasien untuk datang kembali berobat di rumah sakit (readmisi, supply
induced demand), mengurangi layanan kesehatan, dan pemberian layanan tambahan
(gaming) untuk mendapatkan grup dengan bayaran lebih tinggi serta mengganti kode untuk
mendapatkan tarif yang lebih besar (up-coding).
Dalam pembayaran DRG atau CBG, aktivitas rumah sakit tidak hanya diukur
menggunakan jumlah kunjungan namun juga menggunakan casemix. Casemix merupakan
bauran kasus yang dilayani oleh rumah sakit. Angka casemix menunjukkan volume aktivitas
rumah sakit secara lebih nyata karena mempertimbangkan jumlah kunjungan dan keparahan
penyakit yang diderita pasien. Semakin banyak jumlah kasus semakin besar casemix nya.
Semakin tinggi severity level kasus yang ditangani rumah sakit maka semakin besar casemix
nya. Karena mencerminkan bauran keseluruhan kasus di RS, maka angka casemix ini juga
menggambarkan sumber daya yang dibutuhkan oleh RS. Semakin besar casemix RS maka
semakin besar pula sumber daya yang dibutuhkan. Setiap rumah sakit dapat menghitung
angka casemix nya.
Pada alur mekanisme di rumah sakit, setelah adanya nomor surat rujukan pasien,
maka akan dibuatkan SEP-nya dan mendapatkan perawatan baik di rawat jalan maupun
rawat inap, maka selanjutnya adalah proses penagihan (klaim) dari berbagai biaya perawatan
yang dilakukan terhadap pasien tersebut, pada proses penagihan ini dilakukan oleh petugas
casemix inacbg.
Ada beberapa data yang perlu dipersiapkan oleh petugas casemix secara manual,
data-data tersebut dapat pula bersumber dari aplikasi SIM RS (milik pihak ke tiga) yang
telah dimiliki oleh rumah sakit, seperti data kwitansi atau billing dari kasir, resep apotek,
rekam medis di perawatan, hasil laboratorium, hasil radiologi dan beberapa data manual
lainnya sebagai penunjang untuk proses klaim di rumah sakit.
9
Pada proses penagihan tim Casemix dapat menggunakan aplikasi bawaan dari
kemenkes yang disebut dengan National Casemix Center atau disingkat dengan NCC,
dimana aplikasi disediakan oleh Tim Teknis INA-CBG yang berada dibawah Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Aplikasi INA-CBGs
Aplikasi INA-CBGs merupakan salah satu perangkat entri data pasien yang
digunakan untuk melakukan grouping tarif berdasarkan data yang berasal dari resume medis.
Aplikasi INA-CBGs sudah terinstall dirumah sakit yang melayani peserta JKN, yang
digunakan untuk JKN adalah INA-CBGs 4.0 Untuk menggunakan aplikasi INA-CBGs,
rumah sakit sudah harus memiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi software
INA-CBGs setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. Bagi
rumah sakit yang ingin melakukan aktifasi aplikasi INA-CBGs dapat mengunduh database
rumah sakit sesuai dengan data rumah sakit di website buk.depkes.go.id.
Proses entri data pasien ke dalam aplikasi INA-CBGs dilakukan setelah pasien
selesai mendapat pelayanan di rumah sakit (setelah pasien pulang dari rumah sakit), data
yang diperlukan berasal dari resume medis.
Proses entri aplikasi INA-CBGs 4.0 dilakukan oleh petugas koder atau petugas
administrasi klaim di rumah sakit dengan menggunakan data dari resume medis, perlu
diperhatikan juga mengenai kelengkapan data administratif untuk tujuan keabsahan klaim.
10
dengan diagnosa dan prosedur yang dilakukan rumah sakit kepada pasien. Besarnya
pembayaran dalam INA CBGs ditentukan oleh: (1) Diagnosa Primer; (2) Diagnosa
Sekumder; (3) Komplikasi; dan (4) Prosedur. Alur klaim dalam sistem INA CBGs secara
singkat dapa digambarkan pada bagan.
11
Sedangkan kekurangan dari penggunaan sistem pembayaran INA CBGs antara lain:
a. Provider
- Kurang kualitas koding akan menyebabkan kurangnya besaran penggantian yang
seharusnya dibayar
b. Pasien
- Pengurangan kuantitas pelayanan
- Referral out
c. Pembayaran
- Memerlukan pemahaman implementasi konsep prospektif
- Diperlukan monitoring pasca klaim
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada
ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan yang mirip/sama,
pengelompokan dilakukan dengan menggunakan software grouper. Manfaat system ini dari
segi medis, para klinisi dapat mengembangkan perawatan pasien secara komprehensif, tetapi
langsung kepada penanganan penyakit yang diderita oleh pasien. Adapun secara ekonomi,
dalam hal ini keuangan (costing) jadi lebih efisien dan efektif dalam penganggaran biaya
kesehatan.
Terdapat 3 strategi utama RS bila dibayar dengan mekanisme INA-CBGs yaitu efisien
di setiap kasusnya, memaksimalkan tagihan di setiap klaimnya dan meningkatkan jumlah
kasus. Pada alur mekanisme di rumah sakit, setelah adanya nomor surat rujukan pasien, maka
akan dibuatkan SEP-nya dan mendapatkan perawatan baik di rawat jalan maupun rawat inap,
maka selanjutnya adalah proses penagihan (klaim) dari berbagai biaya perawatan yang
dilakukan terhadap pasien tersebut, pada proses penagihan ini dilakukan oleh petugas
casemix INACBGs. Klaim yang akan dilakukan harus dilengkapi dengan tanda tangan dokter
dan nama terang dengan lengkap. Dan kemudian diproses ke dalam software INA CBGs.
Dalam penguunaan sistem pembayaran INA CBGs terdapat kelebihan dan kekurangan
masing-masing bagi ketiga pihak yaitu provider, pasien, pembayar.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasa, materi, dan penyusunnnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulisan
makalah ini. Makalah ini juga mungkin masih jauh dari kata sempurna dan disarankan
kepada penulis selanjutnya untuk lebih mengembangkan pemahaman materi dan mencari
referensi sebanyak-banyaknya.
13
DAFTAR PUSTAKA
PERMENKES RI. No 27. Tahun 2014. Tentang sistem Indonesian case base groups ( INA-
CBGs )
https://www.scribd.com/document/335283921/Pengertian-Sistem-Casemix
https://bpjsdataanalytics.com/sistem-casemix-inacbg-rumah-sakit-rs/
14