Disusun oleh:
Kelompok 9
Dosen Pengampu:
Universitas Andalas
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul " Idiologi
Islam dan Sufisme ". Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Sosial Dasar. Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana
pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis juga menyadari akan kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari cara
penyampaiannya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini kedepannya. Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 29
B. Saran ............................................................................................................................ 30
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ideologi islam pertama kali dipakai pada tahun 1911-1912 dan dijadikan sebagai
asas oraganisasi Serikat Islam. Tujuan dari SI adalah meluruskan pendapat-pendapat yang
salah mengenai ajaran agama islam. Sejak berdiri, ideologi islam semakin berkembang
dan menjadi daya tarik utama bagi rakyat indonesia untuk menjadi suatu organisasi yang
berasaskan Islam.
Islamisme juga dikenal dengan Politik Islam, adalah seperangkat ideologi yang
berkeyakinan bahwa "Islam harus menjadi pedoman bagi segala segi kehidupan manusia,
baik sosial, ekonomi, politik, budaya, serta kehidupan pribadi". Islamisme adalah konsep
yang kontroversial, bukan hanya karena paham ini menganjurkan peran politik Islam
yang lebih kuat, akan tetapi juga karena pendukungnya berkeyakinan bahwa apa yang
mereka perjuangkan adalah pemahaman Islam yang sebenarnya; bahwa semua gagasan
sebaliknya ,
Islam harus apolitik atau dipisahkan dari politik adalah salah. Karena itulah kaum
pendukung Islamisme secara keras menentang paham sekularisme yang menyerukan
pemisahan antara agama dengan politik (pemerintahan). Kaum pendukung Islamisme
dapat memiliki penafsiran yang berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat dan surat dalam
Quran. Pandangan Islamisme menekankan pentingnya penerapan Syariah (hukum Islam);
persatuan politik Pan-Islamisme; serta menyingkirkan secara selektif pengaruh-pengaruh
non-Muslim dari Dunia Islam, khususnya pengaruh politik, sosial, ekonomi, dan budaya
Barat yang dianggap tidak sesuai dengan Islam.
Islamisme adalah pemahaman agama (Islam) dalam bentuk tatanan sebuah negara,
yaitu negara Islam. Kelompok Islamisme telah mengidolakan Islam pada zaman Nabi
saw. di Madinah, dan mereka berupaya untuk mengembalikan praktik berislam pada
zaman sekarang untuk kembali seperti praktik berislam pada zaman Nabi saw., yaitu
zaman empat belas abad yang silam. Agenda utama Islamisme adalah mendirikan tatanan
negara Islam dan memobilisasi umat Islam dalam rangka membangun tatanan yang
totaliter yang disebut sebagai nizam Islami.
Kata Sufisme berasal dari kata “sufi”. Istilah “sufi” dan “tasawuf” tak pernah
dikenal di masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa khulafaurradyidin. Istilah tersebut
1
baru dikenal pada pertengahann abad ketika Hijriyah. Abu Hasyim Al-Khufi merupakan
orang pertama memperkenalkan istilah as-sufi dan menambahkan kata as-sufi pada
belakang namanya. Secara etimologis, para ahli memiiki perbedaan pendapat mengenai
asal kata dari tasawuf.
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara
menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh
kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal
duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang
Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi. Pemikiran Sufi muncul di Timur
Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan islamisme dan pemahaman islam di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan ilmu tasawuf ?
3. Bagaimana pelaksanaan tarekat?
4. Dimana sajakah pusat-pusat dan jenis tarekat?
5. Siapa sajakah pengembang tarekat?
6. Bagaimana sambutan masyarakat nusantara terhadap tarekat?
7. Apa yang dimaksud tarekat dan modernisasi islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui islamisme dan pemahaman islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu tasawuf.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan tarekat.
4. Untuk mengetahui pusat-pusat dan jenis tarekat.
5. Untuk mengetahui pengembang tarekat.
6. Untuk mengetahui sambutan masyarakat nusantara terhadap tarekat.
7. Untuk mengetahui tarekat dan modernisasi islam.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Islamisme adalah pemahaman agama (Islam) dalam bentuk tatanan sebuah negara,
yaitu negara Islam. Kelompok Islamisme telah mengidolakan Islam pada zaman Nabi
saw. di Madinah, dan mereka berupaya untuk mengembalikan praktik berislam pada
zaman sekarang untuk kembali seperti praktik berislam pada zaman Nabi saw., yaitu
zaman empat belas abad yang silam. Agenda utama Islamisme adalah mendirikan tatanan
negara Islam dan memobilisasi umat Islam dalam rangka membangun tatanan yang
totaliter yang disebut sebagai nizam Islami. Islam mendukung Islam sebagai suatu
gerakan yang ingin mengembalikan Islam seperti yang telah dipraktikkan oleh Nabi saw.
di Madinah. Inilah ide utama dibentuknya gerakan Islamisme. Alasannya bahwa praktik
Islam yang dianggapnya benar, tidak salah, tidak bisa ditawar, tidak bisa diubah, bisa
menyelamatkan, tidak ada unsur Barat, betul-betul dari Tuhan dan tidak dipengaruhi oleh
pemikiran manusia. Menurut Islamisme hanyalah model praktik berislam pada zaman
Nabi saw. selainnya adalah praktik berislam yang ditolak alias bid’ah.
Islam zaman Nabi saw. di Madinah yang telah diidolakan oleh kelompok
Islamisme. Setelah zaman Nabi saw. berakhir dan digantikan oleh al-Khulafa’ al-
Rasyidin, sistem pemerintahan yang persis pada zaman Nabi saw. sudah tidak bisa
dipraktikkan lagi. Alasannya, Nabi Muhammad saw. menjalankan pemerintahannya di
Madinah dalam bimbingan wahyu Allah, sedangkan para al-Khulafa’ al-Rasyidin mesti
berijtihad sendiri terhadap setiap masalah yang datang dan baru, belum pernah ada pada
zaman Nabi Muhammad saw. Jadi sudah sangat jelas bahwa apa yang diwacanakan oleh
kelompok Islamisme yang ingin mendirikan negara Islam ala zaman Nabi saw. di
Madinah, sangatlah jauh dari jangkauan dan sungguh tidak rasional. Alasan lain bahwa
kelompok Islamisme adalah para penganut Islam yang lahir sekitar abad ke18, jauh
sesudah masa Nabi saw. (w. 632 M/ awal abad ke-7) berakhir, dan sangat mustahil bisa
mempraktikkan Islam persis seperti di zaman Nabi saw.
Selain dari yang telah disebut di atas, munculnya gerakan Islamisme pada tahun
1928 M, karena adanya tarik menarik dengan relasi kuasa yang ada pada masa itu. Ada
sekelompok Muslim di Mesir menolak sistem yang dipraktikkan oleh rezim. Alasannya
bahwa rezim tidak menerapkan Syariat Islam sebagai dasar negara dan rezim lebih
cenderung pro terhadap hukum Barat. Gerakan Islamisme untuk pertama kalinya ada di
Mesir bersamaan dengan munculnya sebuah organisasi Islam, yaitu al-Ikhwan al-
Muslimun yang didirikan oleh Hasan alBanna tahun 1928.
Agama dan politik tampak menyatu dalam negara Muslim historis, sejak
zaman Nabi saw. di Madinah, karena upaya Nabi saw. menggunakan agama (Islam)
dengan bimbingan wahyu untuk merespon persoalan umat pada waktu itu. Persoalan
ini telah memunculkan kebingungan dan kesalahpahaman tentang apa Islam yang
sebenarnya. Dunia Barat berpaham bahwa Islam adalah agama politik. Kelompok
4
Islamisme berpaham bahwa Islam dan politik itu adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan (din wa daulah).
Asal usul Islamisme (Islam politik) yang muncul sebagai akibat krisis di
dunia Islam dapat ditelusuri sejak lahirnya alIkhwan al-Muslimun di Mesir—sebagai
pangkalan awal gerakan Islamisme—pada tahun 1928 M. Gerakan ini menyebar ke
seluruh dunia Muslim, termasuk Indonesia dalam rangka dekolonialisasi, krisis
nasional (kekalahan perang melawan Israel tahun 1967), gejala sosial politik global
(bukan gejala keagamaan), al-hall al-Islam (solusi Islam); faktor internal: otoriter,
korupsi, tidak adil, sosio ekonomi dan politik. Penganjur dan pengikut gerakan ini
disebut Islamisme, artinya Muslim yang berkomitmen terhadap aksi politik untuk
menerapkan apa yang mereka anggap sebagai agenda Islam.
Gerakan Islam yang mulai bangkit pasca lengsernya rezim Orde Baru ditandai
oleh dua model gerakan; yaitu struktural dan kultural. Model gerakan pertama
ditandai dengan maraknya pendirian partai-partai Islam, seperti PBB (Partai Bulan
Bintang), PKS (Partai Keadilan Sosial), PKU (Partai Kebangkitan Umat), Partai
Masyumi Baru, dan PP (Partai Persatuan). Model gerakan kedua ditandai dengan
munculnya Ormas-Ormas Islam, seperti Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad
(LJ), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizb al-Tahrir Indonesia (HTI), dan
menyusul gerakan lainnya yang sudah ada sejak zaman Orde Baru, seperti Persatuan
5
Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia
Islam (KISDI).
Pertama, agama Islam itu diperuntukkan bagi umat Islam awam dan bukan
formula politik untuk suatu tatanan negara, tetapi merupakan sistem ibadah dan
budaya yang menentukan pandangan dunia dan cara hidup mereka. Hal ini sudah
begitu jelas bahwa formula Islamis ihwal din wadaulah (kesatuan agama dan negara)
bukan merupakan ciri Islam itu sendiri tetapi penanda batas utama antara Islam dan
Islamisme.
6
Ketiga, Islamisasi demokrasi yang seharusnya dicapai dalam konteks syariah
hanyalah kamuflase bagi agenda tatanan yang totaliter. Konsep Islamis ihwal tatanan
Ilahi tidak hanya menolak kedaulatan rakyat, tetapi juga menolak setiap pluralisme
demokratis yang mengakui suatu tempat bagi politik lain. Islamis berpikir dalam
kode biner ihwal mukmin sejati dan orang kafir. Islamisme secara intrinsik tidak
sesuai dengan bentuk liberal “Islam yang terbuka”. Islamisme tidak memiliki semua
dasar-dasar etika untuk merengkuh pluralisme demokratis.”
1) Agama politik dan problematika tatanan politik. Di mana Islamisme itu berasal
dari politisasi agama. Jika agama yang dipolitisasi ini hanyalah indikasi dari
adanya perbedaan budaya, bisa disediakan ruang dengan mengatasnamakan
keanekaragaman. Tetapi, Islamisme, sebagai varian Islam atas fenomena global
fundamentalisme agama, secara unik berfokus pada tatanan internasional.
Kalangan Islamisme berupaya memobilisasi masa atas dasar agama dalam rangka
menegakkan bukan hanya negara Islam, tetapi juga memperbarui dunia. Negara
syariah bukanlah varian Islam atas konstitusionalisme tetapi inti dari tatanan yang
tertanam dalam upaya Islamisme demi mewujudkan pax Islamica global. Tujuan
ini sama-sama dicanangkan oleh Islamisme, baik yang tanpa kekerasan maupun
yang jihadis.
2) Islamisme terdiri atas Islamisme institusional (anti kekerasan) dan Islamisme
jihadis (kekerasan sebagai sarana untuk mencapai tujuan). Namun antara
keduanya memiliki ambisi yang sama, yaitu tatanan negara Islam. Islamisme ingin
mengganti sistem rezim yang menurut mereka otoriter kepada sistem yang
totaliter.
3) Politisasi agama merupakan fenomena global, di mana Islamisme adalah menjadi
contoh pentingnya. Islamisme adalah politik yang diagamaisasikan. Islamisme
telah mengglobal, ada di dunia Islam, Eropa28maupun diaspora di Barat.
7
Islamisme di Indonesia dapat digambarkan seperti, antara lain Kartosoewirjo, Kahar
Muzakkar,dll.
Perlu ada penegasan bahwa apa yang dipahami oleh Barat: “Islam adalah
agama politik.” Alasannya bahwa Islam memantapkan eksistensinya melalui
penaklukan militer. Pernyataan Barat yang demikian ini adalah wujud salah paham
terhadap makna Islam yang sebenarnya, karena tidak memahami apa itu Islam dan
apa itu Islamisme. Di mana Islam bukan agama politik, ada perbedaan antara Islam
dan Islamisme. Islam adalah paham agama tauhid yang mengajak pada keimanan,
sedangkan Islamisme adalah pemahaman agama (Islam) dalam bentuk tatanan
sebuah negara, yaitu negara Islam. Mereka telah memanfaatkan agama untuk
kepentingan politik.
8
3. Kelompok-kelompok Islamisme di Indonesia
Islamisme adalah sebutan untuk sebuah grup Muslim yang memahami bahwa
Islam selain sebagai agama juga sebagai tatanan sebuah negara. Mereka memahami
bahwa syariat Islam bisa dijadikan alternatif terhadap solusi impor, seperti
9
demokrasi. Demikian juga bisa dijadikan solusi atas semua kejahatan politik yang
telah mengakibatkan adanya krisis ekonomi, mental dan akhlak yang disebabkan oleh
ulah rezim yang diktator, manipulatif dan korup. Eksistensi Islamisme di Indonesia
berdasarkan pembacaan terhadap realitas Indonesia zaman sekarang terkait dengan
eksistensi Islamisme yang telah terwadahi dalam ormasormas Islam seperti, antara
lain Masyumi, Front Pembela Islam (FPI), Hizb al-Partai Keadilan Sosial (PKS),
Laskar Jihad (LJ), Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), Tahrir Indonesia (HTI),
Negara Islam Indonesia (NII), Gerakan 411 (4 Nopember 2016) dan Gerakan 212 (2
Desember 2016). Di mana eksistensi Islamisme lebih cenderung dimanfaatkan oleh
tokohtokoh politik Indonesia untuk menuju sebuah kekuasaan.
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu
sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat
manusia dan seluruh alam semesta. Adapun tentang sumber-sumber yang menjadi
landasan tasawuf Islam itu terdapat bermacam-macam pendapat. Diantaranya ada yang
menyatakan bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran Islam itu sendiri. Selain itu
pula ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari persia, Hindu Nasrani
dan sebagainya. (Syamsun Ni'am, 2014: 122).
10
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas jelas adanya perbedaan pandangan tentang
sumber tasawuf Islam itu, namun demikian dapat dinyatakan bahwa para orientalisten
yang kurang jujur berpendapat bahwa tasawuf Islam itu berpendapat bahwa islam itu
sendiri sudah ada benih-benih untuk tumbuh dan berkembang sesudah disemaikan
didalam lubuk hati setiap muslim, karena tidak dapat dipungkiri lagi ajaran yang
menyatakan bahwa: Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasinya,” dengan
pengertian lain dapat ditegaskan bahwa kemurnian ajaran islam itu benar-benar
mengandung nilai-nilai kerohanian yang menjadi sumber akhlak bagi setiap muslim,
terutama bagi para sufi yang senantiasa berusaha membersihkan hati dan mensucikan
jiwa mereka dan berhias dengan perangkai terpuji serta menjauhkan diri dari perangai
tercela. (Harun Nasution,1990:58).
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sumber dan landasan tasawuf islam itu
sendiri, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mendapat pengaruh dari luar islam.
Tahap pertama, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih
sangat sederhana. Yaitu, ketika pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum
Muslim memusnahkan perhatian memprioritaskan hidupnya hanya pada
pelaksanaan ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat Mereka adalah, antara lain:
Al-hasan Al-Basri (w. 110 H) dan Rabi`ah Al-Adawwiyah (w.185 H) kehidupan
“model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 H ketika kaum sufi mulai
memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku
hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam
bidang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala-gejala
kejiwaan yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah ini berkaitan
langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT.
11
Sehingga lahir konsepsi-konsepsi seperti Fana`, terutama Abu Yazid Al-Busthami
(w. 261 H)
Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku tasawuf pun berkembang menjadi
ilmu moral keagamaan atau ilmu akhlak keagamaan. Pada masa ini tasawuf identik
dengan akhlak (berkembang ± satu abad). Pada abada ketiga hijriah, muncul jenis –
jenis tasawuf lain yang lebih menonjolkan pemikiran yang eksekutif yang diwakili
oleh AL-Hallaj yang kemudian dihukum mati karena menyatakan pendapatnya
mengenai hulul (pada 309 H). Boleh jadi Al-Hallaj mengalami peristiwa naas
seperti ini karena paham hululnya ketika itu sangat kontraversional dengan
kenyataan di masyarakat yang tengah mengandrungi tasawuf akhlaqi. (Samsul
Munir Amin, 2015: 209).
Dari sisi lain, pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti
Al-Juanid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan pengajaran dan
pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah. Untuk pertama kali
dalam islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan semacam lembaga
pendidikan yang memberikan berbagai pengajaran teori dan praktik kehidupan
sufisfik, kepada para murid dan orang- orang yang berhasrat memasuki dunia
tasawuf. Demikian juga ajaran tasawuf al-Suhrawardi, pendiri mazhab isyraqiyyah
yang memaklumkan dirinya sebagai seorang nabi yang menerima limpahan nur
Illahi dan berakhir dengan fatwa ulama bahwa dia adalah seorang kafir yang halal
darahnya. Lalu dia digantung di Aleppo pada tahun 587 H dalam usia 38 Tahun.
Demikian pula halnya dengan Ibn Sab`in yang telah mengambil jalan pintas
dengan membunuh diri karena serangan para ulama yang sangat gencar terhadap
ajaran tasawuf yang diajarinya. Tidak sedikit pila para ulama yang membantah
ajaran tasawuf Ibn Arabi yang mengajar paham pantheisme bahwa Tuhan dan alam
12
merupakan suatu kesatuan yang dipisahkan. Perbedaannya hanya pada nama,
sedangkan pada hakikat adalah satu.
13
Sentuhan filsafat juga mewarnai corak tasawuf. Pada abad ke enam sampai
ke delapan Hijriyah, lewat konsepsi Ibn Arabi, corak ma’rifat yang dikembangkan
adalah hubungan antara fenomena alam yang pluralistic dengan Tuhan sebagai
prinsip keesaan yang melandasinya, yang popular dengan doktrin wahdah al-
wujud.
C. Pelaksanaan Tarekat
Kata Tharekat dalam bahasa arab adalah (thariqah) yang berarti jalan, keadaan,
aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi. Dapat pula
digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat sebab jalan-jalan utama disebut
syara’, sedangkan anak jalan di sebut “thariq”.
Yang dimaksud tarekat adalah suatu sistem dan cara-cara beramal atas Irsyad
seseorang mursyd terhadap murid-muridnya yang mengikat dalam suatu mazhab tertentu
yang pada dasarnya untuk menjalankan sunnah rosul secara optimal dan sungguh-
sungguh. Sufi-sufi yang melakukan tarekat menggambarkan dirinya yang sedang mencari
tuhan bagaikan pengambara (salik). Mereka melangkah maju dari satu tahap ketahap
berikutnya. Jalan yang mereka tempuh disebut “thareqoh”. Tarekat atau jalan sufi ini
begitu penting sehingga seringkali ilmu tasawuf disebut juga dengan ilmu suluk.
1. Zikir, yaitu mengingat terus menerus kepada Allah dalam hati serta
menyebutkan namanya dengan lisan. Zikir ini berguna sebagai alat pengontrol
bagi hati, ucapan dan perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah
ditetapkan oleh Allah SWT, ada juga yang disebut dengan dzikir lidah dan
dzikir qalbu.
2. Ratib, yaitu mengucapkan lafal La ilaha illa Allah dengan gaya gerak
dan irama tertentu.
14
3. Musik, yaitu membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi
dengan bunyi-bunyian (instrumental) seperti memukul rebana
4. Menari, yaitu gerak yang mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan
tertentu menimbulkan kekhidmatan
5. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir
yang tertentu.
Tarekat-tarekat itu banyak sekali dalam dunia islam, terdapat tarekat-tarekat yang
merupakan induk, diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf aqidah, dan ada pula tarekat-
tarekat yang merupakan perpecahan dari tarekat induk itu.
Adapun tarekat di dunia islam itu begitu banyak sekali macamnya. Seorang tokoh
tarekat terkemuka, Dr. Jalaluddin telah banyak menulis tentang tarekat-tarekat. Ia
menerangkan bahwa ada 41 macam tarekat yang mu’tabar. Diantaranya sebagai berikut:
tarekat Qodiriyyah (abdul qodir jailani, baghdad Irak), Naksabandiyyah (Muhammad bin
al-uwaisi al Bukhari al Naqsyabandi Qadri Arifan, Turki) Syazilliah (Abul hasan ali
syazili, makkah arab saudi), Rifaiyyah (Sayyid Ahmad Rifai, Baghdad, Irak),
Ahmadiyyah (Mirza Ghulam Ahmad, Qodiah India), Dasukkiyah, Akbariyyah,
Maulawiyyah (Jalaluddin Ar-Rumi Konya Anatolia), Qurabbiyah, Suhrowardiyyah,
Syihabuuddin (Abu Hafss Umar bin Abdullah as-Suhrawardi, Bghdad Irak), halwaltiyyah
(Umar Al-khalwati, Kayseri Turki) Jaluttiyah, Bkdasiyyah, Ghazaliyyah, Rumiyyah,
Jatsiyyah Syabanniyah, Shiddiqiyyah (Kyai Muchtar Mukti, jombang Indonesia)
Qusyosiyyah, Tijaniyyah (Abul Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani, Fes Maroko),
alawiyyah (abu abbas ahmad bin mustafa al alawi, mostaghanem Aljazair), Usyyaqiyyah,
Bakriyyah (Abu Bakar Wafai, Aleppo, Syuriah), Umarriya, Usmaniyyah, Aliyyah,
Abbasiyyah, Haddadiyyah (Sayyid Abdullah bin Alawi bin muhammad al Haddad, Hijaz
Arab Saudi) maghribiyyah, ghaibiyyah, hadiriyyah, syattariyyah, (Abdulloh Ats-syattar
India), Bayyumiyyah, Aidrussiyah, Sanbliyyah, malawiyyah, ansafiyyah, samaniyah
(Muhammad bin samman al-Madani, Madinah Arab Saudi), sanusiyyah (Sidi Muhammad
bin Ali al-sanusi tripoli Libanon), Idrisiyyah (Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Ali,
Asir Arab Saudi) dan tarekat Badawiyyah.
15
Dalam buku Ensiklopedi Islam sendiri dikatakan ada 45 tarekat yang di kenal di
dunia islam, namun dalam ini hanya akan kami paparkan 4 tarekat, yaitu tarekat chistiyah,
tarekat mawaliyah, tarekat nikmatullah, dab tarekat sanusiah.
1. Chistiyah (India)
Chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Asal usul
tarekat ini dapat dilacak hingga abad ke_3 H/ 9 M dikota Chist dari kata ini tarekat itu
menanamkan diri yang dalam wilayah Afganisthan Modern terletak beberapa ratus
kilometer di timur Harrat. Tarekat ini menyebar keseluruh kawasan yang kini
merupakan wilayah India, Pakistan dan Bangladesh. Namun, hanya terkenal di India.
Nama mawaliyah berasal dari kata “maulana” (guru kami yaitu gelar yang
diberikan muridnya kepada Muhammad Jalaluddin Rumi(wafat 1273)). Oleh sebab itu
16
Rumi adalah pendiri tarekat mawaliyyah yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir
hidup Rumi.
Di kota ini Rumi bertemu Attar yang meramalkan Rumi kelak akan masyhur
yang akan menyalakan api gairah ketuhanan. Karya kumpulan puisi rumi yang
terkenal al-matsanawi al-maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap ilmu kalam
yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengkritik langkah dan
arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan
mengkultuskan rasio. Diakui bahwa puisi rumi memiliki ciri khas sendiri
dibandingkan para sufi lainnya.
Ciri khas lain yang membedakan puisi rumi dengan penyair lain adalah
seiringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah, tetapi hal ini bukan
dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagi alat
pernyataan pikiran dan ide. Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi rumi
yang tampaknya berlainan namun nampaknya mempunyai kesejajaran makna
simbolik. Tokoh-tokohnya, Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain. Tampil sebagai
lambang keindahan jiwa dan mencapai makrifat. Dan memang tokoh-tokoh tersebut
terkenal sebagi pribadi yang diliputi oleh cinta Illahi.
Salah satu karya yang paling terkenal adalah “jangan tanya apa agamaku”.
Aku bukan yahudi, bukan zoroaster, bukan pula islam, karena aku tahu, begitu suatu
17
nama kusebut, kau akan memberi arti yang lain dari pada makna yang hidup
dihatiku”.
Dalam tarekat ini terdapat ajaran mengenai tarian sama’. Pengikut tarekat
mawaliyah menggunakan tarian sama’ sebagai cara pendekatan diri kepada tuhan
(Allah SWT). Tarian Sama’ bukanlah sembarang tarian, tarian ini memiliki makna
tersendiri untuk membimbing manusia (pengikut tarekat mawaliyah) dalam membuka
jiwanya menuju tuhan.
Tarekat Nimatullah adalah suatu madzab sufi persia yang segera setelah
berdirinya dan mulai berjaya dan mulai berjaya pada abad ke 8 atau 14 mengalahkan
loyalitasnya kepada syi’i Islam. Nimatullahi pertama kali berdiri disuatu wilayah
disebelah selatan tenggara Persia. Dimana tarekat ini terus berjaya hingga zaman
berkuasanya syah Abbas. Menurut javad Nurbakhsy, tarekat Nimatullah adalah salah
satu tarekat sufiyang terkenal, mempunyai banyak pengikut di Amerika serikat, Eropa
dan khususnya di Persia (Iran) sekarang ini. Tarekat ini didirikan oleh Syah Ni’mat
Allah Wali.
Ajaran Ni’matullahi terdiri atas lima amalan pokok yaitu, dzikir khafi (do’a
batin dan do’a hati), fikr (kontemplasi, refleksi), muraqobah (meditasi), wird (wird,
permohonan) dan muhasabah (mawas diri). Kaum sufi Nimatullahi berkumpul dua
kali dalma seminggu di pondok sufi dan melakukan ibadah-ibadah ritual sholat. Acara
ini kemudian dilanjutkan dengan majelis sufi. Terlebih dahulu dilakukan meditasi
dalam diam kemudian dilantunkan puisi mistis karya para maestro besar dalam tradisi
sufi Persia, seperti Rumi, Iraqi, Maghribi atau Syah Nikmat Allah, kadang-kadang
dengan iringan musik.
4. Tarekat Sanusiyah
18
Tarekat Sanusiyah sangat menonjol dalam kecermatan dan disiplin diri yang
ketat. Para pengikutnya dilarang minum alkohol, merokok, dan memakai pakaian
mewah dan perhiasan bagi kaum laki-laki. Mereka mengharamkan musik, genderan
dan tarian sebagaimana dipraktikan oleh tarekat sufi yang lain.
Terdapat banyak sekali jumlah tarekat yang muncul di dunia Islam tidak hanya
puluhan bahkan ratusan. Namun tidak semua tarekat tersebut berkembang di Indonesia.
Tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia adalah tarekat-tarekat yang telah
mengalami transmisi melalui guru-guru tarekat. Selain tarekat yang langsung berafiliasi
dengan tarekat utamanya juga ada tarekat yang merupakan kombinasi dari beberapa
tarekat. Di bawah ini beberapa tarekat besar dunia yang berkembang di Indonesia yang
pada tahapan berkutnya melakukan afiliasi dengan tarekat lain :
19
yang jelas ia belajar tasawuf pada seorang guru yang bernama Abu al-Khayr
Muhammad bin Muslim al-Babbas (W. 521/1131).
3. Tarekat Syattariyah, tarekat syattariyah di nisbahkan kepada tokoh yang
mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah al-Syattari (W. 890
H/1485 M.). Ia adalah seorang ulama yang masih memiliki hubungan
kekeluargaan dengan syihab al-Din Abu Hafsh Umar Suhrawardi (W. 632 H/1234
M), ulama yang mempopulerkan tarekat Suhrawardiyah.
4. Tarekat Syadziliyah, didirikan oleh Syeh Abu al-Hasan al-Syadzili (1196- 1258).
Nama lengkapnya Ali Abdullah din abd al-Jabbar Abu al-Hasan alSyadzili,
silsilah keturunannya menyambung pada Ali bin Abi Thalib.
5. Tarekat Tijaniyah, didirikan oleh Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-
Muchtar at-Tijani (1737-1815). Menurut pengakuhannya Ahmad Tijani memiliki
nasab yang sampai pada Rasulullah.
E. Pengembang Tarekat
1. Tokoh Tarikat Qodiriyah
Pada usia 8 tahun Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al
Baghdadi sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M.
Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu
20
dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali.
Tapi, dia tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf
al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan
ijazah.
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab
pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani
menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya
dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam.
Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai
wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul
Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga
dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai
hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.
Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau 1786 di desa
Tempuran Kabupaten Semarang dari pasangan suami isteri K.H. Muhammad Marhum
Bin Abi Sujak Seorang Penghulu Landerad di Kendal dan Siti Rahmah. Pada waktu
usia beliau sekitar 6 tahun, ayah beliau wafat sehingga beliau mendapat sentuhan kasih
sayang dari seorang ayah dalam waktu yang singkat, yaitu selama 6 tahun.
Pada usianya yang begitu muda itu (6 tahun) itu beliau (Ki Ahmad) sudah
diasuh oleh kakaknya yang bernama Nyai Rajiyah istri Kiai As’ari seoarang ulama
pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Kaliwungu. Di sinilah beliau belajar ilmu
agama kepada kiai As’ari dan diamalkan melalui dakwah lisan dan tulisan kepada
rakyat sekitarnya, sebelum sampai kesuksesannya menyalurkan banyak karya ilmiah
21
yang sarat ilmu dan patriotisme serta cita-cita kemerdekaan dengan keadaaan berpisah
dengan keluarga dan menikmati masa masa terakhir hidup dalam pengasingan meski
sempat ada komunikasi lewat surat-menyurat dengan Maufuro tetapi setelah ketahuan.
Tarekat Syaziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syekh Abul Hasan Asy
Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah
Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin
Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin
pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin
Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.
Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah
Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili.
al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun
593 H(1197 M). menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat
muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa
tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.
22
4. Tokoh Tarikat Maulawiyah
Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India
pada abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan
berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.
Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah)
dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut
23
Bistamiyah. Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429
M). Tarekat Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah)
dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani
(w.1689/1101). Dan dua ulama ini diteruskan oleh Syekh ‘Abd al-Rauf al-Sinkili ke
Nusantara, kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke
Minangkabau.
Ubaidillah terkenal dengan Syeikh yang memiliki banyak lahan, kekayaan, dan
harta. Ia mempunyai watak yang sederhana dan ramah, tidak suka kesombongan dan
keangkuhan. Ia menganggap kesombongan dan keangkuhan merendahkan tingkat
moral seseorang dan melemahkan tali pengikat spritual. Ia juga berjasa dalam
meletakkan ciri khas tarekat ini yang terkenal dalam menjalin hubungan akrab dengan
para penguasa saat itu sehingga ia mendapat dukungan yang luas jangkauannya. Pada
tatanan selanjutnya tarekat ini mulai menyebarkan gerakannya diluar Islam.
24
Tokoh lain yang berperan besar dalam penyebaran tarekat ini secara geografis
adalah Said al-Din Kashghari. Ia juag telah membai’at penyair dan ulama besar ’Abd
al-Rahman Jami’ ia yang kemudian mempopulerkan tarekat ini dikalangan istana.
Kontribusi utama Jami’ adalah paparannya tentang pemikiran Ibnu ’Arabi dan
mengomentari karya-karya Ibnu Arabi, Rumi, Parsa dan sebagainya, sehingga tersusun
dalam gubahan syair yang mudah dipahami dari gagasan mereka tersebut.
Syeikh Yusuf berasal dari Kerajaan Gowa Sulawesi. Pada tahun 1644 ia pergi
ke Yaman kemudian diteruskan lagi ke Makkah, Madinah untuk menuntut ilmu dan
naik haji. Karena kondisi politik saat itu, ia mengurungkan niatnya untuk pulang ke
tanah kelahirannya di Makassar sehingga membawanya menetap di Jawa Barat Banten
hingga ia menikah dengan putri Sultan Banten. Kehadirannya di Banten membawa
sumbangan besar dalam mengangkat nama Banten sebagai pusat pendidikan Islam. Ia
terkenal sebagai ulama Indonesia pertama yang menulis tentang tarekat ini.
25
Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Nusantara dapat dilihat dari para tokoh-
tokoh tarekat ini yang mengembangkan ajaran Tarekat Naqsabandiyah di beberapa
pelosok Nusantara diantaranya adalah :
• Muhammad Yusuf adalah yang dipertuan muda di kepulauan Riau, beliau menjadi
sultan di pulau tempat dia tinggal.
• Di Pontianak, Tarekat Naqsabandiyah mulai dikembangkan oleh Ismail Jabal yang
merupakan teman dari Usman al-Puntani (ulama yang terkenal di Pontianak sebagai
penganut Tasawuf dan penerjemah tak sufi)
• Di Madura, Tarekat Naqsabandiyah sudah hadir pada abad ke 11 hijriyah. Tarekat
Naqsabandiyah Mazhariyah merupakan Tarekat yang paling berpengaruh di Madura
dan juga di beberapa tempat lain yang banyak penduduknya berasal dari madura,
seperti Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Barat.
• Di Dataran Tinggi Minangkabau Tarekat Naqsabandiyah adalah yang paling padat.
Tokohnya adalah Jalaludin dari Cangking, ’Abd al Wahab, Tuanku Syaikh Labuan di
Padang.
• Di Jawa Tengah berasal dari Muhammad Ilyas dari Sukaraja dan Muhammad Hadi
dari Giri Kusumo. Popongan menjadi salah satu pusat utama Naqsabandiyah di Jawa
Tengah.
7. Tokoh Tarikat Suhrawardiyah
Nama lengkap Suhrawardi adalah Abu al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak
Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153M di Suhraward,
sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan.
26
F. Sambutan Masyarakat Nusantara Terhadap Tarekat
Besarnya pengaruh tarekat dalam islamisasi juga didukung dengan dari temuan
sejarah bahwa sebenarnya Islam sudah masuk di Nusantara sejak abad ke 7, dan di Jawa
sejak abad 11 M, namun sejauh itu tidak cukup signifikan mengubah agama masyarakat
Nusantara. Islam saat itu hanya menjadi agama para pendatang yang berkumpul dalam
komunitas-komunitas kecil di beberapa kota di pesisir Jawa, seperti di Leran (Gresik),
Indramayu dan Semarang. Sementara penduduk asli diceritakan masih hidup dengan
agamanya, bahkan digambarkan dengan pola hidup yang beragama Hindu dan Budha.
Proses islamisasi nusantara secara besar- besaran baru terjadi pada penghujung
abad 14 atau awal abad 15 dan hal ini bersamaan dengan masa keemasan perkembangan
tasawuf akhalaki yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran tarekat di Timur Tengah.
Fase itu sendiri telah dimulai sejak Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (wafat
1111 M) merumuskan konsep tasawuf moderat yang memadukan keseimbangan unsur
Ahklak, syariat, dan filsafat.
27
menafsirkan peran agama dalam ranah publik. Apalagi wacanawacana tasawuf dan
ajaran-ajaran praktis tarekat merupakan peninggalan klasik yang tidak akan eksis dalam
kehidupan sosialpolitik masyarakat modern.
28
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Asal usul Islamisme (Islam politik) yang muncul sebagai akibat krisis di dunia
Islam dapat ditelusuri sejak lahirnya alIkhwan al-Muslimun di Mesir—sebagai pangkalan
awal gerakan Islamisme—pada tahun 1928 M. Gerakan ini menyebar ke seluruh dunia
Muslim, termasuk Indonesia dalam rangka dekolonialisasi, krisis nasional (kekalahan
perang melawan Israel tahun 1967), gejala sosial politik global (bukan gejala
keagamaan), al-hall al-Islam (solusi Islam).
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu
sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat
manusia dan seluruh alam semesta. Adapun tentang sumber-sumber yang menjadi
landasan tasawuf Islam itu terdapat bermacam-macam pendapat. Diantaranya ada yang
menyatakan bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran Islam itu sendiri. Selain itu
pula ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari persia, Hindu Nasrani
dan sebagainya.
Tarekat adalah suatu sistem dan cara-cara beramal atas Irsyad seseorang mursyd
terhadap murid-muridnya yang mengikat dalam suatu mazhab tertentu yang pada
dasarnya untuk menjalankan sunnah rosul secara optimal dan sungguh-sungguh. Sufi-sufi
yang melakukan tarekat menggambarkan dirinya yang sedang mencari tuhan bagaikan
pengambara (salik).
Proses islamisasi nusantara secara besar- besaran baru terjadi pada penghujung
abad 14 atau awal abad 15 dan hal ini bersamaan dengan masa keemasan perkembangan
tasawuf akhalaki yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran tarekat di Timur Tengah.
Fase itu sendiri telah dimulai sejak Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (wafat
1111 M) merumuskan konsep tasawuf moderat yang memadukan keseimbangan unsur
Ahklak, syariat, dan filsafat.
Tarekat-tarekat ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Nusantara
melalui para penyebar agama Islam. Mencapai puncaknya pada abad 17- 18, bersamaan
dengan orang- orang Jawa yang naik haji. Hingga saat ini tak kurang dari 44 tarekat yang
telah ada dan tersebar di seluruh Indonesia
29
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya pengetahuaan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca pada umumnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/AJIP/article/view/628
https://www.researchgate.net/publication/334081577_SEJARAH_PERKEMBANGAN_TAS
AWUF_DARI_ZAMAN_KE_ZAMAN
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4828/3115
https://uslaely.wordpress.com/kuliah/makalah/akhlaq-
tasawuf/#:~:text=Tarekat%20merupakan%20jalan%20petunjuk%20dalam,tarekat%20merupa
kan%20pelaksanaan%20dari%20Syariat.&text=Tata%20cara%20pelaksanaan%20tarekat%2
0yaitu,musik%2C%20menari%2C%20dan%20bernafas.
http://sitimaymunahborbat.blogspot.com/2013/06/pembahasan-1.html
http://digilib.uinsby.ac.id/60/3/Bab%202.pdf
https://www.academia.edu/40401421/BUKU_GURU_AKHLAK_XII_AGAMA_2013_A
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1269484&val=16110&title=SEJ
ARAH%20DAN%20PERKEMBANGAN%20TAREKAT%20DI%20NUSANTARA
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/view/3187/1799
31