Anda di halaman 1dari 9

GERAKAN PEMBARUAN ISLAM

DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN


SOSIAL

Guru pembimbing : M.Abdurrahim

Oleh kelompok 8 :

- Aisyatul ulya
- Indira niza husna
- Azzan wilaksana

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan
kami petunjuk dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah agama
islam untuk kelas XII IPS 2. Sekalipun waktu yang tersedia sangat singkat namun dengan
bantuan teman teman kami bisa mengerjakan Makalah ini dengan baik.
Pengembangan Makalah ini kami mendapatkan dari sumber sumber terutama buku dan
lainnya. Penyajian Makalah ini menggunakan teks dalam konteks sesuai tujuan kegiatan
Akhir kata, upaya yang di lakukan untuk mengembangkan dan memperjelas belum
tentu memuaskan semua pihak,tetapi semoga dengan apa yang kami jelaskan dan kami
tulis bisa kalian petik dari isi Makalah kami

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................... Latar belakang 4
1.2......................................................................................... Rumusan masalah 4
1.3............................................................................................................Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerakan Pembaruan Islam dalam Bidang Pendidikan dan sosial...5
B. Sejarah Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia..............................................5
C. Lembaga Gerakan Pembaruan Islam dalam Bidang Pendidikan dan Sosial.....6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan dan Saran......................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Tujuan saya menulis makalah ini untuk mengetahui lebih dalam tentang Gerakan
Pembaruan Islam di Indonesia dalam Bidang Pendidikan dan Sosial, apakah kalian sudah
mengetahui makna Pembaruan Islam? upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi ataupun menambahi teks Al-Quran maupun As-Sunnah.
Pembaruan islampun dapat di bagi dalam beberapa bidang contohnya dalam bidang
pendidikan dan sosial

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Makna yang terat di dalam gerakan pembaruan islam?


2. Sejarah gerakan pembaruan islam di Indonesia?
3. Siapa pencetus gerakan pembaruan islam di Indonesia?

1.3. TUJUAN

Tujuan di tulisnya makalah ini agar mempermudah mengetahui apa itu gerakan
pembaruan islam di Indonesia dalam bidang pendidikan dan sosil

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerakan Pembaruan Ialam dalam bidang Pendidikan dan Sosial


Gerakan pembaruan di Indonesia merupakan salah satu contoh berkembangnya Islam di
Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang statis, semua pasti
mengalami perubahan dan perkembangan. Secara garis besar ada dua bentuk gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia. Gerakan pendidikan dan sosial.
Salah satu tokoh pembaharuan Islam diIndonesia ialah Ahmad Dahlan, pada era modern
dengan berbagai macam pemikirannya telah mampu memberikan arahan akan perubahan
kemajuan dalam kehidupan umat/masyarakat, serta memberikan jawaban dari berbagai persoalan
pada zamannya.

B. Sejarah Gerakan Pembaruan Islam dalam bidang Pendidikan dan Sosial


Abad ke-20 dinilai sebagai awal terjadinya gerakan untuk menegakkan Islam demi
kemuliaan agama Islam sebagai idealita dan kejayaan umat sebagai realita dapat diwujudkan
secara konkret dengan menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Kesadaran baru
yang muncul saat itu adalah keyakinan bahwa cita-cita yang besar dan berat itu hanya dapat
direalisasikan dengan organisasi yang efisien dan efektif (Pasha dan Darban, 2002). Disadari
pula gagasan baru itu hanya akan tersebar luas jika digunakan media yaitu majalah. Gagasan
perlunya pembaharuan memang telah muncul sebelum abad ke-20, yaitu sejalan dengan
pulangnya ulama yang telah menuntut ilmu di Mekah yang bersamaan pula dengan
berkembangnya gerakan Wahabi yang menginginkan pemurnian pelaksanaan ajaran Islam.
Gerakan yang muncul mulai dari upaya perseorangan dengan membuka surau atau madrasah,
penerbitan majalah, serta pembentukan organisasi sosial,

Dalam melakukan pembaharuan banyak di antara mereka menggunakan cara kekerasan


sehingga terjadi konflik antara kaun Paderi dan kaum adat, yang diakhiri dengan perang terbuka.
Karena dalam pertempuran itu kaum adat selalu mengalami kekalahan, kemudian mereka minta
bantuan kepada Kumpeni. Dengan senang hati Kumpeni menyanggupi. Perang babak baru
dimulai setelah Kumpeni mendatangkan bala bantuannya untuk memerangi kaum Paderi. Mulai
saat itu, kaum Paderi bukan menghadapi kaum adat, melainkan perang melawan kaum kafir
Belanda

5
C. Lembaga-Lembaga Gerakan Pembaruan Islam dalam bidang Pendidikan dan Sosial

Kaum pembaharu pun mulai mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan


organisasi sosial kemasyarakatan. Enam diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Muhammadiyah

Muhammadiyah dildirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
Pendirian Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran agama Islam di Jawa. Ahmad
Dahlan menganggap bahwa umat Islam Jawa pada masa tersebut melenceng dari ajaran agama
Islam dengan melakukan ibadah-ibadah yang bersifat mistik.

Selain itu, Ahmad Dahlan juga berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
persatuan umat Islam melalui kegiatan-kegiatan di bidang agama, sosial dan pendidikan. Pada
awalnya, Muhammadiyah berkembang secara perlahan karena mendapat penolakan dari
komunitas agama Islam tradisional di Jawa. Namun, penolakan-penolakan tersebut tidak
menyurutkan Ahmad Dahlan untuk terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah. Pada
tahun 1925, Muhammadiyah memiliki lebih dari 4.000 anggota dan berhasil mendirikan 55
sekolah di beberapa kota besar di Jawa. Selain itu, Muhammadiyah juga berhasil mendirikan
balai pengobatan, panti asuhan dan rumah dhuafa bagi masyarakat pribumi Nusantara.

2. Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Pendirian Nahdlatul


Ulama tidak terlepas dari peran Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Haji Abdul Wahab
Hasbullah. Kedua tokoh ini dibantu oleh beberapa ulama lain sepakat menyatukan komunitas-
komunitas di lingkungan pesantren untuk menjadi Nahdlatul Ulama. Pada masa pergerakan
nasional Indonesia awal abad ke-20 Masehi, NU memberikan sumbangsih yang besar terhadap
bidang pendidikan, sosial dan politik di kalangan masyarakat pribumi Indonesia. Pada
perkembangannya, NU berperan aktif dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme
Belanda.

Perlawanan NU direalisasikan melalui program pendidikan, pelatihan kemandirian,


pemberdayaan ekonomi dan kajian keagamaan bagi. Melalui program-prgram tersebut, NU
berhasil mengembangkan sikap nasionalis masyarakat pribumi Indonesia untuk melawan
kolonialisme Belanda.

3. Sekolah Thawalib.

Sekolah Thawalib berasal dari surau jembatan besi. Surau adalah langgar atau masjid.
Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan bentuk pesantren di Jawa.
Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada 1906 kemudian merintis perubahan sistem surau
menjadi sistem sekolah.

6
Pada 1919, Haji Jalaludin Hayib kemudian menerapkan sistem kelas dengan lebih
sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja. Kurikulum kemudian menjadi lebih
baik dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah pun turut ada. Para pelajar pun
diperkenalkan untuk mengikuti koperasi pelajar agar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Koperasi tersebut berkembang menjadi organisasi sosial yang menyantuni sekolah Thawalib
dengan nama Sumatera Thawalib.

4. Jamiat Khair.

Jamiat Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia. Organisasi ini berdiri
pada 17 Juli 1905. Salah satu pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid
Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Ketiganya adalah golongan sayyid,
kaum ningrat atau bangsawan Arab yang berada di Indonesia.

Dua program yang diperhatikan Jamiat Khair adalah mendirikan dan membina sekolah
dasar. Selain itu, Jamiat Khair juga menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti
pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga
terbuka untuk umum. Di sini, Bahasa Belanda tidak diajarkan sebab dianggap sebagai bahasa
penjajah, tapi diganti dengan bahasa Inggris yang diharapkan bisa membuat para murid
mengikuti kemajuan zaman.

5. Al-Irsyad.

Organisasi sosial Al-Irsyad didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini
memusatkan perhatiannya di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan.
Sekolah Al-Irsyad memiliki banyak jenis. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan
program takhassus yang memperdalam agama dan bahasa asing.

Cabang-cabang Al-Irsyad kemudian dibuka di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal,


Surabaya, dan Lawang. Keberadaan Al-Irsyad tidak bisa dipisahkan dengan Syaikh Ahmad
Syoorkatti. Ia adalah seorang Arab keturunan Sudan yang mengembuskan semangat
pembaruan dan persamaan dalam tubuh Al-Irsyad.

6. Persyarikatan Ulama.

Semula, organisasi ini bernama Hayatul Qulub dan didirikan di Majalengka, Jawa Barat,
pada 1911. Pendirinya adalah K.H. Abdul Halim. Kiai Halim merupakan alumni Timur Tengah.
Ia menyerap ide-ide pembaruan yang diembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-
Afghani, dua tokoh penting pembaruan Islam di Mesir.

Persyarikatan Ulama memusatkan perhatian di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi.


Sejak 1917 nama Hayatul Qulub kemudian diubah menjadi Persyarikatan Ulama. Perubahan

7
nama tersebut memiliki dua tujuan. Pertama, menyatukan para ulama dan kedua, mengajak
mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.

Kiai Halim mengenalkan dua sistem pendidikan yakni sistem madrasah dan sistem
asrama. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama kemudian diberi nama
Santri Asromo. Lembaga pendidikan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian yakni tingkat
permulaan, dasar, dan lanjutan.

8
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan dan Saran

a. Gerakan pembaruan di Indonesia merupakan salah satu contoh berkembangnya Islam


di Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang statis,
semua pasti mengalami perubahan dan perkembangan. Secara garis besar ada dua
bentuk gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Gerakan pendidikan dan sosial
b. Sejaarah dalam melakukan pembaharuan banyak di antara mereka menggunakan cara
kekerasan sehingga terjadi konflik antara kaun Paderi dan kaum adat, yang diakhiri
dengan perang terbuka.
c. Kaum pembaharu pun mulai mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan
organisasi sosial kemasyarakatan. Enam diantaranya adalah Muhammadiyah,
Nahdlatul ulama, Sekolah Thawalib, Jamiat Khair, Al-Irsyad, Persyarikatan Ulama.

B. Saran
Pembaruan islam di Indonesia harus di kenalkan kepada generasi mudah sekarang karna
semakin maraknya teknologi yang semakin canggih mereka lupa akan agama yang telah
di kembangkan,
Dalam pendidikan dan sosial juga harus di perketat soal agama untuk generasi muda agar
tidak menyimpang di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai