Oleh kelompok 8 :
- Aisyatul ulya
- Indira niza husna
- Azzan wilaksana
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................... Latar belakang 4
1.2......................................................................................... Rumusan masalah 4
1.3............................................................................................................Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerakan Pembaruan Islam dalam Bidang Pendidikan dan sosial...5
B. Sejarah Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia..............................................5
C. Lembaga Gerakan Pembaruan Islam dalam Bidang Pendidikan dan Sosial.....6
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tujuan saya menulis makalah ini untuk mengetahui lebih dalam tentang Gerakan
Pembaruan Islam di Indonesia dalam Bidang Pendidikan dan Sosial, apakah kalian sudah
mengetahui makna Pembaruan Islam? upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi ataupun menambahi teks Al-Quran maupun As-Sunnah.
Pembaruan islampun dapat di bagi dalam beberapa bidang contohnya dalam bidang
pendidikan dan sosial
1.3. TUJUAN
Tujuan di tulisnya makalah ini agar mempermudah mengetahui apa itu gerakan
pembaruan islam di Indonesia dalam bidang pendidikan dan sosil
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
C. Lembaga-Lembaga Gerakan Pembaruan Islam dalam bidang Pendidikan dan Sosial
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah dildirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
Pendirian Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran agama Islam di Jawa. Ahmad
Dahlan menganggap bahwa umat Islam Jawa pada masa tersebut melenceng dari ajaran agama
Islam dengan melakukan ibadah-ibadah yang bersifat mistik.
Selain itu, Ahmad Dahlan juga berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
persatuan umat Islam melalui kegiatan-kegiatan di bidang agama, sosial dan pendidikan. Pada
awalnya, Muhammadiyah berkembang secara perlahan karena mendapat penolakan dari
komunitas agama Islam tradisional di Jawa. Namun, penolakan-penolakan tersebut tidak
menyurutkan Ahmad Dahlan untuk terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah. Pada
tahun 1925, Muhammadiyah memiliki lebih dari 4.000 anggota dan berhasil mendirikan 55
sekolah di beberapa kota besar di Jawa. Selain itu, Muhammadiyah juga berhasil mendirikan
balai pengobatan, panti asuhan dan rumah dhuafa bagi masyarakat pribumi Nusantara.
2. Nahdlatul Ulama
3. Sekolah Thawalib.
Sekolah Thawalib berasal dari surau jembatan besi. Surau adalah langgar atau masjid.
Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan bentuk pesantren di Jawa.
Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada 1906 kemudian merintis perubahan sistem surau
menjadi sistem sekolah.
6
Pada 1919, Haji Jalaludin Hayib kemudian menerapkan sistem kelas dengan lebih
sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja. Kurikulum kemudian menjadi lebih
baik dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah pun turut ada. Para pelajar pun
diperkenalkan untuk mengikuti koperasi pelajar agar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Koperasi tersebut berkembang menjadi organisasi sosial yang menyantuni sekolah Thawalib
dengan nama Sumatera Thawalib.
4. Jamiat Khair.
Jamiat Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia. Organisasi ini berdiri
pada 17 Juli 1905. Salah satu pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid
Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Ketiganya adalah golongan sayyid,
kaum ningrat atau bangsawan Arab yang berada di Indonesia.
Dua program yang diperhatikan Jamiat Khair adalah mendirikan dan membina sekolah
dasar. Selain itu, Jamiat Khair juga menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti
pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga
terbuka untuk umum. Di sini, Bahasa Belanda tidak diajarkan sebab dianggap sebagai bahasa
penjajah, tapi diganti dengan bahasa Inggris yang diharapkan bisa membuat para murid
mengikuti kemajuan zaman.
5. Al-Irsyad.
Organisasi sosial Al-Irsyad didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini
memusatkan perhatiannya di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan.
Sekolah Al-Irsyad memiliki banyak jenis. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan
program takhassus yang memperdalam agama dan bahasa asing.
6. Persyarikatan Ulama.
Semula, organisasi ini bernama Hayatul Qulub dan didirikan di Majalengka, Jawa Barat,
pada 1911. Pendirinya adalah K.H. Abdul Halim. Kiai Halim merupakan alumni Timur Tengah.
Ia menyerap ide-ide pembaruan yang diembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-
Afghani, dua tokoh penting pembaruan Islam di Mesir.
7
nama tersebut memiliki dua tujuan. Pertama, menyatukan para ulama dan kedua, mengajak
mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.
Kiai Halim mengenalkan dua sistem pendidikan yakni sistem madrasah dan sistem
asrama. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama kemudian diberi nama
Santri Asromo. Lembaga pendidikan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian yakni tingkat
permulaan, dasar, dan lanjutan.
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan dan Saran
B. Saran
Pembaruan islam di Indonesia harus di kenalkan kepada generasi mudah sekarang karna
semakin maraknya teknologi yang semakin canggih mereka lupa akan agama yang telah
di kembangkan,
Dalam pendidikan dan sosial juga harus di perketat soal agama untuk generasi muda agar
tidak menyimpang di kemudian hari.