Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

O
L
E
H

1. SALSABILA MAULIDINA
2. SITI FEBRIANTI
3. NIA SAHNINTA
4. LUCKY CANDRA WINATA
5. RAFFI HADI WIJAYA
6. M. ARIFIN

Kelompok – 5

SMA NEGERI KUALA


KAB. LANGKAT
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat idayatNya,
makalah yang berjudul“Pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap 1955-1956” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Keberhasilan penelitian dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
berbesar hati untuk menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah ikut
membantu proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari hasil makalah ini, untuk itu saran dan kritik
yang membangun kearah penyempurnaan makalah ini, penulis terima dengan tangan terbuka.
Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.

Kuala, 2022
Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN KABINET BURHANUDDIN HARAHAP ......................................... 2
A. Sejarah Terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap ............................................. 2
B. Program Kabinet Burhanuddin Harahap ................................................................... 4
C. Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap .................................................................. 5
BAB III PENUTUP KESIMPULAN ...................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 8


BAB – I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia setelah proklamasi kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai


sekarang, sudah melaksanakan tiga tipe demokrasi. Tiga tipe demokrasi tersebut adalah Demokrasi
Liberal (1950-1959), Demokrasi Terpimpin (1959-1965) dan Demokrasi Pancasila (1966-sekarang).
Indonesia setelah kembali ke bentuk negara kesatuan Republik Indonesia memakai Sistem
Demokrasi Parlementer. Sistem pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950 adalah sistem kabinet Parlementer, maksudnya setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat
dukungan sebagian besar dari parlemen (DPR pusat). Kedudukan kabinet tergantung dari dukungan
dalam parlemen. Dalam sistem kabinet parlementer, kedudukan Presiden sebagai kepala negara
tidak bertanggungjawab atas pemerintahan. Presiden hanya sebagai simbol yaitu mempunyai
kedudukan tetapi tidak mempunyai kekuasaan. Presiden berwenang membentuk formatur kabinet
apabila terjadi krisis kabinet dalam pemerintahan.

Tahun 1950 sampai tahun 1959, terdapat sejumlah kabinet yang memerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang dalam setiap tahunnya selalu berganti kabinet. Kabinet-kabinet itu
diantaranya adalah Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951), Kabinet Sukiman (April 1951-April
1952), Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953), Kabinet Ali Sastroamidjoyo I (Juli 1953-Agustus 1955),
Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956), kabinet Ali Sastroamidjoyo II (1956-1957)
dan kabinet Djuanda (1957-1959).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana proses terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap?
2. Bagaimana program kerja pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap dan
pelaksanaannya?
3. Bagaimana berakhirnya Kabinet Burhanuddin Harahap?

C. Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut :


a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejarah Indonesia, khususnya pada masa
demokrasi parlementer.
b. Untuk mengetahui proses terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap.
c. Untuk mengetahui kondisi sosial politik Indonesia pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap
d. Untuk mengetahui proses berakhirnya Kabinet Burhanuddin Harahap.
BAB – II
KABINET BURHANUDDIN HARAHAP

Kabinet Ali – Wongso digantikan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tanggal 12 Agustus
1955. Kabinet ini adalah Kabinet koalisi dengan Masyumi sebagai intinya, sedang partai Nasional
Indonesia (PNI) menjadi partai oposisi. Salah satu program Kabinet Burhanuddin Harahap adalah
“mengembalikan kewibawaan (gezag) moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat terhadap pemerintah”.

Selain itu, oleh A.B. Lapian dkk, kabinet ini juga mencantumkan dalam programnya
pelaksanaan pemilihan umum, desentralisasi, masalah inflasi, pemberantasan korupsi, Perjuangan
Irian Barat dan politik kerja sama Asia - Afrika berdasarkan politik bebas aktif. Kabinet ini terkenal
dalam Sejarah Tatanegara Indonesia karena pada masa kabinet inilah berhasil melaksanakan
Pemilihan Umum yang pertama kali sejak Indonesia Merdeka, untuk memilih anggota-anggota DPR
(29 September 1955) dan memilih anggota konstituante tanggal 15 Desember 1955 (UU Nomor 7
tanggal 7 April 1955). Kabinet ini juga yang mengembalikan manfaatnya setelah Dewan Perwakilan
Rakyat hasil Pemilu terbentuk pada bulan Maret 1956.

Kabinet Burhanuddin Harahap domissioner pada tanggal 1 Maret 1956 seiring dengan
diumumkannya hasil pemilihan umum pertama di Indonesia. Kabinet ini merupakan kabinet
terakhir yang pembentukannya didasarkan atas perimbangan kekuatan parlemen sementara.
Setelah itu di mulai kembali kabinet baru yang dibentuk berdasarkan atas perimbangan kekuatan
dalam parlemen hasil pemilu. Yaitu Kabinet Ali – Rum – Idham kabinet baru yang dilantik tanggal
24 Maret 1956 dan serah terima dengan kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret 1956.

A. Sejarah Terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Ali – Arifin jatuh akibat dari pengangkatan Kolonel Bambang Utoyo yang diangkat
sebagai KSAD menggantikan Jenderal Bambang Sugeng dengan pangkat Jenderal Mayor, yang
diboikot Kolonel Zulkifli Lubis wakil KSAD yang merasa lebih berhak menduduki KSAD tersebut dari
Bambang Utoyo yang juga invalid. Kejadian ini tanggal 27 Juni 1955 yang berakibat pelantikan
Bambang utoyo gagal, Kolonel Zulkifli Lubis diskorsing sementara, tetapi akhirnya dicabut kembali.

Kejadian membuat wibawa pemerintah dalam hal ini Kabinet Ali – Arifin jatuh terutama
terhadap Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat. Akhirnya kabinet ini menyerahkan
mandatnya kembali kepada presiden pada tanggal 24 Juli 1955. Sebagai gantinya Wakil Presiden Dr.
Muh. Hatta menunjuk Mr. Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru pertama
kali di Indonesia, formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari kepergian
Soekarno naik Haji ke Mekkah. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955, berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 141 Tahun 1955 tertanggal 11 Agustus 1955 dan mulai bekerja setelah
dilantik tanggal 12 Agustus 1955.
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah merupakan kabinet koalisi yang terdiri atas beberapa
partai, bahkan hamper merupakan Kabinet Nasional, sebab jumlah partai yang tergabung dalam
koalisi kabinet ini berjumlah 13 partai. Tetapi karena masih ada beberapa partai yang sebagai oposisi
tidak duduk dalam kabinet seperti PNI dan beberapa partai lainnya, maka kabinet ini termasuk
kabinet koalisi.
Jumlah Menteri seluruhnya termasuk Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, Menteri
Departemental, Menteri Muda, dan Menteri Negara semuanya 23 orang. Menurut partainya para
Menteri itu sebagai berikut:
a. Masyumi (4 menteri)
b. PIR Hazairin (2 Menteri)
c. PSII (2 Menteri)
d. Demokrat (1 Menteri)
e. NU (2 Menteri)
f. PSI (2 Menteri)
g. PKRI (1 Menteri)
h. Partai Buruh (2 Menteri)
i. PRN (2 Menteri)
j. Parindra (2 Menteri)
k. Parkindo (1 Menteri)
l. PRI (1 Menteri)
m. Non Partai (1 Menteri)

Kabinet ini didominir oleh Partai Masyumi, walaupun terdapat banyak partai lain tersangkut di
dalamnya, tetapi seakan-akan hanya pelengkap saja. Sehingga sementara pihak ada yang menyebut
kabinet sebagai Kabinet Masyumi karena Masyumi yang paling banyak mawarnai kabinet ini. Dalam
kabinet ini PNI tidak duduk didalamnya dan otomatis bertindak sebagai partai oposisi, begitu juga PKI
yang menjadi musuh Masyumi tidak duduk dalam kabinet. Seakan-akan kabinet sebagai ganti
Kabinet Ali-Wongso-Arifin di mana Masyumi tidak ikut dan sebagai oposisi.

Komposisi Menteri-menteri dalam kabinet ini adalah sebagai berikut:


1. Perdana Menteri : Mr. Burhanuddin Harahap
2. Wakil Perdana Menteri I : R. Janu Permadi
3. Wakil Perdana Menteri II : Harsono Cokroaminoto
4. Menteri Luar Negeri : Mr. Anak Agung Gede Agung
5. Menteri Dalam Negeri : Mr. R. Sunaryo
6. Menteri Pertahanan : Mr. Burhaniddin Harahap
7. Menteri Keuangan : Prof. Dr. Sumirto Joyohadikusumo
8. Menteri Perekonomian : I.J. Kasimo
9. Menteri Pertanian : Muhammad Sarjan
10. Menteri Perhubungan : F. Laoh
11. Menteri Muda Perhubungan : Asroruddin
12. Menteri Agraria : Mr. Gunawan
13. Menteri Pekerj. Umum & Tenaga : R. Panji Suroso
14. Menteri Kehakiman : Mr. Lukman Wariadinata
15. Menteri Perburuhan : Iskandar Tejakusuma
16. Menteri Sosial : Sudibyo
17. Menteri Agama : K. H. Muhammad Ilyas
18. Menteri PP & K : Prof. Ir. Suwandi
19. Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
20. Menteri Penerangan : Syamsuddin Sutan Makmur
21. Menteri Negara : Abdul Halim
22. Menteri Negara : Sutomo/ Bung Tomo
23. Menteri Negara : Drs. Comala Ajaib Nur

Hampir semua Menteri dalam kabinet ini adalah wajah baru, Cuma beberapa orang saja yang sudah
duduk dalam Kabinet Ali I mereka di antaranya:
a. Mr. Sunaryo yang menjadi Menteri Dalam Negeri Kabinet Ali-Arifin sesudah Mr. Hazaairin mundur
sebagai menteri dalam Negeri sejak 17 November 1954.
b. R.P. Suroso sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Ali I sekarang sebagai Menteri Pekerja Umum
dan Tenaga.
c. Sudibyo dulu pernah duduk dalam Kabinet Ali I sebagai Menteri Urusan Kesejarahan Rakyat, tetapi
ia mengundurkan diri bersama teman separtainya (PSII) yaitu Abikusno Cokrosuyoso sejak 14
September 1953, sekarang sebagai Menteri Sosial.

B. Program Kabinet Burhanuddin Harahap

Kabinet Burhanuddin Harahap ini mempunyai Program Kabinet yaitu:


1. Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah Cq kepercayaan Angkatan Darat dan
Masyarakat kepada Pemerintah.
2. Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah diitetapkan dan menyegerakan
terbentuknya parlemen baru.
3. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
4. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
5. Memberantas korupsi.
6. Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah Republik Indonesia.
7. Memperkembangkan politik kerja sama Afrika – Asia berdasarkan politik bebas dan aktif menuju
perdamaian.

Program tersebut diatas cukup praktis dan tidak terlalu banyak. Diantaranya program kabinet
ini ada yang dapat dilaksanakan, tapi juga ada yang belum dapat terlaksana. Memang kita menyadari
sekali bahwa kabinet ini tidak berumur panjang, hanya sekitar 6,5 bulan saja. Program yang belum
terlaksana adalah Pengembalian Irian Barat ke dalam Wilayah Negara Indonesia. Usaha ini baru
berhasil pada masa pemerintahan Kabinet Kerja III yaitu pada tanggal 1 Mei 1963.
Program Kabinet yang berhasil dengan baik adalah
1. Mengadakan perbaikan ekonomi, termasuk di dalamnya keberhasilan pengendalian harga,
menjaga agar jangan terjadi inflasi dan sebagainya. Dalam masalah ekonomi kabinet ini berhasil
cukup baik. Dapat dikatakan kehidupan rakyat semasa kabinet cukup makmur, harga barang
tidak melonjak naik akibat inflasi.
2. Berhasil ,menyelenggarakan pemilihan umum untuk anggota-anggota DPR.
3. Berhasil mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat

Pemilihan umum di Indonesia yang pertama di selenggarakan pada tanggal 29 September


1955. Satu setengah bulan setelah terbentuknya kabinet ini. Sebagai ketua Lembaga Pemilihan
Umum adalah Menteri Dalam Negeri waktu itu yaitu: Mr. Sunaryo yang berasaskan langsung, umum.
Bebas, dan rahasia alias LUBER.

Yang paling menarik dari pemilihan umum saat itu, semua kontestan ikut duduk dalam
kepanitian Pemilu, mulai tingkat pusat sampai ke PPD, PPS bahkan sampai ke KPPS. Biasa
dikatakan yang menjadi panitia Pemilihan Umum waktu itu adalah Pemerintah bersama Parpol.
Sehingga karena Parpol yang menjadi kontestan pemilu, terjun juga dalam kepanitiaan, maka
keadilan dan keberhasilan jalannya pemilu lebih terjamin sesuai dengan asas langsung, umum,
bebas, dan rahasia. Sehingga kepanitiaan yang mana kontestan ikut terlibat di dalamnya lebih baik.
Sebab apabila seorang anggota panitia mau melakukan kecurangan takut dan segan kepada panitia
lain yang dari partai lain. Maka ia akan jaga diri Partainya (Bibit.1985:168).

Hasil dari pemilihan umum tanggal 29 September 1955 adalah:


1. PNI : 57 kursi 15. Partai Buruh : 2 kursi
2. Masyumi : 57 kursi 16. PRI : 2 kursi
3. Partai NU : 45 kursi 17. PRIM : 2 kursi
4. PKI : 39 kursi 18. AKUI : 1 kursi
5. PSII : 8 kursi 19. ACOMA : 1 kursi
6. Parkindo : 8 kursi 20. PPTI : 1 kursi
7. Partai Katolik : 8 kursi 21. PRD : 1 kursi
8. PSI : 6 kursi 22. R.Sujono P : 1 kursi
9. PERTI : 5 kursi 23. PIR Wongso : 1 kursi
10. IPKI : 4 kursi 24. PIR Hazairin : 1 kursi
11. GPP : 4 kursi 25. Permei : 1 kursi
12. PRN : 2 kursi 26. Baperki : 1 kursi
13. P3RI : 2 kursi 27. Parindra : 1 kursi
14. Murba : 2 kursi 28. Peratuan Daya : 1 kursi
Total semua berjumlah 257 kursi

C. Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap

Kabinet Burhanuddin Harahap memerintah hanya selama 5 – 6 bulan saja, tetapi banyak
mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan sebagaimana kami tuturkan di atas. Sebenarnya kabinet
ini di dalam menjalankan pemerintahan kompak dan utuh, tidak ada pertentangan dan keretakan
dalam tubuh kabinet. Begitu juga tidak ada pertentangan antar partai yang ikut dalam koalisi kabinet
ini, tidak seperti kabinet-kabinet sebelumnya. Sebaliknya kelompok oposisi seperti : PNI dan
sebagainya tidak terlalu berusaha menjatuhkan kabinet. Sebenarnya kabinet ini masih berjalan baik.
Cuma Presiden kurang merestui kabinet ini, karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai
formatir kabinet adalah drs. Muh. Hatta.

Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka
tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri,
menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan
umum. Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak
percaya dari parlemen. Tetapi secara Ethika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan
sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota DPR
maupun konstituante.

Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet, juga bukan karena
dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi tidak percaya dari parlemen, tetapi merasa
tugasnya sudah selesai. Kabinet terus bekerja sebagai Kabinet Domissioner selama 20 hari yaitu
sampai terbentuknya kabinet baru yakni Kabinet Ali – Rum – Idham yang dilantik tanggal 24 Maret
1956 dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret 1956. Setelah itu Eks
Perdana Menteri ataupun Menteri lagi sampai kini dalam kabinet mana pun juga dan dimana pun
juga.
BAB – III
KESIMPULAN

Burhanuddin Harahap dilahirkan pada tanggal 12 Februari 1917 di Medan Sumatera Utara.
Burhanuddin Harahap merupakan putra dari pasangan suami istri Muhammad Yunus dan Siti Nurfiah.
Burhanuddin Harahap aktif dalam beberapa organisasi pemuda dan organisasi politik yang
membawanya ke kursi Perdana Menteri pada kabinetnya sendiri. Terpilihnya Burhanuddin Harahap
sebagai perdana menteri tidak lepas dari jatuhnya kabinet Ali Sastroamidjoyo I yang dikarenakan
Peristiwa Angkatan Darat 27 Juni 1955. Setelah itu Wakil Presiden Moh.Hatta menunjuk 3 orang
formatur untuk membentuk Kabinet Baru, yaitu Sukiman (Masyumi), Wilopo (PNI), dan Assaat (Non
Partai). Namun ketiga formatur ini gagal melaksanakan tugasnya. Akhirnya Wakil Presiden Moh.Hatta
melimpahkan tugas tersebut kepada Burhanuddin Harahap dan menunjuknya sebagai formatur yang
baru.

Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan pada
tanggal 2 Maret 1956, pada tanggal yang sama dalam sidangnya kabinet Burhanuddin Harahap
memutuskan untuk menyerahkan mandatnya kepada Kepala Negara tanggal 3 Maret 1956. Tanggal
3 Maret 1956, penyerahan mandat oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap pun diterima
Presiden Soekarno, dan Kabinet dinyatakan demisioner. Namun kabinet Harahap masih
melaksanakan tugasnya seperti biasa sampai terbentuknya Kabinet baru yaitu kabinet Ali
Sastroamidjoyo II. Dengan demikian, Kabinet Harahap hanya bertahan selama hampir 7 bulan
sebelum demisioner
Daftar Pustaka
A.B. Lapian dkk.1996. TERMINOLOGI SEJARAH 1945-1950 & 1950-1959. Jakarta: CV. Defit Prima
Karya Jakarta
Siregar, Insan Fahmi.2008. Sejarah Indonesia Kontemporer. Semarang
Soegito, A.T. 1987. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Semarang
Suprapto, Bibit.1985. Perkembangan Kabinet dan Pemerintah di Indonesia. Malang: Ghalia Indonesia
Ricklef, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai