Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KABINET

Disusun oleh:
Muhammad Ramadhan Nur
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
A. Latar Belakang Kabinet........................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
A. Kabinet Wilopo.....................................................................................5
B. Susunan Kabinet Wilopo......................................................................5
C. Program Kerja Kabinet Wilopo............................................................6
a) Organisasi Negara...........................................................................6
b) Kemakmuran...................................................................................6
c) Keamanan.......................................................................................6
d) Perburuhan......................................................................................6
e) Pendidikan......................................................................................6
f) Luar Negeri.....................................................................................6
D. Akhir Kekuasaan Kabinet Wilopo........................................................7
BAB III PENUTUP..........................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kabinet
Pelaksanaan Demokrasi Liberal yang dijalankan oleh Indonesia sesuai
dengan konstitusi yang berlaku pada saat itu, yakni Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak di keluarkannya
maklumat pemerintah pada tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3
November 1945, tetapi kemudian terbukti bahwa Demokrasi Liberal yang meniru
sistem Eropa kurang sesuai di terapkan di Indonesia.
Demokrasi Liberal yang berlangsung pada tahun 1950 hingga Juli 1959
merupakan waktu di mana partai-partai politik berkiprah. Saat itu Partai PNI dan
Partai Masyumi merupakan dua partai politik yang terkuat dalam memimpin
kabinet. Karena sering bergantinya kabinet pada masa demokrasi liberal
berimplikasi terhadap ketidakstabilan pada politik, sosial, ekonomi, dan
keamanan.
Sistem Politik pada masa Demokrasi Liberal di Indonesia pada tahun 1950-
1959 mendorong untuk lahirnya partai-partai politik. Hal ini dikarenakan
menganut system multipartai atau lebih dari satu partai yang mencoba untuk silih
berganti dalam memperoleh kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Di mana
lembaga legislatif seperti DPR dan Parlemen memiliki kekuasaan yang lebih besar
dibandingkan dengan lembaga eksekutif yang terdiri dari Presiden dan Wakil
Presiden maupun menteri-menteri.
Sistem pemerintahan yang dikehendaki pada masa demokrasi liberal
menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950 adalah
sistem parlementer, dimana dalam hal ini kabinet tidak bertanggung jawab kepada
Presiden seperti yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Tetapi
dalam UUDS 1950 bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau
dalam istilah yang hidup ketika itu disebut sebagai parlemen.
Di Indonesia, sistem politik liberal berjalan kurang lebih 9 tahun dari 17
Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959. Akan tetapi pada waktu yang singkat itu
Indonesia telah 7 kali pergantian kabinet yang memerintah antara lain: Kabinet
Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951), Kabinet Sukiman (27 April 1951-3
April 1952), Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953), Kabinet Ali
Satromidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955), Kabinet Burharuddin Harahap (12
Agustus 1955-3 Maret 1956), Kabinet Ali Satromidjojo II (20 Maret 1956-4
Maret 1957), dan terakhir Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah bagaimanakah salah satu dari kabinet pada masa demokrasi liberal
tahun 1950-1959, yaitu Kabinet Wilopo berdiri hingga akhir dari masa
kekuasaannya?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kabinet
Wilopo berdiri hingga berakhirnya kekuasaan cabinet tersebut.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kabinet Wilopo
Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto dan Prawoto
Mangkusaswitu, mereka berasal dari partai PNI dan Masyumi agar membentuk
kabinet yang baru, tetapi mereka yang sebagai formatur gagal menjalankan
tugasnya. Maka Presiden Soekarno menunjuk Mr Wilopo dari partai PNI sebagai
formatur baru dan tanggal 30 Maret 1952 Mr Wilopo mengajukan susunan
kabinetnya (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1974:
215-216).
Mr Wilopo berhasil menyusun kabinetnya dan dia menjadi ketuanya.
Kabinet ini terdiri dari Partai PNI dan Masyumi yang masing-masing
mendapatkan jatah 4 orang, PSI 2 orang, PKRI, Parkindo, Parindra, Partai Buruh
dan PSII masing-masing 1 orang dan non partai 3 orang (Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1974: 216).
Kabinet Wilopo menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif,
namun kabinet ini juga bertugas menghapuskan persetujuan dengan Amerika
Serikat yang terjadi masa Kabinet Sukiman, dengan cara berusaha memperoleh
bantuan dengan syarat-syarat yang kurang mengikat (M. C. Ricklefs, 2009: 508).
Kabinet ini telah berusaha menjalankan program kerja dengan baik, akan tetapi
sama dengan kabinet sebelumnya, kabinet ini di jatuhkan dengan mosi tidak
percaya. Mosi tidak percaya yang diajukan kepada parlemen adalah karena
Kabinet Wilopo dianggap gagal dalam menangani pergolakan di daerah.
Pergerakan-pergerakan daerah seperti yang terjadi di Sumatera dan Sulawesi
akibat mereka tidak puas dengan pemerintahan pusat.
B. Susunan Kabinet Wilopo
Pada saat Mr. Wilopo (PNI) ditunjuk sebagai formatur baru, hal inilah yang
menjadi faktor terbentuknya kabinet wilopo. Mr Wilopo berhasil mendirikan
kabinetnya selama 2 minggu. Kemudian Mr. Wilopo mengajukan susunan
kabinetnya pada tanggal 30 Maret 1952 yang terdiri dari :
1. PSI sebanyak 2 orang
2. Parkindo atau Partai Kristen Indonesia
3. Masyumi sebanyak 4 orang dan PNI sebanyak 4 orang
4. PKRI atau Partai Katholik Republik Indonesia
5. Golongan tidak memiliki partai sebanyak 3 orang
6. Partai Buruh
7. Parindra atau Partai Indonesia Raya
8. PSII sebanyak satu orang
Terbentuknya Kabinet Wilopo secara resmi didasari oleh Keputusan
Presiden No. 85 Tahun 1952 pada tanggal 1 April 1952. Di bawah ini terdapat
susunan Kabinet Wilopo yang meliputi :
1. Mr. Wilopo (PNI) sebagai Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri.
2. Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) sebagai Wakil Perdana Menteri.
3. Mr. Moh. Roem (Masyumi) sebagai Menteri Dalam Negeri.
4. Sri Sultan Hamengku Bowono IX sebagai Menteri Pertahanan.
5. Mr. Lukman Wiriadinata (PSI) sebagai Menteri Kehakiman.

5
6. Mr. Arnold Mononutu (PNI) sebagai Menteri Penerangan.
7. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (PSI) sebagai Menteri Keuangan.
8. Moh. Sardjan (Masyumi) sebagai Menteri Petanian.
9. Mr. Sumanang (PNI) sebagai Menteri Perekonomian.
10. Ir. Djuanda sebagai Menteri Perhubungan.
11. Ir. Suwarta (partai Katolik) sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
12. Ir. Iskandar Tedjasukmana (partai Buruh) sebagai Menteri Perburuhan.
13. Anwar Tjokroaminoto (PSII) sebagai Menteri Sosial.
14. Prof. Dr. Bader Djohan sebagai Menteri P & K.
15. K.H Faqih Usman (Masyumi) sebagai Menteri Agama.
16. Dr. Johanes Leimena (Parkindo) sebagai Menteri Kesehatan.
17. R.P. Suroso (Parindra) sebagai Menteri Urusan Pegawai Negeri.
18. M.A. Pallaupessy (Demokrat) sebagai Menteri Urusan Umum.
C. Program Kerja Kabinet Wilopo
Program kerja yang ditawarkan dalam kabinet ini adalah:
a) Organisasi Negara
i) Melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan dewan-
dewan daerah
ii) Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
iii) Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
b) Kemakmuran
i) Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan produksi
nasional, termasuk bahan makanan rakyat
ii) Melanjutkan usaha perubahan agrarian
c) Keamanan
Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan
dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum dan menyempurnakan organisasi
alat-alat kekuasaan negara serta mengembangkan tenaga masyarakat untuk
menjamin keamanan dan ketenteraman
d) Perburuhan
Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan
derajat kaum buruh guna menjamin proses perekonomian nasional
e) Pendidikan
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan
pengajaran
f) Luar Negeri
i) Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktifitas yang
sesuai dengan kewajiban bangsa Indonesia dalam kekeluargaan bangsa-
bangsa dan sesuai dengan kepentingan nasional menuju perdamaian dunia
ii) Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang
sebelumnya berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan
perjanjian internasional biasa, mempercepat peninjauan kembali
persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-
perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat dan negara.

6
D. Akhir Kekuasaan Kabinet Wilopo
Kabinet Wilopo mengalami beberapa kesulitan seperti mengatasi gerakan
separatisme yang terjadi di berbagai daerah, penekanan Presiden Sookano yang
dilakukan oleh sejumlah perwira Angkatan Darat pada tanggal 17 Oktober 1952
agar perlemen dibubarkan, serta kejadian Tangjung Morawa yang terjadi di
Sumatera Utara. Peristiwa Tanjung Morawa terjadi akibat persetujuan pemerintah
sesuai dengan KMB agar memberikan izin kepada pengusaha asing agar dapat
mengusahakan tanah perkebunan di Indonesia lagi. Tanah ini sebelumnya digarap
oleh para pertani karena bertahun tahun telah ditinggalkan oleh pemiliknya pada
saat Kabinet Sukiman. Saat itu juga Mr. Iskaq Cokroadisuryo selaku menteri
dalam negeri memberikan persetujuan agar tanah Deli dikembalikan.
Tanah tersebut berhasil dikembalikan saat masa Kebinet Wilopo. Kemudian
pada tanggal 16 Maret 1953, pihak polisi mengusir penggarap sawah yang tidak
mempunyai izin. Akibat pengusiran tersebut, banyak terjadi bentrokan bersenjata
yang menewaskan 5 orang petani. Peristiwa bentrokan itu mendapatkan sorotan
yang tajam dari pihak parlemen maupun pers. Hal inilah yang tentunya menjadi
penyebab jatuhnya kabinet wilopo. Akibatnya Kabinet Wilopo memperoleh mosi
tidak percaya dari Sidik Kertapati dari Serikat Tani Indonesia atau Sakti. Lalu
Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden pada tanggal 2 Juni 1953.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabinet Wilopo adalah kabinet ketiga setelah pembubaran negara Republik
Indonesia Serikat yang bertugas pada masa bakti 3 April 1952 hingga 30 Juli
1953. Kabinet Wilopo didemisionerkan berdasarkan Keputusan Presiden RI
Nomor 99 Tahun 1953 tertanggal 3 Juni 1953.
Terbentuknya Kabinet Wilopo secara resmi didasari oleh Keputusan
Presiden No. 85 Tahun 1952 pada tanggal 1 April 1952
Program Kerja Kabinet Wilopo meliputi bidang :
1. Organisasi Negara
2. Kemakmuran
3. Keamanan
4. Perburuhan
5. Pendidikan
6. Luar Negeri

8
DAFTAR PUSTAKA

Hakiki, P. (2011). Sistem Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Liberal Tahun


1949-1959.

Haris, F. A. (2020). Konflik Politik Antara Angkatan Darat DPRS Dan


Sukarno: Studi Kasus Peristiwa 17 Oktober 1952: Political Conflict
Between the Dprs Army and Sukarno: Case Study of the October 17,
1952. Uniqbu Journal of Social Sciences, 1(1), 38-44.

Maulana, A. (2018). KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PADA MASA


PEMERINTAHAN KABINET WILOPO DI INDONESIA TAHUN 1952-
1953 (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Maulana, A., & Santosa, A. B. (2019). Peristiwa 17 Oktober 1952: Tentara


Pretorian Moderator dengan Gerakan Anti-Parlemen pada Masa Kabinet
Wilopo. FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 8(1), 47-56.

Anda mungkin juga menyukai