Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo
1”.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir pengerjaannya.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................................iii
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Pembahasan
A. Kabinet Wilopo
1. Terbentuknya Kabinet...................................................................................................1
2. Anggota Kabinet...........................................................................................................2
3. Tujuan Program Kabinet...............................................................................................2
4. Pelaksanaan Kabinet.....................................................................................................3
5. Sebab Keruntuhan Kabinet............................................................................................3
BAB III
Penutup
Kesimpulan.....................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
I.II Rumusan Masalah
1. Bagaimana terbentuknya Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I?
2. Siapa Anggota Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I?
3. Apa tujuan Program Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I?
4. Bagaimana pelaksanaan Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I?
5. Apa Sebab Keruntuhan Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I?
I.III Tujuan
2. Untuk mengetahui siapa saja dalam susunan anggota Kabinet Wilopo dan Ali
Sastroamidjoyo I
5. Untuk mengetahui apa sebab keruntuhan Kabinet Wilopo dan Ali Sastroamidjoyo I
v
vi
A. Kabinet Wilopo
Terbentuknya Kabinet Wilopo secara resmi didasari oleh Keputusan Presiden No. 85
Tahun 1952 pada tanggal 1 April 1952
Presiden Soekarno menunjuk Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) dan Sidik
Djojosukarto (PNI) sebagai formatur pada tanggal 1 Maret 1952. Fomatur ialah suatu tim
yang dibentuk melalui pertemuan/rapat untuk diberikan mandat agar dapat membentuk
kepengurusan organisasi. Pemilihan formatur didasarkan pada kekuatan kabinet yang dapat
mendukung perlemen. Namun kedua formatur tersebut gagal menciptakan kabinet yang kuat.
Hal ini dikarenakan tidak memiliki kesepakatan antar calon yang dapat menduduki kabinet
tersebut. Kedua fromatur tersebut mengembalikan jabatannya kepada Presiden Soekarno pada
tanggal 19 Maret 1952. Pada saat itu juga Mr. Wilopo (PNI) ditunjuk sebagai formatur baru.
Hal inilah yang menjadi faktor terbentuknya kabinet wilopo. Mr Wilopo berhasil mendirikan
kabinetnya selama 2 minggu. Kemudian Mr. Wilopo mengajukan susunan kabinetnya pada
tanggal 30 Maret 1952 yang terdiri dari :
1. PSI sebanyak 2 orang
2. Parkindo atau Partai Kristen Indonesia
3. Masyumi sebanyak 4 orang dan PNI sebanyak 4 orang
4. PKRI atau Partai Katholik Republik Indonesia
5. Golongan tidak memiliki partai sebanyak 3 orang
6. Partai Buruh
7. Parindra atau Partai Indonesia Raya
8. PSII sebanyak satu orang
1
2. Anggota Kabinet
Berikut adalah anggota Kabinet Wilopo :
Mr. Wilopo (PNI) sebagai Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri.
Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) sebagai Wakil Perdana Menteri.
Mr. Moh. Roem (Masyumi) sebagai Menteri Dalam Negeri.
Sri Sultan Hamengku Bowono IX sebagai Menteri Pertahanan.
Mr. Lukman Wiriadinata (PSI) sebagai Menteri Kehakiman.
Mr. Arnold Mononutu (PNI) sebagai Menteri Penerangan.
Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (PSI) sebagai Menteri Keuangan.
Moh. Sardjan (Masyumi) sebagai Menteri Petanian.
Mr. Sumanang (PNI) sebagai Menteri Perekonomian.
Ir. Djuanda sebagai Menteri Perhubungan.
Ir. Suwarta (partai Katolik) sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
Ir. Iskandar Tedjasukmana (partai Buruh) sebagai Menteri Perburuhan.
Anwar Tjokroaminoto (PSII) sebagai Menteri Sosial.
Prof. Dr. Bader Djohan sebagai Menteri P & K.
K.H Faqih Usman (Masyumi) sebagai Menteri Agama.
Dr. Johanes Leimena (Parkindo) sebagai Menteri Kesehatan.
R.P. Suroso (Parindra) sebagai Menteri Urusan Pegawai Negeri.
M.A. Pallaupessy (Demokrat) sebagai Menteri Urusan Umum.
3. Program Kabinet
Adapun program dari kabinet ini ditunjukan pada persiapan pelaksanaan pemilihan
umum untuk konstituante, DPR dan DPRD, kemakmuran, pendidikan rakyat, dan
keamananan. Sedang program luar negeri terutama ditunjukan pada penyelesaian masalah
hubungan Indonesia dengan Belanda dan pengembalian Irian Barat ke Indonesia serta
menjalankan politik luar negri bebas dan aktif menuju perdamaian dunia.
Dalam melaksanakan pemerintahannya,ada enam program kabinet Wilopo, yaitu :
1. Organisasi Negara
a. Melaksanakan pemilu untuk konstituante dan dewan dewan daerah.
b. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah.
c. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat.
2. Kemakmuran
a. Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan mempertinggi produksi
nasional, terutama bahan makanan rakyat.
b. Melanjutkan usaha perubahan agraria.
c. Usaha memperbaiki bidang pendidikan.
3. Keamanan
a. Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan
kebijaksanaan sebagai Negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat
kekuasaan Negara serta.
b. Memperkembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan
ketentraman.
2
4. Perburuhan
Memlengkapi perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum
buruh guna menjamin proses nasional.
5. Pendidikan dan Pengajaran
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan
pengajaran.
6. Luar Negeri
a. Mengisi politik luar negeri yang bebas dengan aktivitas yang sesuai dengan
kewajiban kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan
nasional menuju perdamian dunia.
b. Menyelesaikan penyelenggaraan hubungan Indonesia dengan Nederland
( Belanda) atas dasar Unie-Statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian
internasional biasa yang menghilangkan hasil-hasil KMB yang merugikan rakyat
dan Negara.
c. Meneruskan perjuangan menggabungkan Irian Barat dalam wilayah kekuasaan
Indonesia secepatnya.
4. Pelaksanaan
Mengenai program kabinet Wilopo terutama ditujukan pada persiapan
pelaksanaan Pemilihan umum (untuk konstituante, DPR, dan DPRD), kemakmuran,
pendidikan rakyat, dan keamanan. Sedang program luar negeri terutama ditujukan
pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda dan pengembalian Irian
Barat ke Indonesia serta memajukan politik bebas-aktif menuju perdamaian dunia.
Wilopo bersama dengan kabinetnya berusaha untuk melaksanakan program itu
sebaik-baiknya. Akan tetapi, kesukaran-kesukaran yang harus diselesaikan ialah
timbulnya provinsialisme dan bahkan kapitalisme. ejala tersebut dapat mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa. Gejala provinsialisme akhirnya berkembang ke
separatisme atau usaha memisahkan diri dari pusat. Gejala tersebut terwujud dalam
berbagai macam pemberontakan, misalnya PRRI atau Permesta.
3
Kesulitan lain yang dihadapi ialah masalah panen yang menurun, sehingga
perlu disediakan jumlah devisa yang lebih besar untuk mengimpor beras. Dalam
usaha meningkatkan ekspor yang perlu untuk memperbaiki situasi neraca
pembayaran, pemerintah mengambil langkah menurunkan pajak ekspor serta
menghapus sistem sertifikat yang oleh kabinet sebelumnya diadakan untuk
meningkatkan penerimaaan negara dengan mengorbankan barang-barang yang pada
waktu itu kuat pasarannya. Dilain pihak dilakukan pembatasan impor dengan jalan
menaikan pajak terhadap barang-barang non-essensial dan mewajibkan para
membayar uang muka sebesar 40%.
Dibeberapa tempat di Sumatera dan Sulawesi timbul rasa tidak puas terhadap
pusat. Alasan yang terutama adalah kekecewaan karena tidak seimbangnya alokasi
keuangan yang diberikan oleh Pusat kepada Daerah. Daerah merasa bahwa
sumbangan yang mereka berikan kepada pusat dari hasil ekspor misalnya lebih besar
dari yang mereka dikembalikan oleh Pusat kepada Daerah. Mereka juga menuntut
diperluasnya hak otonomi daerah. Timbul pula perkumpulan-perkumpulan yang
berlandaskan semangat kedaerahan seperti Paguyuban Daya Sunda di
Bandung Pertama gerakan kedaerahan Sunda mulai menunjukkan
eksistensinya. Gerakan ini sekalipun lebih banyak menampakan manifestasinya
dalam budaya, namun sebetulnya punya latar belakang politik. Manifestasi gerakan
kedaerahan ini antara lain adalah Gerakan Daya Sunda. Kedua, Jawa Barat adalah
basis Masyumi yang mendominasi parlemen daerah Jawa Barat maupun di Kota
Besar Bandung. Tetapi di sisi lain ada gerakan Darul Islam yang kadang merugikan
citra politik Islam karena keganasannya kerap di luar batas. Meskipun di tingkat pusat
NU keluar dari Masyumi karena persoalan Menteri Agama pada 1952, tetapi di
tingkat lokal secara ideologis untuk Jawa Barat kedua partai ini sebetulnya tidak
terlalu berseberangan.
Surat kabar mingguan yang dikelola orang Tionghoa di Jakarta Star Weekly
mencermati benar situasi di Jawa Barat, khususnya di Bandung sejak 1953. Menurut
sebuah artikel pada 2 Mei 1953 Masyumi disebutkan berhasrat agar Pemilu
menggunakan sistem distrik yang menguntungkan partai ini terutama di Jawa
Barat. Sejak 1953 orang Tionghoa juga mengkhawatirkan apa yang disebut
proviancialistis terutama yang digagas Gerakan Daya Sunda menjadi cukup kuat pada
tahun 1952-1953. Munculnya gerakan ini dituding menimbulkan ketegangan. dan
Gerakan Pemuda Federal Republik Indonesia di Ujangpandang. Keadaan ini tentu
membahayakan kehidupan negara Kesatuan dan merupakan langkah mundur dari
Sumpah Pemuda 1928.
4
Selain soal kedaerahan dan kesukuan, pada tanggal 17 Oktober 1952 timbul
soal Angkatan Darat yang terkenal dengan peristiwa 17 Oktober 1952 . Peristiwa ini
ditandai dengan perdebatan sengit di DPR selama berbulan-bulan mengenal masalah
pro dan kontra kebijaksanaan Menteri Pertahanan dan pimpinan Angkatan Darat. Aksi
ini dilakukan dengan penangkapan 6 orang anggota parlemen. Konflik itu berimbas ke
parlemen. Parlemen membahas masalah itu yang kemudian tercetusnya mosi Manai
Sophian. Manai mengusulkan supaya diadakan reorganisasi dan mutasi di lingkungan
Angkatan Perang dan kementrian pertahanan. Mosi itu diterima oleh parlemen.
Parlemen terlalu ikut campur dalam urusan internal tentara. Tentara menolak mosi
dengan melakukan tekanan kepada presiden untuk membubarkan parlemen. Tuntutan
itu ditolak presiden. Manai Sopian Partai awalnya ketika masa pergerakan nasional
adalah Parindra (Partai Indonesia Raya) dan ketika masa Revolusi ia berganti partai
menjadi PNI (Partai Nasional Indonesia) yang berideologikan Marhaenisme Bung
Karno . Ia pernah menduduki Sekretaris Jenderal PNI .
5
seperti ideologi Islam atau Negara nasional. Untuk menghindari perdebatan yang
panjang, Natsir meminta agar masalah ini dibahas secara internal masyarakat musllim
tidak perlu dimuka umum.
Walaupun,pimpinan-pimpinan masyumi sudah berusaha untuk meredakan dan
mendinginkan situasi, Sukarno tetap mengangkat pembicaraan mengenai hubungan
antara Islam dengan Pancasila. Masalah ini disampaikan Soekarno pada saat kuliah
umum di UI tanggal 7 Mei 1953. Sukarno juga menyatakan bahwa Islam sejalan
dengan demokrasi , Pemerintahan yang dipimpin Wilopo dari PNI dan Prawoto dari
Masyumi tidak berlangsung lama karena adanya perbedaan pendapat antara masyumi
dengan PNI dalam memecahkan berbagai masalah, terutama cara menyelesaikan
masalah sengketa Tanjung Morawa.
Kedudukan Kabinet ini semakin terguncang karena adanya Perisiwa Tanjung
Morawa yang ada di Sumatera Utara yang diduduki secara ilegal. Peristiwa Tanjung
Morawa adalah peristiwa yang terjadi di Sumatera Utara pada tanggal 16 Maret 1953.
Pada tahun 1953 Pemerintah RI karasidenan Sumatera Timur merencanakan untuk
mencetak sawah percontohan di daerah bekas areal perkebunan tembakau di desa
Perdamaian, Tanjung Morawa. Namun sayangnya, banyak penggarap liar sudah
berhasil menduduki daerah tersebut.
6
B. Kabinet Ali Sastroamijoyo I
1. Terbentuknya Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Krisis pemerintahan yang terjadi di Indonesia menyebabkan ketidakstabilan
pemerintahan. Indonesia mengalami jatuh bangun dalam kabinet. Pada tanggal 3
Juni 1953, Perdana Menteri Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden
sebagai akibat dari Peristiwa Tanjung Morawa. Dengan demikian kabinet
dinyatakan demisioner. Kabinet Ali Sastroamijdojo merupakan kabinet pengganti
dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali mengisi krisis pemerintahan di Indonesia pasca
kekosongan selama 58 hari (sepeninggalan Kabinet Wilopo).
Untuk mengisi jabatan Perdana Menteri ditunjuk Ali Sastroamidjojo yang saat
itu menjabat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Ali Sastroamidjojo
sempat ragu, karena selama ini belum pernah diajak bicara oleh partainya
mengenai pembentukkan kabinet. Tetapi setelah didesak oleh Ketua Umum PNI
Sidik Joyosukarto, akhirnya Ali Sastroamidjojo mau menduduki jabatan perdana
menteri. Akhirnya pada tanggal 30 Juli 1953, Presiden mengumumkan
pembentukan Kabinet Ali Sastroamidjojo yang kemudian disahkan dengan
Keputusan Presiden RI No. 132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Pelantikan
Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana Menteri dilangsungkan di Istana Negara pada
tanggal 12 Agustus 1953.
Dalam Kabinet Ali, Masyumi merupakan partai terbesar kedua dalam
parlemen tidak turut serta, dalam hal ini NU (Nahdatul Ulama) kemudian
mengambil alih sebagai kekuatan politik baru. Selain itu terdapat tokoh yang
bersimpati kepada PKI dimasukkan dalam kabinet ini dan Muh Yamin yang
dianggap sayap kiri dijadikan sebagai Menteri Pendidikan. Politik kebijakan yang
diterapkan tersebut terlihat lebih mengutamakan mengenai pertahanan kekuasaan
serta membagi hasil hasilnya atas penguasaan.
7
2. Anggota Kabinet
a. Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana Menteri
b. R. Sunarjo sebagai Menteri Luar Negeri.
c. Wongsonegoro sebagai Wakil Perdana Menteri.
d. Prof. Dr. Mr. Hazairin sebagai Menteri Dalam Negeri.
e. Iwa Kusumasumantri sebagai Menteri Pertahanan.
f. Djody Gondokusumo sebagai Menteri Kehakiman.
g. FL Tobingsebagai Menteri Penerangan.
h. Dr. Ong Eng Die sebagai Menteri Keuangan.
i. Sadjarwo sebagai Menteri Petanian.
j. Dr. Iskak Tjokroadisurjo sebagai Menteri Perekonomian.
k. Abikusno Tjokrosujoso sebagai Menteri Perhubungan.
l. Mohammad Hasan sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
m. Sutan Muchtar Abidin sebagai Menteri Perburuhan.
n. Pandji Suroso sebagai Menteri Sosial.
o. Mohammad Yaminsebagai Menteri P & K.
p. K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama.
q. Dr. Lie Kiat Teng sebagai Menteri Kesehatan.
3. Program Kabinet
a. Menjaga Kemanan
Keadaan seperti ini kemudian menjadi pengganggu dalam menjaga stabilitas yang
sedang dijalankan oleh Pemerintahan. Maka dari itu, keamanan menjadi faktor yang
sangat krusial yang perlu diperhatikan dan membutuhkan solusi yang cepat dan tepat
kala itu.
8
b. Menciptakan Kemakmuran Dan Kesejahteraan Rakyat
Pada saati itu, konstelasi perpolitikan dunia juga mengalami peningkatan suhu
yang semaikn memanas. Sebagai negara yang masih baru mendapatkan kemerdekaan,
tentu saja Indonesia tidak ingin masuk dan turut serta dalam konflik internasional.
Terlebih lagi pada saat itu kemerdekaan Indonesia belum mendapatkan pengakuan
dari Belanda. Selain itu, ancaman kedatangan Belanda dan Jepang masih menjadi
9
momok yang bisa saja sewaktu-waktu datang kembali ke Indonesia. Politik Bebas di
sini berarti bahwa Indonesia tidak memihak negara manapun di dalam pertikaian yang
sedang terjadi. Sedangkan aktif adalah, meski tidak memhiak negara manapun di
dunia, namun Indonesai tetap ingin aktif menyuarakan aspirasinya di dunia
internasional.
Dalam kurun waktu tahun 1950-1959, keadaan perpolitikan di tanah air begitu
tidak stabil. Terjadi perpecahan di kalangan elite politik, hal ini dikarenakan
terjadinya perebutan tahta, jabatan dan juga kekuasaan. Dan kondisi ini membuat
bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam menjalankan agenda negaranya. Berbagai
perpecahan timbul di kalangan partai Politik, salah satunya adalah NU dengan
Masyumi yang kemudian membawa NU berdiri sendiri sebagai partai politik.
Perpecahan ini disebutkan karena perebutan pos jabatan pada Menteri Agama.
Kemudian juga terjadinya ketidakharmonisan hubungan antara PNI dengan PSI.
Bahkan di kalangan militer pun juga terjadi konflik karena kesenjangan yang tidak
layak. Dan pada bulan Januari Hamengkubuwono sebagai menteri pertahanan
memutuskan mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I.
4. Pelaksanaan Kabinet
Meski Kabinet Ali Sastroamijoyo I berada pada kondisi yang serba sulit,
namun ada beberapa prestasi atau pencapaian yang bisa dibanggakan. Meski
mungkin tidak semua program kerja yang suda disusun tidak bisa tercapai secara
keseluruhan, namun tetap saja ada beberapa prestasi yang berhasil diraiah.
Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini termasuk kabinet yang bertahan lama dalam
menjalankan pemerintahan. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah memberikan
sumbangsih kepada negara dan bahkan kepada bangsa Asia-Afrika. Hal ini
didasarkan pada peristiwa yang terjadi di Bandung pada 18 April-24 April 1955.
Saat itu Indonesia berhasil merangkul saudara-saudara Afrika dan Asia untuk
melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau
negara imperialis yang lain.
10
5. Sebab Keruntuhan Kabinet
NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di
bidang ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan
PNI. Sehingga pada puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri
yang ada di dalam kabinet untuk mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet.
Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan lemahnya
Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk
menggulirkan mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai
ketidakpercayaan pada kebijakan Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak
kondusif ini, PKI kemudian meredam kecaman-kecaman terhadap korupsi dan
masalah ekonomi sebagai imbalan atas perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo
sendiri kemudian mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni. Kemudian
karena dukungan dari DPR tidak mencukupi, empat hari kemudian Ali pun
mengunfurkan diri dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini mengembalikan
mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabinet Wilopo adalah kabinet yang dibentuk oleh Soekarno dengan nama aslinya
sendiri yaitu Wilopo, dan Indonesia mengalami jatuh bangun. Hal ini yang kemudian
mendorong terbentuknya Kabinet Ali untuk mengisi krisis pemerintahan di Indonesia pasca
kekosongan selama 58 hari (sepeninggalan Kabinet Wilopo).
Kabinet Ali Sastroamidjojo merupakan kabinet baru pengganti Kabinet Wilopo.
Kabinet ini berdiri pada tanggal 31 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955. Kabinet ini
merupakan kabinet yang cukup bertahan lama pada demokrasi parlementer pada tahun 1950-
1959. Program kerja dari Kabinet Ali diantaranya :
a. Program dalam negeri diantaranya keamanan, pemilihan umum, kemakmuran
dan keuangan, organisasi pemerintahan, perburuhan, serta perundang-undangan. b.
Pengembalian Irian Barat.
c. Pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif.
Prestasi yang dicapai pada Kabinet Ali yaitu berhasil melaksanakan Konferensi Asia
Afrika di Bandung dan persiapan pemilihan umum pertama yang direncanakan pada tahun
1955. Tetapi belum sempat melaksanakan rencananya, Kabinet Ali mendapatkan tuntutan
dari PUSA yang dipimpin oleh Daud Beureueh. Selain itu kemelut dalam tubuh Angkatan
Darat yang berujung pada pergantian pimpinan menjadi hal yang sangat memberatkan
Kabinet Ali-Wongso. Akhirnya kabinet ini mengembalikan mandat kepada Presiden
Soekarno dan diterima oleh Wakil Presiden karena pada saat itu Presiden sedang melakukan
ibadah haji.
12