Pada program di bidang ekonomi, dalam penerapan Sumitro Plan, tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Hal ini karena para pengusaha yang diberikan bantuan banyak diselewengkan sehingga banyak yang
tidak mencapai sasaran. Kemudian upaya perjuangan dan diplomasi mengenai masalah Irian Barat
mengalami kebuntuan alias mengalami kegagalan. Selain itu, Kabinet Natsir nampaknya belum bisa
terlepas dari masalah keamanan yang berupa masih adanya pemberontakan yang hampir menyerang
seluruh wilayah Indonesia. Banyak gerakan kedaerahan yang berusaha melakukan pemberontakan
kepada pemerintah, seperti misalnya Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Selain itu, seringnya mengeluarkan Undang Undang darurat juga menjadi kendala Kabinet Natsir yang
kemudian sering mendapatkan kritik dari oposisi.
Selain mosi tidak percaya dari PNI yang disetujui parlemen, ada mosi tidak percaya dari parlemen terkait
kegagalan Kabinet Natsir dalam perundingan antara Indonesia dengan Belanda terkait Irian Barat.
Tekanan yang bertubi-tubi ini kemudian sampai pada puncaknya yaitu kejatuhan Kabinet Natsir pada
tanggal 21 Maret 1951 dan kemudian Natsir pun mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
PROGRAM KERJA KABINET SUKIMAN
Berikut akan saya jelaskan apa saja program kerja Kabinet Sukiman. Berikut Program Kerja Kabinet
Sukiman antara lain sebagai berikut.
1. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman serta menyempurnakan organisai alat-alat kekuasaan negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangkapendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan bekas
pejuang dalam pembangunan.
3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan menyelenggarakan
pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah.
4. Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan
upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh.
5. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
6. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya.
Kerja sama tersebut dinilai sangat merugikan politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia.
Kabinet Sukiman dituduh telah memasukkan Indonesia ke dalam Blok Barat. Oleh karena itu, DPR
menggugat kebijakan Kabinet Sukiman. Akhirnya Kabinet Sukiman Jatuh dan mengembalikkan
mandatnya kepada presiden.
a. Organisasi Negara
- Melaksanakan pemilu untuk konstituante dan dewan dewan daerah
- Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
- Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
b. Kemakmuran
- Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan mempertinggi produksi nasional, terutama bahan
makanan rakyat
- Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
- Usaha memperbaiki bidang pendidikan
c. Keamanan
- Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan sebagai
Negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan Negara
- Memperkembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan ketentraman
d. Perburuhan
Melengkapi perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum buruh guna menjamin
proses nasional
f. Luar Negeri
- Mengisi politik luar negeri yang bebas dengan aktivitas yang sesuai dengan kewajiban kita dalam
kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan nasional menuju perdamian dunia
- Menyelesaikan penyelenggaraan hubungan Indonesia dengan Nederland ( Belanda)
- meneruskan perjuangan menggabungkan Irian Barat dalam wilayah kekuasaan Indonesia secepatnya
1. Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia,
sementara kebutuhan impor terus meningkat
2. Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
3. Munculnya gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa
4. Munculnya sentimen kedaerahan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintahan
5. Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yakni konflik dalam tubuh TNI Angkatan Darat
6. Munculnya peristiwa Tanjung Morawa
Pemerintah pada saat itu dihadapkan pada keadaan ekonomi yang kritis, terutama karena
jatuhnya harga barang-barang ekspor Indonesia seperti : karet, timah dan kopra, sedang
kecenderungan impor terus meningkat. Karena penerimaan Negara akan mengalami
penurunan dalam jumlah yang besar dan karena banyaknya komitmen-komitmen lama
yang harus dipenuhi, maka dengan adanya defisit tidak dapat dihindarkan, sekalipun
diadakan penghematan-penghematan yang drastis.
Rencana kenaikan gaji pokok pegawai negeri sipil sebesar 20 % tetap dilaksanakan, tetapi
pembagian jatah beras pegawai terpaksa dihentikan, sedangkan hadiah lebaran tidak dapat
diberikan. Kesulitan yang lain yang dihadapi ialah masalah panen yang terus menurun,
sehingga perlu disediakan jumlah devisa yang lebih besar untuk mengimpor beras dari
negara lain
a. Menjaga Kemanan
Menjaga kemanan tampaknya menjadi prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Hal ini bisa
dilihat dari keberanian Kabinet Ali Sastroamijoyo dalam mengambil alih pemerintahan setelah kabinet
sebelumnya yang merupakan kabinet Wilopo runtuh. Keberanian dalam mengambil tanggung jawab ini
kemudian dilaporkan kepada DPR. Karena pada masa kabinet sebelumnya banyak terjadi goncangan
keamanan yang tentu sangat riskan bagi negara yang baru saja berdiri. Ada beberapa perpecahan yang
terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya. Konflik yang terjadi membuat Kabinet Ali
Sastroamijoyo I kemudian mengerahkan pasukan untuk meredam termasuk juga untuk meredam
pemberontakan yang terjadi.
Keadaan seperti ini kemudian menjadi pengganggu dalam menjaga stabilitas yang sedang dijalankan
oleh Pemerintahan. Maka dari itu, keamanan menjadi faktor yang sangat krusial yang perlu diperhatikan
dan membutuhkan solusi yang cepat dan tepat kala itu.
Pprogram kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I selanjutnya adalh menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Perekonomian Indoensia pada kurun waktu tahun Februari 1952 sampai Maret
1952 sangat terganggu dan mengalami penurunan dengan adanya perang Korea. Pada kurun waktu
tahun tersebut, terjadi inflasi di Indonesia yang nilai tukar rupiah bahkan sampai menurun hingga
menjadi 44,7 % dari nilai resmi 24,6 %. Keadaan ini kemudian berimbas langsung pada para eksportir
dari Jawa yang terdiri dari orang-orang Masyumi mengalami kerugian. Kondisi ini kemudian mendorong
terjadinya peningkatan penyeleundupan, kemiskinan dan kelaparan semakin tinggi dan rakyat semakin
jauh dari kemakmuran. Maka dari itu, prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini adalah
menciptakan kemakmuran dan kerejahteraan rakyat.
Sebagai pelaksana Pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo I menyanggupi inti dari pelaksanaan
Pemerintahan Indonesia yang bersifat parlementer. Maka dari itu, Kabinet Ali Sastroamijoyo I
menyanggupi untuk menggelar Pemilihan Umum 1955. Kemudian ditindak lanjuti dengan
pembentukan Panitia Pemilu Pusat pada tanggal 31 Mei 1954 yang saat itu diketuai oleh Hadikusumo
(PNI). Kemudian Hadikusmo pada tanggal 16 April 1955 mengumumkan bahwa Pemilu 1955 akan
digelar pada 29 September 1955. Maka dari itu Pemilu 1955 bisa dikatakan sebagai agenda utama dari
program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I.
Program kerja dari kabinet Ali Sastroamijoyo selanjutnya adalah menargetkan Irian Barat untuk segera
dibebaskan dari Belanda. Kemerdekaan Indonesia sendiri menuntut untuk tidak menyetujui RIS. Hal ini
dikarenakan pemerintahan yang ada tentu ingin berdaulat dalam menjalankan kehidupan bernegara
dan berbangsa. Maka dari itu, pada Agustus 1954 Kabinet Ali Sastroamijoyo I mengusulkan untuk
menghapuskan Uni Belanda - Indonesia. Selain itu juga memuat penyesuaian dari KMB. Namun
sayangnya hal ini tidak bisa mendapatkan hasil seperti yang diinginkan atau bisa dikatakan tidak
mencapai kemajuan yang signifikan. Bahkan masalah yang timbul di Irian Barat ini juga dibawa ke PBB
oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I namun pengaduan tersebut ditolak.
Pada saati itu, konstelasi perpolitikan dunia juga mengalami peningkatan suhu yang semaikn memanas.
Sebagai negara yang masih baru mendapatkan kemerdekaan, tentu saja Indonesia tidak ingin masuk
dan turut serta dalam konflik internasional. Terlebih lagi pada saat itu kemerdekaan Indonesia belum
mendapatkan pengakuan dari Belanda. Selain itu, ancaman kedatangan Belanda dan Jepang masih
menjadi momok yang bisa saja sewaktu-waktu datang kembali ke Indonesia. Politik Bebas di sini berarti
bahwa Indonesia tidak memihak negara manapun di dalam pertikaian yang sedang terjadi. Sedangkan
aktif adalah, meski tidak memhiak negara manapun di dunia, namun Indonesai tetap ingin aktif
menyuarakan aspirasinya di dunia internasional.
Dalam kurun waktu tahun 1950-1959, keadaan perpolitikan di tanah air begitu tidak stabil. Terjadi
perpecahan di kalangan elite politik, hal ini dikarenakan terjadinya perebutan tahta, jabatan dan juga
kekuasaan. Dan kondisi ini membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam menjalankan agenda
negaranya. Berbagai perpecahan timbul di kalangan partai Politik, salah satunya adalah NU dengan
Masyumi yang kemudian membawa NU berdiri sendiri sebagai partai politik. Perpecahan ini disebutkan
karena perebutan pos jabatan pada Menteri Agama. Kemudian juga terjadinya ketidakharmonisan
hubungan antara PNI dengan PSI. Bahkan di kalangan militer pun juga terjadi konflik karena
kesenjangan yang tidak layak. Dan pada bulan Januari Hamengkubuwono sebagai menteri pertahanan
memutuskan mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I.
Kemudian peristiwa pada April-Mei-1954 yang merupakan pertemuan antara Perdana Menteri India,
Pakistan, Sri Lanka, Birma, dan Indonesia (diselenggarakan di Colombo). Hal ini menunjukkan bahwa
Ali berhasil mengalihkan situasi politik di Indonesia yang tidak stabil kala itu dan bahkan mampu
mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.