Anda di halaman 1dari 19

PENYEBAB JATUHNYA 7 KABINET DI INDONESIA

21.09 2 comments

penyebab jatuhnya 7 kabinet di indonesia


Penyebab kabinet mengalami jatuh bangun pada masa demokrasi liberal adalah akibat kebijkaan-
kebijakan yang dalam pandangan parlemen tidak menguntungkan Indonesia ataupun dianggap
tidak mampu meredam pemberontakan-pemberontakan di daerah. Sementara keberlangsungan
pemerintah sangat ditentukan oleh dukungan di parlemen.
a.kabinet Natsir (6 september 1950-21 maret 1951)

Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam menyelesaikan
masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th
1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b.KABINET SUKIMAN (27 April 1951 3 April 1952)

Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan akibat dari ditandatanganinya persetujuan bantuan


ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act
( MSA ). Peretujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok Barat,
yang berarti bertentangan dengan prinsip dasar politik luar negri Indonesia yang bebas aktif.
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman
harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
C.KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada
tanggal 2 Juni 1953.
D.KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah
yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
E.KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)

Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka
tanggal 2 Maret 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan
mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum.
Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak
percaya dari parlemen. Tetapi secara Etika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan
sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota
DPR maupun konstituante.
F.KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 4 Maret 1957)
ALI SASTROAMIJOYO II

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi (Januari 1957), membuat kabinet hasil Pemilu I ini
jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.
G.KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Djoeanda Kartawidjaja

Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Kabinet-kabinet
Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.
1950-1951 - Kabinet Natsir
1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
1952-1953 - Kabinet Wilopo
1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
1957-1959 - Kabinet Djuanda
Kabinet Natsir
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama pada masa demokrasi liberal. Kabinet ini terbentuk pada
tanggal 6 September 1950 dan dilantik pada tanggal 7 September 1950. Perdana Menteri kabinet
ini adalah Moh. Natsir dari Masyumi. Menteri kabinetnya berasal dari Masyumi ditambah tokoh-
tokoh yang mempunyai keahlian istimewa, seperti Sri Sultan Hamengku Buana IX, Prof. Dr.
Sumitro Joyohadikusumo, Assaat, dan Ir Juanda.
Program kerja kabinet Natsir :
1) Mempersiapkan dan menyelengarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante
2) Menyempurnakan susunan pemerintahan dan memebentuk kelengkapan negara
3) Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
5) Menyempurnakan organisasi angkatan perang
6) Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat
Akan tetapi, belum sampai program tersebut terlaksana, kabinet ini sudah jatuh pada 21 Maret
1951 dalam usia 6,5 bulan. Jatuhnya kabinet ini karena kebijakan Natsir dalam rangka
pembebtukan DPRD dinilai oleh golongan oposisi terlalu banyak menguntungkan Masyumi.
Kabinet Sukiman
Kabinet Sukiman merupakan kabimet koalisi. Partai-partai yang berkoalisi adalah kedua partai
terbesar waktu itu, yaitu Masyumi dan PNI. Dr. Sukiman dari Masyumi terpilih menjadi perdana
menteri dan Suwiryo dari PNI sebagai wakilnya. Kabinet Sukiman terbentuk apada tanggal 20
April 1951
Program kerja kabinet Sukiman :
1) Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara
2) Membuat dan melakukan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan bekas
pejuang dalam pembangunan
3) Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan
menyelengarakan pemilu itu dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya otonomi
daerah
4) Menyiapakan undang-undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan
uapah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh
5) Menjalankan polotik luar negeri bebas aktif
6) Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secapatnya
Kabinet Sukiman tidak mampu bertahan lama dan jatuh pada bulan Februari 1952. Penyebab
jatuhnya kabinet ini adalah karena diserang oleh kelompok sendiri akibat kebijakan politik luar
negeri yang dinilai terlalu condong ke Barat atau pro-Amerika Serikat.
Pada saat itu, kabinet Sukiman telah menendatangani persetujuan bantuan ekonomi, teknologi,
dan persenjataan dengan Amerika Serikat. Dan persetujuan ini ditafsirkan sebagai masuknya
Indonesia ke Blok Barat sehingga bertentangan dengan program kabinet tentang politik luar
negeri bebas aktif.
Kabinet Wilopo
Kabinet yang ketiga ini berhasil dibentuk pada 30 Maret 1952. kabinet ini juga merupakan
kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi. Wilopo dari PNI terpilih sebagai perdana menteri
Program kerja kabint Wilopo :
1) Mempersiapkan pemilihan umum
2) Berusaha mengembalikan IrianBarat ke dalam pangkuan RI
3) Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
4) Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran
5) Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif
Kabinet Wilopo banyak mengalami kesulitan dalam mengatasi timbulnya gerakan-gerakan
kedaerahan dan benih-benih perpecahan yang akan menggangu stabilitas polotik Indonesia.
Ketika kabinet Wilopo berusaha menyelesaikan sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera
Utara, kebijakan itu ditentang oleh wakil-wakil partai oposisi di DPR sehingga menyebabkan
kabinetnya jatuh pada 2 Juni 1953 dalam usia 14 bulan.
Kabinet Ali Satroamijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro)
Kabinet keempat berhasil dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953 yang dipimpin oleh Ali
Satroamijoyo dari PNI dan wakilnya Wongsonegoro dari PIR (Partai Indonesia Raya)
Program kerja Kabinet Ali-Wongsonegoro :
1) Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
2) Melaksanakan pemilihan umum
3) Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
4) Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
Pada masa kabinet Ali-Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain
munculnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh Aceh, dan Kahar Muzakar di
Sulawesi Selatan. Meskipun dihinggapi berbagai kesulitan, kabinet Ali-Wongsonegoro berhasil
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, kabinet Ali-Wongsonegoro ikut
terangkat namanya. Kabinet Ali-Wongsonegoro akhirnya jatuh pada bulan Juli 1955 dalam usia
2 tahun (usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali-Wongsonegoro adalah perselisihan
pendapat anatara TNI-AD dan pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap
Kabinet kelima terbentuk pada tanggal 12 Agustus 1955 yang dipimpin oleh Burhanuddin
Harahap dari Masyumi.
Program kerja Kabinet Burhanuddin :
1) Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat
2) Akan dilaksankan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan masalah inflasi, dan
pemberantasan korupsi
3) Perjuangan mengembalikan Irian Barat
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, dilaksanakan pemilihan umum pertama di Indonesia.
Kabinet ini menyerahkan mandatnya setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk pada bulan
Maret 1956.
Kabinet Ali Satroamijoyo II
Kabinet keenam terbentuk pada tanggal 24 Maret 1956 di pimpin oleh Ali Satroamijoyo. Kabinet
Ali II merupakan kabinet pertama hasil pemilihan umum.
Program kerja Kabinet Ali II :
1) Menyelesaikan pembatasan hasil KMB
2) Menyelesaikan masalah Irian Barat
3) Pembentukan provinsi Irian Barat
4) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
Kabinet Ali II ini pun tidak berumur lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh kabinet
Juanda.
Kabinet Juanda
Kabinet Juanda disebut juga Kabinet Karya. Ir. Juanda diambil sumpahnya sebagai perdana
menteri pada tanggal 9 April 1957.
Program kerja Kabinet Karya disebut Pancakarya yang meliputi :
1) Membentuk Dewan Nasional
2) Normalisasi keadaan RI
3) Melanjutkan pembatalan KMB
4) Memperjuangkan Irian Barat kembali ke RI
5) Mempercepat pembangunan
D AR I K AB I N E T N AT S I R , S U K I M AN , W I L O P O , AL I I ,
B U R H AN U D D I N , AL I I I H I N G G A D J U AN D A

Masih ingat tentang sejarah Indonesia pasca kemerdekaan? Ya, Indonesia pernah harus
berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya. Setelah kemerdekaannya diakui pun,
Indonesia pun masih harus mengalami masa -masa di mana konstitusi negaranya diubah
mengarah pada bentuk serikat, yakni Republik Indonesia Serikat atau RIS.

Setelah sempat mengalami masa sebagai RIS, Indonesia pada akhirnya kembali pada bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tangagl 17 Agustus 1950. Pemerintahan Indonesia
setelah kembali menjadi NKRI setelah RIS ini masih menggunakan Undang Undang Dasar
Sementara atau yang dikenal dengan sebutan UUDS 1950.

Sesuai dengan UUDS 1950, Indonesia berbentuk negara parlementer dimana kepala
pemerintahannya dipimpin oleh Perdana Menteri dan kepala negaranya dipegang oleh
presiden. Pemerintahan Indonesia pun selanjutnya harus dijalankan oleh kabinet -kabinet atau
parlemen dari partai terpilih.

Sistem multipartai yang berlaku di Indonesia kala itu ternyata tidak cukup kokoh sehingga
kabinet atau parlemen yang memimpin Indonesia tidak kuat bertahan lama. Hasilnya, dari tahun
1950 hingga tahun 1959, Indonesia pun harus mengalami pergantian kabinet hingga tujuh kali.

Berikut ini adalah ketujuh kebinet pada masa demokrasi liberal tersebut :

1. Kabinet Natsir (6September 1950-21 Maret 1951)

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-2juni 1953)

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)


5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)

7. Kabinet Juanda (9 April 1957-5 Juli 1959)

Agar lebih jelas, mari kita lihat bagaimana kondisi program kerja dan penyebab jatuhnya masing
-masing kabinet yang ada. Mulai dari kabinet Natsir, hingga Kabinet Juanda.

1 . K AB I N E T N AT S I R ( 6 S E P T E M B E R 1 9 5 0 S AM P AI 2 1 M AR E T
1951)
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang terpilih untuk menjalankan pemerintahan pada
masa demokrasi liberal. Kabinet Natsir berlangsung sejak 6 September 1950 hingga 21 Maret
1951.

Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Masyumi. Perdana menteri dari
kabinet Natsir adalah Moh. Natsir. Kabinet Natsir mendapat dukungan dari tokoh-tokoh terkenal
yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi. Diantaranya terdapat Sri Sultan Hamengku Buwono
IX, Mr. Moh. Roem, Mr. Asaat, Ir. Juanda, dan Dr. Sumitro Joyohadikusumo.
1.1. PROGRAM KEJA KABINET NATSIR
Selama masa kepemimpinan Natsir, terdapat Program Kerja yang menjadi target untuk dicapat.
Program Keja Kabinet Natsir ada lima poin utama. Berikut adalah lima poin utama program
kerja dari Kabinet Natsir :

1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman.

2. Konsolidasi dan menyempurnakan pemerintahan.

3. Menyempurnakan organisasi angkatan perang.

4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan.

5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.


1.2. PENYEBAB JATUHNYA KABINET NATSIR
Pada masa Kabinet Natsir inilah dilangsungkan perundingan antara Indonesia dan Belanda
menyangkut masalah Irian Barat untuk pertama kalinya. Sayangnya, perundingan yang
berlangsung pada tanggal 4 Desember 1950ini menemui jalan buntu.

Kondisi ini kemudian memunculkan mosi tidak percaya dari parlemen. Parlemen terus
memberikan tekanan pada kabinet ini. Tekanan datang semakin besar ketika Hadikusumo (PNI)
menyatakan mosi tidak percaya.

PNI melayangkan pencabutan PP No. 39/1950 tentang DPRS dan DPRDS yang diterima oleh
parlemen. Hal ini yang menjadi puncak jatuhnya Kabinet Natsir pada tanggal 21 Maret 1951.
Kemudian Natsir kemudian mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

2. KABINET SUKIMAN (27 APRIL 1951 HINGGA 3 APRIL 1952)


Setelah kabinet Natsir jatuh, kemudian Presiden Soekarno menunjuk dua orang formatur baru,
yaitu Sidik Joyosukarto (PNI) dan DR. Sukiman (Masyumi). Mereka ditugaskan untuk
membentuk kabinet baru.

Dilakukankan proses perundingan hingga pada tanggal 26 April 1951 diumumkan tentang
susunan kabinet baru di bawah pimpinan Sukiman Wiryosanjoyo (Masyumi) dan Suwiryo (PNI).
Kabinet Sukiman berlangsung dari tanggal 27 April 1951 hingga 3 April 1952.

2.1. PROGRAM KERJA KABINET SUKIMAN


Beberapa program kerja Kabinet Sukiman yakni :

1. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum demi menjamin keamanan dan
ketenteraman sekaligus menyempurnakan organisai alat -alat kekuasaan negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan juga mempercepat usaha penempatan
bekas pejuang dalam pembangunan.

3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan


menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat dan mempercepat terlaksananya otonomi
daerah.

4. Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan
upah minimum, serta penyelesaian pertikaian buruh.

5. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.

6. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya.

2.2 JATUHNYA KABINET SUKIMAN


Seperti halnya kabinet Natsir, ternyata Kabinet Sukiman pun tidak dapat bertahan lama.
Masalah utama yang menjadi penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah pertukaran nota
yang terjadi antara Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dengan Duta Besar Amerika Merle
Cochran.

Nota tersebut berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika
Serikat kepada pemerintah Indonesia yang didasarkan pada Mutual Security Act (MSA) atau
undang-undang kerja sama keamanan.

Namun, parlemen mengira bahwa kerja sama tersebut justru sangat merugikan politik luar
negeri bebas aktif yang selama ini dianut Indonesia. Alhasil, kabinet Sukiman dituduh telah
memasukkan Indonesia ke dalam Blok Barat.

Karena hal inilah, kemudian DPR menggugat kebijakan Kabinet Sukiman. Dengan terpaksa,
Kabinet Sukiman mengembalikkan mandatnya kepada presiden. Lalu, di tanggal 3 April 1952,
Kabinet Sukiman Jatuh dan harus digantikan dengan kabinet lain.
Baca juga: Kronologi Perang Dunia 2 Lengkap

3 . K AB I N E T W I L O P O ( 3 AP R I L 1 9 5 2 H I N G G A 2 J U N I 1 9 5 3 )
Kabinet Wilopo mulai menjalankan tugasnya untuk menggantikan kabinet Sukiman terhitung
sejak 3 April 1952. Kabinet Wilopo dipimpin oleh Mr. Wilopo sebagai Perdana Menteri nya.
Kabinet ini terdiri dari para pakar yang ahli di bidangnya.

3.1. PROGRAM KERJA KABINET WILOPO


Program kerja Kabinet Wilopo memiliki beberapa poin antara lain sebagai berikut.

1. Mempersiapkan pemilihan umum.

2. Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.

3. Menigkatkan keamanan dan kesejahteraan.

4. Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran.

5. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif.

3.2. PENYEBAB JATUHNYA KABINET WILOPO


Kabinet Wilopo juga harus menghadapi masalah sulit berupa gerakan separatisme yang terjadi
di sejumlah daerah. Selain itu, terjadi pula peristiwa 17 Oktober 1952 terkait gerakan sejumlah
perwira Angkatan Darat yang menekan Presiden Soekarno agar membubarkan parlemen.

Masalah tersebut ditambah dengan peristiwa Tanjung Morawa di Sumatra Utara membuat
kabinet Wilopo semakin gaduh. Peristiwa Tanjung Morawa terjadi karena pemerintah sesuai
dengan persetujuan KMB mengizinkan pengusaha asing untuk kembali mengusahakan tanah-
tanah perkebunan.
Hal ini sebetulnya adalah permasalahan yang muncul dari masa Kabinet Sukiman. Pada masa
tersebut, Mr. Iskaq Cokroadisuryo sebagai Menteri Dalam Negeri menyetujui dikembalikan
tanah Deli Planters Vereenging (DPV) yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan pemiliknya. \

Namun, selama ditinggalkan para pemiliknya, tanah tersebut digarap oleh petani. Nah, proses
penyerahan kembali tanah yang dilaksanakan pada masa Kabinet Wilopo pun menjadi hal yang
rumit.

Pada tanggal 16 Maret 1953, Polisi mengusir para penggarap tanah yang tidak memiliki izin.
Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan lima orang petani terbunuh. Peristiwa ini pun
mendapatkan sorotan yang tajam dari pers maupun dari parlemen.

Kemudian, Sidik Kertapati dari Serikat Tani Indonesia (Sakti) mengajukan mosi tidak percaya
terhadap Kabinet Wilopo. Akhirnya, tanggal 2 Juni 1953 Wilopo harus mengembalikan mandat
kepada presiden.

4 . K AB I N E T AL I S AS T R O AM I J O Y O I ( 3 1 J U L I 1 9 5 3 H I N G G A 1 2
AGUSTUS 1955)
Kabinet Ali Sastroamijoyo sempat memimpin pemerintahan masa demokrasi liberal sebanyak
dua kali. Karenanya, masa kepemipinannya yang sering disebut sebagai kabinet Ali I dan
kabinet Ali II untuk membedakan masa yang satu dengan lainnya.

Untuk kabinet Ali Sastroamijoyo I, pertama kali dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953. Kabinet ini
dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari PNI dengan wakilnya Wongsonegoro dari
PIR (Partai Indonesia Raya).
4.1. PROGRAM KERJA KABINET ALI I
Kabinet Ali I mempunyai program kerja yang disebut sebagai program empat pasal. Program
kerja kabinet Ali I tersebut meliputi :

1. Program dalam negeri, antara lain untuk meningkatkan keamanan dan kemakmuran, serta
upaya untuk segera diselenggarakan pemilihan umum.

2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

3. Program luar negeri, antara lain untuk pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan kembali
ke persetujuan KMB.

4. Penyelesaian pertikaian politik.

Prestasi yang paling menonjol dari kabinet Ali I adalah keberhasilannya dalam
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung (KAA). KAA ini dilangsungkan pada pada
tanggal 18-24 April 1955.

4. 2. JATUHNYA KABINET ALI I


Namun, kabinet Ali I akhirnya harus jatuh juga. Di tanggal 24 Juli 1955, Ali Sastroamijoyo
meneyerahkan mandatnya kepada presiden. Penyebab utama jatuhnya Kabinet Ali I adalah
masalah TNI-AD yang merupakan kelanjutan dari peristiwa 17 Oktober 1952.

Kala itu, Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Bambang Sugeng mengajukan
permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai pengganti beliau, maka ditunjuklah
menteri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo, Panglima Tentara dan Teritorium
II/Sriwijaya.

Namun, pengangkatan pimpinan baru tersebut ditolak para panglima Angkatan Darat. Proses
pengangkatan tersebut dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di dalam
lingkungan TNI-AD.
Selain masalah TNI-AD tersebut, masalah yang ikut mendorong jatuhnya Kabinet Ali I adalah
keadaan ekonomi Indonesia yang semakin memburuk, adanya korupsi, dan inflasi yang
mengakibatkan kepercayaan rakyat semakin merosot.

Masalah lain yang menyebabkan keretakan dalam Kabinet Alisastroamijoyo I adalah tindakan
NU yang memutuskan untuk menarik kembali menteri-menterinya. Tindakan ini kemudian diikuti
oleh partai-partai lainnya, sehingga kabinet Ali I pun terpaksa harus mundur pada 12 Agustus
1955.

Baca juga: Pokok Pokok Sistem Tanam Paksa

5 . K AB I N E T B U R H AN U D D I N H AR A H AP ( 1 2 AG U S T U S 1 9 5 5
H I N G G A 3 M AR E T 1 9 5 6 )
Kabinet Burhanuddin Harahap mulai menjalankan tugasnya dalam demokrasi liberal sejak
tanggal 12 Agustus 1955. Pada waktu Kabinet Ali I hendak menyerahkan mandatnya kepada
presiden, Presiden Soekarno sedang menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

Karenanya, pada tanggal 29 Juli 1955, Wakil Presiden Moh. Hatta mengumumkan tiga nama
formatur yang bertugas untuk membentuk kabinet baru. Tiga nama formatur tersebut adalah
Sukiman (Masymu), Wilopo (PNI), dan Asaat (nonpartai).

Kemudian, Ketiga tokoh tersebut pun sepakat untuk menunjuk Moh. Hatta sebagai perdana
menteri sekaligus menteri pertahanan. Akan tetapi, hal ini tentu sulit dijalankan lantaran Moh.
Hatta juga duduk sebagai wakil presiden.
Ketiga formatur tersebut pun gagal membentuk susunan kabinet baru. Moh. Hatta lalu
mengambil sikap untuk menunjuk Mr. Burhanuddin Harahap dari Partai Masyumi untuk
membentuk kabinet. Akhirnya, pada tanggal 12 Agustus terbentuk Kabinet Burhanuddin
Harahap, dengan perdana menterinya Burhanuddin Harahap dari Masyumi.

5.1. PROGRAM KERJA KABINET BURHANUDDIN HARAHAP


Program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap, meliputi beberapa hal berikut :

1. Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat
dan Masyumi.

2. Melaksanakan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan masalah inflasi, dan


pemberantasan korupsi.

3. Melaksanakan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke Republik Indonesia.

Prestasi yang terbilang menonjol dari kabinet Burhanudian adalah penyelenggaraan pemilu
untuk yang pertama di Indonesia. Pemilu pertama di Indoensia berlangsung pada tanggal 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR, sedangkan pada tanggal 15 Desember 1955
untuk memilih anggota konstituante.

Prestasi lain yaitu pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Berakhirnya pemilihan umum juga
berarti bahwa tugas Kabinet Burhanuddin telah selesai. Jadi, kabinet Burhanuddin Harahap ini
dianggap sebagai satu -satunya kabinet yang dapat menyelesaikan tugas atau program
kerjanya.

Berikutnya, perlu dibentuk kabinet baru yang bertanggung jawab terhadap parlemen yang baru
pula. Karena telah selesai masa tugasnya, pada tanggal 3 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin
Harahap mengembalikan mandatnya kepada presiden. Kabinet Burhanuddin juga dianggap
sebagai kabinet peralihan dari DPR Sementara ke DPR hasil pemilihan umum.
6 . K AB I N E T AL I S AS T R O AM I J O Y O I I ( 2 0 M AR E T 1 9 5 6 H I N G G A 1 4
M AR E T 1 9 5 7 )
Kabinet Ali Sastroamijoyo kembali memegang pemerintahan mulai tanggal 20 Maret 1956. Ali
Sastroamijoyo menjabat sebagai perdanan menteri setelah berkoalisi dengan PNI, Masyumi,
dan NU. Kabinet ini pula yang merupakan kabinet pertama setelah pemilihan umum tahun
1955.

6. 1. PROGRAM POKOK KABINET ALI SASTROAMIJOYO II


Program pokok Kabinet Ali Sastroamijoyo II meliputi :

1. Pembatalan KMB.

2. Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Reupblik Indonesia.

3. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan ekonomi, keuangan, industri, perhubunan,


pendidikan, serta pertanian.

4. Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika.

6.2. JATUHNYA KABINET ALI II


Jatuhnya Kabinet Ali II terjadi pada tanggal 14 Maret 1957. Ali Sastroamijoyo terpaksa harus
menyerahkan kembali mandatnya pada presiden karena dalam tubuh kabinet terjadi
perpecahan, yakni antara PNI dan Masyumi.

Masalahnya, Masyumi menginginkan agar Ali menyerahkan mandatnya kepada presiden sesuai
dengan tuntutan daerah. Sementara Ali Sastroamijoyo sendiri berpendapat bahwa kabinet tidak
wajib mengembalikan mandatnya hanya karena tuntutan daerah.

Akhirnya, pada bulan Januari 1957, Masyumi menarik semua menterinya dari kabinet. Hal ini
pun membuat kedudukan Kaibnet Ali Sastroamijoyo II menjadi sangat lemah dan akhirnya
jatuh.
Baca juga: Faktor Runtuhnya Pemerintahan Orde Lama

7 . K AB I N E T J U A N D A ( 9 AP R I L 1 9 5 7 H I N G G A 5 J U L I 1 9 5 9 )
Kabinet Juanda adalah kabinet terakhir yang ada pada masa demokrasi liberal. Kabinet Juanda
(atau Kabinet Djuanda) ini berlangsung mulai 9 April 1957. Perdana menteri dari kabinet ini
adalah Ir. Djuanda. Ir Djuanda memiliki tiga orang wakil, yaitu Mr. Hardi, Idham Chalid, dan dr.
Leimena.

7.1. PROGRAM KERJA KABINET DJUANDA


Kabinet Djuanda menyusun program yang terdiri dari lima pasal. Program kerja kabinet
Djuanda ini disebut sebagai Pancakarya. Karena program ini pula, Kabinet Djuanda juga
disebut sebagai Kabinet Karya.

Program-program Kabinet Karya meliputi :

1. Membentuk Dewan Nasional.

2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.

3. Melanjutkan pembatalan KMB.

4. Memperjuangkan Irian Barat kembali ke Republik Indonesia.

Dewan Nasional yang dibentuk di sini adalah badan baru yang bertugas untuk menampung dan
menyalurkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. Dewan Nasional ini sebelumnya
pernah diusulkan oleh Presiden Soekarno pada saat mengutarakan konsepsi presiden sebagai
langkah awal dari terbentuknya demokrasi terpimpin.
7.2. JATUHNYA KABINET JUANDA
Kabinet Juanda juga tidak lepas dari terpaan masalah. Muncul pergolakan-pergolakan di
daerah-daerah yang membuat hubungan antara pusat dan daerah menjadi terhambat. Untuk
meredakan pergolakan-pergolakan tersebut, maka diselenggarakanlah musyawarah nasional
(munas) pada tanggal 14 September 1957.

Munas berlangsung di Gedung Proklamasi Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Di dalam munas
tersebut, dibahas beberpaa masalah meliputi :

1. pembangunan nasional dan daerah,

2. pembangunan angkatan perang,

3. pembagian wilayah Republik Indonesia.

Karena pembahasannya belum selesai, Munas dilanjutkan kembali dengan musyawarah


nasional pembangunan (munap) pada bulan November 1957. Namun, pada tanggal 30
November 1957, terjadi peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.

Percobaan pembunuhan ini terjadi di depan Perguruan Cikini sehingga dikenal sebagai
Peristiwa Cikini. Setelah Peristiwa Cikini tersebut, keadaan negara semakin memburuk. Banyak
daerah menentang kebijakan pemerintah pusat.

Akhirnya, pergolakan ini berkembang menjadi pemberontakan PRRI/Permesta. Karena


keadaan yang semakin kacau, akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Dekret Presiden 5 Juli 1959 ini menandai berakhirnya Kabinet Djuanda sekaligus berakhirnya
pula masa demokrasi liberal yang menggunakan sistem parlementer.

Anda mungkin juga menyukai