Anda di halaman 1dari 12

Persoalan Negara Federal dan

BFO

Ada persaingan
Setelah AMB II makin TNI keberatan
antara gol.
panas, SH II diketahui kerjasama dengan
FEDERALIS dan gol.
kerjasama dengan MANTAN MUSUH.
UNITARIS Kasus
APRA Westerling. KNIL ingin menjadi
APARAT NEGARA WESTER
BAGIAN LING
Di BFO ada dua kubu:
1. Pro – RI : IDE ANAK
AGUNG GDE A. (NIT) APRIS INTInya TNI
2. Pro – Belanda : SULTAN namun di NEGARA Kasus
HAMID II (Pontianak) BAGIAN adalah KNIL. ANDI
AZIZ
Persoalan Negera Federal dan BFO

2.1 Pengertian
2.2 Latar Belakang
2.3 Ulasan singkat
Pengertian Persoalan Negara Federal dan BFO
Negara Federal maupun BFO prinsipnya sama, yakni
adalah suatu negara yang secara resmi merdeka dan
diakuikedaulatannya namun secara de-facto berada di
bawah kontrol negara lainnya. Negara boneka secara
harfiah berarti negara di mana pemerintahannya dapat
disamakan seperti boneka yang dimainkan oleh
pemerintah negara lainnya sebagai dalang.
Latar Belakang Persoalan Negara Federal dan BFO
Permasalahan ini muncul dimulai sejak Perundingan Linggarjati
disetujui dan ditanda tangani dan di perparah dengan penandatanganan
perundingan yang lainnya, seperti Roem-Royen. Konsep Negara Federal
dan “Persekutuan” Negara Bagian (BFO/
Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi
perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan.
Persaingan yang timbul terutama adalah antara golongan federalis yang
ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris yang
ingin Indonesia menjadi negara kesatuan.
Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946
misalnya, pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti
oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata mendapat reaksi keras
dari para politisi pro RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor dari Makasar
bahkan begitu kuatnya mengkritik hasil konferensi.
Perbedaan keinginan agar bendera Merah-Putih dan lagu
Indonesia Raya digunakan atau tidak oleh Negara Indonesia Timur (NIT)
juga menjadi persoalan yang tidak bisa diputuskan dalam konferensi.
Kabinet NIT juga secara tidak langsung ada yang jatuh karena persoalan
negara federal ini (1947)
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO

Perundingan Linggarjati
Perjanjian Linggarjati sebagaimana kita
ketahui memiliki dampak negatif khususnya
bagi rakyat indonesia dan hal ini menimbulkan
pro dan kontra di kalangan masyarakat
Indonesia, contohnya beberapa partai seperti
Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia,
dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut
menyatakan bahwa perjanjian itu adalah bukti
lemahnya pemerintahan Indonesia untuk
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden
No. 6/1946, dimana bertujuan menambah
anggota Komite Nasional Indonesia Pusat agar
pemerintah mendapat suara untuk mendukung
perundingan linggarjati.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Perundingan Roem Royen
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap
saja tidak mau mengakui kelahiran negara indonesia. Dan Belanda pun membuat
negara boneka yang bertujuan mempersempit wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Negara boneka tersebut dipimpin oleh Van Mook. Dan Belanda
mengadakan konferensi pembentukan Badan Permusyawaratan Federal(BFO) 27
Mei 1948.
Dan pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi Militer
Belanda dengan menyerang kota Yogyakarta dan menawan Presiden dan Wakil
Presiden beserta pejabat lainnya. Namun sebelum itu Presiden mengirimkan
radiogram kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara yang mengadakan perjalanan di
Sumatera untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Dengan begitu Indonesia menunjukkan kegigihan mempertahankan
wilayahnya dari segala agresi Belanda. Akhirnya konflik bersenjata harus segera
diakhiri dengan jalan diplomasi. Dan atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia,
maka pada tanggal 14 April 1949 diadakan perundingan di Jakarta di bawah
pimpinan Merle Cochran, Anggota Komisi Amerika.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Konferensi Inter Indonesia
Merupakan konferensi yang berlangsung antara negara
Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian
bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya
pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan
mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Namun sikap negara-negara yang tergabung dalam BFO berubah
setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua terhadap
Indonesia. Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka
pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO
jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter-
Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanaklannya
Konferensi Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.
BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan
lembaga permusyawaratan dari negara-negara federal yang
memisahkan dari RI. Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil
Poeradiredja, dan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur, Gede
Agung, memainkan peran penting dalam pembentukan BFO.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi
pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan
Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok
pertama menolak kerjasama dengan Belanda dan lebih memilih
RI untuk diajak bekerjasama membentuk Negara Indonesia
Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung
(NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara
Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan Hamid II
(Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur).

Lanjutan
Lanjutan
Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949),
persaingan antara golongan federalis dan unitaris makin
lama makin mengarah pada konflk terbuka di bidang militer,
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah satu
ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota
APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari
personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS
berkeberatan bekerjasama dengan bekas musuhnya, yaitu
KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka
ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan mereka
menentang masuknya anggotaTNI ke negara bagian
(TaufiAbdullah danAB Lapian, 2012.).
TOKOH TOKOH
Kesimpulan
1. Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar
terjadi bila bangsa Indonesia tidak menyadari adanya potensi semacam itu.
Karena itulah kita harus selalu waspada dan terus melakukan upaya untuk
menguatkan persatuan bangsa Indonesia.
2. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi
sangat merugikan. Antara tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbul
karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait dengan sistem
pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fiik, materi
mental dan tenaga bangsa.
3. Konflik dan pergolakan yang berlangsung diantara bangsa Indonesia
bahkan bukan saja bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut
campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa Indonesia.
4. Untuk mengantisipasi disintegrasi yang sudah terjadi terulang, sebagai
generasi muda bangsa ini haruslah berjuang dengan cara mengisi
kemerdekaan.
Penutup
Sudah selayaknya kita sebagai generasi muda
mempelajari dan memahami potensi disintegrasi bangsa
sehingga kita bisa meminimalisir tindakan tersebut
terjadi lagi.

Anda mungkin juga menyukai