Anda di halaman 1dari 8

PELAKSANAAN SISTEM EKONOMI LIBERAL

Latar Belakang Munculnya Sistem Ekonoi Liberal


a. Kemenangan kelompok liberal dalm parlemen Belanda.
Kelompok liberal menginginkan adanya kebebasam berusaha tanpa
campur tangan pemerintah
b. Munculnya kritik keras terhadap pelaksanaan system tanam paksa yang
dianggap menyengsarakan rakyat jajahan
c. Pengaruh Revolusi Industri di Inggris yang banyak menghasilkan teknologi
industry baru dan memperlancar kegiatan indsutri di Belanda daerah-
daerah jajahannya.
IMPERIALISME MODERN OLEH BELANDA
Tanah jajahan berfungsi
Tempat untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa, dan
tempat penanaman modal asing,
Tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa,
Penyedia tenaga kerja yang murah.
DAMPAK SISTEM USAHA SWASTA
Usaha perkebunan di Hindia Belanda semakin berkembang
Hasil barang tambang juga meningkat
Pembangunan sarana prasarana di Indonesia
Undang – Undang yang dikeluarkan pada masa system Ekonomi Liberal
A. UU Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870, berisi:
1) Pembagian tanah jajahan, yakni tanah milik pribumi yang berupa sawah dan ladang;
serta tanah milik pemerintah, seperti hutan, rawa, dan tanah lainnya yang tidak dimilki
penduduk pribumi
2) Pihak swasta dapat menyewa tanah baik milik pribumi maupun milik pemerintah
3) Pemerintah akan mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah
Sistem tanam paksa dihapus pada 1870 dan dikeluarkan Undang – Undang Agraria
(Agrarische Wet) dan Undang – Undang Gula (Suiker Wet), dengan tujuan :
Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa dan pemodal asing
Memberi peluang pemodal asing untuk menyewa tanah orang pribumi
Membuka kesempatan kerja kepada penduduk untuk menjadi buruh perkebunan

B. UU Gula (Suiker Wet) tahun 1870


berisi tentang pengelolaan tanaman tebu oleh pemerintah dan secara bertahap akan diserahkan kepada
pengusaha swasta
Pengaruh Sistem Ekonomi Liberal
a. Meningkatnya jumlah pengusaha asing yang ingin menanamkan modalnya di Hindia Belanda
b. Banyak bermunculan perkebunan-perkebunan swasta asing di Hindia Belanda, seperti perkebunan
tembakau (Deli, Kedu, Klaten, Jember, Kediri); perkebunan tebu (Cirebon, Besuki, Kediri, Madiun); perkebunan kina (Jawa
Barat); perkebunan karet (Palembang, Sumatra Timur); perkebunan kelapa sawit (Sumatra Utara); dan perkebunan the
(Jawa Barat dan Sumatra)
c. Berkembangnya kegiatan pertambangan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Pulau Bangka
d. Terjadi pengerahan tenaga kerja secara besar-besaran. Munculnya perkebunan dan pertambangan tentu memerlukan
tenaga kerja.
e. Terjadiya eksploitasi tanah secara besar-besaran, terutama di Pulau Jawa, yang jumlah tanah produktifnya banyak dimiliki
oleh penduduk pribumi maupun pejabat pribumi. Pengusaha swasta asing sering memaksa mereka untuk menyewakan
ataupun menjual tanah miliknya.
Sistem ekonomi liberal dengan politik pintu terbukanya kembali mendatangkan kritik dari kelompok
humanis yang menganggap eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di tanah
jajahan telah melampaui batas. Penduduk pribumi kehilangan tanah miliknya yang terpaksa
disewakan atau bahkan dijual. Mereka terpaksa menjadi kuli di tanah mereka sendiri. Penderitaan
sebagai kuli menyebabkan banyak di antara mereka yang melarikan diri dari perkebunan, sakit,
hingga meninggal.

Kelompok humanis di Belanda mengusulkan agar bangsa Belanda seharusnya berterimakasih


kepada penduduk di tanah jajahan yang selama bertahun-tahun. Mereka meminta agar Belanda
menerapkan politik balas budi / Politik Etis kepada Indonesia karena telah banyak membanu dalam
mengatasi kesulitan keuangan dan ekonomi Belanda.

Pada tahun 1899 Van de venter memaparkan gagasannya dalam majalah de Gids. Ia
mengemukakan Een Erchhuld (hutang budi) yang harus dilunasi untuk menjaga kehormatan. Hutang
budi tersebut harus dibalas dengan memajukan Indonesia melalui sector pengajaran, pengairan,
dan pemindahan penduduk (edukasi, irigasi dan yransmigrasi) yang dikenal dengan Trias Van
de Venter
POLITIK ETIS
Politik etis dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan
Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus).
Trias Van deventer yang meliputi:
Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki
pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan
pertanian.
Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk
bertransmigrasi.
Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran
dan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai