Anda di halaman 1dari 21

Sebelumnya . . .

• Tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di


Hindia. Pemerintah Inggris sebenarnya telah menunjuk
John Fendall untuk menggantikan Raffles. Tetapi pada
tahun 1814 sudah diadakan Konvensi London.
• Salah satu isi Konvensi London adalah Inggris harus
mengembalikan tanah jajahan di Hindia kepada
Belanda.
• Dengan demikian pada tahun 1816 Kepulauan
Nusantara kembali dikuasai oleh Belanda. Sejak itu
dimulailah Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dominasi Pemerintahan Kolonial
Belanda
Cultuure Stelsel (1830-1870)
Sistem Politik Ekonomi Liberal (1870-1900)
Cultuure Stelsel

(1830-1870)
Apa yang dimaksud Cultuure Stelsel?
• Istilah cultuur stelsel  sebenarnya berarti sistem tanaman.
• Terjemahannya dalam bahasa inggris adalah culture
system atau cultivation system.
• Pengertian daricultuur stelsel sebenarnya adalah kewajiban rakyat (Jawa)
untuk menanam tanaman ekspor yang laku dijual di Eropa.
• Rakyat pribumi menerjemahkan cultuur stelsel dengan sebutan tanam
paksa. Hal itu disebabkan pelaksanaan proyek penanaman dilakukan
dengan cara-cara paksa. Pelanggarnya dapat dikenakan hukuman fisik
yang amat berat. Jenis-jenis tanaman yang wajib ditanam, yaitu tebu, nila,
teh, tembakau, kayu manis, kapas, merica (lada), dan kopi.
• Menurut van den Bosch, cultuur stelsel didasarkan atas hukum
adat yang menyatakan bahwa barang siapa berkuasa di suatu
daerah, ia memiliki tanah dan penduduknya. Karena raja-raja di
Indonesia sudah takluk kepada Belanda, pemerintah Belanda
menganggap dirinya sebagai pengganti raja-raja tersebut. Oleh
karena itu, penduduk harus menyerahkan sebagian hasil tanahnya
kepada pemerintah Belanda.
Mengapa Pemerintah Kolonial Belanda
menerapkan Cultuure Stelsel ?
• Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan
Napoleon Bonaparte sehingga menghabiskan biaya yang amat besar.
• Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia
dari Belanda pada tahun 1830.
• Terjadi Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat
jajahan termahal bagi Belanda. Perang Diponegoro menghabiskan biaya sekitar
20.000.000 gulden.
• Kas Negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
• Pemasukkan uang dari penanaman kopi tidak banyak.

Peperangan yang dihadapi Belanda melawan Perancis


dan perlawanan di Nusantara membuat Belanda
menghabiskan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat
dikatakan bahwa Belanda sedang dalam krisis, Kas
negara Belanda kosong.
• Kekosongan kas
negara membuat
Pemerintahan Belanda
mengeksploitasi
sumberdaya alam
maupun manusia
Hindia-Belanda
(Nusantara).
• Pemerintah Belanda
kemudian
menerapkan sistem
Cultuure Stelsel di
Hindia-Belanda Johannes Van den Bosch
Aturan-Aturan Tanam Paksa
• Persetujuan-persetujuan agar penduduk menyediakan sebagian dari
tanahnya untuk penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual di Eropa.
• Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan tersebut tidak
boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki.
• Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman tidak boleh melebihi
pekerjaan untuk menanam padi.
• Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
• Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada Pemerintah Hindia
Belanda. Jika harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar
rakyat, kelebihan itu diberikan kepada penduduk.
• Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan petani akan menjadi
tanggungan pemerintah.
• Bagi yang tidak memiliki tanah akan dipekerjakan pada perkebunan atau
pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
• Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin-pemimpin
pribumi. Pegawai-pegawai Eropa bertindak sebagai pengawas secara
umum.
Aturan Penerapanya
Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya Seluruh tanah milik penduduk
untuk pelaksanaan Tanam Paksa
Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk Seluruh tanah milik penduduk
tujuan tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari
tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.
Waktu dan pekerjaan yang di perlukan tidak boleh Melebihi waktu tanam padi
melebihi pekerjaan untuk menanam padi.
Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas Tanah yang digunakan untuk
dari pajak tanah. tanam paksa dikenakan pajak
Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada Kelebihan hasil tanam wajib
Pemerintah Hindia Belanda. Jika harganya ditaksir diserahkan kepada pemerintah
melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, Belanda
kelebihan itu diberikan kepada penduduk
Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan Kegagalan panen di tanggung
petani akan menjadi tanggungan pemerintah penduduk
Bagi yang tidak memiliki tanah akan dipekerjakan Waktu pengerjaan setahun
pada perkebunan atau pabrik-pabrik milik penuh
pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
• Pada tahun 1870, kaum liberal di Belanda berhasil
memaksa pemerintah Belanda untuk menghapuskan
Tanam Paksa dengan diberlakukannya UU Agraria atau
Agrarische Wet.
• Namun tujuan utamanya ternyata bukan hanya
menghapuskan Tanam Paksa, tapi lebih dari itu yaitu
memperjuangkan kebebasan ekonomi dimana mereka
berpendapat bahwa pemerintah jangan ikut campur
dalam bidang ekonomi, mereka menghendaki agar
kegiatan ekonomi ditangani oleh pihak swasta, sementara
pemerintah bertindak sebagai pelindung warga negara,
menyediakan prasarana, menegakkan hukuman dan
menjamin keamanan serta ketertiban.
Sistem Politik Ekonomi Liberal
(1870 - 1900)
• Pelaksanaan Tanam Paksa memang telah berhasil
memperbaiki perekonomian Belanda. Kemakmuran
juga semakin meningkat. Bahkan keuntungan dari
Tanam Paksa telah mendorong Belanda berkembang
sebagai negara industri. Sejalan dengan hal ini telah
mendorong pula tampilnya kaum liberal yang
didukung oleh para pengusaha.
• Oleh karena itu, mulai muncul perdebatan tentang
pelaksanaan Tanam Paksa. Masyarakat Belanda
mulai mempertimbangkan baik buruk dan untung
ruginya Tanam Paksa. Timbullah pro dan kontra
mengenai pelaksanaan Tanam Paksa.
• Pihak yang pro/setuju Tanam Paksa tetap dilaksanakan
adalah kelompok konservatif dan para pegawai
pemerintah. Mereka setuju karena Tanam Paksa telah
mendatangkan banyak keuntungan. Begitu juga para
pemegang saham perusahaan NHM (Nederlansche
Handel Matschappij), yang mendukung pelaksanaan
Tanam Paksa karena mendapat hak monopoli untuk
mengangkut hasil-hasil Tanam Paksa dari Hindia Belanda
ke Eropa.
• Sementara, pihak yang menentang pelaksanaan Tanam
Paksa adalah kelompok masyarakat yang merasa kasihan
terhadap penderitaan rakyat pribumi. Mereka umumnya
kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh ajaran agama
dan penganut asas liberalisme. Kaum liberal
menghendaki tidak adanya campur tangan pemerintah
dalam urusan ekonomi. Kegiatan ekonomi sebaiknya
diserahkan kepada pihak swasta.
• Tahun 1870 kelompok Liberal menang dalam
parlemen. Dengam demikian, keputusan-
keputusannya lebih mendorong kepada
kemajuan kelompok liberal.
• Dimulailah Politik Ekonomi Liberal
diberlakukan di Hindia-Belanda (Nusantara)
dengan diluncurkannya Undang-Undang
Agraria dan Undang-Undang Gula
Undang-Undang Agraria
• Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengadakan
penyewaan tanah untuk jangka waktu yang panjang
(sampai dengan 75 tahun) serta sistem penguasaan tanah
yang tadinya milik bersama di desa, dihapus dan dirubah
kedalam kepemilikan individu.
• Penghapusan kepemilikan tanah kolektif tersebut untuk
memudahkan perpindahan hak pengelolaan dan
penanaman modal atas tanah tersebut.
• Dengan adanya Undang-Undang Agraria tahun 1870, maka
mulailah dibuka areal-areal perkebunan dengan modal
swasta.
Undang-Undang Gula (Suiker Wet)
• Isi dari undang-undang gula ini adalah larangan mengangkut tebu keluar
Indonesia,
• Tetapi tebu harus diproses di Indonesia. Pabrik gula milik pemerintah
akan dihapus secara bertahap dan diambil alih oleh pihak sawasta. Pihak
swasta diberi kesempatan yang luas untuk mendirikan pabrik gula baru.
(pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus sudah
diambil alih oleh swasta.)
• Melalui UU Gula, perusahaan-perusahaan swasta Eropa mulai
berinvestasi di Hindia-Belanda di bidang perkebunan. Gula mentah yang
diekstrak dari tebu oleh pabrik-pabrik gula dikirim ke Belanda untuk
dirafinasi dan dipasarkan. Akibat praktik ini, Hindia-Belanda
(Indonesia), tetap terkungkung kemiskinan, sementara
ekonomi Belanda berkembang.
• Dibangunlah pabrik-pabrik gula, teh, cokelat,
rokok, dll
• Dibidang pertambangan, tambang batu bara,
minyak bumi, timah, dll
Dampak
• Eksploitasi Manusia
• Eksploitasi Agraria
1602 1795 1799 1806 1808 1811 1816

1830 1870 1900

Anda mungkin juga menyukai