Anda di halaman 1dari 9

sejarah

TANAM PAKSA
Kelompok 4
01 ACHAIRIL ILHAM

02 ALDY SAPUTRA

ANGGOTA 03 AUFFA RAFHA PRADANA

KELOMPOK 04 LINGGA ELFANSYAH

05 LIVVY ANASHA ARIZA

06 SHELICIA CARLEN
01 AWAL KEKUASAAN VOC

02 TANAM PAKSA

MATERI 03
KONDISI MASYARAKAT INDONESIA
SAAT VOC MENERAPKAN
CULTUURSTELSEL

04 AKHIR SISTEM CUULTURSTELSEL


Awak Kekuasaan VOC
Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan
kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut.
Pertama, menghilangkan persaingan yang
merugikan para pedagang Belanda.
Kapal Dagang VOC
Kedua, menyatukan tenaga untuk menghadapi
persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang- Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan
pedagang lainnya di Indonesia. beranggotakan 17 orang yang berkedudukan di
Ketiga, mencari keuntungan yang sebesar-besarnya Amsterdam. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi hak
untuk membiayai perang melawan Spanyol. oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut.
Pertama, dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda
Selama hampir satu abad berkuasa di Ambon akhirnya di Asia.
pada tanggal 25 Februari 1605 Portugis hengkang dari Kedua, memonopoli perdagangan.
Ambon setelah bentengnya diserbu oleh aliansi VOC Ketiga, mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
dan penduduk lokal. Pieter Both, gubernur jenderal Keempat, mengadakan perjanjian dan melakukan
VOC pertama menetapkan Ambon sebagai pusat perang dengan negara lain.
pemerintahan dan sekaligus membangun kantor Kelima, menjalankan kekuasaan kehakiman dan
cabang di Batavia (nantinya pada tahun 1618 pusat VOC melakukan pemungutan pajak.
dipindahkan ke Batavia oleh Jan Pieterszoon Coen). Keenam, memiliki angkatan perang sendiri.
Ketujuh, mengadakan pemerintahan sendiri.
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan

Tanam Paksa aturan di sistem tanam paksa Belanda kepada


masyarakat Indonesia. Berikut isinya:
Tuntutan kepada setiap rakyat pribumi
agar menyediakan tanah pertanian untuk
Tanam paksa atau cultuurstelsel adalah cultuurstelsel tidak melebihi 20 persen.
salah satu dari sekian banyak kebijakan Pembebasan tanah yang disediakan untuk
yang dicetuskan oleh pemerintah Belanda cultuurstelsel dari pajak.
dalam memperkuat hegemoninnya di Rakyat yang tidak memiliki tanah
Nusantara. Sistem tanam paksa dipelopori pertanian dapat menggantinya dengan
oleh Johannes Van Den Bosch yang bekerja di perkebunan milik pemerintah
menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda selama 66 hari.
Belanda. Sistem tanam paksa mewajibkan Waktu untuk mengerjakan tanaman pada
penanaman tanaman ekspor yang laku di tanah pertanian untuk cultuurstelsel tidak
pasaran dan petani/pribumi dipaksa boleh melebihi waktu tanam padi atau
menyerahkan hasil tanam hanya kepada kurang lebih tiga bulan.
pemerintah kolonial Hindia Belanda Kelebihan hasil produksi pertanian dari
ketentuan akan dikembalikan kepada
rakyat.
Kondisi Masyarakat Indonesia saat VOC Menerapkan
Cultuurstelsel
Akibat aturan yang diterapkan Pemerintah Hindia Belanda rakyar Indonesia menerima dampak yang
sangat memberatkan, namun sistem tanam paksa ini memiliki dampak positif di samping negatifnya
terhadap aspek perkebunan di Indonesia antara lain :

Beberapa komoditas ekspor diperkenalkan dan mengalami perluasan yakni, kopi, teh, kayu manis,
dan lada yang ditanam di lahan milik rakyat.
Jumlah produksi dan ekspor tanaman perkebunan semakin meningkat. Hal ini nyatanya berhasil
membawa Hindia Belanda mejadi salah satu negara produsen utama beberapa komoditas ekspor
yang dikirim ke pasar Eropa. Di antaranya adalah kopi, tebu, tembakau, dan lada.
Dengan masukkan pengetahuan dan alat perkebunan dari Barat, petani dapat menguasai
teknologi budidaya tanaman baru.
Setelah sebelumnya menanam dan menjual hasil perkebunan dengan cara konvensional, dengan
sistem ini masyarakat dapat mengenal sistem perkebunan yang lebih komersial.
Beban pajak yang berat.
Pertanian khususnya padi, banyak
mengalami kegagalan panen.
Kelaparan dan kematian terjadi di
Tidak luput dari itu cultuurstelsel juga banyak tempat, seperti di Cirebon tahun
memberikan dampak yang menyakitkan
1843, sebagai akibat dari pemungutan
bagi rakyat Indonesia, yaitu:
pajak tambahan dalam bentuk beras,
serta di Demak tahun 1848 dan di
Grobogan tahun 1849 sampai 1850
sebagai akibat dari kegagalan panen.
Jumlah penduduk Indonesia
mengalami penurunan.
Akhir Sistem Cuulturstelsel

Sistem tanam paksa Belanda berakhir di Indonesia pada tahun 1870 setelah
mendapat protes dari menteri jajahan Belanda Engelbertus de Waal. Politikus liberal
yang saat itu berkuasa di Belanda menilai sistem tanam paksa merugikan masyarakat
Indonesia. Menurutnya, masyarakat layak mendapat keuntungan ekonomi dari tanah
garapannya. Akhirnya, terbitlah Undang-Undang (UU) Agraria 1870. Isu terpenting
dalam UU Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht, semacam Hak Guna Usaha,
yang memungkinkan seseorang menyewa tanah telantar yang telah menjadi milik
negara yang selama maksimum 75 tahun sesuai kewenangan yang diberikan hak
eigendom (kepemilikan), selain dapat mewariskannya dan menjadikan agunan.
Sekian dari kami,

Terima Kasih!
Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai