Anda di halaman 1dari 26

Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Program Kerja, Prestasi Dan Kejatuhannya - Baik teman-teman

semua, setelah beberapa waktu yang lalu kami sampaikan pembahasan mengenai Pemilu 1955,
sekarang kita akan sampaikan mengenai Kabinet Sastroamijoyo I. Kenapa Kabinet Sastroamijoyo
I, karena kabinet ini termasuk kabinet yang menyita banyak pemerhati sejarah dan cukup menarik
untuk dijadikan sebagai sebuah bahasan. Setelah kemerdakaan pada tahun 1945, perlahan
kemudian Indonesia mengalami babak baru dalam mengarungi sejarah nasional.

Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Perjalanan berdemokrasi pun juga sudah mulai dijalankan, pada tahun 1950 sampai pada tahun
1959 di Indonesia dikenal dengan demokrasi liberal atau demokrasi parlementer. Dimana sistem
tersebut menganut bahwa kabinet bertanggung jawab pada parlemen suatu majelis atau Dewan
Perwakilan Rakyat. Pada saati itu, anggotanya adala berjumlah 232 yang merupakan cerminan dari
dari basis atau kekuatan dari partai-partai yang ada. Kala itu partai-partainya adalah Masyumi
dengan 49 kursi (21%), PNI 36 kursi (16%), PSI 17 kursi (7,3%), PKI 13 kursi (5,6%), Partai
Katolik 9 kursi (3,9%), Partai Kristen 5 kursi (2,2%), dan Murba 4 kursi (1,7%). Dengan proporsi
hasil tersebut, maka 42 kursi terbagi atas partai-partai atau perorangan lainnya.

Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Pada masa percobaan penerapan Demokrasi di Indonesia, terjadi pergantian kabinet yang
memimpin pada kala itu. Sebut saja seperti Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1953), Kabinet
Sukiman (April 1951-Februari 1953), Kabinet Wilopo (April 1952- Juni 1953), Kabinet Ali
Satroamidjojo 1 (Juli 1953- Juli 1955), Kabinet Burhanudin (Agustus 1955- Maret 1956), Kabinet
Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956- Maret 1957), dan Kabinet Djuanda (April 1957- Juli 1959).
Pada proses penataan pemerintahan seperti ini dengan banyak pergantian kabinet, tentu masing-
masing kabinet memiliki latar belakang dan cerita yang berbeda-beda. Kabinet Ali Sastroamijoyo
I misalnya, tentu berbeda dengan Kabinet Ali Sastroamijoyo II, dan lain-lain.

Masing-masing kabinet memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Seperti contohnya
Kabinet Natsir yang merupakan kabinet awal yang di dalamnya adalah merupakan koalisi antara
Masyumi dan PSI. Begitu juga dengan Kabinet Sukiman, kabinet ini adalah gabungan antara
Masyumi dan PNI, dimana koalisi dari kedua partai ini masih berlanjut yang kemudian
menggantikan kabinet Sukiman; Kabinet Wilopo. Pergantian parlemen yang sering terjadi selama
masa kurun waktu tahun 1951-1959 adalah karena adanya mosi tidak percaya dari partai oposisi.
Seringnya terjadi pergantian parlemen ini kemudian juga berakibat kepada tidak bisa berjalannya
berbagai macam program yang sudah disusun.

1. Kronologis Pembentukan Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Karena krisis Pemerintahan yang berkepanjangan di Indonesia, tentu saja hal ini berimplikasi
kepada tidak adanya kestabilan Pemerintahan. Indonesia mengalami dinamika kabinet yang turun
naik dan bahkan mengalami jatuh bangun. Kemudian pada tanggal 3 Juni 1953, Perdana Menteri
Wilopo kemudian mengembalikan mandatnya kepada Presiden sebagai akibat dari peristiwa
Tanjung Morowa, sehingga kabinet saat itu dinyatakan demisioner. Nah, Kabinet Ali
Sastroamijoyo I inilah yang kemudian menjadi pengganti dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini yang mengisi kekosongan yang terjadi selama 58 hari setelah ditinggal oleh
Kabinet Wilopo.

Pada saat itu, untuk mengisi jabatan Perdana Menteri ditunjuklah Ali Sastroamijoyo yang kala itu
menjabat sebagai Duta Besar Indoensia untuk Amerika Serikat. Sebenarnya pada saat itu Ali
sendiri juga masih merasa ragu dengan penunjukan tersebut. Hal ini karena Ali Sastroamijoyo
merasa belum diajak berbicara secara langsung oleh partainya terkait pembentukan Kabinet,
terlebih Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Namun pada akhirnya Ali Sastroamijoyo bersedia
menduduki jabatan perdana menteri setelah didesak oleh Ketua Umum PNI pada masa itu yaitu
Sidik Joyosukarto.

Dari situ kemudian Presiden pada tanggal 30 Juli 1953 mengumumkan pembentukan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I yang kemudian disahkan keberadaannya dengan Keputusan Presiden RI No. 132
Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Setelah keadminitrasian negara dicukupkan kemudian
Kabinet Ali Sastroamijoyo I segera diresmikan dan Ali Sastroamijoyo dilantik sebagai Perdana
Menteri pada tanggal 12 Agustus 1953 di Istana Negara. Dalam susunan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini, Masyumi sebagai partai terbesar ke dua tidak masuk dalam struktur, kemudian
dalam hal ini, NU atau Nahdlatul Ulama mengambil alih sebagai kekuatan politik baru di
Indonesia. Selain itu, ada juga tokoh yang memiliki simpati kepada PKI juga dimasukkan ke dalam
Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kemudian ditambah lagi dengan adanya Muh Yamin yang dianggap
sayap kiri dijadikan sebagai Menteri Pendidikan.
Baca juga :

 Pemilu 1955, Latar Belakang Sejarah dan Hasilnya

2. Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Tentu dalam menjalankan roda Pemerinthan sebuah Kabinet harus memiliki program kerja yang
bagus dan bisa dijalankan denngan maksimal. Nah, lalu apa program kerja Kabinet Ali
Sastroamijoyo I saat itu, perhatikan poin-poin di bawah ini.

a. Menjaga Kemanan

Menjaga kemanan tampaknya menjadi prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Hal ini
bisa dilihat dari keberanian Kabinet Ali Sastroamijoyo dalam mengambil alih pemerintahan
setelah kabinet sebelumnya yang merupakan kabinet Wilopo runtuh. Keberanian dalam
mengambil tanggung jawab ini kemudian dilaporkan kepada DPR. Karena pada masa kabinet
sebelumnya banyak terjadi goncangan keamanan yang tentu sangat riskan bagi negara yang baru
saja berdiri. Ada beberapa perpecahan yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya.
Konflik yang terjadi membuat Kabinet Ali Sastroamijoyo I kemudian mengerahkan pasukan untuk
meredam termasuk juga untuk meredam pemberontakan yang terjadi.

Keadaan seperti ini kemudian menjadi pengganggu dalam menjaga stabilitas yang sedang
dijalankan oleh Pemerintahan. Maka dari itu, keamanan menjadi faktor yang sangat krusial yang
perlu diperhatikan dan membutuhkan solusi yang cepat dan tepat kala itu.

b. Menciptakan Kemakmuran Dan Kesejahteraan Rakyat

justify;"> Pprogram kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I selanjutnya adalh menciptakan


kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Perekonomian Indoensia pada kurun waktu tahun
Februari 1952 sampai Maret 1952 sangat terganggu dan mengalami penurunan dengan adanya
perang Korea. Pada kurun waktu tahun tersebut, terjadi inflasi di Indonesia yang nilai tukar
rupiah bahkan sampai menurun hingga menjadi 44,7 % dari nilai resmi 24,6 %. Keadaan ini
kemudian berimbas langsung pada para eksportir dari Jawa yang terdiri dari orang-orang
Masyumi mengalami kerugian. Kondisi ini kemudian mendorong terjadinya peningkatan
penyeleundupan, kemiskinan dan kelaparan semakin tinggi dan rakyat semakin jauh dari
kemakmuran. Maka dari itu, prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini adalah
menciptakan kemakmuran dan kerejahteraan rakyat.

c. Segera Melaksanakan Pemilu

Sebagai pelaksana Pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo I menyanggupi inti dari pelaksanaan
Pemerintahan Indonesia yang bersifat parlementer. Maka dari itu, Kabinet Ali Sastroamijoyo I
menyanggupi untuk menggelar Pemilihan Umum 1955. Kemudian ditindak lanjuti dengan
pembentukan Panitia Pemilu Pusat pada tanggal 31 Mei 1954 yang saat itu diketuai oleh
Hadikusumo (PNI). Kemudian Hadikusmo pada tanggal 16 April 1955 mengumumkan bahwa
Pemilu 1955 akan digelar pada 29 September 1955. Maka dari itu Pemilu 1955 bisa dikatakan
sebagai agenda utama dari program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I.

d. Pembebasan Irian Barat Secepatnya

Program kerja dari kabinet Ali Sastroamijoyo selanjutnya adalah menargetkan Irian Barat untuk
segera dibebaskan dari Belanda. Kemerdekaan Indonesia sendiri menuntut untuk tidak menyetujui
RIS. Hal ini dikarenakan pemerintahan yang ada tentu ingin berdaulat dalam menjalankan
kehidupan bernegara dan berbangsa. Maka dari itu, pada Agustus 1954 Kabinet Ali Sastroamijoyo
I mengusulkan untuk menghapuskan Uni Belanda - Indonesia. Selain itu juga memuat penyesuaian
dari KMB. Namun sayangnya hal ini tidak bisa mendapatkan hasil seperti yang diinginkan atau
bisa dikatakan tidak mencapai kemajuan yang signifikan. Bahkan masalah yang timbul di Irian
Barat ini juga dibawa ke PBB oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I namun pengaduan tersebut ditolak.

e. Menjalankan Politik Bebas Aktif Di Dunia Internasional

Pada saati itu, konstelasi perpolitikan dunia juga mengalami peningkatan suhu yang semaikn
memanas. Sebagai negara yang masih baru mendapatkan kemerdekaan, tentu saja Indonesia tidak
ingin masuk dan turut serta dalam konflik internasional. Terlebih lagi pada saat itu kemerdekaan
Indonesia belum mendapatkan pengakuan dari Belanda. Selain itu, ancaman kedatangan Belanda
dan Jepang masih menjadi momok yang bisa saja sewaktu-waktu datang kembali ke Indonesia.
Politik Bebas di sini berarti bahwa Indonesia tidak memihak negara manapun di dalam pertikaian
yang sedang terjadi. Sedangkan aktif adalah, meski tidak memhiak negara manapun di dunia,
namun Indonesai tetap ingin aktif menyuarakan aspirasinya di dunia internasional.

f. Segera Menyelesaikan Pertikaian Politik

Dalam kurun waktu tahun 1950-1959, keadaan perpolitikan di tanah air begitu tidak stabil. Terjadi
perpecahan di kalangan elite politik, hal ini dikarenakan terjadinya perebutan tahta, jabatan dan
juga kekuasaan. Dan kondisi ini membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam menjalankan
agenda negaranya. Berbagai perpecahan timbul di kalangan partai Politik, salah satunya adalah
NU dengan Masyumi yang kemudian membawa NU berdiri sendiri sebagai partai politik.
Perpecahan ini disebutkan karena perebutan pos jabatan pada Menteri Agama. Kemudian juga
terjadinya ketidakharmonisan hubungan antara PNI dengan PSI. Bahkan di kalangan militer pun
juga terjadi konflik karena kesenjangan yang tidak layak. Dan pada bulan Januari
Hamengkubuwono sebagai menteri pertahanan memutuskan mengundurkan diri dan keluar dari
Kabinet Ali Sastroamijoyo I.

3. Pencapaian Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Meski Kabinet Ali Sastroamijoyo I berada pada kondisi yang serba sulit, namun ada beberapa
prestasi atau pencapaian yang bisa dibanggakan. Meski mungkin tidak semua program kerja yang
suda disusun tidak bisa tercapai secara keseluruhan, namun tetap saja ada beberapa prestasi yang
berhasil diraiah. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini termasuk kabinet yang bertahan lama dalam
menjalankan pemerintahan. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah memberikan sumbangsih
kepada negara dan bahkan kepada bangsa Asia-Afrika. Hal ini didasarkan pada peristiwa yang
terjadi di Bandung pada 18 April-24 April 1955. Saat itu Indonesia berhasil merangkul saudara-
saudara Afrika dan Asia untuk melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni
Soviet atau negara imperialis yang lain.

Kemudian peristiwa pada April-Mei-1954 yang merupakan pertemuan antara Perdana Menteri
India, Pakistan, Sri Lanka, Birma, dan Indonesia (diselenggarakan di Colombo). Hal ini
menunjukkan bahwa Ali berhasil mengalihkan situasi politik di Indonesia yang tidak stabil kala
itu dan bahkan mampu mengangkat nama Indonesia di dunia internasional. Di situ, Ali
mengusulkan KAA yang kemudian disetujui oleh negara lainnya. Adanya KAA ini menunjukkan
bahwa pemerintahan Ali telah mendapatkan kemenangan. Ketika itu, ada sekitar 29 negara yang
hadir.

4. Kemunduran Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Sama seperti nasib dari kabinet-kabinet sebelumnya, pada akhirnya Kabinet Ali Satroamijoyo I
pun kemudian berakhir dengan mengundurkan diri. Alasan pengunduran ini adalah karena banyak
sekali masalah yang tidak bisa diatasi dengan baik. Memang pada saat itu banyak sekali terutama
masalah seperti pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu, masalah korupsi yang
semakin meningkat dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari
masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai masalah lainnya juga menjadi alasan
utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu bahkan juga skandal korupsi di tubuh PNI sendiri juga
menjadi alasan utama.

NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di bidang ekonomi
dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga pada puncaknya
pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri yang ada di dalam kabinet untuk mengundurkan
diri dan keluar dari Kabinet. Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan
lemahnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk menggulirkan
mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada kebijakan Pemerintah.
Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian meredam kecaman-kecaman
terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai imbalan atas perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo
sendiri kemudian mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni. Kemudian karena dukungan
dari DPR tidak mencukupi, empat hari kemudian Ali pun mengunfurkan diri dan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.

Nah kawan-kawan semua, itulah ulasan singkat mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Program
Kerja, Prestasi Dan Kejatuhannya yang bisa kami sampaikan kepada teman-teman semua. Semoga
informasi mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo I di atas bisa membantu menambah informasi bagi
rekan-rekan semua. Insyaalloh di lain waktu akan kami sampaikan ulasan mengenai Kabinet Ali
Sastroamijoyo II untuk Anda.

1. Latar Belakang

Era 1950-1959 adalah era di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari
17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-
besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara
bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur
dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.
Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS
1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka
Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu
yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante. Isi
dekrit tersebut ialah :

1. Pembentukan MPRS dan DPAS


2. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
3. Pembubaran Konstituante

Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.
 1950-1951 - Kabinet Natsir
 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
 1952-1953 - Kabinet Wilopo
 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “ Kabinet Burhanuddin Harahap” dan
mudah-mudahan tidak lari jauh dari konteks sejarahnya.
2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Latar Belakang Terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap?
B. Apa Saja Program Kabinet Burhanuddin Harahap?
C. Apa Penyebab Runtuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap?

BAB II
PEMBAHASAN

Kabinet Ali – Wongso digantikan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tanggal 12
Agustus 1955. Kabinet ini adalah Kabinet koalisi dengan Masyumi sebagai intinya, sedang partai
Nasional Indonesia (PNI) menjadi partai oposisi. Salah satu program Kabinet Burhanuddin
Harahap adalah “mengembalikan kewibawaan (gezag) moral pemerintah, dalam hal ini
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat terhadap pemerintah”.
Selain itu, oleh A.B. Lapian dkk, kabinet ini juga mencantumkan dalam programnya
pelaksanaan pemilihan umum, desentralisasi, masalah inflasi, pemberantasan korupsi, Perjuangan
Irian Barat dan politik kerja sama Asia - Afrika berdasarkan politik bebas aktif. Kabinet ini terkenal
dalam Sejarah Tatanegara Indonesia karena pada masa kabinet inilah berhasil melaksanakan
Pemilihan Umum yang pertama kali sejak Indonesia Merdeka, untuk memilih anggota-anggota
DPR (29 September 1955) dan memilih anggota konstituante tanggal 15 Desember 1955 (UU
Nomor 7 tanggal 7 April 1955). Kabinet ini juga yang mengembalikan manfaatnya setelah Dewan
Perwakilan Rakyat hasil Pemilu terbentuk pada bulan Maret 1956.
Kabinet Burhanuddin Harahap domissioner pada tanggal 1 Maret 1956 seiring dengan
diumumkannya hasil pemilihan umum pertama di Indonesia. Kabinet ini merupakan kabinet
terakhir yang pembentukannya didasarkan atas perimbangan kekuatan parlemen sementara.
Setelah itu di mulai kembali kabinet baru yang dibentuk berdasarkan atas perimbangan kekuatan
dalam parlemen hasil pemilu. Yaitu Kabinet Ali – Rum – Idham kabinet baru yang dilantik tanggal
24 Maret 1956 dan serah terima dengan kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret 1956.

2.1. Latar Belakang Terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap

Kabinet Ali – Arifin jatuh akibat dari pengangkatan Kolonel Bambang Utoyo yang
diangkat sebagai KSAD menggantikan Jenderal Bambang Sugeng dengan pangkat Jenderal
Mayor, yang diboikot Kolonel Zulkifli Lubis wakil KSAD yang merasa lebih berhak menduduki
KSAD tersebut dari Bambang Utoyo yang juga invalid. Kejadian ini tanggal 27 Juni 1955 yang
berakibat pelantikan Bambang utoyo gagal, Kolonel Zulkifli Lubis diskorsing sementara, tetapi
akhirnya dicabut kembali.
Kejadian membuat wibawa pemerintah dalam hal ini Kabinet Ali – Arifin jatuh terutama
terhadap Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat. Akhirnya kabinet ini menyerahkan
mandatnya kembali kepada presiden pada tanggal 24 Juli 1955. Sebagai gantinya Wakil Presiden
Dr. Muh. Hatta menunjuk Mr. Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru
pertama kali di Indonesia, formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari
kepergian Soekarno naik Haji ke Mekkah.
Kabinet ini terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955, berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 141 Tahun 1955 tertanggal 11 Agustus 1955 dan mulai bekerja setelah dilantik tanggal 12
Agustus 1955.
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah merupakan kabinet koalisi yang terdiri atas beberapa
partai, bahkan hamper merupakan Kabinet Nasional, sebab jumlah partai yang tergabung dalam
koalisi kabinet ini berjumlah 13 partai. Tetapi karena masih ada beberapa partai yang sebagai
oposisi tidak duduk dalam kabinet seperti PNI dan beberapa partai lainnya, maka kabinet ini
termasuk kabinet koalisi.
Jumlah Menteri seluruhnya termasuk Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, Menteri
Departemental, Menteri Muda, dan Menteri Negara semuanya 23 orang. Menurut partainya para
Menteri itu sebagai berikut:
a. Masyumi (4 menteri)
b. PIR Hazairin (2 Menteri)
c. PSII (2 Menteri)
d. Demokrat (1 Menteri)
e. NU (2 Menteri)
f. PSI (2 Menteri)
g. PKRI (1 Menteri)
h. Partai Buruh (2 Menteri)
i. PRN (2 Menteri)
j. Parindra (2 Menteri)
k. Parkindo (1 Menteri)
l. PRI (1 Menteri)
m. Non Partai (1 Menteri)

Kabinet ini didominir oleh Partai Masyumi, walaupun terdapat banyak partai lain
tersangkut di dalamnya, tetapi seakan-akan hanya pelengkap saja. Sehingga sementara pihak ada
yang menyebut kabinet sebagai Kabinet Masyumi karena Masyumi yang paling banyak mawarnai
kabinet ini. Dalam kabinet ini PNI tidak duduk didalamnya dan otomatis bertindak sebagai partai
oposisi, begitu juga PKI yang menjadi musuh Masyumi tidak duduk dalam kabinet. Seakan-akan
kabinet sebagai ganti Kabinet Ali-Wongso-Arifin di mana Masyumi tidak ikut dan sebagai oposisi.
Komposisi Menteri-menteri dalam kabinet ini adalah sebagai berikut:
1. Perdana Menteri : Mr. Burhanuddin Harahap
2. Wakil Perdana Menteri I : R. Janu Permadi
3. Wakil Perdana Menteri II : Harsono Cokroaminoto
4. Menteri Luar Negeri : Mr. Anak Agung Gede Agung
5. Menteri Dalam Negeri : Mr. R. Sunaryo
6. Menteri Pertahanan : Mr. Burhaniddin Harahap
7. Menteri Keuangan : Prof. Dr. Sumirto Joyohadikusumo

8. Menteri Perekonomian : I.J. Kasimo


9. Menteri Pertanian : Muhammad Sarjan
10. Menteri Perhubungan : F. Laoh
11. Menteri Muda Perhubungan : Asroruddin
12. Menteri Agraria : Mr. Gunawan
13. Menteri Pekerj. Umum & Tenaga : R. Panji Suroso
14. Menteri Kehakiman : Mr. Lukman Wariadinata
15. Menteri Perburuhan : Iskandar Tejakusuma
16. Menteri Sosial : Sudibyo
17. Menteri Agama : K. H. Muhammad Ilyas
18. Menteri PP & K : Prof. Ir. Suwandi
19. Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
20. Menteri Penerangan : Syamsuddin Sutan Makmur
21. Menteri Negara : Abdul Halim
22. Menteri Negara : Sutomo/ Bung Tomo
23. Menteri Negara : Drs. Comala Ajaib Nur

Hampir semua Menteri dalam kabinet ini adalah wajah baru, Cuma beberapa orang saja yang
sudah duduk dalam Kabinet Ali I mereka di antaranya:
a. Mr. Sunaryo yang menjadi Menteri Dalam Negeri Kabinet Ali-Arifin sesudah Mr. Hazaairin
mundur sebagai menteri dalam Negeri sejak 17 November 1954.
b. R.P. Suroso sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Ali I sekarang sebagai Menteri Pekerja Umum
dan Tenaga.
c. Sudibyo dulu pernah duduk dalam Kabinet Ali I sebagai Menteri Urusan Kesejarahan Rakyat, tetapi
ia mengundurkan diri bersama teman separtainya (PSII) yaitu Abikusno Cokrosuyoso sejak 14
September 1953, sekarang sebagai Menteri Sosial.
2.2. Program Kabinet Burhanuddin Harahap
Kabinet Burhanuddin Harahap ini mempunyai Program Kabinet yaitu:
1. Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah Cq kepercayaan Angkatan Darat dan
Masyarakat kepada Pemerintah.
2. Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah diitetapkan dan menyegerakan
terbentuknya parlemen baru.
3. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
4. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
5. Memberantas korupsi.

6. Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah Republik Indonesia.


7. Memperkembangkan politik kerja sama Afrika – Asia berdasarkan politik bebas dan aktif menuju
perdamaian.

Program tersebut diatas cukup praktis dan tidak terlalu banyak. Diantaranya program
kabinet ini ada yang dapat dilaksanakan, tapi juga ada yang belum dapat terlaksana. Memang kita
menyadari sekali bahwa kabinet ini tidak berumur panjang, hanya sekitar 6,5 bulan saja. Program
yang belum terlaksana adalah Pengembalian Irian Barat ke dalam Wilayah Negara Indonesia.
Usaha ini baru berhasil pada masa pemerintahan Kabinet Kerja III yaitu pada tanggal 1 Mei 1963.

Program Kabinet yang berhasil dengan baik adalah


1. Mengadakan perbaikan ekonomi, termasuk di dalamnya keberhasilan pengendalian harga, menjaga
agar jangan terjadi inflasi dan sebagainya. Dalam masalah ekonomi kabinet ini berhasil cukup
baik. Dapat dikatakan kehidupan rakyat semasa kabinet cukup makmur, harga barang tidak
melonjak naik akibat inflasi.
2. Berhasil ,menyelenggarakan pemilihan umum untuk anggota-anggota DPR.
3. Berhasil mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat
Pemilihan umum di Indonesia yang pertama di selenggarakan pada tanggal 29 September
1955. Satu setengah bulan setelah terbentuknya kabinet ini. Sebagai ketua Lembaga Pemilihan
Umum adalah Menteri Dalam Negeri waktu itu yaitu: Mr. Sunaryo yang berasaskan langsung,
umum. Bebas, dan rahasia alias LUBER.
Yang paling menarik dari pemilihan umum saat itu, semua kontestan ikut duduk dalam
kepanitian Pemilu, mulai tingkat pusat sampai ke PPD, PPS bahkan sampai ke KPPS. Biasa
dikatakan yang menjadi panitia Pemilihan Umum waktu itu adalah Pemerintah bersama Parpol.
Sehingga karena Parpol yang menjadi kontestan pemilu, terjun juga dalam kepanitiaan, maka
keadilan dan keberhasilan jalannya pemilu lebih terjamin sesuai dengan asas langsung, umum,
bebas, dan rahasia. Sehingga kepanitiaan yang mana kontestan ikut terlibat di dalamnya lebih baik.
Sebab apabila seorang anggota panitia mau melakukan kecurangan takut dan segan kepada panitia
lain yang dari partai lain. Maka ia akan jaga diri Partainya (Bibit.1985:168).
Hasil dari pemilihan umum tanggal 29 September 1955 adalah:
1. PNI : 57 kursi 15. Partai Buruh : 2 kursi
2. Masyumi : 57 kursi 16. PRI : 2 kursi
3. Partai NU : 45 kursi 17. PRIM : 2 kursi
4. PKI : 39 kursi 18. AKUI : 1 kursi
5. PSII : 8 kursi 19. ACOMA : 1 kursi
6. Parkindo : 8 kursi 20. PPTI : 1 kursi
7. Partai Katolik : 8 kursi 21. PRD : 1 kursi

8. PSI : 6 kursi 22. R.Sujono P : 1 kursi


9. PERTI : 5 kursi 23. PIR Wongso : 1 kursi
10. IPKI : 4 kursi 24. PIR Hazairin : 1 kursi
11. GPP : 4 kursi 25. Permei : 1 kursi
12. PRN : 2 kursi 26. Baperki : 1 kursi
13. P3RI : 2 kursi 27. Parindra : 1 kursi
14. Murba : 2 kursi 28. Peratuan Daya : 1 kursi
Total semua berjumlah 257 kursi

3.1. Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Burhanuddin Harahap memerintah hanya selama 5 – 6 bulan saja, tetapi banyak
mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan sebagaimana kami tuturkan di atas. Sebenarnya kabinet
ini di dalam menjalankan pemerintahan kompak dan utuh, tidak ada pertentangan dan keretakan
dalam tubuh kabinet. Begitu juga tidak ada pertentangan antar partai yang ikut dalam koalisi
kabinet ini, tidak seperti kabinet-kabinet sebelumnya. Sebaliknya kelompok oposisi seperti : PNI
dan sebagainya tidak terlalu berusaha menjatuhkan kabinet. Sebenarnya kabinet ini masih berjalan
baik. Cuma Presiden kurang merestui kabinet ini, karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap
sebagai formatir kabinet adalah drs. Muh. Hatta.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan,
maka tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri,
menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil
pemilihan umum. Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada
mosi tidak percaya dari parlemen. Tetapi secara Ethika politik demokrasi parlementer, kabinet ini
dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk
anggota DPR maupun konstituante.
Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet, juga bukan
karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi tidak percaya dari parlemen,
tetapi merasa tugasnya sudah selesai. Kabinet terus bekerja sebagai Kabinet Domissioner selama
20 hari yaitu sampai terbentuknya kabinet baru yakni Kabinet Ali – Rum – Idham yang dilantik
tanggal 24 Maret 1956 dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret
1956. Setelah itu Eks Perdana Menteri ataupun Menteri lagi sampai kini dalam kabinet mana pun
juga dan dimana pun juga.

.
B. Kesimpulan
☺ Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan Kabinet yang terbentuk pada 12 Agustus 1955.

☺ Salah satu program yang paling berhasil pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap yaitu
mengadakan Pemilu I ( 29 September 1955).

☺ Kabinet ini tidak mengalami kegagalan. Dengan selesainya Pemilihan Umum kabinet ini
dianggap selesai. 3 Maret 1956 Burharuddin Harahap menyerahkan mandat pada Presiden.
. A.Saran
♪ Mengingat pentingnya mempelajari sejarah, kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga para pembaca dapat terbantu dengan adanya
makalah ini.

. Pengertian Kabinet Ali Sastroamidjojo II


Kabinet Ali Sastroamidjojo II, sering pula disebut Kabinet Ali-Roem-Idham, bertugas
pada periode 24 Maret 1956–14 Maret 1957. Kabinet Ali kembali diserahi mandat pada tanggal20
Maret 1956 yang merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU. Pada tanggal 14
Maret1957 Kabinet Ali Sastroamidjojo II menyerahkan mandatnya kepada presiden. Akhirnya
kabinet ini jatuh dan presiden menunjuk dirinya menjadi pembentuk kabinet yang bernama kabinet
Karyadan Djuanda sebagai perdana menteri.
B. Proses Pembentukan Kabinet Ali II
Pembentukan Kabinet ini jika dibandingkan dengan proses pembentukan Kabinet diwaktu
sebelum pemilu, dalam penetapannya berjalan dengan lancer karena situasi politik saat itu yang
membantu dalam penyelesaian tugas formatur.
Pemimpin PNI telah menetapkan pedoman pembentukan Kabinet jika seseorang dari partai
tersebut ditunjuk sebagai formatur. Pedoman ini berpangkal tolak pada kenyataan bahwa tidak ada
satu formatir pun yang memperoleh suara secara mutlak dalam pemilu 1955. oleh sebab itu
Kabinet yang akan terbentuk tidak lain berupa Pemerintah koalisi. Kemungkinan untuk
mengadakan koalisi adalah 4 (empat) partai yang menang dalam pemilu yaitu; PNI, Masyumi, NU,
dan PKI (Kansil 1984:186-187).
Antara PNI, Masyumi, dan NU tidak ada kesolidan yang prinsipil baik mengenai pembagian
kementrian maupun personalianya. Masyumi dengan tegas menolak orang-orang yang dianggap
simpatisan atau berbau Komunis. Dengan tercapainya tujuan dengan PNI, NU, dan Masyumi
mengenai pembagian kementerian personalianya sebenarnya pembentukan Kabinet sudah
dianggap berhasil. Akan tetapi untuk memperkuat kedudukan Pemerintah di parlemen
diikutsertkan partai-partai kecil yaitu; PSI, Perti, Partai Katolik, Partindo, dan Ipki. Partai-partai
ini bersama-sama menguasai 30 (tiga puluh) kursi di DPR. Dengan demikian Kabinet mendapat
dukungan suara 189 suara dalam parlemen (Wilopo 1978).
Pengumuman resmi pembentukan Kabinet dengan susunan lengkap diumumkan pada tanggal
20 maret 1956 (Kansil 1984:185). partai PKI dalam Kabinet Ali tidak ikut serta sebab komunis
bagi Ali adalah sangat tidak sesuai.
PKI berusaha menentang hal ini dan presiden pun berusaha agar PKI dapat ikut serta, namun
Ali tidak merubah keputusannya.
C. Susunan Kabinet
Masa bakti : 24 Maret 1956–14 Maret 1957

Partai
No Jabatan Nama Menteri
Politik

Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo PNI

1 Mohammad Roem[3] Masyumi


Wakil Perdana Menteri
Idham Chalid NU

2 Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani PNI [4]

3 Menteri Dalam Negeri Soenarjo NU

4 Menteri Pertahanan Ali Sastroamidjojo ("a.i.") PNI

5 Menteri Kehakiman Muljatno [3] Masyumi

6 Menteri Penerangan Soedibjo [5] PSII

7 Menteri Keuangan Jusuf Wibisono [3] Masyumi

Menteri Perekonomian Burhanuddin NU


8
Menteri Muda Perekonomian F.F. Umbas Parkindo

9 Menteri Pertanian Eny Karim PNI


Menteri Muda Pertanian Sjech Marhaban [5] PSII

Menteri Perhubungan Suchjar Tedjasukmana [3] Masyumi


10
Menteri Muda Perhubungan A.S. de Rozari Partai Katolik

Menteri Pekerjaan Umum dan


11 Pangeran Mohammad Nur [3] Masyumi
Tenaga

12 Menteri Agraria A.A. Suhardi NU

13 Menteri Sosial Fattah Jasin NU

14 Menteri Tenaga Kerja Sabilal Rasjad PNI

Menteri Pendidikan dan


15 Sarino Mangunpranoto PNI
Kebudayaan

16 Menteri Kesehatan Handrianus Sinaga Parkindo

17 Menteri Agama Mohammad Iljas NU

Rusli Abdul Wahid [6]


PERTI
(Urusan Umum)

Dahlan Ibrahim [7]


18 Menteri Negara (Urusan Bekas Pejuang IPKI
Kemerdekaan)

Djuanda
Independen
(Urusan Perencanaan)

19 Ketua Mahkamah Agung Mr. A. Wirjono Prodjodikoro Independen

20 Jaksa Agung Soeprapto Independen

21 Ketua Dewan Pengawas Keuangan Soerasno Independen

D. Program Kabinet
Pembatalan KMB
 Menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian KMB, secara unilateral, baik formil maupun
materiil dan mengadakan tindakan-tindakan untuk menampung akibat-akibatnya.
Irian Barat
 Meneruskan perjuangan untuk mewujudkan kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Irian
Barat bersandarkan kekuatan rakyat dan kekuatan-kekuatan anti kolonialisme di dunia
internasional.
 Membentuk Propinsi Irian Barat.
Keamanan
 Memulihkan dan menjaga keamanan dalam negeri yang dikacaukan oleh gerombolan-gerombolan
illegal yang memberontak terhadap negara dengan nama apapun juga mereka menamakan dirinya.
 Menyempurnakan koordinasi antara alat-alat kekuasaan negara, terutama dalam tindakan-
tindakan pemulihan keamanan.
Perekonomian dan Keuangan
 Perekonomian
 Memulai membangun secara teratur dan menurut rencana berjangka waktu tertentu (5 tahun) yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan menitik beratkan pada dasar keputusan rakyat.
 Berusaha untuk mewujudkan pergantian ekonomi kolonial bersandarkan kepentingan rakyat
jelata, dengan mengutamakan kebutuhan-kebutuhannya yang primer.
 Keuangan
 Menyehatkan keuangan negara hingga tercapai imbangan anggaran belanja biasa yang baik dan
yang memberi kemungkinan untuk melanjutkan pembangunan.
 Dalam usaha penyempurnaan keuangan negara, penambahan sumber keuangan baru harus
diutamakan.
 Memperbaiki pengawasan atas pemakaian uang negara.
 Perkreditan pemerintah yang tepat dan lancar untuk melindungi usaha ekonomi nasional terhadap
persaingan asing.
 Perindustrian
 Memajukan berdirinya industri nasionalsupaya selekas mungkin Republik Indonesia dapat
menjamin kebutuhannya sendiri, dan melindungi industri nasional terhadap persaingan asing.
 Pertanian
 Mempertinggi tingkat hidup petani dengan jalan :
 Memperbanyak produksi hasil bumi, terutama bahan-bahan makanan rakyat dengan memperluas
tanah penanamannya di seluruh wilayah Republik Indonesia, terutama di daerah luar pulau Jawa,
baik secara intensif maupun secara ekstensif.
 Mempergiat tumbuhnya koperasi-koperasi tani dan bank-bank tani.
 Memajukan kesehatan, pendidikan dan pengajaran tani.
 Memajukan transmisi,
Luar Negeri, Pertahanan, dan Perburuhan
 Politik Luar Negeri
 Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif berdasarkan kepentingan rakyat dan menuju
ke perdamaian dunia.
 Melaksanakan keputusan-keputusan konferensi Asia-Afrika, pertama di Bandung.
 Pertahanan
 Melancarkan tercapainya stabilisasi kekuatan negara.
 Mengadakan kewajiban milisi bagi semua warga negara, menurut syarat-syarat yang ditentukan
dengan undang-undang.
 Memperbaiki nilai-nilai teknis pendidikan rohani dan jasmani militer daripada angkatan perang
Republik Indonesia, sehingga nilai perjuangannya dipertinggi.
 Perburuhan
 Mewujudkan usaha pemerintah ke arah perbaikan nasib dan kedudukan hukum kaum buruh dan
pegawai negeri serta hubungannya dengan pimpinan perusahaan atau jawatan sehingga
berkesempatan memperkembangkan bakat dan sifat-sifatnya yang baik untuk kepentingan
masyarakat.
 Melengkapkan perundang-undangan perburuhan dan pegawai mengatur penyelesaian perselisihan
perburuhan melalui prosedur yang lebih demokratis, sambil menuju ke arah peradilan perburuhan
yang lengkap.
 Memberikan segala bantuan dan stimulans bagi konsolidasi dan pertumbuhan organisasi-
organisasi kaum buruh dan pegawai yang sehat.
 Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
 Memperluas dan mempertinggi mutu pendidikan rakyat disekolah dan di luar sekolah, baik
jasmani maupun rohani atas dasar kepentingan nasional sekarang
 Menyiapkan berlakunya wajib belajar dalam tempo yang tertentu.
 Memperluas pendidikan teknik dan ekonomi yang praktis dan umumnya pendidikan kejuruan,
sesuai dengan kepentingan pembangunan sekarang.
 Menyelesaikan perundang-undangan pendidikan nasional hingga tercapai dasar yang sama dan
koordinasi yang baik diseluruh lapangan pendidikan dari sekolah rendah sampai sekolah tinggi.
 Menyelenggarakan usaha-usaha yang pokok dan merata untuk memberi dasar yang kuat dalam
pertumbuhan kebudayaan nasional.
E. Runtuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II
Dan kemudian tepat pada tanggal 14 Maret tahun 1957, Ali Sastroamijoyo kembali
menyerahkan mandatnya kepada presiden yang dikarenakan pada tubuh kabinet Ali Sastroamijoyo
II terdapat dan terjadinya perpecahan antara kubu Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan kubu
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
Kubu dari Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menginginkan agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya dan ditujukan kepada presiden sesuai dengan tuntutan
dari daerah, akan tetapi Ali Sastroamijoyo mempunyai pendapat lain yakni berpendapat bahwa
kabinet tidak diwajibkan mengembalikan mandatnya hanya dikarenakan tuntutan dari daerah.
Dan tepat pada bulan januari tahun 1957, Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
kemudian menarik seluruh menteri-menterinya dari kabinet Ali Sastroamijoyo II dan karena hal-
hal tersebutlah yang membuat kabinet Ali Sastroamijoyo II menjadi sangat lemah. Sehingga hal
tersebut yang menjadi faktor pemicu kabinet Ali Sastroamijoyo II runtuh. Demikian pembahasan
mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Pertama) Dan II (Kedua).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kabinet Ali Sastroamidjojo II, sering pula disebut Kabinet Ali-Roem-Idham, bertugas pada
periode 24 Maret 1956–14 Maret 1957. Kabinet Ali kembali diserahi mandat pada tanggal20
Maret 1956 yang merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU. Pada tanggal 14
Maret1957 Kabinet Ali Sastroamidjojo II menyerahkan mandatnya kepada presiden. Akhirnya
kabinet ini jatuh dan presiden menunjuk dirinya menjadi pembentuk kabinet yang bernama kabinet
Karyadan Djuanda sebagai perdana menteri.
Dan kemudian tepat pada tanggal 14 Maret tahun 1957, Ali Sastroamijoyo kembali
menyerahkan mandatnya kepada presiden yang dikarenakan pada tubuh kabinet Ali Sastroamijoyo
II terdapat dan terjadinya perpecahan antara kubu Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan kubu
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
Kubu dari Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menginginkan agar Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya dan ditujukan kepada presiden sesuai dengan tuntutan dari daerah, akan
tetapi Ali Sastroamijoyo mempunyai pendapat lain yakni berpendapat bahwa kabinet tidak
diwajibkan mengembalikan mandatnya hanya dikarenakan tuntutan dari daerah.
Dan tepat pada bulan januari tahun 1957, Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
kemudian menarik seluruh menteri-menterinya dari kabinet Ali Sastroamijoyo II dan karena hal-
hal tersebutlah yang membuat kabinet Ali Sastroamijoyo II menjadi sangat lemah. Sehingga hal
tersebut yang menjadi faktor pemicu kabinet Ali Sastroamijoyo II runtuh. Demikian pembahasan
mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Pertama) Dan II (Kedua).

A. Latar Belakang
Tahun 1955 – 1957, kondisi bangsa menuju perpecahan yang diakibatkan oleh polarisasi yang
dilakukan partai-partai dalam pembagian Jawa-Luar Jawa. Pada saat itu terjadi sentimen-
sentimen antar kesukuan dan kedaerahan yang semakin jelas akibat dorongan perbedaan-
perbedaan daerah yang diungkap pada Pemilu 1955. Kala itu suku Sunda menyatakan
kejengkelannya kepada orang Jawa, karena menguasai bidang pemerintahan. Sementara itu,
masyarakat luar pulau Jawa pun merasa pemerintah di Jakarta lalai dalam menjalankan tugasnya,
karena masyarakat luar Jawa mulai frustasi dengan nilai mata uang rupiah yang semakin tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kabinet Djuanda ?
2. Bagaimaana Proses Pembentukan Kabinet Djuanda ?
3. Seperti Apa Susunan Kabinet Djuanda ?
4. Apa Saja Program Kabinet Djuanda ?
5. Apa Bentuk Keberhasilan Dan Kendala Kabinet Djuanda (Kabinet Karya) ?
6. Bagaimana Akhir Kekuasaan Kabinet Djuanda ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Kabinet Djuanda
2. Untuk Mengetahui Bagaimaana Proses Pembentukan Kabinet Djuanda
3. Untuk Mengetahui Seperti Apa Susunan Kabinet Djuanda
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Program Kabinet Djuanda
5. Untuk Mengetahui Apa Bentuk Keberhasilan Dan Kendala Kabinet Djuanda (Kabinet Karya)
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Akhir Kekuasaan Kabinet Djuanda
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kabinet Djuanda


Kabinet Djuanda, disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada periode 9 April 1957–10
Juli 1959.
B. Pembentukan Kabinet Djuanda
Setelah kemerdekaan yang didapatkan pada 1945, keadaan Indonesia belum serta merta
menjadi baik dan stabil. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu diperbaiki dan sangat
mendesak untuk segera dicarikan solusi. Kondisi politik tanah air masih sangat goyah dan belum
menunjukkan tanda-tanda ke arah yang stabil. Sebelum dilakukan Pemilu 1955 yang notabene
merupakan Pemilihan Umum pertama Indonesia, terjadi beberapa kali pergantian Kabinet. Ada
beberapa kabinet dan tentu saja masing-masing kabinet tersebut memiliki beberapa program yang
menjadi prioritas utama.
Kabinet Djuanda sendiri dibentuk setelah Kabinet Ali Sastroamijoyo 2 turun (di lain post akan
kami sampaikan mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo 2). Kabinet yang berada di bawah pimpinan
Perdana Menteri Djuanda ini dikenal dengan nama Kabinet Karya. Pembentukan Kabinet Djuanda
ini diniatkan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kondisi kacau balau yang sedang dihadapi
oleh negara Indonesia. Personal yang diambil untuk mengisi pos di dalam Kabinet Djuanda ini
pun juga disesuaikan dengan keahlian dari masing-masing personal pada bidangnya.
Kabinet Djuanda terbilang memiliki program-program kerja yang sangat bagus untuk
kemajuan bernegara dan berkebangsaan. Namun pada saat itu ternyata program yang baik saja
belum cukup untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi. Ada banyak kekacauan yang timbul
sehingga berbagai program kerja kabinet Djuanda tidak bisa berjalan dengan maksimal. Kabinet
Djuanda ini bisa dibilang merupakan Kbinet yang paling lama memerintah meski di tengah
berbagai kemelut dan tekanan baik dari luar maupun dari dalam kabinet sendiri.
Kabinet Djuanda ini bisa bertahan lama karena Juanda sendiri sudah berpengalaman karena ia
pernah menjadi seorang menteri, selain itu Djuanda juga merupakan sosok yang jujur dan memiliki
banyak ide brilian untuk kemajuan bangsa dan negara. Selain dari Djuanda sendiri, masing-masing
personil di dalam Kabinet juga merupakan orang-orang pilihan yang benar-benar memiliki
keahlian dibidangnya. Bebagai faktor pendukung inlah yang kemudian membuat Kabinet Djuanda
ini bisa bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan Kabinet yang lain.
C. Susunan Kabinet Djuanda
No Jabatan Nama Menteri

Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja

Hardi
1 Idham Chalid
Wakil Perdana Menteri
J. Leimena
(sejak 29 April 1957)[3]

2 Menteri Luar Negeri Subandrio

3 Menteri Dalam Negeri Sanusi Hardjadinata

4 Menteri Pertahanan Djuanda

5 Menteri Kehakiman GA Maengkom

6 Menteri Penerangan Soedibjo

7 Menteri Keuangan Sutikno Slamet

8 Menteri Pertanian Sadjarwo

Prof. Drs. Soenardjo


(sampai dengan 25
9 Menteri Perdagangan Juni1958)[4]
Rachmat Muljomiseno
(sejak 25 Juni 1958)
10 Menteri Perindustrian F.J. Inkiriwang

11 Menteri Perhubungan Sukardan

12 Menteri Pelayaran Mohammad Nazir

13 Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Pangeran Mohammad Nur

14 Menteri Perburuhan Samjono

J. Leimena
(sampai dengan 24
15 Menteri Sosial Mei 1957)[5]
Muljadi Djojomartono
(sejak 25 Mei 1957)

16 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prijono

17 Menteri Agama Muhammad Ilyas

18 Menteri Kesehatan Azis Saleh

19 Menteri Agraria R. Sunarjo

A.M. Hanafi
Menteri Urusan Pengerahan Tenaga Rakyat untuk
20 (sampai dengan 25
Pembangunan[6]
Juni1958)[7]

21 Menteri Negara Urusan Veteran Chaerul Saleh

F.L. Tobing
22 Menteri Negara Urusan Hubungan Antar Daerah[6] (sampai dengan 25
Juni1958)[8]

Suprajogi
(Urusan Stabilitasi Ekonomi)
23 Menteri Negara[9] (sejak 25 Juni 1958)

Muhammad Wahib Wahab


(Urusan Kerjasama Sipil-
Militer)
(sejak 25 Juni 1958)

Dr. F.L. Tobing


(Urusan Transmigrasi)
(sejak 25 Juni 1958)

A.M. Hanafi
(sejak 25 Juni 1958)

Prof. Mr. H. Moh. Yamin


(sejak 25 Juni 1958)

D. Program Kabinet Djuanda


a) Membentuk Dewan Nasional.
b) Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
c) Melanjutkan pembatalan Konferensi Meja Bundar.
d) Memperjuangkan Irian Barat.
e) Mempercepat pembangunan.
E. Keberhasilan Dan Kendala Kabinet Djuanda (Kabinet Karya)
Keberhasilan yang paling mencolok dari Kabinet Djuanda ini tentu saja adalah berhasil
menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI Permesta. Pemberontakan itu berhasil
diredam oleh TNI. Selain berhasil menumpas pemberontakan, Kabinet Djuanda juga dinilai
berhasil dengan mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang mengatur batas wilayah kepulauan di
Indonesia. Deklarasi tersebut kemudian dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang Undang No. 4 prp. Tahun 1960 tentang perairan Indonesia.
Keberhasilan yang sudah dicapai oleh Kabinet Djuanda bukannya tanpa kendala. Ada beragam
kendala yang menyebabken program kerja Kabinet Djuanda tidak berjalan dengan maksimal.
Kendala yang sering menjadi masalah adalah pada pendanaan. Hal ini dikarenakan pos-pos
pengeluaran yang sangat besar terutama pada biaya untuk menumpas pemberontakan PPRI
Permesta. Selain biaya sangat besar untuk pemberontakan, pendapatan juga berkurang karena
adanya barter dan penyelundupan. Defisit negara yang besar sehingga menimbulkan inflasi juga
menjadi kendala dalam pendanaan. Terakhir adalah bahwa disiplin ekonomi pada masyarakat
masih sangat kurang.
Meski program kerja dari Kabinet Djuanda ini belum semuanya berhasil dijalankan, namun
ada banyak jasa kabinet Djuanda untuk bangsa dan negara. Ada banyak yang sudah diselesaikan
seperti UU Keadaan Bahaya menggantikan SOB, UU wajib militer, Veteran Pejuang Republik
Indonesia (VPRI), UU Perjanjian Perdamaian dan Persetujuan Pampasan Perang dengan Jepang,
UU Penanaman Modal Asing, UU Pembatalan Hak Penambangan, UU Dewan Perancang
Nasional, UU Pembangunan Lima Tahun, UU Perkumpulan Koperasi, UU Bank Tani dan Nelayan
dan masih banyak lagi yang lainnya.
F. Akhir Kekuasaan Kabinet Djuanda
Meski sudah mampu mencapai beberapa keberhasilan, namun pada perjalanannya Kabinet
Djuanda pada akhirnya berakhir juga. Sebenarnya pada saat itu konflik di tingkat pimpinan pusat
sudah bisa lepas dan terhindar dari krisis yang mengarah kepada perpecahan bangsa. Namun
ternyata selepas dari konflik kepentingan di tingkat pusat, masalah yang tak kalah berat harus
dihadapi oleh Kabinet Djuanda, yaitu terjadinya pertentangan ideologi dan politik yang terjadi di
dalam konstituante. Dan tidak main-main, pertentangan dan konflik ini semakin berbahay karena
menjalar ke tingkat tataran masyarakat yang kemudian menambah terjadinya ketegangan-
ketegangan.
Kala itu wakil-wakil rakyat yang bersidang pada 10 November 1956 sampai Januari 1959,
mengalami masalah yang sangat besar terkait dengan hal yang sangat prinsip yaitu ideologi negara.
Konflik ini cukup menyita energi seluruh elemen yang ada di Indonesia, mulai dari konstituante,
pers dan juga masyarakat secara luas. Bahkan pertentangan ini terjadi selama dua setengah tahun.
Kemudian Bung Karno muncul dengan membawa konsepnya yang kemudian disusul dengan
gagasan Demokrasi terpimpin. Namun kemudian masalah belum bisa diselesaikan karena ada
kebingungan dengan cara apa yang akan digunakan untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin.
Singkat cerita, setelah mempelajari secara sungguh-sungguh dan mendalam, PM Djuanda
kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Demokrasi Terpimpin harus dilaksanakan dalam rangka
untuk kembali pada UUD 1945. Ide ini kemudian disetujui oleh Presiden dan kemudian diajukan
kepada Dewan Menteri pada tanggal 19 Februari 1959. Untuk merealisasikan gagasan yang telah
disampaikan tersebut, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli
1959. Dengan diumumkannya Dekrit Presiden, maka Indonesia kembali kepada UUD 1945
sedangkan UUDS sudah tidak berlaku lagi.
Perubahan ini jelas sangat memberikan pengaruh yang signifikan dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia. Sistem yang selama ini menggunakan Parlementer, diganti dengan sistem presidensil.
Sehingga dengan otomatis ketika menggunakan sistem presidensil, maka Presiden memiliki peran
sebagai kepala Pemerintahan dan sekaligus juga sebagai kepala negara. Dan tentunya keberadaan
Perdana Menteri sudah tidak diperlukan lagi. Maka selanjutnya Djuanda dan Kebinetnya
mengembalikan mandat kepada Presiden sehingga Kabinet Djuanda pun berakhir.

A. Kesimpulan
Kabinet Djuanda, disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada periode 9 April 1957–10
Juli 1959.
Setelah kemerdekaan yang didapatkan pada 1945, keadaan Indonesia belum serta merta
menjadi baik dan stabil. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu diperbaiki dan sangat
mendesak untuk segera dicarikan solusi. Kondisi politik tanah air masih sangat goyah dan belum
menunjukkan tanda-tanda ke arah yang stabil. Sebelum dilakukan Pemilu 1955 yang notabene
merupakan Pemilihan Umum pertama Indonesia, terjadi beberapa kali pergantian Kabinet. Ada
beberapa kabinet dan tentu saja masing-masing kabinet tersebut memiliki beberapa program yang
menjadi prioritas utama
Program Kabinet Djuanda
a. Membentuk Dewan Nasional.
b. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
c. Melanjutkan pembatalan Konferensi Meja Bundar.
d. Memperjuangkan Irian Barat.
e. Mempercepat pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai