Anda di halaman 1dari 2

Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal

Pada masa awal demokrasi liberal terdapat 2 tipe masalah yaitu masalah jangka pendek dan
masalah jangka panjang
- Masalah jangka pendek : Pemerintah wajib mengurangi jumlah uang yang beredar
dan memperbaiki kenaikan biaya hidup.
- Masalah jangka panjang : Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dan
tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah.
Kebijakan pada Masa Demokrasi Liberal :
a) Gerakan Benteng
Gerakan ini dikemukakan oleh Soemitro Djojohadikusumo
Kebijakan diawali pada april 1950 yaitu :
1) Memberikan pertolongan kepada pengusaha Pribumu supaya mereka
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Bantuan tersebut
berwujud bimbingan konkret atau bantuan kredit.
2) Mendirikan kewirausahan Pribumi supaya mampu membentengi
perekonomian Indonesia yang baru saja merdeka.
b) Gerakan Syafruddin (Hyper Inflasi)
Dikemukakan oleh Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan diawali pada 15 Maret 1950 dengan pemotongan nilai uang/sanering.
c) Nasionalisai De Javasche Bank
Kebijakan berlaku adalah perubahan status De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Sirkulasi. Diumumkan pada tanggal 15
Desember 1951 menurut UU no. 24 Tahun 1951.
d) Pembentukan Biro Perancang Negara
1) Dicipatkan pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo I.
2) Bertugas merancang pembangunan jangka pendek sehingga hasilnya
belum bisa dinikmati langsung oleh masyarakat.
3) Dampak tidak adanya stabilitas/keseimbangan politik karena masa kabinet
yang terlalu singkat menyebabkan penurunan drastis ekonomi, inflasi dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan.
e) Sistem Ekonomi Ali Baba
1) Diprakarsai langusng oleh Iskak Tjokroadisrujo, seorang Menteri
Perekonomian pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
2) Kebijakan yang dilaksanakan yaitu mendorong berkembangnya pengusaha
swasta nasional pribumi dalam berusaha merombak ekonomi kolonial
berubah menjadi ekonomu nasional.
3) Langkah yang diambil yaitu :
a. Mewajibkan pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia untuk
memberikan pelatihan dan tanggung jawab pada TKI supaya bisa
menduduki jabatan staff.
b. Membangun perusahaan negara.
c. Menyediakan fasilitas kredit.
d. Memberikan lisensi untuk perusahaan swasta nasional.
f) Perushaan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintaha kabinet Burhanudin Harahap dikirim seorang delegasi ke
Jenewa, Swiss untuk merundingkan masalah finansial ekonomi antara pihak Indonesia
dengan Belanda. Misi ini dipimpin oleh anak Agung Gede tanggal 7 januari 1956,
adapun kesepakatan yang pada Finek adalah:
1. Hasil KMB dibubarkan.
2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
3. Hubungan Finek didasarkan Undang-Undang Nasional.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani shingga Indonesia
mengambil langkah secara sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, kabinet
Burhanudin Harahap melakukan pembubaran Uni-Indonesia dan akhirnya tanggal 3
mei 1956 Presiden Seokarno menandatangani pembatalan KMB.
g) Musyawarah Nasional Pembangun (Munap)
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah.
Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rrencana
pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk
jangka panjang. Rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
1. Adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.
2. Terjadi ketegangan politik.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
h) Gerakan Asaat
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian
warga Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaga asing khususnya
Tionghoa. Pada Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus
untuk para pengusaha pribumi.

Anda mungkin juga menyukai