Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PENERAPAN DEMOKRASI LIBERAL”

Pembimbing: Siti Nur Faizah Sp.d

Disusun oleh: Miftahul Muhsin A.

Kelas: XII

MA SUNAN BONANG
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Tuban,16 November 2023

Penyusun MIftahul Muhsin A.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat karunia-Nya serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah perkembangan politik di
Indonesia pada awal kemerdekaan di masa demokrasi liberal ini dengan sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Kami berterima kasih kepada Ibu Sumilah selaku guru mata pelajaran
sejarah yang telah memberikan tugas ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perkembangan politik di Indonesia pada awal kemerdekaan di masa
demokrasi liberal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini banyak
kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kami berharap adanya kritik,saran
dan usulan demi kebaikan masa yang akan datang. Tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila ada kesalahan-keasalan kata yang kurang berkenan di hati dan kami mohon
kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................
2.1 Sejarah Munculnya Demokrasi Liberal................................................................................
2.2 Pelaksanaan Pemerintahan Demokrasi Liberal....................................................................
2.3 Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perjalanan sitem politik di Indonesia banyak bukti menunjukan bahwa UUD tidak
dapat dijadikan pegangan dalam sistem pilitik maupun penegakan hukum. Telah terjadi empat
periode pemerintahan masa Kemerdekaan (1945-1959), era Demokrasi Terpimpin (1959-1966),
masa Orde Baru (1966-1998) dan era Reformasi (1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu
berlaku tiga macam UUD(1945, RIS dan 1950) namun dalam prosesnya sitem demokrasi dan
hukum dapat ditegakan. Dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku dan dinyatakan
penggunaan sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang berlaku sistem otoritarian (Hatta,
Demokrasi Kita, 1960). Kemudian beralih pada masa Demokrasi Orde Baru 1966. Rakyat dan
pemerintah bekerjasama menjalankan pemerintahan yang demokratis dan menegakan hukum
dengan semboyan “kembali ke UUD 1945 dengan murni dan konsekuen”. Kemudian belangsung
Era Reformasi yang diawali perubahan mendadak dari sistem politik otoriter ke sistem
demokrasi. Pada saat pergantian kepemimpinan di bawah presiden BJ Habibie, sistem demokrasi
berubah 180 derajat. Kebebasan membentuk partai politik, Lembaga-lembaga perwakilan bebas
berbicara.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana terjadinya Demokrasi Liberal di Indonesia itu berlangsung sampai berakhirnya
Demokrasi Liberal?
2) Apa yang melatar belakangi berlangsungnya Demokrasi Liberal?
3) Bagaimana proses Demokrasi Terpimpin belangsung di Indonesia sampai berakhirnya
Demokrasi Terpimpin
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca
mengenai proses pergantian sitem politik di Indonesia. Hingga para pembaca mengerti dan
memahami proses dan gejala yang ada dalam didalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sejarah Munculnya Demokrasi Liberal


Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa negara Indonesia
telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi. Diharapkan hal ini bisa
mewujudkan demokrasi berbau indonesia meski konsep dasar mengadopsi teori demokrasi luar.
Berikut ini adalah salah satu analisis dialektik-historis pada penerapan demokrasi di Indonesia.
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang
Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi
Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan
Undang – undang Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat
pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet)
yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai
politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan.
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit mengenai pembubaran
Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena
dianggap tidak cocok dengan kedaan ketatanegaraan Indonesia.
2.2.Pelaksanaan Pemerintahan Demokrasi Liberal
1. Bidang Politik
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-partai politik
pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik
terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam
DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang
kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir (Masyumi)
sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam
parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat
formasinya di mana tokoh – tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk
Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya
kepada presiden setelah bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno
kemudian menunjukan Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi )
sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini
terkenal dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh
Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
a. Menjamin keamanan dan ketentraman
b. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.
c. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
d. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.
e. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat buruh, perjanjian
kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto ( PNI ) dan
Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur, namun gagal.Kemudian menunjuk
Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet
baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini
mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
a. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
b. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada tanggal 31 juli
1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari berbagai partai yang
diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana
Menteri Mr. Wongsonegoro (partai Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
a. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
b. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
c. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
d. Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I yaitu; Persiapan
Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh
dan arti penting dagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia – Afrika dan
juga membawa akibat yang lain, seperti :
1. Berkurangnya ketegangan dunia.
2. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di negaranya.
3. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih bertahan di Irian
Barat.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin
Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
a. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat kepada pemerintah.
b. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
c. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
d. Perjuangan pengembalian Irian Barat
e. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet baru pada tanggal 20
Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
a. Perjuangan pengembalian Irian Barat
b. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
c. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
d. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
e. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
· Pembatalan KMB
· Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif
· Melaksanakan keputusan KAA.
g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli
dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet Djuanda adalah
Programnya disebut Panca Karya yaitu:
· Membentuk Dewan Nasional
· Normalisasi keadaan RI
· Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
· Perjuangan pengembalian Irian Jaya
· Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu. Mengatur kembali
batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, Mengadakan Musyawarah
Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Kendala/ Masalah yang
dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
2. Bidang Ekonomi
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut;
1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban
tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah
2,8 Triliun rupiah.
2) Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 miliar
3) Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan
perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia.
4) Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh
Belanda.
5) Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6) Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli
dan dana yang diperlukan secara memadai
7) Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8) Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk
operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9) Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10) Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;
1) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
2) Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia secara
demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante).
3) Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB
4) Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda
5) Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
6) Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;
o Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan pemerintah
tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering jatuh dan terinflasi.
o Timbul berbagai masalah keamanan
o Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
o Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
o Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.
o Praktik korupsi meluas.
o Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang
politik bukan pada ekonomi.
2.3.Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia.
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi
baru, sehingga Negara Indinesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan
konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja
tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara. Terjadi
tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok partai menghendaki agar
Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam
sebagai dasar negara. Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju
selalu lebih banyak dari suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir
selalu kurang dari dua pertiga.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada
Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran
Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit
yang berisi sebagai berikut;
§ Pembubaran Konstituante.
§ Berlakunya kembali UUD 1945.
§ Tidak berlakunya UUDS 1950.
§ Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950,
maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya demokrasi itu Indonesia
sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem Demokrasi yang tepat. Banyak
permasalahan yang datang dalam pencarian sistem Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.
3.2.Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara lain, tapi patut kita
ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai rakyat Indonesia lah yang
harus memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan sistem politik yang benar-benar tepat dan
juga para anak bangsa yang harus memperbaharuinya dengan perubahan yang membawa
Indonesia maju.

Anda mungkin juga menyukai