Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA


PADA PERIODE 1949-1959”

DISUSUN OLEH :

 ZAHARA AFRIYANTI
 SIFA ANANDA ISMAYATI
 INTAN MAN RISKIA
 M. HAFIZD ARAYYAN
 SAHRIJAL JULIANTO

SMAN 1 RANTAU SELAMAT

TAHUN AJARAN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Makalah Pelaksanaan Demokrasi Di
Indonesia Pada Periode 1949-1959.
      Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia
Pada Periode 1949-1959. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
     Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.
Bayeun, 19 September 2022
Penulis

i2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

2.1 Pelaksanaan Demokrasi Tahun 1945-1949 .............................................2

2.2

BAB III SIMPULAN ...................................................................................6

Kesimpulan ....................................................................................................6

Saran ..............................................................................................................6

3ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam era globalisasi, perlu kita ketahui apa yang harus dilakukan sebagai
warga negara agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Kemajemukan masyarakat merupakan sebuah anugerah dimana bangsa
Indonesia harus memiliki sikap toleransi tinggi untuk hidup berdampingan dan
dan tidak saling menghancurkan. Oleh karena itu, demokrasi sebagai alat
pemersatu bangsa harus diketahui dan dimengerti oleh setiap warga negara guna
terciptanya masyarakat yang kritis dan mampu berperan aktif sesuai dengan
tujuan serta fungsi masyarakat pada umunya.Selalu terngiang dalam benak kita
bahwa terjadi penyimpangan-penyimpangan jabatan oleh politisi negara yang
digunakan untuk memperkuat kepentingan mereka masing-masing. Hampir setiap
hari kasus dn skandal pejabat negara terungkap dan hanya berakhir mengambang
dan tak terselesaikan. Ironisnya, dalam berbagai media masih banyak ditemui
masyarakat yang merasa belum puas dengan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah dan mereka tak mengerti bagaimana cara menyampaikan
aspirasinya.Kehidupan masyarakat tersebut menyiratkan bahwa pelaksanaan
demorasi yang ada di negara ini belum berjalan dengan optimal. Demokrasi yang
mencakup lima nilai dasar masyarakat Indonesia masih berjalan pincang karena
terlihat belum bisa terlaksana semuanya. Sebagai warga negara, tentu kita yang
merasakan dampak dan akibat kepincangan tersebut.Oleh karena itu, perlu kita
untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk menanggulangi keberadaan
demokrasi Pancasila agar terus terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan
Pancasila itu sendiri.Maka, sangat menarik bila kita bahas tentang Pelaksanaan
Demokrasi di Indonesia saat ini agar kita mengerti secara sistematis pengertian
demokrasi Pancasila, keberadaannya, serta  tanggung jawab kita dalam berperan
aktif dalam kehidupan berbangsa ini. Sehingga kita mampu mengerti apa yang
harus kita lakukan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik serta
terciptanya masyarakat yang sejahtera.

41
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PELAKSANAAN DEMOKRASI MASA 1945 – 1949 (MASA UNDANG-


UNDANG DASAR 1945 KURUN WAKTU YANG PERTAMA)
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi berbagai
rongrongan. Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna itu kita dapat memahami
terjadinya perubahan ketatanegaraan seperti :

Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat No.


X/1945 yang memberikan kewenangan yang luar biasa kepada BP KNIP untuk
menjalankan kekuasaan legislatif dan menetapkan GBHN.

Tanggal 3 Nopember 1945 di keluarkan maklumat Pemerintah agar rakyat


di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Setelah di
keluarkan Maklumat tersebut secara resmi berdiri 10 partai politik.

Maklumjat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 yang merubah sistem


pemerintahan presidensiil menjadi kabinet parlementer yang berdasarkan asas-
asas demokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana mentri Syahrir. Dlam kabinet
ini mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab kepada
Presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.

Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949 – 1950, masa konstitusi


RIS Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-Undang Dasar
1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serkat. Sejak
berlakunya konstitusi RIS yang berlaku adalah demokrasi liberal dengan sistim
parlementer. Pelaksanaan demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena
bentuk negara serikat yang di anut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan
bangsa Indonesia oleh karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita kembali lagi
ke bentuk negara kesatuan RI.

Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950 -1959, masa UUDS


Pada masa berlakunyaUUDS 1950 pemerintah berdasarkan sistem parlementer
dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini bangsa Indonesia untuk pertama

25
kalinya menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota konstituante dan
anggota DPR. Lembaga konstituante yang di beri tugas untuk membentuk UUD
ternyata tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh
adanya konflik antar partai dalam tubuh konstituante. Akibat macetnya tugas
penyusunan UUD, keadaan ketatanegaraan menjadi sangat rawan, dan sangat
membahayakn kelangsungan hidup bangsa Indonesia, maka Presiden
mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959 yang isinya menetapkan :

2.2 PEMBUBARAN KONSTITUANTE


Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun
1950.Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah utusan daerah
dan golongan serta pembentukan DPAS.

Pelaksanaan Demokrasi kurun waktu tahun 1959 – 1966


Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali,
Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi terpimpin dengan sistem
pemerintahaan Presidensil, menggantikan demokrasi liberal dengan sistem
pemerintahan parlementer. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang sesuai
dengan sila keempat pancasila, yaitu demokrasi khas indonesia yang dipimpin
oleh hikmah kebikjasanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Akhirnya semua
kebijaksanaan yang di tempuh harus bisa di kembalikan dengan sila keempat
Pancasila. Presiden Soekarno mengungkapkan demokrasi terpimpin tersebut tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa namun identik
dengan Demokrasi pancasila.

Namun dalam prakteknya yang di maksud dengan terpimpin adalah di


pimpin oleh Presiden, sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan
yaitu Presiden. Kekuasaan presiden sangat dominan, kepemimpinannya jauh lebih
besar dari pada demokrasinya. Kebijakan-kebijakannya seringkali bertentangan
dan menyimpang dari ketentuan dalam UUD 1945. Pada masa ini politik di
Indonesia didominasi oleh penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan
tidak berjalan sesuai dengan UUD 1945, keadan politik, keamanan dan ekonomi
semakin memburuk. PKI memanfaatkan keadaan itu untuk melakukan

36
pemberontakan, dengan kegagalan pemberontakan tersebut berakhir pelaksanaan
demokrasi terpimpin dan berlakunya demokrasi Pancasila.

Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1966 – 1998 Pelaksanaan


Demokrasi liberal dan Demokrasi terpimpin telah membuat bangsa Indonesia
Hancur karna telah terjadi Peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan
cita-cita Proklamasi , UUD 1945 dan Pancasila. Untuk mewujudkan pemerintahan
yang demokratis diperlukan adanya keberanian dan peran aktif dari lembaga
kontrol terhadap penyelengaraan pemerintahan sehingga demokrtatisasi dapat
berjalan dengan baik.

Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan berbangsa dan


bernegara pada kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 1998, membuktikan
bahwa dengan lemahnya kontrol terhadap pemerintahan demokratisasi tidak
berjalan. Hal ini terjadi karna orde baru tidak kosekwen dalam pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945. Di mana kekuasa Presiden sangat sentralistik
mendominasi supra struktur maupun infra struktur, Pancasila sebagai satu satunya
asas bagi parpol dan ormas sehingga menimbulkan budaya KKN yang memicu
terjadinya krisis diseluruh aspek kehidupan bangsa, terjadinya ketidak adilan,
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan munculnya gejolak sosial yang mengarah
pada gejala disintegrasi bangsa.

Pada masa ini pancasila di jadikan sumber tindakan otoriter dengan diikuti
manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari itu rakyat menuntut
reformasi untuk mengembalikan Pancasila pada fungsi dan kedudukan yang
sebenarnya yaitu sebagai dasar negara buikan alat untuk memperkokoh
kedudukan penguasa. Akhirnya lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan
tumbangnya orde baru pada tanggal 21 Mei 1998.

6. Pelaksanan Demokrasi kurun waktu tahun 1988 sampai sekarang


Dalam praktek orede baru hanya membawa kebahagiaan semu, Perekonomian
merosot, Ekonomi mengarah pada kapitalis dan banyak lagi. Puncaknya di tandai
dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka timbul sebagai gerakan masyarakat
yang menuntut roformasi di segala bidang terutama politik, ekonomi, hukum.

47
Maka reformasi saat ini banyak di salah artikan sebagai gerakan masyarakat untuk
melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum, dan penganiyayaan
yang hakekatnya merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Menurut Riswanda Imawan 1998 makna reformasi pada hakekatnya sebagai


suatu gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang menyimpang untuk di
kembalikan ke bentuk semula dengan nilai nilai idial yang di cita citakan rakyat.

Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, 1998, gerakan reformasi harus


tetap ada diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-
cita dan mengarah pada disintergasi, anarchisme, brutalisme dan pada akhirnya
menuju ke arah kehancuran bangsa dan negara indonesia. Agar gerakan reformasi
berhasil harus memiliki kondisi dan syarat tertentu yaitu :

Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-


penyimpangan. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas,dalam hal ini pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara Indonesia.

Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka


struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka acuan reformasi.

Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang
lebih baik. Reformaswi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai
manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya persatuan dan
kesatuan bangsa. Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan-
perubahan dalam bidang politik, adanya pembagian kewenangan secara tegas dan
legislatif, eksekutuf dan yudikatif, peran serta masyarakat semakin meningkatdan
berkurangnya dominasi pemerintah. Demokrasi yang di kembangkan pada masa
ini dalah demokrasi yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dengan
penyempurnaan dan perbaikan peraturan-peraturan agar lebih
demokratis,mingingkatkan peran lembaga-lembaga demokrasi dan penegakkan
sepremasi hukum sehinga hukum yang demokratis dapat terwujud.

58
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
demokrasi yang baik dan aman dapat membuat keadaan politik dan pemerintahan
yang semakin baik dan dewasa dimata internasional. Demokrasi Indonesia harus
dijalankan dengan baik oleh semua dukungan kalangan  masyarakat tanpa
pandang bulu. Mulai dari kegiatan demokrasi yang paling sederhana sampai
dengan kegiatan demokrasi yang paling kompleks didalam pemerintahan
Indonesia. Oleh sebab itu untuk dapat menjalankan demokrasi yang baik
diperlukan aturan – aturan hukum yang dapat menjadi panutan untuk semua
masyarakat agar terciptanya demokrasi yang aman, tentram, serta rukun untuk
semua kalangan.

3.2. SARAN
            Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita patut bangga memiliki sistem
demokrasi yang mampu mengayomi masyarakat majemuk Indonesia. Namun,
agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu mengerti apa yang
harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar akan hak dan
kewajiban terhadap negara.

            Sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan demokrasi


harus dilakuakan terhadap berbagai lapisan masyarakat. Pemikiran tua, dimana
banyak rasa takut akan beraspirasi dan merasa lemah dihadapan pemerintah perlu
dihilangkan guna kemajuan bersama. Sehingga keberhasilan akan tercipta saat
melihat rakyat dan pemerintah dapat berinteraksi secara langsung dengan hal-hal
baru yang sesuai dengan norma dan persatuan serta kesatuan.

       

69

Anda mungkin juga menyukai