Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
2.6 Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas.. 5
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 7
3.1 Saran............................................................................................................ 7
Daftar Pustaka.................................................................................................... 8
1i
BAB I
PENDAHULUAN
21
BAB II
PEMBAHASAN
23
· Pasal 61 ayat 1 jo Pasal 23 ayat 1 huruf d UU No. 14 Tahu 1992: “Apabila pengemudi
ternyata tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (Enam) Bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,-(Enam Juta
Rupiah)”
· Pasal 61 Ayat 1 jo pasal 23 ayat 1 huruf d UU No. 14 Tahun 1992: “Barang siapa
melanggar ketentuan mengenai rambu-rambu dan marka jalan, alat pemberi isyarat lalu
lintas, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir, peringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan
maksimum atau minimum dan tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan
lain dipidana dengan kurungan paling lama 1 (satu) Bulan dan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah)”
· Pasal 60 ayat jo pasal 231 huruf b UU No. 14 Tahun 1992: “Barang siapa
mengemudikan kendaraan bermotor dijalan dan tidak mengutamakan keselamatan pejalan
kaki dipidana dengan pidana surungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah)”
· Pasal 69 UU No. 14 Tahun 1992 : “Mengulangi pelanggaran yang sama Jika seseorang
melakukan lagi pelanggaran yang sama dengan pertama sebelum lewat jangka waktu satu
tahun sejak tanggal putusan pengadilan atas pelanggaran pertama yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, maka pidana yang kedua ditambah dengan sepertiga dari pidana
kurungan pokoknya atau bila dikenakan denda dapat ditambah dengan setengah dari pidana
denda yang diancam untuk pelanggaran yang bersangkutan”
43
· Membiarkan kendaraan bermotor yang ada dijalan tidak memakai plat nomor atau plat
nomor yang sah sesuai dengan STNK.
· Tidak mematuhi perintah petugas pengatur lalu lintas.
65
· Mengawasi dan membatasi bisnis transportasi umum yang bersifat milik pribadi, harus
sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.
· Menambah dan mengatur jalan yang lebih efektif.
Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas acapkali terjadi. Parkir di bawah rambu
dilarang parkir serta berhenti di depan tanda larangan stop sudah menjadi aktivitas yang
sering dilakukan. Padahal menurut ketentuan pasal 287 ayat (1) UU No.22 tahun 2009, jenis
pelanggaran tersebut bisa terancam hukuman pidana kurungan paling lama 2 bulan atau
denda paling banyak Rp500.000.
Namun, nyatanya aturan ini seperti tanpa taring. Mengatasi hal tersebut, Pemrov DKI juga
tengah gencar melakukan penertiban dengan memberikan sanksi kepada pelanggar, seperti
melakukan gembok roda, pengembosan ban dan bahkan langsung melakukan penderekan.
76
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penegak peraturan lalu lintas harus menjadi teladan dan contoh bagi masyarakat yang
berkendara. Seorang penegak hukum harus mempunyai sifat yang tegas, menjadi penegak
hukum dijalan raya bukanlah hal yang mudah melainkan hal yang rumit, penegak hukum
harus menjaga kewibawaannya untuk kepentingan profesinya, di lain pihak juga harus
percaya diri karena penegak hukum akan mengambil keputusan yang bijaksana untuk
menghasilkan keadilan.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang melanggar lalu lintas dengan tidak sengaja maupun
dengan sengaja. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
peraturan lalu lintas atau tata tertib lalu lintas, sehingga masyarakat menyepelekan
kesalamatannya sendiri bahkan bisa berdampak terhadap keselamatan orang lain, karena
itulah tingkat kecelakan di jalan terus meningkat.
Penyebab pelanggaran lalu lintas kebanyakan dikarenakan masyarakat terlalu terburu-buru
dalam berkendara, mungkin kemacetan adalah penyebab dari pengendara yang terburu-buru
dalam berkendara karena waktu mereka tersita terkena macet dijalan.
Pemerintah telah bersusah payah dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari jalan
keluar dan membuat peraturan lalu lintas yang mudah diterima dan dimengerti oleh
masyarakat. Maka dari itu, perlu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan keselamatan berlalu lintas.
3.2 SARAN
Pengendara bermotor harus memiliki etika kesopanan di jalan dan harus mematuhi atau
melaksanakan tata tertib lalu lintas, terutama tata tertib keamanan berlalu lintas supaya tidak
merenggut korban jiwa dan bisa merugikan orang lain. hal ini harus disadari pada setiap
pengendara bermotor dijalan agar tidak ada yang dirugikan.
Penegak peraturan lalu lintas harus tegas dalam menangani para pelanggar lalu lintas dan
memprosesnya secara hukum. Penegak hukum peraturan lalu lintas harus lebih rajin merazia
pengendara bermotor yang melanggar peraturan lalu lintas tidak hanya disiang hari tapi
dimalam hari karena banyak pengendara bermotor yang ugal - ugalan atau memacu
kendaraanya terlalu cepat sehingga bisa mengancam keselamatan dirinya maupun oran lain.
87
DAFTAR PUSTAKA
http://masalahtransportasi.blogspot.com/2017/02/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html
98