Anda di halaman 1dari 3

Rifdah shafara ointu—XII IPS 3

Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan salah satu perwujudan dari penerapan
politik luar negeri dan kebijakan diplomasi Indonesia.Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945
paragraf IV yang menyatakan, bahwa bangsa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kalimat tersebut menjadi landasan bagi
Indonesia untuk menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.Bebas berarti bangsa Indonesia tidak
memihak pada blok (kekuatan) manapun. Sedangkan aktif berarti bangsa Indonesia berusaha sekuat-
kuatnya untuk menjaga perdamaian dunia.

Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam keberjalanan konferensi asia afrika (KAA).
Secara umum, Indonesia memiliki 4 peran utama yang antara lain adalah:
 Sebagai salah satu pelopor konferensi asia afrika
 Sebagai tuan rumah konferensi asia afrika
 Sebagai panitia konferensi asia afrika
 Mendirikan museum konferensi asia afrika
Agar kalian lebih paham peran-peran Indonesia seperti yang sudah disebutkan diatas, kita akan
membahas secara lebih detail dibawah ini

1. Sebagai Salah Satu Pelopor Konferensi Asia Afrika


KAA dipelopori oleh 5 negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar) dan
Sri Lanka. Indonesia merupakan salah satu negara yang memprakarsai terselenggarakannya KAA
bersama lima negara lainnya. Indonesia juga ikut serta dalam dua konferensi sebagai pendahulu
diselenggarakannya KAA. Konferensi tersebut antara lain adalah konferensi Colombo dan
konferensi Bogor.
 Konferensi Colombo
Konferensi Colombo diadakan pada tangga 28 April hingga 2 Mei 1954 di Colombo, Sri Langka.
Konferensi yang dianggap sebagai cikal bakal diadakannya KAA ini juga dikenal dengan sebutan
Konferensi Panca Negara I. Konferensi ini diikuti oleh perwakilan dari 5 negara yaitu
a. Indonesia: Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
a. India: Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru
b. Pakistan: Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah
c. Burma: Perdana Menteri Unu
d. Sri Lanka: Perdana Menteri Sir John Kotelawala
Para Kepala Pemerintahan tersebut hadir untuk menjalin hubungan kerja sama dan
mendiskusikan tentang situasi kawasan Indochina serta Asia dan Afrika.Pada saat itu Indonesia
diwakili oleh seorang Perdana Menteri karena tengah menganut sistem pemerintahan kabinet
parlementer. Sehingga pada tahun 1954, pemerintahan Indonesia dipegang oleh Perdana Menteri.
Konferensi Colombo ini menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut
a. Negara-negara yang berada di kawasan Indochina dan Asia Afrika harus memperoleh
kemerdekaan
b. Tunisia dan Maroko harus merdeka dan terbebas dari jajahan Bangsa Eropa
c. Negara Indonesia menjadi tempat untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
d. Konferensi Colombo ini menjadi cikal bakal konferensi Asia Afrika yang akan
dilaksanakan di Bandung.
 Konferensi Bogor
Konferensi Bogor atau disebut juga Konferensi Panca Negara II dilaksanakan pada tanggal 18 –
31 Desember 1954 di Bogor.Konferensi ini dihadiri oleh lima negara dengan perwakilan yang
sama seperti saat di Konferensi Colombo.Pertemuan ini diadakan untuk mematangkan rencana
penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Indonesia. Konferensi ini menghasilkan
keputusan sebagai berikut. KAA akan diselenggarakan di Bandung yang dihadiri 5 negara
(Indonesia, India, Pakistan, Burma, Sri Lanka) sebagai negara sponsor atau pengundang. KAA
akan mengundang sekitar 25 negara yang berada di kawasan Asia Afrika. Konferensi bogor ini
menyempurnakan hasil rapat dari konferensi Colombo yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

2. Sebagai Tuan Rumah Konferensi Asia Afrika


Peran Indonesia selanjutnya yaitu menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Hal ini terjadi
karena dalam dua konferensi sebelumnya, sudah disetujui bahwa KAA akan diselenggarakan di
Bandung.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang KAA yang diselenggarakan di Indonesia.
 Konferensi Asia Afrika Tahun 1995
Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada tanggal 18 hingga 24 April 1955 di
Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia. KAA pertama ini menghasilkan Dasasila Bandung yang
merupakan 10 poin deklarasi atas dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia. 10 poin
Dasasila Bandung antara lain adalah
1. Menghormati Hak-Hak Dasar Manusia
2. Menghormati Kedaulatan Negara Lain
3. Mengakui Persamaan Ras
4. Tidak Melakukan Intervensi Kepada Negara lain
5. Menghormati Hak Tiap-Tiap negara Untuk Mempertahankan Diri
6. Tidak Menggunakan Pertahanan Kolektif dengan Negara Besar untuk menekan Negara
Lain
7. Tidak Melakukan Tindakan atau Ancaman Agresi
8. Menyelesaikan Semua Masalah Dunia dengan Perundingan atau Penyelesaian Secara
Hukum yang Berlaku Internasional
9. Memajukan Kerjasama di Segala Bidang untuk Kepentingan Bersama
10. Negara Asia Afrika Menghormati Hukum-Hukum dan Kewajiban-Kewajiban
Internasional
Dasasila ini menjadi komitmen bersama yang dipegang oleh negara-negara yang mengikuti
konferensi pertama ini. Dasa sila ini juga sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila serta kebijakan luar negri Indonesia.

 Konferensi Asia Afrika Tahun 2005


Para Kepala Negara di kawasan Asia Afrika diundang ikut serta dalam pertemuan untuk
memperingati 50 tahun semenjak pertemuan bersejarah KAA tahun 1955. Pertemuan ini juga
dihadiri oleh Koffi Anan yang merupakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB).Konferensi Asia Afrika ini diadakan di Jakarta pada tanggal 19 hingga 23 April 2015 dan
di Bandung pada tanggal 24 April 2005. Sebagian dari pertemuan diadakan di lokasi yang sama
dengan pertemuan KAA tahun 1955 lalu, yaitu Gedung Merdeka.Pertemuan ini menghasilkan
komutmen baru yaitu Nawa Sila yang menjadi penyempurna dari Dasa Sila.Tahun 2005, KAA,
menghasilkan NAASP, atau New Asian-African Strategic Partnership, dikenal juga dengan
kemitraan strategis baru Asia-Afrika.Diharapkan NAASP dapat membawa masa depan lebih baik
untuk semua Afrika dan Asia berdasarkan ketergantungan sendiri yang kolektif. Serta untuk
memastikan terciptanya lingkungan internasional bagi kepentingan rakyat Asia dan Afrika.
 Konferensi Asia Afrika Tahun 2015
KAA tahun 2015 merupakan pertemuan yang ke-60. KAA ini diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 19 – 23 April 2015 dan di Bandung pada tanggal 14 April 2015. Konferensi ini dihadiri
sebanyak 89 Kepala Negara di kawasan Asian Afrika, 17 negara pengamat, 20 organisasi
internasional, serta 1.426 perwakilan media lokal dan asing. Pada pertemuan kali ini, KAA
mengusung tema “Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity” atau
Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia. KAA
ini menghasilkan tiga dokumen, yaitu:
1) Bandung Message (Pesan Bandung)
2) Deklarasi New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) atau Kemitraan Strategis
Baru Asia Afrika
3) Deklarasi kemerdekaan Negara Palestina
Disini, Indonesia juga berperan besar karena pertemuan-pertemuan ini dilakukan dalam wilayah
Indonesia.

3. Sebagai panitia KAA


Indonesia juga berperan sebagai panitia penyelenggara Konferensi Asia Afrika. Tokoh-tokoh
Indonesia yang menjadi panitia KAA adalah sebagai berikut.
1) Sanusi Harjadinata (Gubernur Jawa Barat) sebagai Ketua Panitia Penyelenggara KAA
2) Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo sebagai Ketua KAA
3) Ruslan Abdul Gani (Sekjen Kementerian Luar Negeri) sebagai Sekjen KAA
4) Muhammad Yamin (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan) sebagai Ketua
Komite Kebudayaan
5) Prof. Ir. Rooseno sebagai Ketua Komite Ekonomi
6) Presiden Soekarno memberikan sambutan pada pembukaan Konferensi Asia Afrika
Mereka berperan besar dalam menyukseskan konferensi Asia Afrika yang pertama di Indonesia.
Tanpa sumbangsih tokoh-tokoh ini, mungkin konferensi ini tidak bisa berjalan dengan baik.

4. Sebagai Pendiri Museum Konferensi Asia Afrika


Pembangunan museum ini digagas dalam pertemuan rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA
tahun 1980 untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan tersebut dihadiri Prof. dr
Haryati Soebadio (Direktur Jenderal Kebudayaan) sebagai perwakilan dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Gagasan pembangunan museum tersebut mendapat sambutan baik,
termasuk Soeharto yang merupakan Presiden RI saat itu. Selanjutnya gagasan ini direalisasikan
oleh Joop Ave yang merupakan Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia
Afrika. Joop Ave bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen
Luar Negeri, Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat serta Universitas
Padjadjaran.Sebagai perencana dan pelaksana teknis dilakukan oleh PT. Decenta, Bandung.
Kemudian pada tanggal 24 April 1980, Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh
Presiden Soeharto.
Demikian penjelasan mengenai peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika.

Anda mungkin juga menyukai