Anda di halaman 1dari 18

3.12.

Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara lain KAA, Misi
Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal
Meeting.
Indikator :
1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya KAA.
2. Mendeskripsikan peranan Pasukan Garuda dalam misi perdamaian dunia.
3. Menjabarkan terbentuknya Deklarasi Djuanda.
4. Menguraikan latar belakang berdirinya Gerakan Non Blok.
5. Mengemukakan latar belakang terbentuknya ASEAN (Association of South Asian
Nations).
6. Menjelaskan latar belakang terbentuknya OKI.
7. Menjabarkan dilaksanakannya Jakarta Informal Meeting.

4.12. Menyajikan hasil telaah tentang peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara
lain KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan
Jakarta Informal Meeting.
Indikator :
1. Membuat kliping tentang kontribusi Indonesia di dalam perdamaian dunia (misalnya :
KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan
Jakarta Informal Meeting).

C. Tujuan Pembelajaran :
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi maka siswa mampu memahami tentang

D. Materi Pembelajaran :
1. Latar belakang terbentuknya KAA.

Berikut ini ialah kronologi yang mendasari lahirnya KAA atau latar belakang kaa , yaitu :
1. Pada tanggal 23 Agustus 1953, Perdana Mnetri Ali Sastoamidjojo ( Indonesia ) di Dewan
Perwakilan Rakyat sedangkan mengusulkan perlunya kerja setara antara negara-negara di
Asia serta Afrika dalam menciptakan perdamaian dunia 
2. Pada tanggal 25 April-2 Mei 1954, terjadi Konferensi Kolombo di Sri Lanka. Hadir
dalam pertemuan tersebut para perdana mentri dari Sri Lanka, yaitu Sir John Kotelawala,
India diwakili oleh Perdana Mentri Shri Pandit Jawaharlan Nehru, Mohammad Ali
Jinnah mewakili Pakistan, U Nu mewakili Burma serta Indonesia diwakili oleh Ali
Sastroamidjojo. Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan diadakannya Konferensi
Asia Afrika 
3. Pada tanggal 28-29 Desember 1954, buat mematangkan persiapan tentang peridangan
Asia Afrika, tersebutkan diadakan Persidangan di Bogor 
4. Pada tanggal 18-24 April 1955, Konferensi Asia-Afrika terjadi di Gedung Merdeka,
Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno serta diketuai oleh Perdana
Mentri Ali Sastroamidjojo. result persidangan dari KAA pertama ini dinamakan Dasasila
Bandung 
Secara rinci, tujuan KAA ialah sebagai berikut :
1. Memajukan kerja setara antarbangsa Asia-Afrika buat mendevelop kepentingan bersama,
persahabatan, serta kaitan bertetangga yang baik 
2. Mempertimbangkan problem khusus bangsa-bangsa di Asia Afrika pasal layaknya
kedaulatan nasional, rasialisme, serta kolonialisme 
3. Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, serta kebudayaan negara-negara
anggota 
4. Meninjau kedudukan Asia dan rakyatnya di dunia ini, dan sumbangan bagi perdamaian
serta kerja setara di dunia.
Berikut ini ialah hasil dari KAA yang diketahui dengan nama Dasasila Bandung :
1. Menghormati hak basis manusia sebagaimana tercantum dalam piagam PBB 
2. Menghormati kedaulatan, integritas, serta teritorial seluruh negara 
3. Mengakui persamaan sesuatu bangsa, baik besar ataupun kecil 
4. Tidak melaksanakan campur tangan maupun intervensi pada problem dalam negeri
negara lain 
5. Menghormati hak tiap bangsa buat mempertahankan diri, baik secara sendiri ataupun
kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB 
6. Tidak melaksanakan tekanan-tekanan kepada negara lain 
7. Tidak melaksanakan tindakan-tindakan atau threat agresi pada keutuhan wilayah atau
kemerdekaan orang lain 
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai sesuai dengan
Piagam PBB 
9. Memajukan kerja setara buat kepentingan bersama. 
10. Menghormati hukum serta keharusan internsional.

Pelopor KAA

1. Ali Sastroamidjojo, Indonesia


2. Mohammad Ali Bogra, Pakistan 
3. Jawaharlal Nehru, India
4. John Kotelawala, Sri Lank
5. U Nu, Myanmar
Pokok pembicaraan dalam KAA
1. Usaha untuk meningkatkan kerja sama bidang ekonomi ,sosial,budaya dan HAM.
2. Hak untuk menentukan nasib sendiri.
3. Rasialisme(perbedaan warna kulit).
4. Kerja sama internasional.
5. Pelucutan senjata.
6. Masalah rakyat yang masih terjajah di Afrika Utara.
7. Masalah Irian Barat.

Pelaksanaan kerja sama KAA


1. Kerja sama ekonomi.
2. Kerja sama kebudayaan.
3. HAM dan hak menentukan nasib sendiri.
4. Masalah negara-negara yang belum merdeka.
5. Peningkatan kerja sama dunia.

Pertemuan kedua (2005)


Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara
negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di
Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di
Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga
ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-
African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang Baru), yang diharapkan
akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan
ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional
untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.

Pertemuan ketiga (Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015 adalah pertemuan antara para kepala


negara negara-negara Asia dan Afrika yang diadakan
di Jakartadan Bandung, Indonesia dari 19-24 April 2015. Pembukaan resminya dilakukan
pada 22 April oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.
Konferensi ini dilaksanakan untuk memperingati 60 tahun Konferensi Asia-Afrika yang
pertama di Bandung pada tahun 1955. Temanya adalah "Promoting South-South
Cooperation for World Peace and Prosperity" (Mempromosikan Kerja Sama Selatan-
Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia). [1]
Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung 2015
(Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika
(NAASP) dan Deklarasi kemerdekaan Palestina. [2]

Lokasi
Ada dua tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan KTT tahun 2015. Tempat
penyelenggaraannya sama dengan KAA 2005:

 Jakarta Convention Center, Jakarta


 Gedung Merdeka, Bandung

Agenda Kegiatan[sunting | sunting sumber]


Pada rangkaian KAA 2015 ini diawali dengan pertemuan tingkat pejabat tinggi (senior
official meeting) pada tanggal 19 April 2015, diikuti oleh pertemuan tingkat menteri
(ministerial meeting) pada 20 April dan pertemuan tingkat kepala negara (leaders Meeting)
pada 22—23 April 2015, yang digelar di Jakarta. Kemudian, pada 24 April 2015
diselenggarakan puncak Peringatan HUT Ke-60 Konferensi Asia Afrika di Bandung.
Rangkaian kegiatan ini juga diisi oleh acara pertemuan "Asia-Africa Business Summit" di
Jakarta pada tanggal 21—22 April 2015, sebagai acara pendamping (side event).
Pada acara puncak Peringatan Ke-60 KAA di Bandung, juga diisi dengan acara "Asian-
African Carnaval", di mana karnaval ini menampilkan beberapa parade kostum dan musik
yang dimeriahkan oleh sekitar 1000 peserta dari 70 negara partisipan di kawasan Asia dan
Afrika. Selain itu, diselenggarakan acara "New Asia Africa Youth Conference" yang dihadiri
oleh para delegasi muda dari negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. [3]

Peserta
KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di
kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426
perwakilan media domestik dan asing.
Para peserta di antaranya adalah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, Xi
Jinping, Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Raja
Swaziland, Mswati III dan Perdana Menteri Nepal, Sushil Koirala.

2. Peranan Pasukan Garuda dalam misi perdamaian dunia.


Misi pasukan garuda yang tergabung dalam PBB demi misi perdamaian dunia.

Pengiriman Pasukan Garuda Pada tanggal 26 Juli 1956 Presiden Mesir Gamal Abdul
Nasser menasionalisasi Terusan Suez, akibatnya Inggris dan Perancis yang memiliki saham
atas Terusan Suez menjadi marah dan mengirimkan pasukannya untuk menggempur Mesir.
Serangan Inggris dan Perancis yang dibantu Israel terhadap Mesir sangat membahayakan
perdamaian dunia sehingga PBB terpaksa turun tangan dan mengirimkan pasukan
perdamaian. Indonesia mengirimkan pasukan Garuda I untuk bergabung dengan pasukan
negara-negara lain di bawah PBB. Pasukan perdamaian PBB yang dikirim ke Timur Tengah
(Mesir) dinamakan United Nations Emergency Force (U N E F). Pasukan Garuda I di bawah
pimpinan Mayor Sudiyono berkekuatan 550 personil terbagi atas kesatuan Teriotium IV
Diponegoro, Teritorium V Brawijaya dengan komando Letkol Infantri Suyudi Sumodiharjo
Pasukan  Garuda I berhasil  melaksanakan tugasnya dengan baik dan pada tanggal 12
September 1957 pasukan Garuda I ini membuat Indonesia terus mendapat kepercayaan dari
PBB untuk membantu memelihara perdamaian di berbagai belahan dunia bila terjadi
sengketa, diantaranya sebagai berikut :

1. Pasukan Garuda 11 di bawah pimpinan Kolonel Priyanto diberangkatkan ke Kongo 10


September 1960 untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dengan United
Nations Operation for the Congo (UNOC), bertugas hingga bulan Mei 1961.
2. Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di Kongo dari bulan
Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
3. Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas di Vietnam mulai
bulan Januari 1973 sampai Juli 1972.
4. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya Mayor Basofi
Sudirman dikirim ke Timur Tengah pada tanggal 3 Desember 1973.
5. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio bertugas di Vietnam
dari bulan AF 1974 sampai November 1974, kemudian digantikan Pasukan Garuda VlIi
di bawah pimpinan Brigjen T, Bambang Sumantri dari bulan November 1974 sampai
bulan Juni 1975. Pada tahun ini pula pasuka perdamaian PBB untuk Vietnam ICCS
(IntemasionalCommision for Control and Supervision) ditarik mend. sefelah seluruh
Vietnam jatuh ke tangan Vietnam Utara atau Vietkong yang berhaluan komunis.
6. Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono, Kontingen
Garuda VI dan V bergabung dalam pasukan perdamaian PBB yang diberi nama United
Nations Emergency Force (UNIEF)
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB
memiliki alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri Indonesia bebas aktif
Pada saat ini juga pemerintah masih mengirim pasukan Garuda untuk misi perdamaian
seperti dibawah ini :
1. JAKARTA - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni TNI Konga
XX-M/Monusco atau Indonesian Engineering Company (Indo Eng Coy) di bawah
Komandan Satgas (Dansatgas), Letkol Czi Sriyanto, menjadi tim engineering
terbaikdalam misi perdamaian PBB di Kongo. 

Dansatgas Letkol Czi Sriyanto menjelaskan, Satgas Kompi Zeni TNI Konga
mengikuti Biannual Integrated Engineering Confrence yang diselenggarakan oleh
Head Quarter Force Engineering Monusco (Mission de L’Organisation des Nations
Unies pour La Stabilisation en Republique Democratique du Congo) di Republik
Demokratik Kongo yang digelar enam bulan sekali ini.
Dalam pelaksanaan misi perdamaian PBB di Kongo tersebut, Kontingen Indonesia
berkontribusi di bidang Engineering dengan tugas utama melaksanakan
penyelidikan konstruksi baik vertikal maupun horizontal, identifikasi serta
pendisposalan bahan peledak granat, UXO dan sebagainya yang ditemukan di
daerah misi, Cimic, Quick Impact Project, dan pelatihan Tentara Nasional Kongo
(RARDC) guna mendukung misi Monusco.
Selain Indonesia, terdapat lima negara lain yang tergabung dalam Kontingen
Engineering yaitu Nepal Engineering Company (NEC), Bangladesh Engineering
Company (BEC), Afrika Selatan (RSA), Uruguay Engineering Company (UEC),
dan China Engineering Company (CEC).
Enam kontingen dari masing-masing negara tersebut, mengevaluasi kinerja dan
inovasi dari kontingen tiap-tiap negara yang tergabung dalam Engineering Force
Monusco.
Selain itu, konferensi tersebut juga memutuskan hal-hal yang akan dikerjakan oleh
kontingen tiap negara sesuai skala prioritas dalam periode enam bulan ke depan.
Adapun perwakilan Indonesia yang mengikuti konferensi tersebut adalah, Dansatgas
Konga XX-M/Monusco Letkol Czi Sriyanto,Staff Officer Engineering Mayor Czi
Bambang Sepaga, dan Perform Seksi Operasi Kontingen Indonesia Lettu Czi
Basor. 
"Dalam konferensi tersebut, kami memaparkan seluruh performa kinerja Kontingen
Engineering Indonesia," ujarnya, Kamis (12/5/2016).  
Perwira Penerangan Konga XX-M Monusco, Lettu Czi Ruzald D.Y. Auparay
mengatakan, diakhir konferensi diumumkan bahwa, Kontingen Engineering
Indonesia sebagai Kontingen Terbaik atau yang memiliki performa peringkat teratas
dalam periode waktu enam bulan ini. Naik dari periode sebelumnya dari peringkat
kedua, menggeser Kontingen Engineering Nepal. 
"Kontingen Engineering Indonesia memiliki presentasi kontribusi tertinggi jauh
meninggalkan lima kontingen Engineering lainnya, ditinjau baik dari tugas pokok
(key task), tugas utama (major task), dan tugas tambahan (minor task)," ucapnya. 
Dia menyebutkan, dua dari 10 proyek besar yang dikerjakan Head Quarter Force
Engineering Monusco dikerjakan oleh Kontingen Engineering Indonesia. Salah satu
proyek besarnya adalah Engineering Indonesia mampu melaksanakan pekerjaan
dengan kemajuan standar tinggi pada proyek pengaspalan di Mavivi Airport Beni
pada malam hari di daerah yang tingkat keamanannya rendah.
Prestasi lainnya, kata dia, diperoleh Mayor Czi Bambang sebagai Perwira Staff
Engineering Brigade Ituri yang dinyatakan sebagai Perwira Staff Terbaik, karena
mampu mengoordinasikan semua sumber daya yang ada di bawahnya untuk tugas-
tugas Engineering Brigade Ituri.
"Kedepannya, Upgrading Amandemen MoU PBB dan Indonesia secara prinsip
disetujui oleh Misi Monusco dan saat ini dalam peninjauan United Nations Head
Quarter (UN HQ) di New York," katanya.

2. Kirim Pasukan Terbaik, TNI Berangkatkan 800 Prajurit ke Sudan


JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memberangkatkan 800 prajurit
dari Satuan Tugas Batalyon Komposit TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/Unamid
(United Nations Mission In Darfur) ke Darfur, Sudan. 
Mereka akan bertugas sebagai pasukan pemeliharaan perdamaian misi PBB. Seluruh
pasukan perdamaian tersebut dipimpin oleh Komandan Satgas Letkol Inf Singgih Pambudi
Arinto, yang sehari-hari menjabat sebagai Dandim 0907/Tarakan, Kodam VI/Mulawarman,
Kalimantan Timur.
Gatot mengatakan, Batalyon Komposit Konga XXXV-B/Unamid merupakan misi Satgas
TNI kedua yang dipersiapkan menjadi pasukan perdamaian PBB di Darfur-Sudan. Mereka
akan bertugas selama satu tahun untuk menggantikan Satgas Yon Komposit Konga XXXV-
A/Unamid yang sudah selesai masa tugasnya.
Adapun kendaraan taktis yang dilibatkan dalam mendukung kegiatan Satgas di Darfur,
terdiri dari 24 Panser Anoa, 30 truk dan 34 Jeep.
"Satu saja kesalahan yang kamu buat akan mencoreng nama negara, mencoreng nama TNI
dan mencoreng nama Angkatan,” kata Jenderal Gatot di Plaza Mabes TNI Cilangkap,
Jakarta Timur, Rabu (23/3/2016).
Menurut Panglima, Satgas Yon Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid akan
melaksanakan mandat pemeliharaan perdamaian berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan
PBB Nomor 1769 tahun 2007.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Satgas Yon Komposit akan ditempatkan pada dua UN Camp,
yaitu Markas Batalyon beserta Kompi Bantuan dan 3 Kompi Senapan yang berada di
Supercamp Secwest Unamid di El Geneina dan 1 Kompi Senapan Berdiri Sendiri berada di
Masteri Camp dengan jarak lebih kurang 70 km dari Supercamp El Geneina.
"Di pundak kirimu adalah Merah Putih yang selalu kamu lihat di manapun kamu bertugas,
sikap dan tingkah lakumu membawa nama Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
tentunya TNI," ucapnya.
Mantan Pangkostrad ini mengaku, penentuan pasukan yang berangkat untuk satuan tugas
dipilih dari satuan-satuan yang berhasil dalam melaksanakan tugas operasi dan dilengkapi
dengan prajurit pilihan, terbaik di angkatan masing-masing, sehingga Indonesia hanya
mengirimkan satuan yang tergabung dari prajurit-prajurit pilihan yang terbaik.
“Kalian semua adalah prajurit-prajurit terbaik yang disiapkan, dilatih, dilengkapi dan diberi
pengetahuan untuk melaksanakan tugas misi internasional PBB,” ucap Gatot.
Karenanya, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini meminta kepada seluruh
komandan pasukan untuk selalu mengingatkan anggotanya yang terindikasi akan berbuat
kesalahan.
Bahkan Panglima menginstruksikan agar prajurit yang melakukan kesalahan sekecil apapun
harus dikembalikan sebelum dia melakukan kesalahan yang lebih besar, karena kesalahan
yang besar berawal dari kesalahan kecil.
“Buatkan ketentuan protap, karena selama ini semua yang dikirimkan tidak ada yang tidak
terbaik, pasti terbaik, di PBB pun terbaik,” tandasnya.

3. Terbentuknya Deklarasi Djuanda.


1. Perkembangan Wilayah Laut Teritorial Indonesia
Indonesia mempunyai wilayah perairan yang lebih luas daripada wilayah daratannya. Luas
wilayah perairan sekitar 3.290.000 km2, sedangkan luas wilayah daratan adalah 1.904.413
km2. Dengan demikian, luas wilayah perairan Indonesia lebih kurang satu setengah kali luas
daratannya. Maka dari itu, Indonesia disebut juga Negara Maritim.
Karena luasnya wilayah perairan, maka Indonesia memandang perlu adanya batas laut yang
dapat melindungi kepentingan bangsa Indonesia
a. Masa Hindia Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, lebar wilayah laut Indonesia adalah 3 mil laut atau sekitar
5.556 km dari garis pantai. Ketentuan tersebut tercantum dalam Teritoriale Zee en Maritieme
Ordonantie 1939. Penentuan batas laut tersebutdidasarkan pada asas Mare Liberum (Lautan
Bebas). Dalam asas tersebut dinyatakan bahwa laut bebas dari kedaulatan negara manapun.
Asas Mare Liberum dicetuskan oleh Grotius pada tahun 1609.
b. Masa kemerdekaan
Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia masih menerapkan batas laut teritorial berdasarkan
Teritoriale Zee en Maritieme Ordonantie 1939. Akibatnya, banyak terdapat laut bebas di
dalam wilayah Indonesia. Kondisi tersebut melatarbelakangi lahirnya Deklarasi Djuanda pada
tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Djuanda tersebut
memuat Hukum Tata Lautan Indonesia. Hukum ini menjadi dasar hukum laut di Indonesia.
Berdasarkan Deklarasi Djuanda, wilayah laut Indonesia ditetapkan menjadi 12 mil laut yang
diukur dari garis pantai. Deklarasi tersebut kemudian ditetapkan dalam UU No. 4/PRP/1960
tentang Perairan Indonesia.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan :
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak
tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan
c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI
Bagi bangsa Indonesia, Deklarasi Djuanda menjadi pernyataan sikap kepada dunia
internasional bahwa laut Indonesia, baik laut di sekitar, di antara, maupun di dalam
Kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Deklarasi Djuanda mempertegas prinsip negara kepulauan yang dianut Indonesia.
Berdasarkan prinsip ke negara kepulauan, maka laut-laut antarpulau merupakan wilayah
NKRI bukan merupakan pemisah antarpulau. Usaha bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan batas wilayah laut membuahkan hasil setelah Deklarasi Djuanda diterapkan
dan diterima dalam Konvensi Hukum Laut Internasional III. Konvensi tersebut
diselenggarakan oleh United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) di
Montego Bay, Jamaika tahun 1982. Konvensi Hukum Laut Internasional III dihadiri oleh 117
negara dan 2 organisasi kebangsaan. Tanggal 10 Desember 1982, ditandatangani keputusan
konvensi. Keputusan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Lautan teritorial, yaitu lautan selebar 12 mil laut berdasarkan garis lurus yang Kota
Montego Bay. ditarik dari garis dasar ke arahlaut bebas pada saat air surut.
2. Zona bersebelahan atau zona tambahan, yaitu batas laut selebar 12 mil laut dari garis
batas laut teritorial atau 24 mil laut dari garis dasar.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu batas lautan suatu negara selebar 200 mil laut
yang diukur dari pantai saat air surut. Pada ZEE, suatu negara memiliki kedaulatan untuk
menguasai sumber alam yang ada di dasar laut maupun yang ada di dalam dasar laut.
Negara tersebut berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber mineral
ataupun kekayaan alam lain yang ada di dalamnya. Namun, perlu kamu ketahui bahwa
lautan ZEE merupakan lautan bebas untuk pelayaran internasional.
4. Batas landas kontinen, yaitu daratan yang berada di bawah permukaan air di laut
teritorial sampai kedalaman 200 m atau lebih. Kekayaan alam di dalam batas landas
kontinen menjadi milik negara yang bersangkutan.
Di Indonesia, hasil dari Konvensi Hukum Laut Internasional III dikukuhkan dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS. Undang-undang ini
mempertegas kedudukan Indonesia sebagai negara kepulauan. 
2. Zona Ekonomi Eksklusif
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai, yang
mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di
dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di
atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari
kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang
berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas
lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III. Konsep dari ZEE telah jauh
diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh Kenya pada Asian-African Legal Constitutive
Committee pada Januari 1971, dan pada Sea Bed Committee PBB pada tahun berikutnya.
Proposal Kenya menerima dukungan aktif dari banyak Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar
waktu yang sama banyak Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep serupa
atas laut patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara efektif pada saat UNCLOS
dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai. Ketentuan utama dalam
Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat dalam bagian ke-5 konvensi
tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE diterima dengan antusias oleh sebagian besar
anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE tanpa perlu
menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan universal
wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total area
laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan
menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak
dunia, dan 10% simpanan mangan. Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari
penelitian scientific kelautan mengambil tempat di jarak 200 mil laut dari pantai, dan hampir
seluruh dari rute utama perkapalan di dunia melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai
tujuannya. Melihat begitu banyaknya aktivitas di zona ZEE, keberadaan rezim legal dari ZEE
dalam Konvensi Hukum Laut sangat penting adanya. Batas dalam ZEE adalah batas luar dari
laut teritorial. Zona batas luas tidak boleh melebihi kelautan 200 mil laut dari garis dasar
dimana luas pantai teritorial telah ditentukan. Kata-kata dalam ketentuan ini menyarankan
bahwa 200 mil laut adalah batas maksimum dari ZEE, sehingga jika ada suatu negara pantai
yang menginginkan wilayahnya ZEE-nya kurang dari itu, negara itu dapat mengajukannya. Di
banyak daerah tentu saja negara-negara pantai tidak akan memilih mengurangi wilayahnya
ZEE kurang dari 200 mil laut, karena kehadiran wilayah ZEE negara tetangga. Kemudian
timbul pertanyaan mengapa luas 200 mil laut menjadi pilihan maksimum untuk ZEE.
Alasannya adalah berdasarkan sejarah dan politik: 200 mil laut tidak memiliki geografis
umum, ekologis, dan biologis nyata. Pada awal UNCLOS zona yang paling banyak diklaim
oleh negara pantai adalah 200 mil laut, diklaim negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Lalu
untuk mempermudah persetujuan penentuan batas luar ZEE maka dipilihlah figur yang paling
banyak mewakili klaim yang telah ada. Tetapi tetap mengapa batas 200 mil laut dipilih
sebagai batas luar jadi pertanyaan. Menurut Prof. Hollick, figur 200 mil laut dipilih karena
suatu ketidaksengajaan, dimulai oleh negara Chili. Awalnya negara Chili mengaku
termotivasi pada keinginan untuk melindungi operasi paus lepas pantainya. Industri paus
hanya menginginkan zona seluas 50 mil laut, tapi disarankan bahwa sebuah contoh
diperlukan. Dan contoh yang paling menjanjikan muncul dalam perlindungan zona diadopsi
dari Deklarasi Panama 1939. Zona ini telah disalahpahami secara luas bahwa luasnya adalah
200 mil laut, padahal faktanya luasnya beraneka ragam dan tidak lebih dari 300 mil laut.
A. Batasan
Dalam banyak wilayah negara banyak yang tidak bisa mengklaim 200 mil laut penuh, karena
kehadiran negara tetangga, dan itu menjadikan perlu menetapkan batasan ZEE dari negara-
negara tetangga, pembatasan ini diatur dalam hukum laut internasional.
B. Pulau-pulau.
Pada dasarnya semua teritori pulau bisa menjadi ZEE. Namun, ada 3 kualifikasi yang
harus dibuat untuk pernyataan ini. Pertama, walau pulau-pulau normalnya bisa menjadi
ZEE, artikel 121(3) dari Konvensi Hukum Laut mengatakan bahwa, " batu-batu yang
tidak dapat membawa keuntungan dalam kehidupan manusia atau kehidupan ekonomi
mereka, tidak boleh menjadi ZEE."
C. Wilayah yang tidak berdiri sendiri
Kualifikasi kedua berkaitan dengan wilayah yang tidak meraih baik kemerdekaan sendiri
atau pemerintahan mandiri lain yang statusnya dikenal PBB, dan pada wilayah yang
berada dalam dominasi kolonial. Resolusi III, diadopsi oleh UNCLOS III pada saat yang
sama pada teks Konvensi, menyatakan bahwa dalam kasus tersebut ketentuan yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban berdasarkan Konvensi harus diimplementasikan
untuk keuntungan masyarakat wilayah tersebut, dengan pandangan untuk
mempromosikan keamanan dan perkembangan mereka.

D. Menguraikan latar belakang berdirinya Gerakan Non Blok.


Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali[butuh rujukan] oleh Perdana Menteri
India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru
menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-
India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan
sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:
1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-
Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana,
negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah
lima pemimpin dunia: Josip Broz
Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul
Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame
Nkrumah dari Ghana.

Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-
anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul
pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa
mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada
masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang pernah
menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Biasanya
setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan
rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun.
Pertemuan berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56 negara
anggota di mana anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di Afrika.
Kebanyakan dari pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-
Israel dan Perang India-Pakistan.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25
anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama
dengan Yugoslavia, Kuba danSiprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk
melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang
paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk
menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang
penting dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003. Namun, GNB
kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin.
Prinsip dasar Non-Blok
Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi
Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung [1] [2] [3]
Tempat dan tanggal KTT GNB

Kota
No. Tanggal Negara tuan rumah
penyelenggaraan

1–6 September
1  Yugoslavia Beograd
1961

5–10 Oktober  Republik Arab


2 Kairo
1964 Bersatu
8–10 September
3  Zambia Lusaka
1970

5–9 September
4  Aljazair Algiers
1973

16–19 Agustus
5  Sri Lanka Kolombo
1976

3–9 September
6  Kuba Havana
1979

7 7–12 Maret 1983  India New Delhi

1–6 September
8  Zimbabwe Harare
1986

4–7 September
9  Yugoslavia Beograd
1989

1–6 September
10  Indonesia Jakarta
1992

18–20 Oktober
11  Kolombia Cartagena de Indias
1995

2–3 September
12  Afrika Selatan Durban
1998

20–25 Februari
13  Malaysia Kuala Lumpur
2003

15–16 September
14  Kuba Havana
2006

15 11–16 Juli 2009  Mesir Sharm el-Sheikh

26–31 Agustus
16  Iran Teheran
2012

17 2015  Venezuela Karakas

Sekretaris Jendral

Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok

Nama Asal negara Mula Akhir


i

Josip Broz Tito  Yugoslavia 1961 1964

 Republik Arab
Gamal Abdel Nasser 1964 1970
Bersatu

Kenneth Kaunda  Zambia 1970 1973

Houari Boumédienne  Aljazair 1973 1976

William Gopallawa  Sri Lanka 1976 1978

Junius Richard Jayewardene  Sri Lanka 1978 1979

Fidel Castro  Kuba 1979 1982

N. Sanjiva Reddy  India 1982 1983

Zail Singh  India 1983 1986

Robert Mugabe  Zimbabwe 1986 1989

Janez Drnovšek  Yugoslavia 1989 1990

Stipe Mesić  Yugoslavia 1990 1991

Branko Kostić  Yugoslavia 1991 1992

Dobrica Ćosić  Yugoslavia 1992 1992

Soeharto  Indonesia 1992 1995

Ernesto Samper Pizano  Kolombia 1995 1998

Andrés Pastrana Arango  Kolombia 1998 1998

Nelson Mandela  Afrika Selatan 1998 1999

Thabo Mbeki  Afrika Selatan 1999 2003

Datuk Seri Mahathir bin


 Malaysia 2003 2003
Mohammad
Datuk Seri Abdullah
 Malaysia 2003 2006
Ahmad Badawi

Fidel Castro  Kuba 2006 2008

Raúl Castro  Kuba 2008 2009

Hosni Mubarak  Mesir 2009 2011

Muhammad Mursi  Mesir 2011 2012

Mahmoud Ahmadinejad  Iran 2012 2013

Hassan Rouhani  Iran 2013 sekarang

E. Mengemukakan latar belakang terbentuknya ASEAN (Association of South Asian Nations).


ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi regional
negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967.
ASEAN atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan Perbara (Perhimpunan Bangsa-
bangsa Asia Tenggara) sampai kini telah mempunyai 10 negara anggota yaitu Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar, dan
Vietnam.

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara tergabung dalam organisasi Asean. Berdirinya


organisasi ASEAN (Association of South East Asian Nations), sebelumnya diawali dengan
adanya pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara pada tanggal 5-8
Agustus 1967 di Bangkok.
Dari pertemuan tersebut diperoleh kesepakatan untuk mendirikan organisasi kerja sama yang
diberi nama ASEAN. Menteri luar negeri yang ikut menandatangani Deklarasi Bangkok pada
tanggal 8 Agustus 1967 adalah:
a. Adam Malik : Menteri luar negeri Indonesia
b. S. Rajaratnam : Menteri luar negeri Singapura
c. Narcisco Ramos : Menteri luar negeri Filipina
d. Tun Abdul Razak : Menteri luar negeri Malaysia
e. Thanat Khoman : Menteri luar negeri Thailand
Sejak tanggal 7 Januari 1984, Brunei Darussalam menjadi anggota ASEAN yang keenam dan
tanggal 28 Juli 1995 Vietnam masuk menjadi anggota yang ketujuh. 
Dua tahun kemudian tepatnya tanggal 23 Juli 1997 Laos dan Myanmar masuk menjadi
anggota kedelapan dan kesembilan. 
Kamboja berintegrasi dengan ASEAN tepatnya pada 30 April 1999 sebagai anggota yang
kesepuluh. Adapun negara yang terakhir masuk ASEAN adalah Timor Leste, yaitu masuk
pada tahun 2004.
a. Pengertian ASEAN
ASEAN adalah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, sebuah organisasi yang
didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. 
Piagam aslinya terhitung lima anggota-negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. 
b. Latar Belakang Berdirinya ASEAN
Berdirinya ASEAN dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh negara-
negara Asia Tenggara. Persamaan-persamaan tersebut antara lain:
1. Persamaan geografis.
2. Persamaan budaya.
3. Persamaan nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand)
4. Persamaan kepentingan di berbagai bidang.

c. Tujuan berdirinya ASEAN


Tujuan berdirinya ASEAN sesuai berdasarkan Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut.
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan kawasan Asia Tenggara.
2) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara
3) Bekerja sama untuk mendirikan industri dan memperluas perdagangan internasional
4) Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, teknik, ilmiah, dan administrasi
5) Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan organisasi internasional

d. Hasil Kerja Sama ASEAN


Hasil kerja sama negara-negara ASEAN di antaranya dapat dilihat dari:
1) berdirinya Universitas ASEAN di Pematangsiantar, Sumatera Utara (Indonesia)
2) berdirinya pabrik pupuk urea-amoniak di Malaysia
3) berdirinya pabrik abu soda di Thailand
4) terbentuknya ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality)
5) berdirinya tempat promosi ASEAN untuk pedagang, invertasi, dan pariwisata di Tokyo
6) berdirinya pabrik pupuk ASEAN di Indonesia
7) berdirinya pabrik tembaga ASEAN di Filipina
8) berdirinya vaksin hepatitis B di Singapura

e. Susunan Organisasi ASEAN


Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, dibentuklah susunan organisasi ASEAN sebagai
berikut.
1) Pertemuan para kepala pemerintahan (Summit Meeting) Pertemuan ini merupakan
kekuasaan tertinggi dalam ASEAN, hanya dilaksanakan bila dirasa perlu.
2) Sidang Tahunan para Menteri Luar Negeri ASEAN (Annual Ministerial Meeting)
Tugasnya merumuskan garis-garis kebijaksanaan dan mengkoordasi kegiatan-kegiatan
ASEAN
3) Sidang para Menteri Ekonomi (meeting of ASEAN Economic Ministers)
Tugas sidang para Menteri Ekonomi adalah:
 Merumuskan kebijaksanaan, khusus masalah kerja sama ASEAN di bidang ekonomi
 Menilai hasil-hasil yang dilakukan komite-komite yang berada di bawahnya sidang
ini diselenggarakan dua kali setahun.
4) Sidang para Menteri Lainnya (Meeting of Other ASEAN Ministers)
Tugas sidang ini adalah merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan menyangkut
bidangnya masing masing, misalnya pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
penerapan, kesehatan, dan kebudayaan.

F. Latar belakang terbentuknya OKI.


OKI (Organisasi Konferensi Islam) Organisasi ini didirikan pada tanggal 25 September 1969
berdasarkan Deklarasi Rabat (Maroko) atas prakarsa Raja Hussein II (Maroko) dan Raja Faisal
(Arab Saudi). Sekretaris Jenderal OKI berkedudukan di Jeddah (Arab Saudi). OKI (Organisasi
Konferensi Islam) adalah sebuah organisasi internasional dengan 57 negara anggota yang
memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa. OKI didirikan di Rabat,
Maroko pada 12 Rajab 1389 H (25 September 1969) dalam Pertemuan Pertama para Pemimpin
Dunia Islam yang diselenggarakan sebagai reaksi terhadap terjadinya peristiwa pembakaran
Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh pengikut fanatik Kristen dan Yahudi di Yerusalem.
OKI mengubah namanya dari sebelumnya Organisasi Konferensi Islam pada 28 Juni 2011.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA OKI


Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI (Organisasi Konferensi
Islam):
1. Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2. Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang Arab-Israel pada
tahun 1967.
3. Isreal menduduki Yerussalem.

TUJUAN BERDIRINYA OKI


Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam) adalah sebagai
berikut:
1. Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2. Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3. Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4. Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5. Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.

Badan-badan Khusus OKI


1. Badan-badan utama yang terdiri dari konferensi para raja/kepala pemerintahan, konferensi
para menteri luar negeri, sekretaris Jenderal dan Mahkamah Islam Internasional.
2. Komite khusus yang terdiri atas beberapa hal antara lain Komite AI-Quds Yerusalem,
Komite tetap Keuangan dan Komite Ekonomi, Sosial, dan budaya.
3. Badan-badan Subsider
4. Lembaga-lembaga dan organisasi yang bersifat otonom, antara lain The Islamic
Development Bank, Islamic Internasional News Agency dan lain sebagainya.
OKI berkembang cukup pesat dan perjuangannya menunjukkan hasil yang memadai misalnya
perjuangan tentang penghapusan apartheid di Afrika Selatan, Khusus Moro, di Filip ina
Selatan, Afganistan, dan lain sebagainya. Di samping usaha dalam bidang ekonomi yang
berhasil membentuk Dana Konsolidasi Pembangunan Dunia Islam

NEGARA-NEGARA ANGGOTA OKI:


Keanggotaan OKI
Anggota OKI adalah negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam.
Berikut adalah 57 Negara anggota OKI (Organisasi Konfrensi Islam) beserta tahun
bergabungnya :
Afganistan ( 1969 ), Albania ( 1992 ), Aljazair ( 1969 ), Arab Saudi ( 1969 ),Azerbaijan
( 1991 ), Bahrain ( 1970 ), Bangladesh ( 1974 ), Benin ( 1982 ), Brunei Darussalam ( 1984 ),
Burkina Faso ( 1975 ), Chad ( 1969 ), Djibouti ( 1978 ), Gabon ( 1974 ), Gambia ( 1974 ),
Guinea ( 1969 ), Guinea Bissau ( 1974 ), Guyana ( 1998 ), Indonesia ( 1969 ), Irak ( 1976 ),
Iran ( 1969 ), Kamerun ( 1975 ), Kazakhstan ( 1995 ), Komoro ( 1976 ), Kirgizstan ( 1992 ),
Kuwait ( 1969 ), Lebanon ( 1969 ), Libya ( 1969 ), Maladewa ( 1976 ), Malaysia ( 1969 ),
Mali ( 1969 ), Maroko ( 1969 ), Mauritania ( 1969 ), Mesir ( 1969 ), Mozambik ( 1994 ),
Niger ( 1969 ), Nigeria ( 1986 )., Oman ( 1970 ), Pakistan ( 1969 ), Palestina ( 1969 ), Pantai
Gading ( 2001 ), Qatar ( 1970 ), Senegal ( 1969 ), Siera Leone ( 1972 ), Somalia ( 1969 ),
Sudan ( 1969 ), Suriah ( 1970 )., Suriname ( 1996 ), Tajikistan ( 1992 ), Togo ( 1997 ),
Tunisia ( 1969 ), Turki ( 1969 ), Turkmenistan ( 1992 ), Uganda ( 1974 ), Uni Emirat Arab
( 1970 ), Uzbekistan ( 1995 ), Yaman ( 1969 ), Yordania ( 1969 ).

G. Dilaksanakannya Jakarta Informal Meeting.


Jakarta Informal Meeting (JIM) I dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 25-28 Juli
1988, dan Jakarta Informal Meeting (JIM) II di Jakarta pada tanggal 19-21 Februari 1989
yang dihadiri oleh 6 Menteri Luar Negeri dari ASEAN, Menteri Luar Negeri Vietnam dan
keempat kelompok Kamboja yang bertikai dengan hasi penarikan pasukan Vietnam dari
Kamboja paling lambat tanggal 30 September 1989. Sebagai tindak lanjut pada tanggal 23
Oktober 1991, dilaksanakan Perjanjian Paris di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-
Bangsa dengan isi perjanjian menyetujui Pembentukan Pemerintahan Kamboja melalui
Pemilihan Umum.
Indonesia mendesak pihak-pihak yang bertikai di Kamboja untuk menyelesaikan masalah
melalui perundingan untuk mencapai penyelesaian masalah. Usul itu berupa pertemuan
informal di Jakarta pada tahun 1988. Dari hasil pertemuan ini membuka jalan untuk
memasuki konferensi perdamaian di Paris pada tahun 1989. Konferensi ini
disebut International conference on Kampuchea (ICK), yang berlangsung tanggal 30-31 Juli
1989. Perjalanan panjang masalah kamboja menemui titik terang. Pada tahun 1991 pasukan
perdamaian PBB memprakasai genjatan senjata pihak-pihak yang bertikai. Pada tahun 1993
Pangeran Norodhom Sihanouk diangkat sebagai raja. Sementara Pangeran Rannaridh dan
Hun sen terpilih sebagai perdana menteri. PBB membentuk United Nation Authority of
Cambodia (UNTAC) yang bertugas memantau dan menjaga genjatan senjata hingga tercipta
kedamian di Kamboja. Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja
dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran
Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran Sisowath
Sirik Matak bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan kekuasaan. Sejak peristiwa
tersebut terjadi perang saudara yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja
menjadi porak poranda, rakyatnya sangat menderita. Melihat kejadian yang berlarut-larut di
Kamboja tersebut, Indonesia berusaha untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau
berperang dengan cara mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya,
dibentuklah Jakarta Informal Meeting (JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di
Jakarta tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas
sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan adanya pertemuan tersebut
pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan perdamaian. Pertemuan di Jakarta itu
kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya perundingan perdamaian di Paris,
Perancis pada tahun 1989.

Anda mungkin juga menyukai