Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara lain KAA, Misi
Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal
Meeting.
Indikator :
1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya KAA.
2. Mendeskripsikan peranan Pasukan Garuda dalam misi perdamaian dunia.
3. Menjabarkan terbentuknya Deklarasi Djuanda.
4. Menguraikan latar belakang berdirinya Gerakan Non Blok.
5. Mengemukakan latar belakang terbentuknya ASEAN (Association of South Asian
Nations).
6. Menjelaskan latar belakang terbentuknya OKI.
7. Menjabarkan dilaksanakannya Jakarta Informal Meeting.
4.12. Menyajikan hasil telaah tentang peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara
lain KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan
Jakarta Informal Meeting.
Indikator :
1. Membuat kliping tentang kontribusi Indonesia di dalam perdamaian dunia (misalnya :
KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok dan ASEAN, OKI, dan
Jakarta Informal Meeting).
C. Tujuan Pembelajaran :
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi maka siswa mampu memahami tentang
D. Materi Pembelajaran :
1. Latar belakang terbentuknya KAA.
Berikut ini ialah kronologi yang mendasari lahirnya KAA atau latar belakang kaa , yaitu :
1. Pada tanggal 23 Agustus 1953, Perdana Mnetri Ali Sastoamidjojo ( Indonesia ) di Dewan
Perwakilan Rakyat sedangkan mengusulkan perlunya kerja setara antara negara-negara di
Asia serta Afrika dalam menciptakan perdamaian dunia
2. Pada tanggal 25 April-2 Mei 1954, terjadi Konferensi Kolombo di Sri Lanka. Hadir
dalam pertemuan tersebut para perdana mentri dari Sri Lanka, yaitu Sir John Kotelawala,
India diwakili oleh Perdana Mentri Shri Pandit Jawaharlan Nehru, Mohammad Ali
Jinnah mewakili Pakistan, U Nu mewakili Burma serta Indonesia diwakili oleh Ali
Sastroamidjojo. Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan diadakannya Konferensi
Asia Afrika
3. Pada tanggal 28-29 Desember 1954, buat mematangkan persiapan tentang peridangan
Asia Afrika, tersebutkan diadakan Persidangan di Bogor
4. Pada tanggal 18-24 April 1955, Konferensi Asia-Afrika terjadi di Gedung Merdeka,
Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno serta diketuai oleh Perdana
Mentri Ali Sastroamidjojo. result persidangan dari KAA pertama ini dinamakan Dasasila
Bandung
Secara rinci, tujuan KAA ialah sebagai berikut :
1. Memajukan kerja setara antarbangsa Asia-Afrika buat mendevelop kepentingan bersama,
persahabatan, serta kaitan bertetangga yang baik
2. Mempertimbangkan problem khusus bangsa-bangsa di Asia Afrika pasal layaknya
kedaulatan nasional, rasialisme, serta kolonialisme
3. Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, serta kebudayaan negara-negara
anggota
4. Meninjau kedudukan Asia dan rakyatnya di dunia ini, dan sumbangan bagi perdamaian
serta kerja setara di dunia.
Berikut ini ialah hasil dari KAA yang diketahui dengan nama Dasasila Bandung :
1. Menghormati hak basis manusia sebagaimana tercantum dalam piagam PBB
2. Menghormati kedaulatan, integritas, serta teritorial seluruh negara
3. Mengakui persamaan sesuatu bangsa, baik besar ataupun kecil
4. Tidak melaksanakan campur tangan maupun intervensi pada problem dalam negeri
negara lain
5. Menghormati hak tiap bangsa buat mempertahankan diri, baik secara sendiri ataupun
kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak melaksanakan tekanan-tekanan kepada negara lain
7. Tidak melaksanakan tindakan-tindakan atau threat agresi pada keutuhan wilayah atau
kemerdekaan orang lain
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai sesuai dengan
Piagam PBB
9. Memajukan kerja setara buat kepentingan bersama.
10. Menghormati hukum serta keharusan internsional.
Pelopor KAA
Lokasi
Ada dua tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan KTT tahun 2015. Tempat
penyelenggaraannya sama dengan KAA 2005:
Peserta
KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di
kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426
perwakilan media domestik dan asing.
Para peserta di antaranya adalah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, Xi
Jinping, Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Raja
Swaziland, Mswati III dan Perdana Menteri Nepal, Sushil Koirala.
Pengiriman Pasukan Garuda Pada tanggal 26 Juli 1956 Presiden Mesir Gamal Abdul
Nasser menasionalisasi Terusan Suez, akibatnya Inggris dan Perancis yang memiliki saham
atas Terusan Suez menjadi marah dan mengirimkan pasukannya untuk menggempur Mesir.
Serangan Inggris dan Perancis yang dibantu Israel terhadap Mesir sangat membahayakan
perdamaian dunia sehingga PBB terpaksa turun tangan dan mengirimkan pasukan
perdamaian. Indonesia mengirimkan pasukan Garuda I untuk bergabung dengan pasukan
negara-negara lain di bawah PBB. Pasukan perdamaian PBB yang dikirim ke Timur Tengah
(Mesir) dinamakan United Nations Emergency Force (U N E F). Pasukan Garuda I di bawah
pimpinan Mayor Sudiyono berkekuatan 550 personil terbagi atas kesatuan Teriotium IV
Diponegoro, Teritorium V Brawijaya dengan komando Letkol Infantri Suyudi Sumodiharjo
Pasukan Garuda I berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik dan pada tanggal 12
September 1957 pasukan Garuda I ini membuat Indonesia terus mendapat kepercayaan dari
PBB untuk membantu memelihara perdamaian di berbagai belahan dunia bila terjadi
sengketa, diantaranya sebagai berikut :
Dansatgas Letkol Czi Sriyanto menjelaskan, Satgas Kompi Zeni TNI Konga
mengikuti Biannual Integrated Engineering Confrence yang diselenggarakan oleh
Head Quarter Force Engineering Monusco (Mission de L’Organisation des Nations
Unies pour La Stabilisation en Republique Democratique du Congo) di Republik
Demokratik Kongo yang digelar enam bulan sekali ini.
Dalam pelaksanaan misi perdamaian PBB di Kongo tersebut, Kontingen Indonesia
berkontribusi di bidang Engineering dengan tugas utama melaksanakan
penyelidikan konstruksi baik vertikal maupun horizontal, identifikasi serta
pendisposalan bahan peledak granat, UXO dan sebagainya yang ditemukan di
daerah misi, Cimic, Quick Impact Project, dan pelatihan Tentara Nasional Kongo
(RARDC) guna mendukung misi Monusco.
Selain Indonesia, terdapat lima negara lain yang tergabung dalam Kontingen
Engineering yaitu Nepal Engineering Company (NEC), Bangladesh Engineering
Company (BEC), Afrika Selatan (RSA), Uruguay Engineering Company (UEC),
dan China Engineering Company (CEC).
Enam kontingen dari masing-masing negara tersebut, mengevaluasi kinerja dan
inovasi dari kontingen tiap-tiap negara yang tergabung dalam Engineering Force
Monusco.
Selain itu, konferensi tersebut juga memutuskan hal-hal yang akan dikerjakan oleh
kontingen tiap negara sesuai skala prioritas dalam periode enam bulan ke depan.
Adapun perwakilan Indonesia yang mengikuti konferensi tersebut adalah, Dansatgas
Konga XX-M/Monusco Letkol Czi Sriyanto,Staff Officer Engineering Mayor Czi
Bambang Sepaga, dan Perform Seksi Operasi Kontingen Indonesia Lettu Czi
Basor.
"Dalam konferensi tersebut, kami memaparkan seluruh performa kinerja Kontingen
Engineering Indonesia," ujarnya, Kamis (12/5/2016).
Perwira Penerangan Konga XX-M Monusco, Lettu Czi Ruzald D.Y. Auparay
mengatakan, diakhir konferensi diumumkan bahwa, Kontingen Engineering
Indonesia sebagai Kontingen Terbaik atau yang memiliki performa peringkat teratas
dalam periode waktu enam bulan ini. Naik dari periode sebelumnya dari peringkat
kedua, menggeser Kontingen Engineering Nepal.
"Kontingen Engineering Indonesia memiliki presentasi kontribusi tertinggi jauh
meninggalkan lima kontingen Engineering lainnya, ditinjau baik dari tugas pokok
(key task), tugas utama (major task), dan tugas tambahan (minor task)," ucapnya.
Dia menyebutkan, dua dari 10 proyek besar yang dikerjakan Head Quarter Force
Engineering Monusco dikerjakan oleh Kontingen Engineering Indonesia. Salah satu
proyek besarnya adalah Engineering Indonesia mampu melaksanakan pekerjaan
dengan kemajuan standar tinggi pada proyek pengaspalan di Mavivi Airport Beni
pada malam hari di daerah yang tingkat keamanannya rendah.
Prestasi lainnya, kata dia, diperoleh Mayor Czi Bambang sebagai Perwira Staff
Engineering Brigade Ituri yang dinyatakan sebagai Perwira Staff Terbaik, karena
mampu mengoordinasikan semua sumber daya yang ada di bawahnya untuk tugas-
tugas Engineering Brigade Ituri.
"Kedepannya, Upgrading Amandemen MoU PBB dan Indonesia secara prinsip
disetujui oleh Misi Monusco dan saat ini dalam peninjauan United Nations Head
Quarter (UN HQ) di New York," katanya.
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-
anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul
pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa
mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada
masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang pernah
menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Biasanya
setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan
rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun.
Pertemuan berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56 negara
anggota di mana anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di Afrika.
Kebanyakan dari pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-
Israel dan Perang India-Pakistan.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25
anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama
dengan Yugoslavia, Kuba danSiprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk
melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang
paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk
menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang
penting dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003. Namun, GNB
kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin.
Prinsip dasar Non-Blok
Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi
Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung [1] [2] [3]
Tempat dan tanggal KTT GNB
Kota
No. Tanggal Negara tuan rumah
penyelenggaraan
1–6 September
1 Yugoslavia Beograd
1961
5–9 September
4 Aljazair Algiers
1973
16–19 Agustus
5 Sri Lanka Kolombo
1976
3–9 September
6 Kuba Havana
1979
1–6 September
8 Zimbabwe Harare
1986
4–7 September
9 Yugoslavia Beograd
1989
1–6 September
10 Indonesia Jakarta
1992
18–20 Oktober
11 Kolombia Cartagena de Indias
1995
2–3 September
12 Afrika Selatan Durban
1998
20–25 Februari
13 Malaysia Kuala Lumpur
2003
15–16 September
14 Kuba Havana
2006
26–31 Agustus
16 Iran Teheran
2012
Sekretaris Jendral
Republik Arab
Gamal Abdel Nasser 1964 1970
Bersatu