Pertanyaan !
Deskripsikanlah tentang Konferensi Asia Afrika, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan
non-blok !
Jawaban !
2. Misi Garuda
Misi Garuda merupakan pasukan yang dibentuk dan dikirim oleh pemerintah
Indonesia untuk membantu negara-negara yang sedang dilanda konflik.
Latar Belakang Pembentukan
Sejak diproklamasikannya kemerdekaan, Indonesia sangatlah menjunjung
adanya persamaan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu pun tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia akan menentang semua bentuk
pelanggaran hak asasi manusia dan akan turut serta menjaga perdamaian
dunia. Dengan adanya persamaan misi, Indonesia turut mendukung PBB untuk
menyelesaikan konflik-konflik antarnegara. Dengan hal itu, Indonesia telah
dipercaya untuk turut serta ke dalam pasukan perdamaian dunia yang berada
di bawah koordinasi Dewan Keamanan PBB. Pasukan perdamaian dunia yang
dibentuk PBB terdiri atas beberapa pasukan yang berasal dari berbagai negara
dengan kesatuan misi. Indonesia pun turut mengirim pasukan perdamaiannya
yang kemudian disebut dengan Misi Garuda atau Pasukan Garuda.
Tujuan Pembentukan
Pembentukan Misi Garuda ini merupakan bentuk nyata keterlibatan Indonesia
dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia di berbagi belahan dunia.
Pembentukan Misi Garuda bertujuan untuk menjalankan tugas sebagai “Peace
Keeping Force”atau yang disebut dengan Pasukan Pemelihara Perdamaian.
Konflik yang Berhasil Ditangani
Pengiriman pasukan Misi Garuda ini secara aktif masih dilakukan oleh
pemerintah Indonesia hingga saat ini. Setiap terjadi konflik di suatu daerah,
Indonesia selalu berupaya untuk dapat mengirimkan pasukannya ini ke daerah
tersebut untuk menyelesaikan konflik. Adapun beberapa daerah yang
mendapat bantuan Pasukan Misi Garuda ini sebagai berikut:
1. Konflik di Kongo
Pemerintah Indonesia sempat mengirimkan pasukan Misi Garuda II dan
III pada tahun 1960 serta 1962. Pada saat itu pengiriman pasukan
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Kongo. Dalam
penyelesaian konflik tersebut pasukan Misi Garuda bergabung dengan
pasukan perdamaian dunia yang berasal dari berbagai negara di bawah
misi United Nations Operations in Congo (UNOC).Dengan keberhasilan
Pasukan Misi Garuda dalam menyelesaikan konflik tersebut, pasukan Misi
Garuda mendapat julukan Les Spiritesses dari penduduk lokal Kongo.
Julukan tersebut berasal dari pakaian putih yang selalu dipakai oleh
Pasukan Misi Garuda dalam menangani konflik.
2. Konflik di Vietnam
Pemerintah Indonesia juga pernah mengirimkan Pasukan Misi Garuda ke
Vietnam pada tahun 1973-1974. Pasukan yang dikirim pemerintah
Indonesia untuk menyelesaikan konflik di Vietnam ialah:
Pasukan Misi Garuda IV yang berada di bawah komando Brigjen Wiyogo
Atmodarminto.
Pasukan Misi Garuda V yang berada di bawah pimpinan Brigjen Harsoyo.
Pasukan Misi Garuda VII yang berada di bawah pimpinan Brigjen S.
Sumantri.
3. Deklrasi Djuanda
Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana
Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara
dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi
Djuanda pada intinya menyatakan tentang wilayah negara Republik Indonesia.
Sebelum ada deklarasi ini, wilayah negara Indonesia masih mengacu kepada
peraturan zaman kolonial Hindia Belanda yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
Latar Belakang Dan Tujuan :
TZMKO 1939 membuat wilayah Indonesia terpecah-belah dan tidak berada
dalam satu kesatuan. Pulau-pulau yang ada di dalam wilayah Indonesia tidak
saling terhubung dan dipisahkan oleh perairan internasional. Perairan
internasional adalah zona yang bebas untuk dilayari oleh kapal-kapal negara
asing. Tiap negara boleh untuk melaksanakan kegiatan apa pun, baik yang
menguntungkan atau merugikan kedaulatan Indonesia. Indonesia keberatan
dengan peraturan tersebut karena TZMKO 1939 tidak memperhatikan sifat
khusus negara Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago). Padahal,
Indonesia memiliki 17 ribu pulau yang harus dijaga kesatuan dan
pertahanannya.Oleh karena itu, dibutuhkan peraturan yang mampu untuk
melindungi wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, dan Deklarasi
Djuanda menjadi pembuka jalan untuk melawan TZMKO 1939 dan usaha
untuk mendapatkan pengakuan internasional. Deklarasi Djuanda merupakan
akar dari Pasal 25 Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Dalam pasal tersebut,
Indonesia mengesahkan identitasnya sebagai “negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.” Merujuk pada modul Sejarah Indonesia (2020:8) yang
diterbitkan oleh Kemendikbud, tujuan dari Deklarasi Djuanda adalah untuk
mewujudkan wilayah negara Indonesia yang utuh, menentukan batas wilayah
Indonesia yang sesuai dengan asas kepulauan, dan untuk mengatur lalu lintas
pelayaran.
4. Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari 120
negara yang menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun
Gerakan ini bermula pada 1950-an sebagai upaya beberapa negara untuk menghindari
terpolarisasi dunia Perang Dingin. Berdasarkan prinsip yang disepakati pada
Konferensi Bandung 1955, GNB didirikan pada 1961 di Beograd, SR, Serbia,
Yugoslavia. Hal ini terjadi melalui inisiatif Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru,
Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Soekarno, Presiden Mesir Gamal Abdel
Nasser, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Latar Belakang
GNB bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau
Konferensi Asia-Afrika (KAA), sebuah konferensi yang diadakan di Bandung,
tahun 1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin negara dari 29 negara
berkembang di Asia-Afrika. Konferensi ini mendiskusikan tentang masalah-
masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru saja
berkembang. Namun KAA saja tidak cukup. Karena ada negara berkembang
yang baru merdeka juga, yaitu Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika.
Maka setelah KAA Bandung, pada 1956 ada pula Deklarasi Brijuni yang
digelar di Pulau Brijuni, Yugoslavia. Deklarasi tersebut ditandatangani
Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal
Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Setelah Perang Dunia II, AS
dan Uni Soviet mengalami Perang Dingin. Perang Dingin adalah ketegangan
plitik yang terjadi antara Barat (AS dan Sekutu NATO) dengan Uni Soviet dan
negara satelitnya. Yang menjadi sasaran adalah negara-negara berkembang
yang baru merdeka, seperti Indonesia dan India.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri
India, dan pemimpin dunia lainnya mencetus GNB. GNB terbentuk melalui
Konferensi Beograd yang digelar pada 1961. Di sana, para negara yang tidak
berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak
terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Lahirnya GNB ini
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari
Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan
antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia).
Pelopor
Pendiri dari gerakan ini adalah:
1. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.
2. Presiden Ghana Kwame Nkrumah.
3. Presiden Soekarno.
4. Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
5. Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Kata non-blok sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Perdana Menteri India,
Nehru, melalui pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Ia menjelaskan
lima pilar yang kemudian dijadikan basis dari GNB, yaitu:
1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Tujuan
Tujuan utama dari GNB adalah guna mengupayakan hak untuk menentukan
nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas negara
anggota. GNB juga menentang adanya apartheid (sistem pemisahan ras) serta
tidak memihak pakta militer manapun. Gerakan ini juga menolak segala
macam bentuk imperialisme dan kolonialisme, serta mendukung pelucutan
senjata, dan tidak mencampuri urusan negara lain. Dalam ekonomi, GNB
berkomitmen dalam pembangunan ekonomi-sosial, restrukturisasi
perekonomian internasional, serta kerjasama atas dasar persamaan hak.
Prinsip
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam KTT
Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Dasasila
Bandung adalah 10 poin hasil pertempuan KTT Asia-Afrika pada 18-25 April
1955 di Bandung. Isi Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas
yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa,
besar maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan
dalam negeri negara lain
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara
sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak
melakukannya terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan
politik suatu negara
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya,
menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBBcc
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional
DAFTAR PUSTAKA
Fatimatuzzahro. (2022). Sejarah Isi Deklarasi Djuanda: Tujuan, Tokoh, Hasil, & Dampaknya.
Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/sejarah-isi-deklarasi-djuanda-tujuan-tokoh-hasil-
dampaknya-gjVP
Syifa, S. (2022). Misi Garuda: Latar Belakang, Tujuan dan Konflik yang Ditangani.
Retrieved from HaloEdukasi.com: https://haloedukasi.com/misi-garuda