Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SEJARAH

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Gabriel Allesandro Elim


2. Harun Stephen Nafie
3. Lusia Permatasari Yunita Oban
4. Maria F.P.B Platin
5. Maria P.S.A Fallo
6. Mario A.P.Y Kabosu

Pertanyaan !

Deskripsikanlah tentang Konferensi Asia Afrika, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan
non-blok !

Jawaban !

1. Konferensi Asia Afrika


 Pengertian Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA;
kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara
negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh
kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma),
Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri
Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24
April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia Afrika dan melawan
kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada
saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka
pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk
mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang
memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai
ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka
untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok
dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme,
khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis
di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam
pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
 Sejarah Lahirnya Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang
disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen
pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan “Kerja sama dalam golongan
negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami
yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan
memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja
sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan
aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi
kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara¬negara
itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam
beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu
kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat”. Bunyi pernyataan
tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk
mempererat kerja sama di antara Negara-negara afrika. Pada awal tahun 1954,
Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang para
Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali
Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan
suatu pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik
oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang
kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April
sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah
yang menjadi kepentingan bersama. Yang menarik perhatian para peserta
konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh Perdana Menteri
Indonesia “Where do we stand now, we the peoples ofAsia, in this world of
ours to day?” (“Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di
tengah-tengah persaingan dunia?”), kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri
dengan menyatakan. “We have now indeed arrived at the cross-roads of the
history of mankind. It is therefore that we Prime Ministers of five Asian
countries are meeting here to discuss those crucial problems of the peoples we
represent. There are the very problems which urge Indonesia to propose that
another conference be convened wider in scope, between the African and
Asian nations. Iam convinced that the problems are not only convened to the
Asian countries represented here but also are of equal importance to the
African and other Asian countries”. (“Kita sekarang berada dipersimpangan
jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-
negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang
krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa
hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan
pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya
percaya bahwa masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia
yang terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di
Afrika dan Asia lainnya”).
 Latar Belakang Diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika
Bangsa- bangsa yang ada di asia-Afrika memiliki persamaan nasib serta
sejarah yang sama, yaitu menjadi sasaran penjajah bangsa Eropa. Disaat
kesadaran dari bangsa-bangsa Asia-Afrika ingin mendapatkan kemerdekaan
seperti, Yaman yang berjuang untuk membebaskan Aden dari Inggris, serta
rakyat Aljazair, Maroko, Sudan, Tumisia, dan juga Kongo yang berjuang
membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan masih banyak
lagi. Dari bangsa-bangsa Asia yang sudah merdeka masih belum memiliki rasa
kesadaran untuk bersatu, yang akhirnya Rusia dan Amerika Serikat ikut
melibatkan diri dalam masalah ini. Seperti:
 Persengketan RRC-Taiwan dalam memperebutkan Pulau Quemoi.
 Persengketan India-Pakistan dalam memperebutkan wilayah Kasmir.
 Persengketan Korea Utara dan Korea Selatan dengan masalah
perbatasan.
Karena PBB seringkali tidak bisa mengatasi persengketaan antarnegara.
Ajakan dari Dewan Keamanan PBB sering dilanggar negara-negara yang
sedang mengalami selisih, Kepentingan politik luar negeri Indonesia dalam
mengumpulkan kekuatan negara-negara Asia-Afrika supaya ikut untuk
mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB. Sehingga bangsa-
bangsa Asia-Afrika tidak mau terlibat dalam Perang Dingin, karena ingin
memusatkan perhatian kepada pembangunan yang memerlukan kerja sama.
 Sejarah Terwujudnya Konferensi Asia-Afrika
Sebelum diladakannya Konferensi Asia Afrika (KAA), ada persiapan-
persiapan yang dilakukan dengan melaksanakan Konferensi di Colombo
(Konferensi Panca Neraga I) dan juga Konferensi Bogor (Konferensi Panca
Negara II).
1. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi di Colombo dilaksanakan Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954,
bertempat di ibu kota Srilangka. Acara ini dihadiri oleh 5 negara sekaligus
akan menjadi sponsor KAA diantaranya:
1. Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo sebagai wakil Indonesia
2. Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru sebagai wakil India
3. Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah sebagai wakil Pakistan
4. Perdana Menteri Unu sebagai wakil Birma (Myanmar)
5. Perdana Menteri Sir John Kotelawala sebagai wakil Srilangka
Dikonferensi ini, Indonesia mengusulkan supaya diadakan konferensi yang
lebih luas jangkauannya, tidak hanya negara-negara Asia saja, tetapi beberapa
negara Afrika juga. Usulan ini disambut positif dengan Perdana Menteri Ali
Sastroamidjoyo diberi mandat menjajagi kemungkinan diadakannya
konferensi Asia-Afrika. Hasil dari konferensi Colombo ini adalah:
1. Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
2. Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
3. Menyetujui serta mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan
memilih Indonesia sebagai penyelenggara.
2. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Konferensi di Bogor dilaksanakan pada tanggal 28-31 Desember 1954.
Konferensi ini sebagai kelanjutan dari Konferensi Colombo, dan negara-
negara sponsor akan mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia untuk
mempersiapkan KAA. Rekomendasi dalam sidang ini, yaitu:.
1955. Mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung di bulan April
1955.
1956.Menetapkan kelima negara peserta konferensi Colombo untuk
negara-negara sponsor.
1957.Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang diundang.
1958.Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika.

 Tujuan Konferensi Asia-Afrika


Konferensi Asia-Afrika diadakan untuk tujuan berikut:
1. Menghapus/menghilangkan diskriminasi ras dan kolonialisme.
2. Memperhatikan kedudukan Asia-Afrika dan rakyatnya, serta memberikan
sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dan juga kerja sama
internasional
3. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan jugaa
kebudayaan dalam hubungannya dengan negara-negara peserta
4. Mengembangkan peranan Asia-Afrika di dunia dan juga ikut serta
mengusahakan perdamaian
 Pokok-Pokok dalam Pembicaraan Konferensi Asia-Afrika
Pokok-pokoknya antara Lain, Yaitu:
1. Kerja sama ekonomi
2. Kerja sama budaya
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
4. Masalah kolonialisme, imperialisme seperti Belanda di Irian barat, Prancis
di Maroko, Aljazair dan Tunisia
5. Masalah perdamaian dunia dan kerjsa sama internasional
 Hasil dari Konferensi Asia-Afrika
Keputusan yang dihasilkan Konferensi Asia-Afrika dan sudah disepakati para
peserta diantaranya :
1. Kerja sama Ekonomi, antara lain mengusahakan kemajuan ekonomi,
memajukan perdagangan, saling memberikan bantuan teknik dan
mendirikan bank-bank.
2. Kerja sama Budaya, antara lain memajukan kerja sama kebudayaan
sebagai jalan terpenting untuk mendapatkan pengertian antara negara-
negara Asia-Afrika, memajukan pendidikan dan pengajaran dengan
pertukaran pelajar, pelatih dan guru.
3. Masalah hak asasi manusia, antara lain menjunjung tinggi hak asasi
manusia seperti yang tercantum dalam piagam PBB serta menentang ras
dikriminasi.
4. Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, antara lain menentang
adanya imperialisme dan menuntut kemerdekaan bagi rakyat Aljazair,
Maroko dan Tunisia.
5. Masalah lainnya, antara lain mengakui hak bangsa arab di Palestina dan
menuntut soal Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya
wilayah Irian Barat kepada Indonesia serta menuntut hal wilayah Aden
bagi Yaman.
 Peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika
1. Indonesia ikut memprakarsai dan juga sebagai tempat penyelenggaraan
Konferensi Pancanegara II berlangsung pada tanggal 28-29 Desember
1954 di Bogor. Konferensi ini merupakan pendahuluan dari Konferensi
Asia-Afrika.
2. Indonesia ikut memprakarsai dan juga sebagai tempat penyelenggaraan
Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955
di Gedung Merdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam Konferensi tersebut
beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting, diantaranya:
3. Ali Sastroamidjoyo sebagai ketua konferensi, Sekretarisnya Jenderal
Konferensi : Ruslan Abdulgani sebagai sekretaris jenderal konferensi, Mr.
Muh. Yamin sebagai ketua komite kebudayaan, Prof. Ir. Roseno sebagai
ketua Komite Ekonomi.

2. Misi Garuda
Misi Garuda merupakan pasukan yang dibentuk dan dikirim oleh pemerintah
Indonesia untuk membantu negara-negara yang sedang dilanda konflik.
 Latar Belakang Pembentukan
Sejak diproklamasikannya kemerdekaan, Indonesia sangatlah menjunjung
adanya persamaan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu pun tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia akan menentang semua bentuk
pelanggaran hak asasi manusia dan akan turut serta menjaga perdamaian
dunia. Dengan adanya persamaan misi, Indonesia turut mendukung PBB untuk
menyelesaikan konflik-konflik antarnegara. Dengan hal itu, Indonesia telah
dipercaya untuk turut serta ke dalam pasukan perdamaian dunia yang berada
di bawah koordinasi Dewan Keamanan PBB. Pasukan perdamaian dunia yang
dibentuk PBB terdiri atas beberapa pasukan yang berasal dari berbagai negara
dengan kesatuan misi. Indonesia pun turut mengirim pasukan perdamaiannya
yang kemudian disebut dengan Misi Garuda atau Pasukan Garuda.
 Tujuan Pembentukan
Pembentukan Misi Garuda ini merupakan bentuk nyata keterlibatan Indonesia
dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia di berbagi belahan dunia.
Pembentukan Misi Garuda bertujuan untuk menjalankan tugas sebagai “Peace
Keeping Force”atau yang disebut dengan Pasukan Pemelihara Perdamaian.
 Konflik yang Berhasil Ditangani
Pengiriman pasukan Misi Garuda ini secara aktif masih dilakukan oleh
pemerintah Indonesia hingga saat ini. Setiap terjadi konflik di suatu daerah,
Indonesia selalu berupaya untuk dapat mengirimkan pasukannya ini ke daerah
tersebut untuk menyelesaikan konflik. Adapun beberapa daerah yang
mendapat bantuan Pasukan Misi Garuda ini sebagai berikut:
1. Konflik di Kongo
Pemerintah Indonesia sempat mengirimkan pasukan Misi Garuda II dan
III pada tahun 1960 serta 1962. Pada saat itu pengiriman pasukan
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Kongo. Dalam
penyelesaian konflik tersebut pasukan Misi Garuda bergabung dengan
pasukan perdamaian dunia yang berasal dari berbagai negara di bawah
misi United Nations Operations in Congo (UNOC).Dengan keberhasilan
Pasukan Misi Garuda dalam menyelesaikan konflik tersebut, pasukan Misi
Garuda mendapat julukan Les Spiritesses dari penduduk lokal Kongo.
Julukan tersebut berasal dari pakaian putih yang selalu dipakai oleh
Pasukan Misi Garuda dalam menangani konflik.
2. Konflik di Vietnam
Pemerintah Indonesia juga pernah mengirimkan Pasukan Misi Garuda ke
Vietnam pada tahun 1973-1974. Pasukan yang dikirim pemerintah
Indonesia untuk menyelesaikan konflik di Vietnam ialah:
 Pasukan Misi Garuda IV yang berada di bawah komando Brigjen Wiyogo
Atmodarminto.
 Pasukan Misi Garuda V yang berada di bawah pimpinan Brigjen Harsoyo.
 Pasukan Misi Garuda VII yang berada di bawah pimpinan Brigjen S.
Sumantri.

3. Konflik di Timur Tengah


Pemerintah Indonesia sangat menaruh simpati penuh terhadap konflik
negara yang saat itu berada di Timur Tengah. Hingga pemerintah
Indonesia mengirim empat pasukan Misi Garuda ke sana dengan empat
periode yang berbeda. Pasukan tersebut adalah Pasukan Misi Garuda VI,
VIII, IX dan XI yang dikirim secara berbeda pada tahun 1973, 1974,
1990, dan 1992 dalam upaya untuk menjaga perdamaian di kawasan
Timur Tengah. Pada saat itu Timur tengah dilanda konflik yang besar
akibat perang teluk dengan melibatkan berbagai negara seperti, Irak, Iran
dan Kuwait.Dalam hal menjaga perdamaian di Timur Tengah pemerintah
kembali mengirimkan pasukan Misi Garudanya pada tahun 2006-
2007.Misi Garuda yang dikirim oleh pemerintah Indonesia ditempatkan di
Lebanon Selatan dan bergabung dengan pasukan perdamaian dunia
lainnya, di bawah komando United Nations Interim Force in Lebanon
(UNIFIL). Keterlibatan Misi Garuda dalam konflik ini berlangsung hingga
tahun 2017.
4. Konflik di Kamboja
Pada saat Kamboja dilanda konflik, PBB membentuk United Nation
Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) guna menjadi pasukan
penjaga perdamaian di Kamboja.Pemerintah Indonesia kembali
menunjukkan partisipasi aktifnya dalam mewujudkan perdamaian dunia
dengan mengirimkannya pasukan misi garuda XII ke Kamboja.Tugas
yang diemban oleh Pasukan Misi Garuda XII adalah untuk mencegah
gencatan senjata dan mengawasi adanya pergantian kekuasaan di
Kamboja.
5. Konflik di Bosnia
Pemerintah Indonesia kembali mengirimkan pasukannya untuk bergabung
dengan United Nations Protective Force (UNPROFOR) guna mengatasi
konflik yang berada di Bosnia.Pasukan yang berhasil dikirim oleh
Indonesia adalah Pasukan Misi Garuda XIV. Misi Garuda XIV diberi
tugas untuk menjaga keamanan rakyat atau Civil Police nya
Bosnia.Hingga pada tahun 2019, pemerintah Indonesia secara aktif terus
mengirimkan pasukan perdamaiannya ke negara negara yang dilanda
konflik.Tidak hanya ditugaskan untuk menjaga perdamaian, Misi Garuda
juga menjalankan berbagai misi kemanusiaan pada negara-negara
berkonflik.

3. Deklrasi Djuanda
Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana
Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara
dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi
Djuanda pada intinya menyatakan tentang wilayah negara Republik Indonesia.
Sebelum ada deklarasi ini, wilayah negara Indonesia masih mengacu kepada
peraturan zaman kolonial Hindia Belanda yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
 Latar Belakang Dan Tujuan :
TZMKO 1939 membuat wilayah Indonesia terpecah-belah dan tidak berada
dalam satu kesatuan. Pulau-pulau yang ada di dalam wilayah Indonesia tidak
saling terhubung dan dipisahkan oleh perairan internasional. Perairan
internasional adalah zona yang bebas untuk dilayari oleh kapal-kapal negara
asing. Tiap negara boleh untuk melaksanakan kegiatan apa pun, baik yang
menguntungkan atau merugikan kedaulatan Indonesia. Indonesia keberatan
dengan peraturan tersebut karena TZMKO 1939 tidak memperhatikan sifat
khusus negara Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago). Padahal,
Indonesia memiliki 17 ribu pulau yang harus dijaga kesatuan dan
pertahanannya.Oleh karena itu, dibutuhkan peraturan yang mampu untuk
melindungi wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, dan Deklarasi
Djuanda menjadi pembuka jalan untuk melawan TZMKO 1939 dan usaha
untuk mendapatkan pengakuan internasional. Deklarasi Djuanda merupakan
akar dari Pasal 25 Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Dalam pasal tersebut,
Indonesia mengesahkan identitasnya sebagai “negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.” Merujuk pada modul Sejarah Indonesia (2020:8) yang
diterbitkan oleh Kemendikbud, tujuan dari Deklarasi Djuanda adalah untuk
mewujudkan wilayah negara Indonesia yang utuh, menentukan batas wilayah
Indonesia yang sesuai dengan asas kepulauan, dan untuk mengatur lalu lintas
pelayaran.

 Tokoh dan Isi Deklarasi Djuanda


Tanggal 13 Desember 1957, Ir. H. Djuanda Kartawidjaja selaku Perdana
Menteri Republik Indonesia kala itu mendeklarasikan “Pengumuman
Pemerintah mengenai Perairan Negara Republik Indonesia” atau yang
kemudian disebut sebagai Deklarasi Djuanda. Inti dari Deklarasi Djuanda
adalah bahwa Indonesia berdaulat secara mutlak atas seluruh wilayah perairan
di sekitarnya. Rinciannya adalah sebagai berikut:
”Segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau
atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia,
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar
daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian
merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia.
Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing
dijamin selama dan sekadar tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia.”
Jika disimpulkan, isi Deklarasi Juanda dapat diringkas sebagai berikut:
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai
corak tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu
kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah
keutuhan wilayah Indonesia.

Deklarasi Djuanda ditetapkan secara konstitusional melalui Peraturan


Pemerintah Nomor 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dalam peraturan
tersebut, lebar laut Indonesia yang awalnya hanya 3 mil berganti menjadi
seluruh “laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia.”

 Hasil dan Dampak Deklarasi Djuanda


Dengan adanya Deklarasi Djuanda, Indonesia memiliki kedaulatan untuk
mengelola dan menjaga keamanan seluruh wilayah kelautan. Dampak lain
yang dirasakan adalah penambahan luas wilayah laut Indonesia yang awalnya
2.027.087 km², meningkat 2,5 kali lipat menjadi 5.193.250 km².
Bagi negara asing, Deklarasi Djuanda membuat kapal-kapal yang biasanya
mencari ikan di perairan Indonesia tidak dapat melakukan mobilisasi secara
bebas karena seluruh sumber daya laut telah menjadi milik Indonesia. Lebih
lanjut, dampak Deklarasi Djuanda secara internasional bahkan mengubah
peraturan batas laut secara internasional. Awalnya, Deklarasi Djuanda tidak
dapat diterima secara internasional. Deklarasi ini dikhawatirkan oleh sejumlah
negara tetangga akan membatasi pergerakan akses perairan ke daerah
penangkapan ikan.Indonesia juga dikecam karena telah berpotensi
mengganggu mobilitas perairan internasional. Selain itu, Indonesia dianggap
telah melanggar TZMKO 1939 terkait batas wilayah laut. Agar kedaulatan
mutlak atas perairan negara diakui, Indonesia terus mengupayakan adanya
peraturan perairan baru melalui forum-forum internasional.Perjuangan
Indonesia berhasil. Melalui Konvensi Hukum Laut PBB di Montego Bay,
Jamaika, kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan dan peraturan
tentang batas laut diakui dunia. Selanjutnya, Indonesia meneguhkan konvensi
tersebut melalui Undang-Undang nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

4. Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari 120
negara yang menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun
Gerakan ini bermula pada 1950-an sebagai upaya beberapa negara untuk menghindari
terpolarisasi dunia Perang Dingin. Berdasarkan prinsip yang disepakati pada
Konferensi Bandung 1955, GNB didirikan pada 1961 di Beograd, SR, Serbia,
Yugoslavia. Hal ini terjadi melalui inisiatif Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru,
Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Soekarno, Presiden Mesir Gamal Abdel
Nasser, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.

 Latar Belakang
GNB bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau
Konferensi Asia-Afrika (KAA), sebuah konferensi yang diadakan di Bandung,
tahun 1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin negara dari 29 negara
berkembang di Asia-Afrika. Konferensi ini mendiskusikan tentang masalah-
masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru saja
berkembang. Namun KAA saja tidak cukup. Karena ada negara berkembang
yang baru merdeka juga, yaitu Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika.
Maka setelah KAA Bandung, pada 1956 ada pula Deklarasi Brijuni yang
digelar di Pulau Brijuni, Yugoslavia. Deklarasi tersebut ditandatangani
Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal
Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Setelah Perang Dunia II, AS
dan Uni Soviet mengalami Perang Dingin. Perang Dingin adalah ketegangan
plitik yang terjadi antara Barat (AS dan Sekutu NATO) dengan Uni Soviet dan
negara satelitnya. Yang menjadi sasaran adalah negara-negara berkembang
yang baru merdeka, seperti Indonesia dan India.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri
India, dan pemimpin dunia lainnya mencetus GNB. GNB terbentuk melalui
Konferensi Beograd yang digelar pada 1961. Di sana, para negara yang tidak
berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak
terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Lahirnya GNB ini
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari
Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan
antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia).
 Pelopor
Pendiri dari gerakan ini adalah:
1. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.
2. Presiden Ghana Kwame Nkrumah.
3. Presiden Soekarno.
4. Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
5. Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Kata non-blok sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Perdana Menteri India,
Nehru, melalui pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Ia menjelaskan
lima pilar yang kemudian dijadikan basis dari GNB, yaitu:
1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
 Tujuan
Tujuan utama dari GNB adalah guna mengupayakan hak untuk menentukan
nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas negara
anggota. GNB juga menentang adanya apartheid (sistem pemisahan ras) serta
tidak memihak pakta militer manapun. Gerakan ini juga menolak segala
macam bentuk imperialisme dan kolonialisme, serta mendukung pelucutan
senjata, dan tidak mencampuri urusan negara lain. Dalam ekonomi, GNB
berkomitmen dalam pembangunan ekonomi-sosial, restrukturisasi
perekonomian internasional, serta kerjasama atas dasar persamaan hak.

 Prinsip
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam KTT
Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Dasasila
Bandung adalah 10 poin hasil pertempuan KTT Asia-Afrika pada 18-25 April
1955 di Bandung. Isi Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas
yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa,
besar maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan
dalam negeri negara lain
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara
sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak
melakukannya terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan
politik suatu negara
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya,
menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBBcc
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

 Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok


Gerakan Non-Blok mempunyai makna yang sangat penting dalam peran
bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka dan netral. Dimana netral
disini artinya Indonesia tidak memihak pada blok tertentu, baik itu Timur
ataupun Barat. Indonesia juga memilih untuk menentukan jalan sendiri dalam
upaya membantu terciptanya tujuan dunia dengan menyelenggarakan
persahabatan dengan segala bangsa. Indonesia juga senantiasa memegang
teguh prinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Sikap ini secara langsung dan
berlanjut ditujukan ke Indonesia dalam kiprah yang baik pada kepemimpinan
Soekarno pada tahun 1992 sampai 1995.

DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, V. (2021, 06 03). Gerakan Non-Blok: Latar Belakang, Pelopor, Tujuan,


dan
Prinsip.RetrievedKompas.com:https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/03/133931579/
gerakan-non-blok-latar-belakang-pelopor-tujuan-dan-prinsip?page=all

DuniaPendidikan.Co.ID . (2018). Konferensi Asia Afrika. Retrieved from


duniapendidikan.co.id: https://duniapendidikan.co.id/konferensi-asia-afrika/

Fatimatuzzahro. (2022). Sejarah Isi Deklarasi Djuanda: Tujuan, Tokoh, Hasil, & Dampaknya.
Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/sejarah-isi-deklarasi-djuanda-tujuan-tokoh-hasil-
dampaknya-gjVP

Syifa, S. (2022). Misi Garuda: Latar Belakang, Tujuan dan Konflik yang Ditangani.
Retrieved from HaloEdukasi.com: https://haloedukasi.com/misi-garuda

Anda mungkin juga menyukai