Anda di halaman 1dari 11

PERWUJUDAN PERDAMAIAN DUNIA DALAM

KONFERENSI ASIA-AFRIKA

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Nama Anggota : 1. M. Rizky Putra Kusuma

2. Natasya Putri Anugrah Heny Purba

3. Reza Syahfalevi

4. Rodi Hatam Mardiah

5. Shafa Mutamayyizah

6. Wahyu Sadewa

Kelas : XI IPA 1

Mata Pelajaran: Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

Guru Pembimbing : Mufiyanti S.Pd,M.Hum

SMA NEGERI 1 TALANG KELAPA

Tahun Ajaran 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-
negara Asia dan Afrika. Konferensi ini juga dikenal dengan sebutan Konferensi Bandung karena
diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955. Usai Perang Dunia II, dunia terpecah menjadi
dua bagian yaitu blok barat dan blok timur. Blok barat terdiri dari negara-negara berpaham
liberalis, sementara blok timur berpaham komunis. Keduanya berebut pengaruh pada bangsa-
bangsa lain. KAA diprakarsai oleh lima negara yaitu Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan
Pakistan. KAA dihadiri oleh 29 negara. KAA tak terlepas dari keberadaan Konferensi Colombo 28
April-2 Mei 1954 saat Indonesia mengemukakan gagasan tentang pertemuan negara-negara Asia-
Afrika. Dari konferensi tersebut, lahirlah KAA dengan pertemuan perdana menghadirkan 29
negara di kawasan Asia-Afrika.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, KAA
bertujuan mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika, meninjau masalah-masalah
hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika, menjalin
kerukunan antarumat beragama di wilayah Asia dan Afrika, memberikan sumbangan untuk
memajukan perdamaian dan kerja sama dunia, mencanangkan gerakan politik untuk melawan
kapitalisme asing dan terakhir melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni
Soviet, dan negara imprialis lain. Sunario selaku Menteri Luar Negeri Indonesia pada waktu itu
mengatur kegiatan KAA selama satu pekan tersebut dan lahirlah 10 prinsip atau Dasasila
Bandung. Berikut isi Dasasila Bandung.
B. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan memiliki tujuan agar pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai konferensi Asia-Afrika serta mengetahui bahwa konferensi Asia-Afrika
adalah termasuk salah satu perwujudan perdamaian dunia yang melibatkan peranan Indonesia
di dalamnya.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu konferensi Asia-Afrika?
2. Apa saja peranan negara Indonesia dalam konferensi Asia-Afrika?
3. Apa saja Dampak konferensi Asia-Afrika?
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. PENGERTIAN KONFERENSI ASIA-AFRIKA.

Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah konferensi yang terjadi pada 18-24 April 1955 di Gedung
Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Konferensi Asia Afrika merupakan sebuah konferensi tingkat tinggi
yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika ini
diprakarsai oleh lima negara yakni Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan. Konferensi Asia
Afrika adalah gagasan yang lahir dari perasaan senasib sepenanggungan antara negara-negara di
kawasan Asia dan Afrika sebagai dampak dari Perang Dunia II. Selain itu, Konferensi Asia Afrika juga
merupakan bentuk solidaritas negara-negara perwakilan untuk berupaya menghapus penjajahan dari
negerinya dan negeri di sekitar Asia-Afrika. Latar belakang diadakannya konferensi ini adalah
kesamaan nasib negara-negara di Asia-Afrika pasca-Perang Dunia II. Negara-negara berkembang yang
melihat suasana tersebut terdorong untuk mencari jalan keluar membantu meredakan ketegangan dan
menciptakan perdamaian dunia.

B. SEJARAH KONFERENSI ASIA-AFRIKA


★ Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika.

Pasca berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia. Dunia mengalami ketegangan emosional dan
psikologis .Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru. Penjajahan yang
dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15.
Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia yang telah memperoleh kemerdekaannya,
ternyata masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia,
Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka pun
masih banyak yang menghadapi masalah sisa penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden,
dan Palestina. Selain itu konflik antar kelompok masyarakat di dalam negeri pun masih berkecamuk
akibat politik devide et impera. Dunia terpecah menjadi dua bagian yaitu blok barat dan blok timur.
Dimana dua blok kekuatan itu saling bertentangan secara ideologi. Blok Barat yang dipimpin oleh
Amerika Serikat , terdiri dari negara-negara yang berpaham liberalis dan kapitalis. Sementara itu, Blok
Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet yang beranggotakan dari negara-negara yang berpaham komunis.
Kedua blok saling berebut pengaruh terhadap bangsa-bangsa lain dan semakin memanaskan situasi
dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-
Cina. Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan
dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia.

Meskipun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
berfungsi menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil
menyelesaikan persoalan tersebut, sementara akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini
sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Melihat tidak kestabilan kondisinya
dunia, Indonesia sebagai negara yang anti penjajahan dan berkomitmen sebagai negara yang netral
memprakarsai kegiatan penting dalam sejarah dunia yaitu konferensi Asia Afrika (KKA).

★ Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana
menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan
(Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan
tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu,
Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo,
untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo
tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah
didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan
nasional melawan penjajahan.

Sebagai persiapan, maka Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para
Kepala Perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat
pada 9 – 22 Maret 1954, untuk membahas rumusan yang akan dibawa oleh Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo pada Konferensi Kolombo, sebagai dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan
kerja sama regional di tingkat Asia Afrika. Pada 28 April – 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung
untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Dalam konferensi
tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya diadakan pertemuan
lain yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia. Mengingat masalah-masalah krusial yang
dibicarakan itu tidak hanya terjadi di Negara-negara Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut
tetapi juga dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia lainnya. Usul tersebut diterima oleh semua
peserta konferensi walaupun masih dalam suasana skeptis. Konferensi memberikan kesempatan
kepada Indonesia untuk menjajaki kemungkinannya dan keputusan ini dimuat di bagian akhir
Komunike Konferensi Kolombo.

★ Usaha-usaha Persiapan Konferensi

Pemerintah Indonesia melalui saluran triplomatik, melakukan pendekatan kepada 18 negara Asia
Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut ide pelaksanaan konferensi
Asia Afrika.Ternyata pada umumnya mereka menyambut baik ide ini dan menyetujui Indonesia
sebagai tuan rumah konferensi tersebut, walaupun mengenai waktu penyelenggaraan dan peserta
konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda. Pada 18 Agustus 1954, melalui suratnya, Perdana
Menteri Jawaharlal Nehru dari India mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan
situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih disertai
keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana
Menteri Indonesia pada 25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi
tersebut, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdana Menteri
Indonesia :
“Para perdana menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang
mewakili Negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan
akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang
dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin“.Dalam persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika, dibentuk Sekretariat Bersama yang diwakili oleh lima negara penyelenggara.
Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang juga
menjadi ketua badan itu, dan 4 negara lainnya diwakili oleh kepala-kepala perwakilan mereka masing-
masing di Jakarta, yaitu Kuasa Usaha U Mya Sein (Birma), Duta Besar M. Saravanamuttu (Ceylon), Duta
Besar B.F.H.B. Tyabji (India), dan Duta Besar Choudhri Khaliquzzaman (Pakistan).

Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma, U Nu, pada 28 September 1954. Pada
28 – 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta
Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor,
untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Konferensi tersebut berhasil merumuskan
kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika.
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika dan Indonesia dipilih
menjadi tuan rumah pada konferensi tersebut, yang ditetapkan akan berlangsung pada akhir minggu
April tahun 1955. Presiden Indonesia, Soekarno, menunjuk Kota Bandung sebagai tempat
berlangsungnya konferensi.

★ Menjelang Konferensi Asia-Afrika

Pemerintah Indonesia sendiri membentuk Panitia Interdepartemental pada 11 Januari 1955 yang
diketuai oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya
berasal dari berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi tersebut.

Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuklah Panitia Setempat pada 3 Januari 1955,
dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas
mempersiapkan dan melayani hal-hal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi,
kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain. Gedung Concordia dan
Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel
Preanger, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di sepanjang Jalan Cipaganti, Lembang, dan
Ciumbuleuit dipersiapkan sebagai tempat menginap para peserta yang berjumlah lebih kurang 1.500
orang. Selain itu, disediakan juga fasilitas akomodasi untuk lebih kurang 500 wartawan dalam dan luar
negeri. Keperluan transportasi dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir
dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada 7 April 1955, Presiden
Indonesia Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka,
Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia
Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan
menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuannya. Ketua penyelenggara Konferensi Asia
Afrika adalah perdana menteri Ali Sastroamidjojo dan dibuka oleh presiden Ir Soekarno. Dalam
Konferensi tersebut diundang 30 negara yang berada di kawasan Asia Afrika, namun hanya dihadiri 29
negara karena Federasi Afrika Tengah tidak turut hadir karena kondisi negara yang belum stabil sebab
memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya.sedangkan 29 negara lainnya
menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Negara-
negara Peserta Konferensi Asia-Afrika : Afghanistan, Indonesia, Pakistan, Birma, Iran Filipina, Kamboja,
Irak, Iran, Arab Saudi, Ceylon, Jepang, Sudan, Republik Rakyat Tiongkok, Yordania, Suriah, Laos,
Thailand, Mesir, Libanon, Turki, Ethiopia, Liberia, Vietnam (Utara), Vietnam (Selatan), Pantai Emas,
Libya, India, Nepal dan Yaman.

★ Asia-Afrika Bergema Dari Bandung

Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung untuk
menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia
Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang ingin
menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai negara. Sementara itu, para petugas keamanan
yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan
ketertiban. Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-
masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di
sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para
delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama “Langkah
Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung
Merdeka.

Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad
Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik
“merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu
disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor. Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan
lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato
pembukaan yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru
dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya,
agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan
oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha
mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau
mengatakan :

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia
dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu,
dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap
konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat
manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap,
bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa
Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!

Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan
adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan
pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya. Pada pukul 10.45 WIB.,
Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara
aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat
Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi. Kelancaran jalannya
konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan
delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara,
pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain
bahwa prosedur dan acara konferensi ditempuh dengan sesederhana mungkin dan dalam memutuskan
sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat (sistem konsensus). Sidang konferensi
terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk
tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan
tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

● Ketua Konferensi : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia.

● Ketua Komite Politik : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia.

● Ketua Komite Ekonomi : Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia.

● Ketua Komite Kebudayaan : Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan


Kebudayaan Indonesia.
● Sekretaris Jenderal Konferensi : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
Negeri Indonesia.

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan
politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan,
bahkan sampai pada tahap yang relatif panas. Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan
sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu
selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri. Setelah melalui sidang-sidang
yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang
direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam
Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap
panitia (komite) sebagai hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut,
kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua
konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.

Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :
● Kerja sama ekonomi;

● Kerja sama kebudayaan;

● Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;

● Masalah rakyat jajahan;

● Masalah-masalah lain;

● Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila
Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan
perdamaian dan kerja sama dunia.

C. TUJUAN KONFERENSI ASIA-AFRIKA

Berikut ini tujuan Konferensi Asia Afrika yang dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan,antara lain:

● Mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika.

● Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia
dan Afrika.
● Menjalin kerukunan antarumat beragama di wilayah Asia dan Afrika.

● Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

● Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing.

● Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara imperialis
lain.
D. DASASILA BANDUNG

Konferensi Asia Afrika juga melahirkan 10 prinsip yang tercantum dalam "DECLARATION ON THE
PROMOTION OF WORLD PEACE AND COORPORATION" atau yang lebih dikenal dengan nama dasasila
bandung, isi dasasila bandung tersebut antara lain:

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam
Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif,
sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus
negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap
keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui
perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya
yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
E. PERAN INDONESIA DALAM KONFERENSI ASIA-AFRIKA.

Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara dari Asia dan Afrika, salah satunya adalah Indonesia.
Dalam Konferensi Asia Afrika ini, Indonesia memiliki peran yang cukup banyak. Pertama, Indonesia
sebagai tuan rumah dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955. Kedua, Indonesia
merupakan salah satu penggagas dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika bersama empat negara
lainnya. Ketiga, sebagai tuan rumah, Indonesia juga otomatis menjadi panitia pelaksana Konferensi
Asia Afrika. Menjelang pelaksanaan mempersiapkan KAA, dibentuklah Sekretariat Bersama yang
diwakili oleh lima negara penyelenggara. Indonesia sendiri turut mempersiapkan Panitia
Interdepartemental untuk membantu persiapan menuju KAA. Terakhir, Indonesia mendirikan sebuah
Museum Konferensi Asia Afrika. Penggagas berdirinya Museum tersebut adalah Profesor Mochtar
Kusumaatmadja selaku Menteri Luar Negeri Indonesia yang menjabat pada periode 1978-1988. Beliau
menyampaikan gagasannya pada rapat Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Konferensi Asia Afrika
yang ke-25. Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan Presiden Soeharto pada 24 April 1980 dalam
puncak peringatan ulang tahun KAA ke-25.

F. MANFAAT KONFERENSI ASIA-AFRIKA

Konferensi Asia Afrika (KAA) membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-
negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, juga masalah kolonialisme
dan perdamaian dunia. Melansir laman Kemdikbud, berikut ini tujuan konferensi Asia-Afrika.

● Mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika

● Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia
dan Afrika
● Menjalin kerukunan antarumat beragama di wilayah Asia dan Afrika

● Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia

● Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing

● Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imprialis
lainnya.

Selain itu juga Konferensi Asia Afrika memiliki manfaat bagi dunia dan Indonesia. Berikut ini
manfaat KAA bagi dunia dan Indonesia.
● Mengurangi ketegangan dunia.

● Mengobarkan semangat negara-negara terjajah, khususnya di kawasan Asia dan Afrika untuk
melepaskan diri dari penjajahan.
● Mengupayakan penghapusan politik Apartheid di Afrika Selatan.

● Adanya kelompok netral yang menjadi penengah di antara Blok Barat dan Blok Timur yang
selalu bersaing semasa Perang Dingin.
● Bertambahnya negara-negara yang menganut sistem politik luar negeri bebas aktif.

● Memupuk semangat kerja sama dan persahabatan antara negara dan bangsa-bangsa Asia Afrika.

● Bagi Indonesia, KAA memperbanyak dukungan atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI.
G. DAMPAK KONFERENSI ASIA-AFRIKA

konferensi tersebut benar-benar membuahkan hasil. Indonesia dan negara-negara di Asia Afrika
juga turut merasakan dampak dari hasil konferensi tersebut.

⮚ Bagi Indonesia

● Perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat mendapat dukungan dari negara-negara Asia
Afrika.
● Politik luar negeri bebas aktif yang dijalankan Indonesia mulai diikuti negara-negara yang tidak
masuk bok barat atau blok timur.
⮚ Bagi negara-negara di Asia Afrika

● Perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk memperoleh kemerdekaan semakin meningkat.

● Meningkatnya kedudukan bangsa-bangsa Asia Afrika dalam percaturan politik dunia.

● Munculnya kerja sama dan hubungan yang baik antar negara Asia Afrika di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya.
⮚ Bagi dunia

● Ketegangan dunia mulai berkurang.

● Australia dan Amerika Serikat mulai menghapuskan politik diskriminasi rasial.

● Negara-negara kolonialis-imperialis mulai melepaskan daerah-daerah jajahannya.

BAB III

PENUTUP

★ KESIMPULAN
Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-
negara Asia dan Afrika. Konferensi ini juga dikenal dengan sebutan Konferensi Bandung karena
diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955. Indonesia sebagai negara yang netral, tidak
masuk ke dalam blok Barat maupun Blok Timur, memprakarsai sebuah konferensi perdamaian
dunia, yakni Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung,
pada 18-25 April 1955. Diketuai oleh P.M. Ali Sastroamijoyo dan dibuka oleh Presiden Soekarno,
konferensi tersebut mengundang 30 negara di Asia-Afrika. Kendati demikian, ada 1 negara yang
tidak hadir pada saat itu, yakni Afrika Tengah (Rhodesia) karena negara tersebut masih berada
dalam kondisi yang belum stabil. Ternyata Konferensi Asia Afrika memiliki dampak, tidak hanya
bagi Indonesia maupun negara-negara di Asia Afrika saja tetapi juga memiliki dampak bagi
dunia. Kesuksesan KAA tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga terlihat pada masa
sesudahnya, di mana pengaruh dan peranan negara-negara Asia Afrika dalam hubungan
percaturan internasional meningkat dan disegani.

Anda mungkin juga menyukai