OLEH:
KELAS: XII MIPA 2
1. BRYAN M.N SERAN
2. CARLA NOVENIA BIRE
3. DESTI KURNIASIH ROPA
4. ELISABETH A.M DJAHIMO
5. FIONA I. ELI MANAFE
6. FIRLYA PUJA AMTARAN
TAHUN AJARAN:2021/2022
SMAN 3 KUPANG
SOAL:
Deskripsi tentang peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara lain : Konferensi
Asia Afrika, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, dan Gerakan Non-Blok.
JAWABAN:
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia
pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini mencerminkan apa yang mereka
lihat sebagai kekuatan Barat keengganan untuk berkonsultasi dengan mereka tentang
keputusan yang mempengaruhi Asia selama perang dingin, kekhawatiran mereka
tentang ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat. Keinginan
mereka untuk menyebarkan hubungan damai antara Cina dan Barat, penentangan
mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan
kekuasaan kolonial Perancis di Aljazair, Indonesia dan keinginan untuk
mempromosikan hak-hak mereka dalam konflik dengan Belanda di Irian Barat.
Sepuluh poin hasil dari pertemuan ini kemudian terkandung dalam apa yang
disebut Dasasila Bandung, yang berisi “pernyataan dukungan untuk kerusuhan dan
kerjasama dunia”. Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam
PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya menyebabkan pembentukan
Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Sejarah Konferensi Asia-Afrika
23 Agustus 1953 – Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di DPR
Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan
Afrika di perdamaian dunia.
25 April – 2 Mei 1954 – Pengadilan Berlangsung Colombo di Sri Lanka.
Hadir pada pertemuan para pemimpin India, Pakistan, Burma (sekarang
Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan
perlunya Konferensi Asia Afrika.
28-29 Desember 1954 – Untuk menyelesaikan ide masalah Percobaan Asia-
Afrika, yang diselenggarakan Pengadilan Bogor. Dalam uji coba ini
dirumuskan secara lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa yang
akan diundang.
18-24 April 1955 – Konferensi Asia Afrika berlangsung di Gedung Merdeka,
Bandung. Sidang ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan dipimpin oleh
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Hasil uji coba ini dalam bentuk
perjanjian yang dikenal sebagai Prinsip Sepuluh Bandung.
Latar Belakang Konferensi Asia-Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa
Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa
Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan
tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam
menanggapi masalah internasional.
Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang
berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina,
Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih
banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai
kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan
masa lampaunya.
B. Misi Garuda
Misi Garuda adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia ikut terlibat
melaksanakan Misi Pemeliharaan Perdamaian yang digelar Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Kontingen pasukan perdamaian Indonesia dikenal dengan sebutan
Kontingen Garuda (Konga). Kontingen Garuda terdiri dari Tentara Nasional indonesia
(TNI), polisi dan sipil yang ditugaskan ke negara yang mengalami konflik.
Namun, saat ini tugas MPP PBB semakin luas. Sebelumnya, MPP PBB
menghadapi konflik antar negara, sekarang mereka juga terjun ke dalam konflik
internal dan perang saudara, termasuk terorisme, radikalisme, penyakit menular, dan
sebagainya.
Mesir yang mengalami konflik militer skala besar, dibantu oleh Indonesia
yang berusaha membalas budi Mesir melalui mekanisme diplomasi PBB. Indonesia
mendukung PBB untuk mengirimkan pasukan perdamaian demi membantu
meredakan krisis. Akhirnya, Kontingen Garuda I dikirimkan ke Mesir pada 8 Januari
1967. Itulah yang menjadi awal mula Indonesia menjadi anggota penting dalam
pasukan penjaga perdamaian PBB.
Tujuan Pembentukan
Melihat hal ini, Kabinet Djuanda yang menaiki Kabinet Ali Sastroamidjojo
kemudian mengusulkan dibuatnya sebuah deklarasi yang menyatakan kepemilikan
Republik Indonesia atas laut-laut di sekitarnya. Hal ini merupakan gejala dari dunia
karena deklarasi ini melangkahi hukum laut yang telah disepakati sebelumnya.
Tujuan
Tujuan dari pernyataan Djuanda tidak lain adalah menegaskan kepemilikan
Indonesia atas wilayah laut di sekitar pulau-pulaunya. Djuanda menyatakan bahwa
Indonesia merupakan Archipelago State yang dengan prinsip-prinsipnya memiliki hak
atas laut-laut yang ada di sekitarnya. Serta mencegah terjadinya konflik akibat adanya
laut internasional di antara wilayah-wilayahnya. Konsepsi ini tentunya mendapat
tentangan dari dunia internasional. Pada dasarnya negara-negara lain belum ada yang
menggunakan konsep Archipelago State karena wilayah negaranya yang tidak
terpisah dengan laut yang amat panjang.
Pernyataan ini baru dapat diterima oleh dunia internasional setelah PBB pada
tahun 1982 menetapkan konvensi hukum laut ketiga. Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) dikeluarkan pada tahun tersebut serta
diratifikasi oleh negara-negara utama dunia. Keputusan ini diratifikasi Indonesia
dalam sebuah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 UNCLOS 1982. Adanya
deklarasi Djuanda merupakan peran besar Indonesia dalam mewujudkan konvensi
hukum laut yang disepakati dunia. Memberikan ketegasan serta dalam urusan laut
yang sangat penting bagi negara kepulauan seperti Indonesia.
Dampak
Dampak dari Deklarasi Djuanda 1957 dan selanjutnya melalui UNCLOS 1982
adalah luas wilayah yang bertambah kurang lebih 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km 2
kemudian menjadi 5.193.250 km 2 . Saat itu belum termasuk dengan Irian Barat yang
melalui jalan buntu kesepakatannya dengan Belanda. Selain itu, Indonesia juga berhak
atas lautan lepas yang berisi sumber daya alam sekaligus jalur dagang yang strategis.
Hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi ekonomi yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan sebelumnya. Tanggal 13 Desember kemudian disahkan oleh
Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Hari Nusantara pada tahun 1999, kemudian
oleh Presiden Megawati melalui Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001
tentang Hari Nusantara.
D. Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri
dari 120 negara yang menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar
apapun Gerakan ini bermula pada 1950-an sebagai upaya beberapa negara untuk
menghindari terpolarisasi dunia Perang Dingin. Berdasarkan prinsip yang disepakati
pada Konferensi Bandung 1955, GNB didirikan pada 1961 di Beograd, SR, Serbia,
Yugoslavia. Hal ini terjadi melalui inisiatif Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru,
Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Soekarno, Presiden Mesir Gamal Abdel
Nasser, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Latar Belakang
GNB bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau
Konferensi Asia-Afrika (KAA), sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, tahun
1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin negara dari 29 negara berkembang di
Asia-Afrika. Konferensi ini mendiskusikan tentang masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara bekas koloni Barat yang baru saja berkembang. Namun KAA saja
tidak cukup. Karena ada negara berkembang yang baru merdeka juga, yaitu
Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika. Maka setelah KAA Bandung, pada 1956
ada pula Deklarasi Brijuni yang digelar di Pulau Brijuni, Yugoslavia. Deklarasi
tersebut ditandatangani Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India
Jawaharlal Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Setelah Perang Dunia II,
AS dan Uni Soviet mengalami Perang Dingin. Perang Dingin adalah ketegangan plitik
yang terjadi antara Barat (AS dan Sekutu NATO) dengan Uni Soviet dan negara
satelitnya. Yang menjadi sasaran adalah negara-negara berkembang yang baru
merdeka, seperti Indonesia dan India.
https://www.studiobelajar.com/deklarasi-djuanda/#:~:text=Deklarasi%20Djuanda%20adalah
%20deklarasi%20yang,adalah%20termasuk%20kedaulatan%20Republik%20Indonesia
https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/03/133931579/gerakan-non-blok-latar-
belakang-pelopor-tujuan-dan-prinsip?page=all
https://www.scribd.com/presentation/443436133/MISI-GARUDA-pptx
https://haloedukasi.com/misi-garuda