DI
OLEH:
SMAN 4 MANDAU
TP2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat
rahmat-Nyasaya dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan Makalah
ini.Pembuatan Karya Tulis ini bertujuan untuk mendorong agar kita dapat aktif,
juga untuk menguji kemampuan dalam penulisan kreatif, dari sini guru bisa
memantau siswa dalammengikuti pelajaran pkn.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurna, oleh karena itu
segala bentuk kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan guna kesempurnaan.
Selanjutnya atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih dan harapan kami
semoga makalah ini berguna bagisemua.
Penulis
Konferensi Asia Afrika (KAA)
I. Latar Belakang
Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan
Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan
oleh Indonesia, Myanmar (Burma), Sri Lanka (Ceylon), India dan Pakistan, dan
dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955 pada Gedung Merdeka,
Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan
Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni
Soviet, atau negara imperialis lainnya. Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari
setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini
mencerminkan apa yang mereka lihat sebagai kekuatan Barat keengganan untuk
berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan yang mempengaruhi Asia selama perang
dingin, kekhawatiran mereka tentang ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan
Amerika Serikat.
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia
tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak
bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga
berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah
internasional.
Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan
terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya
bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan
adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal),
sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia,
pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.
Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di
Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil
mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma
(Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara
yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-
bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya.
Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat
masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu
dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai
usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai
arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia
pada umumnya.
Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan agar diadakan konferensi yang lebih luas
jangkauannya, tidak hanya negara-negara Asia, tetapi juga beberapa negara Afrika.
Gagasan ini disambut positip dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo mendapat mandat
untuk menjajagi kemungkinan dilaksanakan konferensi Asia-Afrika. Dalam konferensi
Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut.
Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih
Indonesia sebagai penyelenggara.
Dalam KAA ini negara-negara peserta terdiri dari 3 kelompok pandangan politiknya yang
berbeda, yaitu: kelompok yang pro Barat, seperti Filipina, Muang Thai, Pakistan, Iran,
dan Turki; kelompok yang beraliran Komunis yaitu RRC dan Vietnam Utara; dan
kelompok yang netral seperti India, Birma, Srilangka dan Indonesia, serta ada juga yang
belum menampakkan pandangan politiknya.
I. Latar Belakang
Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena
merupakan salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk
pembentukan organisasi bagi negara-negara yang baru merdeka.
Konverensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 merupakan proses
awalterbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA diselenggarakan pada tanggal 1824
April 1955dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala pemerintah dari benua Asia dan
Afrika yang barusaja menapai kemerdekaannya. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi
dan medalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya untuk menformulasikan
kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakati “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip
dasar bagi penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar bangsa-bangsa. Sejak saat itu
proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh
yangmemegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser,
PresidenIndonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh
dunia ini kemudiandikenal sebagai pendiri GNB.
GNB berdiri saat diselenggarakannya konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di
Beograd,Yugoslavia 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni
Afghanistan,Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Cango, Cuba, Cyprus,
Mesir, Ethiopia, Ghana,Guinea, India , Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali, Maroco, Nepal,
Arab Saudi, Somalia, Sudan,Suriah, Tunisia, Yugoslavia.
Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketepatan
untukmendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri
dari implikasi birokratik dalam membangun upaya bersama di antara mereka. Pada KTT I
juga dijelaskan bahwa di GNB tidak diarahkan pada suatu saran pasif dalam politik
Internasional, tetapi untukmemformulasikan posisi sendiri secara independen yang
merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB menepati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia,karena Indonesia
sejakawal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang
diselenggarakan diBandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-
prinsip utama GNB,merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam
mengawali pendirian GNB.Secara khusus, Presiden Soekarno juga diketahui sebagai
tokoh penggagas dan pendiri GNB.Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari
peran yang selama ini dikontribusikan, tetapilebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan
GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuankebangsaan Indonesi sebagaimana
tertuang dalam UUD 1945.
Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia bebas-aktif ternyata juga
sesuai dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka
sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat
ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara
Non Blok.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir
sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang
bebasaktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya
membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan
seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain sebagai salah
satunegara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan komitmen pada prinsip-
prinsip danaspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk
mampumenentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan
yang terjadi.