2013
MAKALAH KAA DAN GNB
Kelompok :3
Kelas : 11 IPA 3
Anggota :
1. Alisha Amelia D P
2. Anintya Rizki A
3. Deby Annisa
4. Desintha
Riesmakania
5. Farhan Faujan K
6. Nadiar Jua P
7. Rinaldo Limbong
SMAN 17 BANDUNG
5/3/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat rahmat-Nya
Pembuatan Karya Tulis ini bertujuan untuk mendorong agar kita dapat aktif, juga untuk
menguji kemampuan dalam penulisan kreatif, dari sini guru bisa memantau siswa dalam
Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Karenanya dalam
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis ini yang tidak dapat
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurna, oleh karena itu segala bentuk
kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan guna kesempurnaan. Selanjutnya atas kritik
dan sarannya kami ucapkan terima kasih dan harapan kami semoga makalah ini berguna bagi
semua.
Penulis.
Konferensi Asia-Afrika mungkin merupakan sejarah yang penting namun hampir terlupakan oleh
kita terkecuali jika kita berada dilingkungan sekolah. Berikut ini akan saya jelaskan sedikit tentang
Konferensi Asia Afrika yang pernah berlangsung di Bandung, Jawa Barat.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-
keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai
ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk
membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat;
penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan
kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka
dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila
Dasasila Bandung,
yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila
Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Nehru.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana
Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri
Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan
Pendahuluan Sebelum
Sebelum Konferensi
Konferensi Asia Afrika
a. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I) Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan
konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus
akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut.
Indonesia, diwakili oleh Perdana
Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal
Jawarhalal Nehru
Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
Birma (sekarang Myanmar), Menteri Unu.
Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri
Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala
Dalam konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut.
Indocina harus dimerdekakan penjajahan Perancis.
dimerdekakan dari penjajahan
Menuntut kemerdekaa
kemerdekaan Maroko.
n bagi Tunisia dan Maroko.
Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai
penyelenggara
Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan
kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil
penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam
Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara
yang akan diundang dan kesekretariatan. Rekomendasi yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai
berikut.
Mengadakan Konferensi
Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
Menetapkan kelima negara
negara peserta konferensi negara-negara sponsor.
konferensi Colombo sebagai negara-negara
Menetapkan 25 negara-negara
negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika.
Dapat di simpulkan bahwa latar belakang terjadinya KAA adalah sebagai berikut:
1. Bangsa-bangsa Asia – Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarah yakni samasama menjadi
sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa.
2. Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk
memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari kekuasaan
Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang membebaskan tanah airnya
dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
3. Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional yang
diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur.
4. Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belum terdapat kesadaran untuk bersatu,
yang kemudian Rusia dan Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam masalah tersebut.
5. PBB seringkali tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara. Seruan Dewan Keamanan
PBB sering dilanggar negara-negara yang sedang berselisih
6. Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negaranegara Asia-Afrika
agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
7. Bangsa-bangsa Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan
perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada
Non-Blok pada 1961.
1961.
II. FAKTOR-FAKTOR
a) Letak benua asia dan afrika yang berdekatan dan mampunyai kesamaan geografis.
b) Kedua benua memiliki kesamaan yang kuat bukan hanya faktor keturunan, akan tetapi juga faktor
agama dan sejarah.
c) Kedua benua juga memiliki kesamaan nasib, yaitu sama-sama dijajah oleh negara-negara eropa.
d) Setelah merdeka kedua beua juga memiliki persoalan yang harus dihadapi bersama.
Sebelum diadakan konferensi asia afrika pemuda asia mengadakan ‖ Kongres Liga Internasional
Anti Penjajahan dan Penindasan‖ di Brussel (Belgia) pada tanggal 15 Januari 1927. Selain itu
para peuda arab berkumpul di Bludan untuk membentuk Pan-Arabisme pada tanggal 18
september 1937. Pada tanggal 2 april 1947 Sri Pandhit Jawaharlal Nehru mengadakan Konferensi
Hubungan Antar Asia di New Delhi.
III. TUJUAN
1. Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta
untuk menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama.
2. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya
dengan negara-negara peserta.
3. Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa Asia-
Afrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.
4. Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk
meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
IV. DAMPAK
1) Berkurangnya ketegangan dan bahaya peperangan antara blok barat dan blok timur.
2) Peranan Negara Asia-Afrika sangat di butuhkan dalam setiap pengambilan keputusan sidang
umum PBB.
V. ANGGOTA
4) Srilangka,
5) Birma (sekarang Myanmar),
diwakili diwakili
oleh Perdana olehSir
Menteri Perdana Menteri Unu
John Kotelawala.
Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang
terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.
Konferensi Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan (hasil kerja) yang disepakati para peserta
sebagai berikut:
2. Kerja sama kebudayaan (antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan terpenting
untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia-Afrika, memajukan pendidikan dan
pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.)
- Bekerjasama yang lebih erat dalam lapangan kebudayaan sebagai salah satu jalan terpenting
untuk mewujudkan saling pengertian diantara Negara/bangsa Asia-Afrika.
- Mengutuk pelanggaran
beberapa daerah hak-hak seperti
di Asia-Afrika, dasar manusia
Tuniasia,dalam lapangan
Aljazair pendidikan
dan Maroko dan kebuadayaan
serta mengutuk di
rasialisme
digunakan sebagai alat penindasan dilapangan kebudayaan.
- Pengembangan kerjasama kebudayaan bukan dimaksudkan untuk mengecualikan/menyaingi
golongan bangsa-bangsa dan peradaban serta kebuadayaan lain, tetapi dikembangkan dalam
rangka hubungan kerjasama sedunia yang lebih luas. Disamping itu pengembangan kebudayaan
mereka dengan Negara lain dengan harapan memperkaya kebudayaan mereka, sehingga pada
akhirnya akan tercipta perdamaian dunia dan saling mengerti.
- Menganjurkan Negara-negara Asia-Afrika yang lebih maju/beruntung memberikan fasilitas-
fasilitas, seperti pertukaran pelajar, pelatih dan guru untuk memajukan pendidikan dan pengajaran
dikawasan Asia-Afrika.
- Memajukan kerjasama kebudayaan antar Negara-negara Asia-Afrika hendaknya ditujukan
kepada:
a.Mendapat pengetahuan tentang Negara-negara satu sama lain.
b.Pertukaran kebudayaan.
c. Pertukaran keterangan-keterangan.
- Untuk mencapai hasil-hasil terbaik dari kerjasama kebudayan hendaknya dilakukan dengan
mengadakan perjanjian bilateral
3. Hak-hak Asasi Manusia dan Hak Menentukan Nasib Sendiri (menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.)
- Menjunjung tinggi sepenuhnya prinsip-prinsip dasar hak-hak manusia seperti yang termuat
dalam piagam PBB dan memperhatikan pernyataan hak-hak manusia (Universal Declaration of
Human Rights) sebagai dasar umum seluruh rakyat, dan memberikan dukungan sepenuhnya
pada prinsip menenukan nasib diri sendiri sperti yang termuat dalam piagam PBB hak-hak
rakyat dan bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, sebagai syarat mutlak untuk dapat
menikmati hak-hak dasar manusia sepenuhnya.
- Menentang adanya rasdiskriminasi, yang sangat bertentangan dengan hak-hak manusia maupun
nilai-nilai dasar peradaban serta martabat manusia, dan menyatakan simpati dan dukungan
penuh terhadap sikap gagah berani bangsa-bangsa Asia-afrika yang menjadi korban politik
rasdiskriminasi
4. Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka (menentang adanya imperialisme dan menuntut
kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.)
- Masalah-masalah Negara yang belum merdeka, kolonialisme dan keburukannya yang
ditimbulkan oleh penjajahan serta pemerasan bangsa-bangsa oleh kekuasaan asing, telah
disepakati oleh peserta konfrensi, antara lain:
a. Kolonialisme dalam bentuk
bentuk apaun adalah suatu
suatu kejahatan yan harus diakhiri/dihapus.
b. Ditegaskan lagi bahwa dijajah dan diperasnya bangsa-bangsa oleh bangsa asing melanggar
hak dasar manusia seperti yang
yang tercamtum dalam piagam PBB dan sekaligus sebagai
sebagai
penghalang bagi
bagi tercapainya perdamaian dunia da kerjasama sedunia.
sedunia.
c. Memberikan bantuan pada bangsa-bangsa yang belum merdeka.
d. Menyerukan
yang dikuasai. bangsa-bangsa
bangsa-bangsa yang menguasai untuk memberikan kkemerdekaan
emerdekaan bangsa-bangsa
- Member bantuan kepada hak rakyat Aljazair, Maroko dan Tunisia untuk menentukan sendiri
dan mendesak pemerintah Peranccis untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan segera
5. Masalah-masalah lain(yakni mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut soal
Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya wilayah Irian Barat (sekarang Papua)
kepada Indonesia serta menuntut hak wilaya Aden bagi Yaman.)
- Adanya ketengan di timurTengah yang disebabkan keadaan di Palestina, peserta konfrensi
memberikan songkokan kepada hak-hak bangsa Arab atas Palestina dan menghimbau agar
dilaksanakan resolusi PBB tentang Paelestina dan diselesaikan secara damai.
- Konfrensi juga memberikan dukungan kepada RI mengenai soal Irian Barat yang didasarkan
atas persetujuan Indonesia-Belanda dan mendesak Belanda untuk menyelesaikan lewat
perundagian-perundagian
perundagian-perund agian secara damai.
- Konfrensi
Yaman yangjuga memberikan
dikenal sebagai dukungan kedudukan
proktektorat Yaman
untuk segera atas Adensecara
dilaksanakan dan bagian-bagian
damai selatan
6. Mengusahak
Mengusahakan an perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut.
- Mendesak PBB untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni
Kamboja, Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam.
- Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata
nuklir.
- Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati hak-
hak manusia.
Selain keputusan KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia
untuk hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan atas
dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan ―Dasasila Bandung‖ (Bandung Declaration).
Adapun isi Dasasila Bandung selengkapnya adalah :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam
Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara
kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan
khusus salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan,
persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut pihak-
pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
i nternasional.
Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan
internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok,
Indonesia merupakan salah satu pelopornya.
VII. PERANAN
Konferensi Asia Afrika membawa peranan yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan
bangsa di Asia dan Afrika. Peranan Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
1. Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui
kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
2. Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang
persatuan.
3. Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
4. Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan
Afrika khususnya.
5. Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
mencapai kemerdekaannya.
kemerdekaannya.
6. Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa peranan bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika,
Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada
umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
1. Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat
mengurangi ketegangan/détente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
2. Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan
Non Blok.
3. Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak
mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
4. Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum
PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan
RI.
5. Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan
salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk pembentukan organisasi bagi
negara-negara yang baru merdeka.
KAAKonferensi Asia-Afrika
diselenggarakan (KAA)18-24
pada tanggal di Bandung tahun
April 1955 1955
dan merupakan
dihadiri oleh 29proses
Kepalaawal lahirnya
Negara GNB.
dan Kepala
Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja mencapai kemerdekaannya. KAA ditujukan
untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya
menformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakati ‘Dasa Sila Bandung‘ yang dirumuskan sebagai prinsip -prinsip dasar bagi
penyelenggaraan hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB
semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak
awal adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri
India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.
Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Inggris: Non-Aligned
Non-Aligned Movement /NAM) adalah
suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap
dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan
blok kekuatan besar apapun. GNB berdiri saat
diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1-6 September
1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan, Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia,
Srilanka, Congo, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Iraq, Lebanon,
Mali, Morocco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia dan Yugoslavia. Dalam KTT I
tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan
suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya
kerjasama di antara mereka. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu
peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara
independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak
awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di
Bandung dan menghasilkan ‗Dasa Sila Bandung‘ yang menjadi prinsip -prinsip utama GNB,
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara
khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai
penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi terlebih-lebih mengingat
prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia
Indonesia bebas-aktif ternyata juga sesuai dengan
sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk
suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah
yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.sekali.
II. FAKTOR-FAKTOR
1) Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni
Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2) Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga
berupaya meredakan ketegangan dunia.
3) Ditandatanganinya ―Dokumen Brioni‖ tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia),
PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan
negara-negara non blok.
4) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-
besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
a) Presiden Soekarno (Indonesia),
b) PM Jawaharlal Nehru (India),
c) Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
d) Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan
e) Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)
Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin
negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab – Mesir
Mesir (Presiden Gamal Abdul
Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito),
dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).
Tujuan GNB
Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah
untuk menjamin ―kemerdekaan, kedaulatan, integritas territorial, dan keamanan dari Negara -negara
nonblok‖ dalam perjuangan mereka menentang imperialism, kolonialis me, neo-kolonialisme,
apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agrasi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau
hegemoni dan menentang segala bentuk blok polotik. [1] Mereka merepresensikan 55 persen
penduduk dunia dan hamper 2/3 keanggotaan. Negara-negara yang telah menyelenngarakan
konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Alzair, Sri Lanka, Kuba,
India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.
GNB berusaha mendukung perjuangan dekolonisasi di semua tempat, memegang teguh perjuangan
melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, dan zionisme.
IV. DAMPAK
Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta
Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan
banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut.
Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.
Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun.
Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti
misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada
saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet
mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak
mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.
V. ANGGOTA
Sekretaris Jendral
Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok
Nama Asal negara Mulai Akhir
Kenneth Kaunda
Zambia 1970 1973
Houari Boumédienne
Aljazair 1973 1976
Zail Singh
India 1983 1986
2009
VII. PERANAN
menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda bagi Selatan (negara berkembang) ,
namun juga dialog — bukan konfrontasi — dengan Utara. GNB merupakan forum untuk itu.
Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam membantu
upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$
8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta.
Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina GNB
(Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia sebagai
anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri
Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni 2002 sebagai ekspresi
solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah menghadapi kepungan pasukan Israel di
Ramallah. Selain itu, Indonesia juga turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian
masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&ID
P=3&P=Multilateral&l=id
http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Konferensi-tingkat-menteri-ke-14-Gerakan-
Non-Blok
http://garuda-bangsa.blogspot.com/2010/03/keanggotaan-gerakan-non-blok-sejak.html
http://hasem.wordpress.com/2008/09/13/perkembangan-gerakan-non-blok-tatanan-
dunia-utara-selatan-globalisasi/
dunia-utara-selatan-globalisasi/
http://id.shvoong.com/humanities/history/2251704-latar-belakang-berdirinya-gerakan-
non/#ixzz1kf41WJ46
non/#ixzz1kf41WJ46
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-sejarah/keikutsertaan-indonesia-
dalam-gerakan-non-blok-gnb/
dalam-gerakan-non-blok-gnb/
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konferensi_Asia – Afrika&oldid=6301084
Afrika&oldid=6301084
Buku paket Grafindo untuk SMA kelas 11 IPA
Buku paket Bumi Aksara untuk SMA kelas 11 IPA