Anda di halaman 1dari 16

 

2013
MAKALAH KAA DAN GNB  

Kelompok :3
Kelas : 11 IPA 3
Anggota :
1.  Alisha Amelia D P
2.  Anintya Rizki A
3.  Deby Annisa
4.  Desintha
Riesmakania
5.  Farhan Faujan K
6.  Nadiar Jua P
7.  Rinaldo Limbong

SMAN 17 BANDUNG
5/3/2013
 

KATA PENGANTAR 

Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat rahmat-Nya

saya dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan Makalah ini.

Pembuatan Karya Tulis ini bertujuan untuk mendorong agar kita dapat aktif, juga untuk 

menguji kemampuan dalam penulisan kreatif, dari sini guru bisa memantau siswa dalam

mengikuti pelajaran PKn.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Karenanya dalam

kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1.  Ibu Marwati selaku guru mata pelajaran PKn 

2.  Pak Aan, selaku wali kelas XI IPA 3  

3.  Seluruh anggota kelompok penyusun makalah ini  

4.  Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu  

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurna, oleh karena itu segala bentuk 

kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan guna kesempurnaan. Selanjutnya atas kritik 

dan sarannya kami ucapkan terima kasih dan harapan kami semoga makalah ini berguna bagi

semua.

Bandung, Maret 2013

Penulis.
 

Konferensi Asia Afrika (KAA)

I.  LATAR BELAKANG

Konferensi Asia-Afrika mungkin merupakan sejarah yang penting namun hampir terlupakan oleh
kita terkecuali jika kita berada dilingkungan sekolah. Berikut ini akan saya jelaskan sedikit tentang
Konferensi Asia Afrika yang pernah berlangsung di Bandung, Jawa Barat.

Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga


Konferensi Tingkat Tinggi Asia – Afrika
disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar
(dahulu Burma),
Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon),
Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar
Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24
April-24 April 1955, di Gedung
Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan
Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialismeAmerika
neokolonialismeAmerika Serikat, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-

keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai
ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk 
membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat;
penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan
kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka
dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat. 
Barat. 
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut  Dasasila
 Dasasila Bandung, 
yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila
Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. 
Nehru. 
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana
Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri
Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.

 Konferensi Pendahuluan
Pendahuluan Sebelum
Sebelum Konferensi
Konferensi Asia Afrika 
a. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I) Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan
konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus
akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut.
   Indonesia, diwakili oleh Perdana
Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo 
   India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal
Jawarhalal Nehru 
  Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.  
   Birma (sekarang Myanmar), Menteri Unu. 
Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri
  Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala  
Dalam konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut.
   Indocina harus dimerdekakan penjajahan Perancis. 
dimerdekakan dari penjajahan
   Menuntut kemerdekaa
kemerdekaan Maroko. 
n bagi Tunisia dan Maroko.
   Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai
 penyelenggara 

b. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II) 


 

Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan
kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil
penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam
Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara
 yang akan diundang dan kesekretariatan. Rekomendasi yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai
berikut.
    Mengadakan Konferensi
Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955. 
    Menetapkan kelima negara
negara peserta konferensi negara-negara sponsor. 
konferensi Colombo sebagai negara-negara
    Menetapkan 25 negara-negara
negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang. 

   Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika. 
Dapat di simpulkan bahwa latar belakang terjadinya KAA adalah sebagai berikut:
1.  Bangsa-bangsa Asia  –  Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarah yakni samasama menjadi
sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa.
2.  Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk 
memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari kekuasaan
Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang membebaskan tanah airnya
dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
3.  Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional yang
diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur.
4.  Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belum terdapat kesadaran untuk bersatu,
yang kemudian Rusia dan Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam masalah tersebut.
5.  PBB seringkali tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara. Seruan Dewan Keamanan
PBB sering dilanggar negara-negara yang sedang berselisih
6.  Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negaranegara Asia-Afrika
agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
7.  Bangsa-bangsa Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan
perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada
Non-Blok pada 1961. 
1961. 

II.  FAKTOR-FAKTOR 

a)  Letak benua asia dan afrika yang berdekatan dan mampunyai kesamaan geografis.
b)  Kedua benua memiliki kesamaan yang kuat bukan hanya faktor keturunan, akan tetapi juga faktor
agama dan sejarah.
c)  Kedua benua juga memiliki kesamaan nasib, yaitu sama-sama dijajah oleh negara-negara eropa.
d)  Setelah merdeka kedua beua juga memiliki persoalan yang harus dihadapi bersama.
Sebelum diadakan konferensi asia afrika pemuda asia mengadakan ‖ Kongres Liga Internasional
Anti Penjajahan dan Penindasan‖ di Brussel (Belgia) pada tanggal 15 Januari 1927. Selain itu
para peuda arab berkumpul di Bludan untuk membentuk Pan-Arabisme pada tanggal 18
september 1937. Pada tanggal 2 april 1947 Sri Pandhit Jawaharlal Nehru mengadakan Konferensi
Hubungan Antar Asia di New Delhi.

III.  TUJUAN

Tujuan diselenggarakan KAA antara lain:

1.  Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta
untuk menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama.
 

2.  Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya
dengan negara-negara peserta.
3.  Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa Asia-
Afrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.
4.  Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk 
meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.

IV.  DAMPAK 

1) Berkurangnya ketegangan dan bahaya peperangan antara blok barat dan blok timur.
2) Peranan Negara Asia-Afrika sangat di butuhkan dalam setiap pengambilan keputusan sidang
umum PBB.

V.  ANGGOTA

Pada tahun 1954


Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka . wakil
dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut:
1) Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
2) India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru
3) Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah

4) Srilangka,
5) Birma (sekarang Myanmar),
diwakili diwakili
oleh Perdana olehSir
Menteri Perdana Menteri Unu
John Kotelawala.

Pada tahun 1955


Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-25 April 1955 bertempat di Gedung
Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara sponsor) dari
30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia
dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras
diskriminasi.
Adapun negara-negara yang hadir dalam KAA adalah :
1. Indonesia 16. Laos 
2. India 17. Libanon
3. Birma (Myanmar) 18. Liberia
4. Pakistan 19. Libia
5. Srilangka 20. Nepal
6. Afghanistan 21. Filipina
7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia
8. Republik Rakyat China 23. Sudan
9. Mesir 24. Syiria
10. Ethiopia 25. Muang Thai
11. Ghana (Pantai Emas) 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam Utara
13. Irak 28. Vietnam Selatan
14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania

Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang
terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.
 

VI.  HASIL KERJA KAA

Konferensi Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan (hasil kerja) yang disepakati para peserta
sebagai berikut:

1. Kerja sama ekonomi (mengusahakan kemajuan ekonomi, memajukan perdagangan, saling


memberikan bantuan teknik, dan mendirikan bank-bank)
- Bekerja sama memajukan perkembangan ekonomi di Asia-Afrika atas dasar saling
menguntungkan dan menghormati kedaulatan masing-masing.
-  Saling memberikan bantuan teknik, misalnya tenaga ahli, dsb.
- Mengusulkan dibentuknya segera dana istimewa PBB dan suatu kerjasama keuangan
internasional untuk perkembagan ekonomi Asia-Afrika.
- Mengusahakan penstabilan perdagangan barang-barang serta memperluas lingkungan
perdagangan sehingga bersifat multilateral.
- Melakukan tindakan kolektif Negara peserta konfrensi guna mencapai stabilitas harga-harga
internasional dan permintaan barang-barang melalui perjanjian-perjanjian bilateral/multilateral.
- Negara-negara Asia-Afrika agar mengekspor bahan-bahan mentahnya yang telah diolah.
- Diadakan tindakan bersama untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada beberapa
maskapai perkapalan, seperti masalah tariff yang sering dipermainkan.
- Memberi dorongan terbentuknya bank-bank nasional dan regional.
- Perumusan politik bersama mengenai pertukaran keteangan-keterangan yang terkait dengan
perminyakan.
 
- Penggunaan tenaga nuklir keterangan-keterangan
Afrika dan menyediakan untuk kepentingan perdamaian kepentingan
penggunaan Negara-negara
tenaga atom di Asia-
untuk perdamaian
sehingga perlu dibentuk Badan Tenaga Aton Internasional (International Atomic Energy
Agency).
- Menunjuk pejabat-pejabat penghubung Negara-negara peserta konfrensi untuk pertukaran
keteranga-keterangan yang saling menguntungkan.
- Diadakan perundingan-perundingan antar Negara peserta konfrensi di forum-forum internasional
untu kepentingan bersama

2. Kerja sama kebudayaan (antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan terpenting
untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia-Afrika, memajukan pendidikan dan
pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.)
- Bekerjasama yang lebih erat dalam lapangan kebudayaan sebagai salah satu jalan terpenting
untuk mewujudkan saling pengertian diantara Negara/bangsa Asia-Afrika.
 
- Mengutuk pelanggaran
beberapa daerah hak-hak seperti
di Asia-Afrika, dasar manusia
Tuniasia,dalam lapangan
Aljazair pendidikan
dan Maroko dan kebuadayaan
serta mengutuk di
rasialisme
digunakan sebagai alat penindasan dilapangan kebudayaan.
- Pengembangan kerjasama kebudayaan bukan dimaksudkan untuk mengecualikan/menyaingi
golongan bangsa-bangsa dan peradaban serta kebuadayaan lain, tetapi dikembangkan dalam
rangka hubungan kerjasama sedunia yang lebih luas. Disamping itu pengembangan kebudayaan
mereka dengan Negara lain dengan harapan memperkaya kebudayaan mereka, sehingga pada
akhirnya akan tercipta perdamaian dunia dan saling mengerti.
- Menganjurkan Negara-negara Asia-Afrika yang lebih maju/beruntung memberikan fasilitas-
fasilitas, seperti pertukaran pelajar, pelatih dan guru untuk memajukan pendidikan dan pengajaran
dikawasan Asia-Afrika.
- Memajukan kerjasama kebudayaan antar Negara-negara Asia-Afrika hendaknya ditujukan
kepada:
a.Mendapat pengetahuan tentang Negara-negara satu sama lain.
b.Pertukaran kebudayaan.
c. Pertukaran keterangan-keterangan.
- Untuk mencapai hasil-hasil terbaik dari kerjasama kebudayan hendaknya dilakukan dengan
mengadakan perjanjian bilateral
 

 
3.  Hak-hak Asasi Manusia dan Hak Menentukan Nasib Sendiri (menjunjung tinggi hak-hak 
asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.)
- Menjunjung tinggi sepenuhnya prinsip-prinsip dasar hak-hak manusia seperti yang termuat
dalam piagam PBB dan memperhatikan pernyataan hak-hak manusia (Universal Declaration of 
Human Rights) sebagai dasar umum seluruh rakyat, dan memberikan dukungan sepenuhnya
pada prinsip menenukan nasib diri sendiri sperti yang termuat dalam piagam PBB hak-hak 
rakyat dan bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, sebagai syarat mutlak untuk dapat
menikmati hak-hak dasar manusia sepenuhnya.
- Menentang adanya rasdiskriminasi, yang sangat bertentangan dengan hak-hak manusia maupun
nilai-nilai dasar peradaban serta martabat manusia, dan menyatakan simpati dan dukungan
penuh terhadap sikap gagah berani bangsa-bangsa Asia-afrika yang menjadi korban politik 
rasdiskriminasi
4.  Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka (menentang adanya imperialisme dan menuntut
kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.)
- Masalah-masalah Negara yang belum merdeka, kolonialisme dan keburukannya yang
ditimbulkan oleh penjajahan serta pemerasan bangsa-bangsa oleh kekuasaan asing, telah
disepakati oleh peserta konfrensi, antara lain:
a. Kolonialisme dalam bentuk
bentuk apaun adalah suatu
suatu kejahatan yan harus diakhiri/dihapus.
b. Ditegaskan lagi bahwa dijajah dan diperasnya bangsa-bangsa oleh bangsa asing melanggar
hak dasar manusia seperti yang
yang tercamtum dalam piagam PBB dan sekaligus sebagai
sebagai
penghalang bagi
bagi tercapainya perdamaian dunia da kerjasama sedunia.
sedunia.
c. Memberikan bantuan pada bangsa-bangsa yang belum merdeka.
d. Menyerukan
yang dikuasai. bangsa-bangsa
bangsa-bangsa yang menguasai untuk memberikan kkemerdekaan
emerdekaan bangsa-bangsa
- Member bantuan kepada hak rakyat Aljazair, Maroko dan Tunisia untuk menentukan sendiri
dan mendesak pemerintah Peranccis untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan segera

5.  Masalah-masalah lain(yakni mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut soal
Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya wilayah Irian Barat (sekarang Papua)
kepada Indonesia serta menuntut hak wilaya Aden bagi Yaman.)
- Adanya ketengan di timurTengah yang disebabkan keadaan di Palestina, peserta konfrensi
memberikan songkokan kepada hak-hak bangsa Arab atas Palestina dan menghimbau agar
dilaksanakan resolusi PBB tentang Paelestina dan diselesaikan secara damai.
- Konfrensi juga memberikan dukungan kepada RI mengenai soal Irian Barat yang didasarkan
atas persetujuan Indonesia-Belanda dan mendesak Belanda untuk menyelesaikan lewat
perundagian-perundagian
perundagian-perund agian secara damai.
 
- Konfrensi
Yaman yangjuga memberikan
dikenal sebagai dukungan kedudukan
proktektorat Yaman
untuk segera atas Adensecara
dilaksanakan dan bagian-bagian
damai selatan

6.  Mengusahak
Mengusahakan an perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut.
- Mendesak PBB untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni
Kamboja, Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam.
- Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata
nuklir.
- Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati hak-
hak manusia.

7.  Pernyataan mengenai usaha memajukan


memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia.

Selain keputusan KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia

untuk hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan atas
dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan ―Dasasila Bandung‖ (Bandung Declaration).
Adapun isi Dasasila Bandung selengkapnya adalah :
 

1.  Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam
Piagam PBB.
2.  Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3.  Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4.  Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
5.  Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara
kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6.  Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan
khusus salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.  Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8.  Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan,
persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut pihak-
pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
9.  Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
10.  Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
i nternasional.
Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan
internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok,
Indonesia merupakan salah satu pelopornya.

VII.  PERANAN

Konferensi Asia Afrika membawa peranan yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan
bangsa di Asia dan Afrika. Peranan Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.

1.  Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui
kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
2.  Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang
persatuan.
3.  Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
4.  Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan
Afrika khususnya.
5.  Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
mencapai kemerdekaannya.
kemerdekaannya.
6.  Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.

Selain membawa peranan bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika,
Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada
umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
1.  Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat
mengurangi ketegangan/détente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
2.  Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan
Non Blok. 
3.  Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak 

mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
4.  Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum
PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan
RI.
 

5.  Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
 

Gerakan Non-Blok (GNB)

I.  LATAR BELAKANG

Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan
salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk pembentukan organisasi bagi
negara-negara yang baru merdeka.

KAAKonferensi Asia-Afrika
diselenggarakan (KAA)18-24
pada tanggal di Bandung tahun
April 1955 1955
dan merupakan
dihadiri oleh 29proses
Kepalaawal lahirnya
Negara GNB.
dan Kepala
Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja mencapai kemerdekaannya. KAA ditujukan
untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya
menformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakati ‘Dasa Sila Bandung‘ yang dirumuskan sebagai prinsip -prinsip dasar bagi
penyelenggaraan hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB
semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak 
awal adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri
India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.
Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris:  Inggris: Non-Aligned
 Non-Aligned Movement   /NAM) adalah
suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap
dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan
blok kekuatan besar apapun. GNB berdiri saat
diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1-6 September
1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan, Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia,
Srilanka, Congo, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Iraq, Lebanon,
Mali, Morocco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia dan Yugoslavia. Dalam KTT I
tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan
suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya
kerjasama di antara mereka. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu
peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara
independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak 
awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di
Bandung dan menghasilkan ‗Dasa Sila Bandung‘ yang menjadi prinsip -prinsip utama GNB,
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara
khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai
penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi terlebih-lebih mengingat
prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia
Indonesia bebas-aktif ternyata juga sesuai dengan
sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk 
suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah
yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.sekali.  

II.  FAKTOR-FAKTOR 

1)  Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni
Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2)  Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga
berupaya meredakan ketegangan dunia.
3)  Ditandatanganinya ―Dokumen Brioni‖ tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia),
PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan
negara-negara non blok.
 

4)  Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-
besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5)  Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
a) Presiden Soekarno (Indonesia),
b) PM Jawaharlal Nehru (India),
c) Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
d) Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan
e) Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)
Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin
negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab – Mesir
Mesir (Presiden Gamal Abdul
Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito),
dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).

III.  TUJUAN DAN AZAZ

  Tujuan GNB

Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah
untuk menjamin ―kemerdekaan, kedaulatan, integritas territorial, dan keamanan dari Negara -negara
nonblok‖ dalam perjuangan mereka menentang imperialism, kolonialis me, neo-kolonialisme,
apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agrasi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau
hegemoni dan menentang segala bentuk blok polotik. [1] Mereka merepresensikan 55 persen
penduduk dunia dan hamper 2/3 keanggotaan. Negara-negara yang telah menyelenngarakan
konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Alzair, Sri Lanka, Kuba,
India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.

Jadi kesimpulan tujuan di bentuknya GNB adalah :


1.  meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang bersengketa.
2.  mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai
3.  mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis
4.  menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme
5.  memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar persamaan derajat
6.  meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non Blok 
7.  menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju terciptanya tata
ekonomi dunia baru.

  Asas Gerakan Non Blok


1.  GNB bukanlah suatu blok tersendiri dan tidak bergabung ke dalam blok dunia yang saling
bertentangan.
2.  GNB merupakan wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang yang gerakannya
tidak pasif.

GNB berusaha mendukung perjuangan dekolonisasi di semua tempat, memegang teguh perjuangan
melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, dan zionisme.  

IV.  DAMPAK 

Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta
Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan
 

banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut.
Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.
Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun.
Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti
misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada
saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet

mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak 
mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi. 

V.  ANGGOTA

Pada tahun 1961


GNB mulai terbentuk oleh 5 negara , yaitu :
(1) Presiden Soekarno dari Indonesia,
(2) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
(3) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
(4) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
(5) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
Lalu mengadakan KTT I GNB 1 - 6 September yang di hadiri oleh 25 negara .
Pada tahun 1964
KTT II 5 - 10 Oktober di adakan di kairo menjadi
menjadi , Mesir menjadi 47 negara
negara .
Pada tahun 1970
KTT III dari tanggal 8 - 10 September di adakan di Luzaka , Zambia , yang di hadiri oleh 53
negara . 
Pada tahun 1973 
KTT IV dari tanggal 5 -9 September di adakan di Aljir,Alzajair , yamg di hadiri oleh 85 negara .
Pada tahun 1976
KTT V di Kolombo, Srilanka dari tanggal 16 - 19 September , yang di hadiri oleh 94 negara
negara .
Pada tahun 1979
KTT VI di Havana, Kuba dari tanggal 3 - 9 September , dan masih di hadiri oleh 94 negara .
Pada tahun 1983
KTT VII di New Delhi, India, dari tanggal 7 - 12 Maret , di hadiri oleh 101 negara .
Pada tahun 1986
KTT VIII di Harare, Zimbabwe dari tanggal 1 - 6 September , masih di hadiri oleh 101  negara .
Pada tahun 1989
KTT IX di Beograd, Yugoslavia dari tanggal 4 - 7 September , bertambah 1 negara menjadi 102
negara .
Pada tahun 1992
KTT X di Jakarta, Indonesia dari tanggal 1 - 6 September , di hadiri oleh 108 negara .
Pada tahun 1995
KTT XI di Cartagena, Kolombia dari tanggal 16 - 22Oktober , di hadiri oleh 113 negara .
Pada tahun 1998
KTT XII di Durban, Afrika Selatan dari tanggal 1 - 6 September , di hadiri 113 negara .
Pada tahun 2003
KTT XIII di Kuala Lumpur, Malaysia tanggal 20 - 25 Februari , bertambah menjadi 114 negara .
Pada tahun 2006
KTT XIV di Havana, Kuba tanggal 12 - 16 September , bertambah lagi menjadi 116 negara

Sekretaris Jendral
Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok 
Nama  Asal negara  Mulai  Akhir 
 

Josip Broz Tito Yugoslavia 1961  1964 

Gamal Abdel Nasser  


Mesir 1964  1970 

Kenneth Kaunda  
Zambia 1970  1973 

Houari Boumédienne  
Aljazair 1973  1976 

William Gopallawa   Sri Lanka 1976  1978 

Junius Richard Jayewardene   Sri Lanka 1978  1979 

Fidel Castro Kuba 1979  1982 

N. Sanjiva Reddy India 1982  1983 

Zail Singh
 
India 1983  1986 

Robert Mugabe Zimbabwe 1986  1989 

Janez Drnovšek    Yugoslavia 1989  1990 

Stipe Mesić Yugoslavia 1990  1991 

Branko Kostić Yugoslavia 1991  1992 

Dobrica Ćosić Yugoslavia 1992  1992 

Soeharto Indonesia 1992  1995 

Ernesto Samper Pizano  


Kolombia 1995  1998 

Andrés Pastrana Arango  


Kolombia 1998  1998
Nelson Mandela Afrika Selatan 1998  1999 

Thabo Mbeki Afrika Selatan 1999  2003 

Datuk Seri Mahathir bin Mohammad Malaysia 2003  2003


Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi Malaysia 2003  2006 

Fidel Castro Kuba 2006  2008 

Raúl Castro Kuba 2008 

2009 

Hosni Mubarak  Mesir 2009  2011 

Muhammad Mursi Mesir 2011  2012 

Mahmoud Ahmadinejad Iran 2012  sekarang 

VI.  HASIL KERJA

NO Konferensi Tempat dan waktu Hasil Konferensi


1 KTT GNB I Di Boegrad , Yugoslovia Membahas tentang upaya penghentian
pada tanggal 1 – 6 praktik imperialisme dan kolonialisme ,
September 1961 mencegah percobaan senjata nuklir , serta
mendamaikan blok barat dan blok timur .
2 KTT GNB II Di Kairo , Mesir tanggal 5 –   Membahas tentang usaha perdamaian dunia
10 oktober 1964 dan kerja sama ekonomi.
3 KTT GNB III Di Lusaka , Zambia tanggal Membahas tentang usaha perdamaian dunia ,
8 – 10 september 1970 peningkatan kesejahteraan , dan
kemakmuran negara-negara berkembang.
4 KTT GNB IV Di Aljir , Aljazair tanggal 5 Membahas usaha peningkatan kerja sama
 – 9 semptember 1973 dan saling pengertian antar negara
berkembang , serta meredakan ketegangan di
Timur Tengah , pergolakan di Rhodesia ,
dan diskriminasi ras di Afrika Selatan .
5 KTT GNB V Di Kolombo , Sri Lanka Membahas tentang usaha menghindari
tanggal 16 – 19 September ancaman perang nuklir , serta memperkokoh
1976 persatuan dan kesatuan antar negara

6 KTT GNB VI Di Havana , Kuba tanggal berkembang .


Membahas tentang usaha mewujudkan ―
16 – 19 September 1979 tatanan ekonomi dunia baru ― untuk negara
berkembang dan negosiasi global untuk 
 

membentuk kerja sama yang bersifat global .


7 KTT GNB Di New Delhi , India Menghasilkan ― The New Delhi Message ―
VII tanggal 7 – 12 Maret 1983 yang berisi dukungan terhadp perjuangan
rakyat Palestina dan Namibia , serta usaha
memecahkan krisis ekonomi dunia dengan
membentuk ― Tatanan Ekonomi Dunia Baru

8 KTT GNB Di Harare , Zimbabwe Membahas tentang usaha mengakhiri
VIII tanggal 1- 6 September pertikaian antara Irak dan Iran .
1986
9 KTT GNB IX Di Beograd , Yugoslovia Membahas tentang usaha memperjuangkan
tanggal 4 – 7 September kerja sama dan dialog antar negara selatan .
1989
10 KTT GNB X Di Jakarta , Indonesia Menghasilkan Jakarta Message atau pesan
tanggal 1 – 6 September  jakarta yang berisi tentang pembahasan
1992 masalah kependudukan , penyelesaian utang
luar negeri , pembentukan cadangan pangan
bersama , peningkatan kerja sama negara
utara – selatan , maupun antar negara selatan
.
11 KTT GNB XI Di Kartagena , Kolombia Membahas tentang usaha penataan kembali
tanggal 16 – 22 oktober dan demokrasi di forum PBB .
1995
12 KTT GNB Di Durban , Afrika Selatan Membahas tentang usaha Demokratisasi
XII tanggal 1 – 6 September dalam hubungan antar negara diseluruh
1998 dunia .
13 KTT GNB Di Kuala Lumpur , Membahas tentang revitalisasi GNB dan
XIII Malaysia tanggal 20 – 25 usaha meredakan perang teluk III
februari 2003
14 KTT GNB Di Hanava , Kuba tanggal 1 Menghasilkan deklarasi yang mengutuk 
XIV  – 6 September 2006 serangan Israel atas Lebanon , mendukung
program nuklir iran , mengritik kebijakan
negara Amerika Serikat , dan menyerukan
kepada PBB agar lebih berpihak kepada
negara kecil dan berkembang .

VII.  PERANAN

Peran Indonesia dalam GNB


Peranan Indonesia, khususnya Presiden Soekarno, dalam meletakkan fondasi pendirian GNB
dinilai cukup besar. Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18-24 April 1955 merupakan momen penting sekaligus embrio berdirinya GNB. Selain itu, hingga
saat ini prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung, sebagai salah satu hasil KAA, tetap menjiwai setiap upaya
GNB
Indonesia pernah menjadi ketua GNB (1992-95), saat ini menjadi ketua NAM CSSTC (Non-
Aligned Movement Center for South-South Technical Cooperation) di Jakarta; dan pelopor kemitraan
strategis baru Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua Working Group on
Disarmament di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata internasional.
in ternasional.
Dengan berakhirnya sistem bipolar, muncul keragu-raguan peran GNB. Dalam KTT ke-10 GNB
di Jakarta tahun 1992 dibawah keketuaan Indonesia, sebagian besar ketidakpastian dan keragu-raguan
mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Jakarta Message, sebagai hasil KTT,
 

menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda bagi Selatan (negara berkembang) ,
namun juga dialog — bukan konfrontasi — dengan Utara. GNB merupakan forum untuk itu.
Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam membantu
upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$
8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta.
Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina GNB
(Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia sebagai
anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri
Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni 2002 sebagai ekspresi
solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah menghadapi kepungan pasukan Israel di
Ramallah. Selain itu, Indonesia juga turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian
masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea.

Pandangan Indonesia tentang GNB di masa sekarang dan mendatan


Indonesia memandang bahwa GNB merupakan wadah yang tepat bagi negara-negara
negara -negara berkembang
untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia (1992-1995). Selama masa kepemimpinannya,
Indonesia diakui telah berhasil memajukan pendekatan baru GNB yang berorientasikan pada
kemitraan, dialog dan kerjasama serta meninggalkan sikap konfrontatif dan retorika semata.
Dengan sikap kooperatif tersebut, GNB mampu merubah persepsi yang pernah melekat di
kalangan negara maju bahwa GNB merupakan kelompok yang berpandangan apriori dan hanya bisa
menuntut. Dengan demikian, GNB mampu berkiprah secara konstruktif terutama dalam interaksinya
baik dengan negara-negara maju maupun dalam organisasi dan badan-badan multilateral/ 
internasional.
 

DAFTAR PUSTAKA
  http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&ID
P=3&P=Multilateral&l=id
  http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Konferensi-tingkat-menteri-ke-14-Gerakan-

Non-Blok  
  http://garuda-bangsa.blogspot.com/2010/03/keanggotaan-gerakan-non-blok-sejak.html
  http://hasem.wordpress.com/2008/09/13/perkembangan-gerakan-non-blok-tatanan-
dunia-utara-selatan-globalisasi/  
dunia-utara-selatan-globalisasi/  
  http://id.shvoong.com/humanities/history/2251704-latar-belakang-berdirinya-gerakan-
non/#ixzz1kf41WJ46  
non/#ixzz1kf41WJ46
  http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-sejarah/keikutsertaan-indonesia-
dalam-gerakan-non-blok-gnb/  
dalam-gerakan-non-blok-gnb/  
  http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konferensi_Asia – Afrika&oldid=6301084
Afrika&oldid=6301084
 
Buku paket Grafindo untuk SMA kelas 11 IPA
  Buku paket Bumi Aksara untuk SMA kelas 11 IPA

  Buku paket Erlangga untuk SMA kelas 11 IIPA


PA

Anda mungkin juga menyukai