- Waktu Pelaksanaan
Pada tanggal 18-24 April 1955 Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Gedung Merdeka
Bandung. Konferensi dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan pidato pembukaan oleh
Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sidang- sidang selanjutnya dipimpin oleh Ketua
Konferensi Perdana Menteri RI Ali Sastroamidjojo
Dalam pelaksanaannya yang ketiga di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April 2015, agenda
KAA kali itu meliputi Asia-Africa Business Summit serta Asia-Africa Carnival. Negara-negara
dan tokoh-tokoh penting yang terlibat jauh lebih banyak.
Ada sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika,
17 negara pengamat, 20 organisasi internasional dan 1.426 perwakilan media domestik dan
asing. Di antaranya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Tiongkok Xi Jinping,
Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak, Presiden Myanmar Thein Sein, Raja Swaziland
Mswati III dan Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala.
KAA 2015 menghasilkan tiga dokumen penting yang mencakup Pesan Bandung (Bandung
Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) serta
Deklarasi kemerdekaan Palestina.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta Konferensi
Kolombo (Birma, Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi di
Bogor pada 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Lima
Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada Kepala
Pemerintahan 25 negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu
negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African
Federation), karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas
penjajahnya.
- Tokoh negara sponsor
Adapun topik yang kemudian didiskusikan meliputi, kondisi Indocina, bom hidrogen,
kolonialisme dan nasionalisme serta komunisme internasional. Gagasan Indonesia untuk
mengadakan pertemuan negara-negara Asia-Afrika akhirnya baru bisa disampaikan pada
sidangnya yang ke-6 pada tanggal 30 April sore hari. PM Ali Sastroamidjojo berkesempatan
mengajukan usulnya supaya diadakan “suatu Konferensi yang sama hakikatnya dengan
Konferensi Kolombo, tapi lebih luas jangkauannya dengan tidak hanya memasukkan
negara-negara Asia tetapi juga negara-negara Afrika lainnya.
- Tujuan KAA
● Mempertimbangkan masalah-masalah negara Asia dan Afrika
● Mengembangkan rasa saling pengertian dan kerja sama
● Meninjau masalah hubungan sosial, ekonomi, dan budaya
● Meninjau kedudukan negara-negara Asia dan Afrika.
- Hasil KAA
KAA 3 : KAA 2015 menghasilkan tiga dokumen penting yang mencakup Pesan Bandung
(Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP)
serta Deklarasi kemerdekaan Palestina.
“..... perjuangan kita harus diperjuangkan di atas dasar semboyan kita yang lama: percaya
akan diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita
tidak akan mengambil keuntungan dari pergolakan politik internasional. Memang tiap-tiap
politik untuk mencapai kedudukan Negara yang kuat ialah mempergunakan pertentangan
internasional yang ada itu untuk mencapai tujuan nasional. Belanda berbuat begitu, ya
segala bangsa sebenarnya berbuat semacam itu, apa sebab kita tidak akan melakukannya?
Tiap-tiap orang di antara kita tentu ada menaruh simpati terhadap golongan ini atau
golongan itu, akan tetapi perjuangan bangsa tidak bisa dipecah dengan menuruti simpati
saja, tetapi hendaknya didasarkan kepada realitas, kepada kepentingan Negara kita setiap
waktu.” .....(Mohammad Hatta, Mendayung Antara Dua Karang” Jakarta: Penerbit Bulan
Bintang, 1976)
Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif berdasar atas hukum dasar, yaitu
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang tidak lepas dari tujuan
nasional bangsa Indonesia sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea keempat.
Deklarasi Djuanda membuat luas wilayah Republik Indonesia bertambah 2,5 kali lipat dari
luas sebelumnya yaitu 2.027.087 kilometer persegi menjadi 5.193.250 kilometer persegi
dengan pengecualian wilayah Irian Jaya yang saat itu belum diakui secara Internasional.
Kemudian tercipta garis batas maya yang mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut yang
didasarkan perhitungan 196 garis batas lurus atau straight baselines dari titik pulau-pulau
terluar.
Mengutip dari buku IPS 3A SMP/MTs Kelas IXkarya Kurnia (2007: 89), Kabinet Djuanda juga
mengalami pergolakan di daerah yang semakin meningkat dengan berdirinya PRRI dan
Permesta.
Sebenarnya, Kabinet Djuanda dapat menekan pergolakan yang terjadi di berbagai daerah
serta mencoba mengalihkan perhatian pada pembangunan nasional. Namun, seiring
kembali berlakunya UUD 1945 pada 10 Juli 1959, Kabinet Djuanda akhirnya dibubarkan.
Pemberlakuan kembali Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tersebut tercantum dalam Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Dekrit tersebut dikeluarkan karena kegagalan Badan Konstituante
dalam menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUD Sementara 1950.
Tujuan dari dibentuknya Misi Garuda ini adalah sebagai bukti konkret adanya keterlibatan
Indonesia dalam usaha mewujudkan perdamaian dunia di berbagai belahan dunia. Pada
akhirnya Pasukan Garuda ini memiliki tugas sebagai “Peace Keeping Force”atau disebut
juga sebagai Pasukan Pemelihara Perdamaian di PBB.
Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957.
Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di
Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh Presiden
Mesir Gamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi
meluas dan melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam
masalah Suez. Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Prancis dan Israel melancarkan serangan
gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan
Keamanan PBB turun tangan dan mendesak pihak-pihak yang bersengketa untuk
berunding.
Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Negeri Kanada Lester B. Pearson mengusulkan
agar dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini
disetujui Sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen. PBB membentuk sebuah
komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8
November Indonesia menyatakan kesediaannya untuk turut serta menyumbangkan pasukan
dalam UNEF. Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan
yang berkekuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk UNEF
yang diberi nama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari
1957.
Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen untuk diperbantukan kepada United
Nations Operations for the Congo (UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini
terkait munculnya konflik di Kongo (Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan
kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia yang justru memicu pecahnya perang
saudara. Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB membentuk
Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini disebut “Garuda II” yang terdiri
atas Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut.
Pasukan Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan
tugasnya pada bulan Mei 1961.
Tugas pasukan Garuda II di Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda III yang
bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964. Peran aktif Indonesia
dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut, ketika meletus perang saudara antara
Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB
untuk mengirim pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga
stabilitas politik di kawasan Indocina yang terus bergolak akibat perang saudara tersebut,
PBB membentuk International Commission of Control and Supervision (ICCS) sebagai hasil
dari persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini terdiri atas empat negara,
yaitu Hungaria, Indonesia, Kanada dan Polandia. Tugas ICCS adalah mengawasi
pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke-4, UNEF diaktifkan lagi dengan kurang lebih
7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia,
Peru, Panama, Senegal, Ghana dan Indonesia. Kontingen Indonesia semula berfungsi
sebagai pasukan pengamanan dalam perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas pasukan
Garuda VI berakhir 23 September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII yang
bertugas hingga tanggal 17 Februari 1975. Selanjutnya Indonesia terus ikut berperan aktif
dalam menjaga perdamaian dunia dengan aktif mengirim pasukan perdamaian ke
berbagai wilayah konflik di seluruh dunia.
ASEAN
Prinsip Kerja Sama ASEAN. Setiap anggota ASEAN dalam melakukan kerja sama memiliki
prinsip-prinsip yang harus dipegang. Berikut ini prinsip-prinsip kerja sama ASEAN:
● Setiap anggota ASEAN tidak boleh ikut campur urusan dalam negeri dari anggota
ASEAN lainnya.
● Setiap kerja sama ASEAN harus diwujudkan secara berguna, efektif, efisien, dan
rasional.
● Saling menghormati kedaulatan, kesetaraan, kemerdekaan, dan integritas dari setiap
negara anggota.
● Apabila ada permasalahan antar anggota, harus diselesaikan tanpa menggunakan
senjata yang bisa menimbulkan konflik dan peperangan.
Peserta :
1. Indonesia
2 Malaysia
3. Filipina
4. Singapura
5. Thailand
6. Brunei Darussalam
7. Vietnam
8. Laos
9. Myanmar (sebelumnya dikenal sebagai Burma)
10. Kamboja
- Perkembangan ASEAN
ASEAN telah mengalami berbagai perkembangan signifikan sejak didirikan pada tahun
1967. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Ekonomi: ASEAN telah menjadi kawasan ekonomi yang penting di dunia. Dengan
pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, integrasi ekonomi di antara
negara-negara anggota semakin diperkuat melalui peningkatan perdagangan, investasi, dan
kerja sama ekonomi lainnya.
2. Diplomasi dan Keamanan: ASEAN telah menjadi forum penting untuk dialog dan
diplomasi regional. Melalui berbagai mekanisme seperti KTT ASEAN, ASEAN Regional
Forum (ARF), dan East Asia Summit (EAS), negara-negara anggota berusaha untuk
meningkatkan stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara.
Lambang ASEAN adalah seikat padi berwarna kuning dengan latar belakang warna merah
dan dikelilingi lingkaran putih dan biru. Di bawah logo padi terdapat tulisan ASEAN.
Keseluruhan lambang ASEAN ini memiliki makna stabil, damai, bersatu dan dinamis,
sebagaimana dilansir laman resmi ASEAN.
● Seikat padi: seikat padi di tengah mewakili impian para pendiri ASEAN. Padi
melambangkan kesejahteraan, kemakmuran, kesuburan, dan kekayaan yang
merupakan harapan setiap bangsa di Asia Tenggara. Jumlah 10 batang padi yang
terikat melambangkan jumlah anggota ASEAN yang terikat persatuan dan solidaritas.
● Biru: warna biru melambangkan perdamaian dan stabilitas.
● Merah: warna merah melambangkan keberanian dan dinamisme.
● Putih: warna putih melambangkan kesucian.
● Kuning: warna kuning melambangkan kemakmuran.
● Lingkaran: lingkaran melambangkan kesatuan ASEAN.
Deklarasi Zopfan atau Deklarasi Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (Kawasan Damai,
Bebas, dan Netral) ditandatangani pada 27 November 1971 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Deklarasi ini juga sering disebut Deklarasi Kuala Lumpur, yang diambil dari nama lokasinya.
Artinya, kawasan Asia Tenggara adalah wilayah damai, bebas dari pengaruh atau campur
tangan kekuasaan asing.
Dikutip GNFI dari Sejarah Nasional Indonesia, Volume VI, Menlu RI Adam Malik saat itu
menyatakan, negara-negara Asia Tenggara harus bertindak secara kolektif menghadapi
pertarungan kepentingan yang saling berbeda dari empat negara besar, Amerika Serikat,
Uni Soviet, Tiongkok, dan Jepang yang hadir secara politik dan fisik di kawasan Asia
Tenggara.
Salah satu alasan penandatanganan Deklarasi Zopfan ialah karena pengaruh atau kekuatan
dari luar yang jelas membawa pengaruh besar bagi negara di Asia Tenggara.
terbentuknya kerja sama Zopfan bertujuan untuk menangkal intervensi asing di kawasan
ASEAN. Selain itu, deklarasi ini juga bertujuan untuk menciptakan wilayah Asia Tenggara
menjadi kawasan yang bebas, damai, serta netral. Tujuan lainnya ialah untuk meningkatkan
kemakmuran serta kualitas negara ASEAN.
Kamboja dan Vietnam adalah negara tetangga yang telah lama berselisih. Puncak konflik
keduanya terjadi saat Vietnam menginvasi Kamboja dan menggulingkan pemerintahannya.
Dilansir dari The Diplomat, pada 7 Januari 1979 tentara Vietnam menyerang Phnom Penh
dan menggulingkan pemerintahan Khmer merah.
Penyelenggaraan
Jakarta informal meeting dilakukan sebanyak dua kali, JIM I pada Juli 1987 dan JIM II pada
februari 1889 di Jakarta.
JIM I mempertemukan kedua negara yang berselisih untuk pertama kali dan membuahkan
hasil gencatan senjata yaitu Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan diturunkannya
PBB ke perbatasan Kamboja. JIM II kemudian dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari
JIM I.
Perundingan yang panjang ini berakhir damai dengan tercapainya perjanjian Paris (Paris
Peace Agreement) pada 23 Oktober 1991 yang ditandatangani oleh 19 negara.
Dilansir dari Asia Sentinel, perjanjian Paris berakhir dengan Vietnam yang menarik diri
sepenuhnya tanpa syarat dari Kamboja.
Semua tawanan perang dilepaskan, seluruh pasukan militer ditarik dari Kamboja.
Pengaturan kedaulatan, teritorial, penyelesaian politik konflik, serta rekonstruksi
dikembalikan ke Kamboja.
Hal ini mengakhiri perang saudara antara Vietnam dan Kamboja yang telah berlangsung
lama. Sehingga tanggal 23 dijadikan hari libur nasional di Kamboja.
1) Adanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu pada tahun 1964 yang
menimbulkan ide untuk menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah internasional.
2) Diselenggarakannya sidang Liga Arab sedunia pada tahun 1965 di Jeddah, Saudi Arabia
yang mencetuskan ide untuk menggalang solidaritas islamiyah dalam usaha melindungi
umat Islam.
3) Pecahnya Perang Timur Tengah melawan Israel pada tahun 1967. Hal ini mengakibatkan
solidaritas antara negara Islam di Timur Tengah meningkat.
4) Pada tahun 1968 Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan kunjungan ke beberapa
negara Islam dalam rangka penjajakan lebih lanjut untuk membentuk suatu Organisasi Islam
Internasional.
5) Puncak adanya solidaritas umat Islam mulai pecah karena adanya peristiwa perusakan
Masjid Al Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus 1969 Hal ini merupakan puncak
kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel
Negara sponsor :
OKI didirikan atas prakarsa Raja Hussein II (Maroko) dan Raja Faisal (Arab Saudi) pada
tanggal 25 September 1969 berdasarkan Deklarasi Rabat (Maroko) dan memiliki Sekretaris
Jenderal yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.
- Tujuan OKI
1. Sidang Luar Biasa OKI tentang Palestina dan Al-Quds Al-Sharif (2019):
• Hasilnya termasuk penekanan terhadap dukungan OKI terhadap hak-hak
rakyat Palestina dan pembebasan Al-Quds Al-Sharif dari pendudukan Israel. Pernyataan
bersama juga mengutuk tindakan Israel yang merugikan penduduk Palestina.
2. Sidang Khusus OKI tentang Kasus Rohingya (2017):
• Menghasilkan keputusan untuk membentuk kelompok kerja guna menyusun
laporan independen tentang situasi Rohingya di Myanmar. Sidang ini menyoroti kekerasan
dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Rohingya dan menekankan
perlunya tindakan internasional.
3. Sidang KTT OKI (KTT ke-13 di Istanbul, 2016):
• Menghasilkan Deklarasi Istanbul yang menekankan pentingnya solidaritas
dan kerja sama di antara negara-negara anggota OKI. Selain itu, deklarasi tersebut
menyoroti isu-isu seperti konflik di Suriah, Irak, Libya, dan Yaman, serta upaya untuk
memerangi terorisme.
4. Sidang KTT OKI (KTT ke-12 di Kairo, 2013):
• Menghasilkan Penyata Kairo yang menekankan komitmen OKI terhadap
perdamaian, keamanan, dan stabilitas di dunia Islam. Dokumen tersebut juga menyoroti
isu-isu seperti Palestina, Suriah, dan Myanmar.
5. Sidang Luar Biasa OKI tentang Masa Depan Suriah (2012):
• Menghasilkan pernyataan yang mengecam kekerasan yang dilakukan oleh
pemerintah Suriah terhadap rakyatnya sendiri. Sidang ini menyerukan kepada pemerintah
Suriah untuk menghentikan kekerasan dan memulai dialog politik untuk mencari solusi
damai.
Dasasila Bandung
Negara – negara diatas menerapkan prinsip fundamental dari GNB, yaitu :
Konferensi Asia–Afrika (KAA) merupakan cikal bakal lahirnya GNB. Pada saat itu, KAA
dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat. Pada waktu itu, ada beberapa negara yang memilih
untuk memihak dua blok, dan menyatakan keinginannya untuk bersikap netral. Selain KAA,
Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah KTT GNB ke-X yang diadakan di Jakarta, pada
1–6 September 1992. Memimpin GNB Tak hanya menjadi tuan rumah, Indonesia juga
pernah menjadi pemimpin GNB. Pada KTT GNB ke-X, Presiden Soeharto ditunjuk sebagai
Ketua Gerakan Non Blok.
PERKEMBANGAN IPTEK
Norman Ernest Borlaug (25 Maret 1914 – 12 September 2009) adalah biologiwan, agronom,
filantrop, dan peraih anugerah Penghargaan Perdamaian Nobel untuk tahun 1970. Karena
jasa-jasanya dalam menghimpun usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pangan,
khususnya gandum, ia dijuluki sebagai "Bapak Revolusi Hijau".
Sementara di Indonesia, revolusi hijau mulai diupayakan di zaman orde baru pada program
pembangunan. Saat itu Kabinet Ampera diberi tugas memperbaiki kehidupan rakyat baik itu
pada kebutuhan pangan maupun sandang.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pasokan pangan dengan revolusi hijau yang
membuahkan hasil berupa swasembada beras untuk lima tahun (1984-1989). Meski
swasembada ini tidak berlangsung dalam waktu panjang.
Proses revolusi hijau di Indonesia menerapkan 4 hal penting yaitu sistem irigasi untuk
penyedia air, penggunaan pupuk secara optimal, penggunaan pestisida berdasarkan tingkat
serangan hama, dan penggunaan bahan tanam berkualitas seperti varietas unggul.
1. Intensifikasi Pertanian yaitu cara yang dilakukan dengan memilih bibit unggul, mengolah
tanah, irigasi, pemupukan dan memberantas hama. Cara pertama ini disebut juga dengan
Panca Usaha Tani.
2. Ekstensifikasi Pertanian yaitu usaha untuk memperluas lahan tani dengan membuka
lahan baru
3. Diversifikasi Pertanian yaitu upaya membuat suatu lahan berisi beragam jenis tanaman
lewat sistem tumpang sari. Cara ini dapat mencegah gagal panen pokok
Asia Tenggara:
1. Indonesia
2. Malaysia
3. Singapura
4. Thailand
5. Filipina
6. Vietnam
7. Laos
8. Kamboja
9. Myanmar (Burma)
10. Brunei Darussalam
11. Timor Leste
Asia Timur:
1. China
2. Jepang
3. Korea Selatan
4. Korea Utara
5. Taiwan
6. Mongolia
7. Hong Kong (wilayah administratif khusus Tiongkok)
8. Macau (wilayah administratif khusus Tiongkok)
Asia Barat:
1. Saudi Arabia
2. Uni Emirat Arab
3. Iran
4. Irak
5. Israel
6. Yordania
7. Lebanon
8. Suriah
9. Palestina
10. Kuwait
11. Qatar
12. Bahrain
13. Oman
14. Yaman
15. Turki
16. Mesir
18. Tunisia
19. Aljazair
20. Maroko
Asia Selatan:
1. India
2. Pakistan
3. Bangladesh
4. Sri Lanka
5. Nepal
6. Bhutan
7. Maladewa
8. Afghanistan
Asia Tengah:
1. Kazakhstan
2. Uzbekistan
3. Turkmenistan
4. Tajikistan
5. Kyrgyzstan
6. Azerbaijan
7. Armenia
8. Georgia
• Aljazair, Libya, Maroko, Mesir, Sudan, Sudan Selatan, Sahara Barat, Tunisia.
• Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Mauritania,
Niger, Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Tanjung Verde, Togo.
• Angola, Chad, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Kamerun, Republik Demokratik Kongo, Kongo,
Republik Afrika Tengah, Saotome Principe.
Amerika Utara:
1. Amerika Serikat
2. Kanada
3. Meksiko
4. Greenland (Wilayah Otonom di bawah Kerajaan Denmark)
5. Kepulauan Carribean (termasuk Bahamas, Kuba, Jamaica, Haiti, Republik Dominika, dan
sebagainya)
Amerika Tengah:
1. Guatemala
2. Belize
3. El Salvador
4. Honduras
5. Nikaragua
6. Kosta Rika
7. Panama
Amerika Selatan:
1. Brasil
2. Argentina
3. Kolombia
4. Venezuela
5. Peru
6. Chili
7. Ekuador
8. Bolivia
9. Guyana
10. Suriname
11. Uruguay
12. Paraguay
Australia :
1. New South Wales
2. Queensland
3. South Australia
4. Tasmania
5. Victoria
6. Western Australia
7. Northern Territory (wilayah otonom)
8. Australian Capital Territory (wilayah otonom)