Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian region

Menurut Taylor bahwa Wilayah adalah suatu daerah tertentu di permukaan bumi yang dapat
dibedakan dengan daerah tetangganya atas dasar kenampakan karakteristik yang menyatu.
Sedangkan menurut Rustiadi bahwa wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas
spesifik tertentu di mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling
berinteraksi secara fungsional. Batasan wilayah tersebut tidak selalu dengan kenampakan
fisik dan pasti, melainkan bersifat dinamis.
Wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan
secara fungsional. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan
wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau
intensitas hubungan fungsional antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya

Pengertian Wilayah Menurut Para Ahli


Definisi wilayah juga dikemukakan oleh beberapa tokoh Geografi, diantaranya:
1. R. E. Dickinson
Wilayah adalah sesuatu yang kondisi fisiknya homogen.
2. A. J. Hertson
Wilayah adalah komplek tanah, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia dengan hubungan
khusus sebagai kebersamaan yang kelangsungannya mempunyai karakter khusus dari
permukaan bumi.
3. Taylor
Wilayah dapat didefinisikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang berbeda dan
ditunjukkan oleh sifat-sifat yang berbeda dari lainnya.
4. Fannemar
Wilayah adalah area yang digolongkan melalui kenampakan permukaan yang sama dan
dikontraskan dengan area sekitarnya.
5. Bintoro
Wilayah dapat diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal
tertentu dari daerah sekitarnya.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
Wilayah adalah kesatuan geografis yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/aspek fungsional.

2. Contoh region

1. Wilayah Pembangunan Utama A


Wilayah pembangunan ini memiliki pusat di kota Medan, adapun wilayah yang termasuk
dalam kawasan ini adalah sebagai berikut.

● Wilayah pembangunan I, meliputi daerah Aceh dan Sumatera Utara.


● Wilayah pembangunan II, meliputi daerah Sumatera Barat dan Riau yang pusatnya
berada di kota Pekanbaru.

2. Wilayah Pembangunan Utama B


Wilayah pembangunan utama B memiliki pusat pertumbuhan di Jakarta. Wilayah yang
termasuk kawasan ini, yaitu:

● Wilayah pembangunan III, meliputi daerah Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi,
dengan pusat pertumbuhan di kota Palembang.

● Wilayah Pembangunan IV, meliputi daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Yogyakarta, dengan pusat pertumbuhan di kota Jakarta.

● Wilayah pembangunan V, meliputi daerah Kalimantan Barat yang berpusat di kota


Pontianak.

3. Wilayah Pembangunan Utama C


Wilayah ini memiliki pusat pertumbuhan utama di kota Surabaya, kawasan yang termasuk
dalam wilayah pembangunan ini di antaranya adalah:

● Wilayah Pembangunan VI, meliputi daerah Jawa Timur dan Bali

● Wilayah pembangunan VII, meliputi daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,


dan Kalimantan Selatan, dengan pusat pertumbuhan di Balikpapan dan Samarinda.

4. Wilayah Pembangunan D
Pusat pertumbuhan wilayah ini adalah Makassar, terdiri atas beberapa daerah, yaitu sebagai
berikut.

● Wilayah pembangunan utama VIII, meliputi kawasan Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Timur, serta Sulawesi Tenggara.

● Wilayah Pembangunan IX, meliputi daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
dengan pusat pertumbuhan di Kota Manado.

● Wilayah pembangunan X, meliputi daerah Maluku dan Papua yang berpusat di Kota
Sorong.

a. Generic Region: yaitu penggolongan wilayah menurut jenisnya yang menekankan pada
jenis wilayah, seperti iklim, topografi, vegetasi, dan fisiografi. Misalnya wilayah vegetasi,
dalam hal ini lebih ditekankan kepada jenis perwilayahannya saja.
b. Specific Region: merupakan wilayah tunggal yang mempunyai ciri-ciri geografis
tertentu/khusus terutama yang ditentukan oleh lokasi absolut dan lokasi relatifnya. Misalnya:
(a) Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah tunggal yang mempunyai karakteristik
geografis khusus, seperti lokasi, penduduk, bahasa, tradisi, iklim, dan lain-lainnya; (b)
Wilayah Waktu Indonesia Barat (WIB), merupakan wilayah tunggal dan mempunyai ciri
khusus yaitu lokasinya di Indonesia bagian barat yang dibatasi oleh waktu, berdasarkan garis
bujur serta pertimbangan politis, sosial, ekonomi, aktivitas penduduk, dan budaya.

c. Uniform Region (Formal) : suatu wilayah yang didasarkan atas keseragaman atau
kesamaan dalam kriteria-kriteria tertentu. Wilayah geografis yang seragam berdasarkan
kriteria tertentu dan dapat dibedakan dengan daerah tetangganya. Homogenitas dari wilayah
formal dapat ditinjau dari kriteria fisik atau alam ataupun kriteria sosial budaya. Contoh:
wilayah pertanian yang mempunyai kesamaan yakni adanya unsur petani dan lahan pertanian,
dan kesamaan itu menjadi sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur yang membentuk wilayah
(Bintarto dan Surastopo, 1979).

d. Nodal Region (Fungsional) : merupakan suatu wilayah yang diatur beberapa pusat-pusat
kegiatan yang saling dihubungkan oleh jalur transportasi antara satu dengan yang lainnya.
Wilayah geografi yang memperhatikan suatu hubungan fungsional antar wilayah formal yang
interdependensi dan batas wilayah tersebut oleh sebuah titik pusat Contoh: Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) sebagai kota yang cukup besar dan unik, mempunyai beberapa pusat
kegiatan seperti pusat kebudayaan Jawa, pusat pendidikan, pusat perdagangan, pariwisata,
industri kerajinan, dan lain-lainnya

3. Wilayah fungsional dan formal

Wilayah Formal
Wilayah formal dikenali berdasarkan satu kriteria yang menjadi ciri khas suatu kawasan.
Wilayah formal juga dibatasi berdasarkan keragamannya secara internal. Selain itu, wilayah
formal bersifat statis. Ini yang menyebabkan wilayah formal juga disebut wilayah homogen.
Homogenitas di wilayah formal bisa terlihat dari karakteristik fisik (alam) maupun kondisi
sosial-budaya masyarakatnya. Kondisi sosial-budaya itu bisa terkait dengan aktivitas
ekonomi atau identitas budaya. Keragaman karakteristik yang menjadi dasar identifikasi
suatu wilayah formal bisa berkaitan dengan kondisi geografis, seperti kenampakan fisik muka
bumi, iklim, topografi, vegetasi, jenis batuan, hingga penggunaan lahan. Homogenitas di
wilayah formal juga dapat terkait dengan kesamaan aktivitas penduduknya, terutama di
bidang ekonomi, seperti pertanian, industri, dan lain sebagainya. Maka itu, wilayah
pegunungan, wilayah perkebunan, kawasan pusat perniagaan, wilayah iklim tropis
merupakan contoh wilayah formal.

a. Contoh wilayah formal berdasarkan kriteria fisik: Wilayah pegunungan kapur (karst)
Wilayah rawa-rawa Wilayah hutan tropis Wilayah beriklim tropis Wilayah beriklim subtropis
Wilayah pegunungan Wilayah vegetasi mangrove Wilayah hutan lindung Wilayah dataran
rendah Wilayah geologi zona Bandung Wilayah daerah aliran sungai (DAS) Wilayah
pertanian kering Wilayah pertanian sawah Wilayah permukiman. Wilayah perkebunan.
b. Contoh wilayah formal berdasarkan kriteria sosial-budaya: Wilayah industri tekstil
Wilayah pertanian sawah basah Wilayah pertanian ladang tadah hujan Wilayah pertanian
kering Wilayah suku asmat Wilayah kesultanan Yogyakarta Wilayah perkebunan sawit
Wilayah ekonomi khusus di Batam Wilayah pecinan (permukiman warga etnis tionghoa)
Wilayah pusat perniagaan Wilayah kawasan industri Jababeka. Wilayah parahyangan di Jawa
Barat (kenampakan budaya) Daerah pengrajin gerabah (seperti pusat pengrajin gerabah
kasongan, Bantul) Desa nelayan Wilayah administratif
negara/provinsi/kabupaten/kecamatan/desa.

Wilayah Fungsional
Berbeda dengan wilayah formal, identifikasi wilayah fungsional merujuk pada relasi
bagian-bagian yang beragam di dalamnya. Jika wilayah formal berdasarkan pada konsep
homogenitas, wilayah fungsional mengacu pada heterogenitas (keragaman).
Perbedaan yang lainnya, wilayah fungsional bersifat dinamis. Bagian-bagian dari suatu
wilayah yang bersifat heterogen bisa memiliki hubungan fungsional sehingga saling
berkaitan. Hubungan-hubungan fungsional itu umumnya dapat teramati dari pergerakan
barang, jasa, serta manusia dari satu bagian ke bagian lain di dalam satu wilayah.
Dalam wilayah fungsional, hubungan yang saling terkait (fungsional) bisa terjadi di antara
wilayah pusat (inti) dengan wilayah belakangnya (hinterland). Relasi ini mengarah pada
kondisi saling ketergantungan. Hubungan saling ketergantungan antara kawasan pusat dan
hinterland tercermin dari arus pertukaran penduduk, barang, jasa, hingga keterhubungan
sarana transportasi dan komunikasi.
Maka, suatu kota bisa disebut sebagai bagian wilayah fungsional apabila berperan memenuhi
kebutuhan para penduduk di daerah pinggiran atau perdesaan sekitarnya. Demikian pula
desa/kawasan pinggiran bisa menjadi bagian dari wilayah fungsional karena menopang
kebutuhan kota besar (pusat).
Salah satu contoh wilayah fungsional di Indonesia adalah Jabodetabek yang merupakan
sebuah kawasan aglomerasi mencakup DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Jakarta berperan sebagai inti wilayah fungsional, sementara Bodetabek berfungsi menjadi
wilayah belakang atau hinterland.

Berikut sejumlah 5 contoh wilayah fungsional di Indonesia: Wilayah Jabodetabek (DKI


Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) Wilayah Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang)
Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan)
Wilayah Bopuncur (Bogor, Puncak, Cianjur) yang jadi wilayah fungsional untuk daerah
konservasi. Wilayah kawasan ekonomi khusus (KEK), seperti KEK Tanjung Lesung, KEK
Mandalika, dan lain sebagainya.

Ciri-ciri Wilayah Fungsional


1) Ada arus pertukaran barang, jasa, manusia, informasi, dan ide (gagasan);
2) Ada pusat (inti/node) sebagai pusat pertemuan arus pertukaran secara terorganisir;
3) Ada wilayah yang semakin meluas;
4) Ada jejaring rute tempat tukar-menukar berlangsung
5) Ada hubungan saling ketergantungan antarwilayah yang menyokong kebutuhan
masing-masing
6) Luas wilayah bisa berkembang atau meluas
7) Kondisi wilayah dinamis dan mudah berubah-ubah
8) Lebih sulit dikenali dibandingkan wilayah formal.

4. Karakteristik wilayah formal

Ciri-ciri Wilayah Formal


1) Memiliki kesamaan fisik atau jenis aktivitas penduduk
2) Bersifat homogen (ada keseragaman karakteristik di dalam wilayah)
3) Bersifat statis (sulit berubah)
4) Terkelompokkan berdasarkan kategori yang baku (sehingga mudah dikenali).

5. Penentuan wilayah formal secara fisik

CONTOH WILAYAH FORMAL

1. Kriteria fisik

Kriteria fisik contoh wilayah formal didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan, iklim,
vegetasi, dan hewan. Contoh wilayah formal di Indonesia berdasarkan kriteria fisik, sebagai
berikut.
● Wilayah pegunungan kapur (karst)
● Wilayah beriklim dingin
● Daerah Pegunungan Dieng
● Wilayah hutan hujan tropis
● Kepulauan Wallacea
● Zona dataran rendah Jakarta
● Wilayah vegetasi mangrove

2. Kriteria sosial budaya

Wilayah formal berdasarkan kriteria kondisi sosial dan budaya seperti aspek ekonomi,
lingkungan hidup, sosial mata pencaharian, suku, dan agama. Contoh wilayah formal di
Indonesia berdasarkan kriteria sosial budaya yakni:
● Wilayah industri tekstil
● Daerah pengrajin gerabah
● Wilayah pertanian sawah basah
● Wilayah suku banjar
● Wilayah Kesultanan Yogyakarta
● Permukiman pecinan
CONTOH WILAYAH FUNGSIONAL

1. Tipe ekonomi

Kategori tipe ekonomi dapat didasarkan pada aspek seperti arus pengangkutan barang, arus
penumpang, kereta api, dan jalan raya. Contoh wilayah fungsional yakni:
● Wilayah metropolitan seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi)
● Gerbang Kertasusila (Gresik, Bengkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan)
● Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan)
● Metropolitan Bandung Raya
● Metropolitan Mammanisata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar)
● Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN (Batam. Bintan, Karimun Jawa)
● Sijori (Singarupa, Johor, Riau)

2. Tipe maksud/tujuan

Kategori tipe maksud dan tujuan seperti alur hilir mudik, arus komuter dari tempat tinggal ke
tempat kerja atau pusat perbelanjaan.

3. Tipe sosial

Untuk tipe sosial contohnya seperti arus pelajar atau mahasiswa dari tempat tinggal ke
sekolah atau pasien dari tempat tinggal ke rumah sakit. Contoh lain di bidang sosial ada pada
arus informasi melalui surat kabar, faksimili, dan telepon.

6. Klasifikasi wilayah

1. Uniform Region / Wilayah Formal


Wilayah formal adalah wilayah yang dibentuk dari adanya kesamaan topografi, iklim, lalu
berkembang menjadi menjadi kriteria ekonomi, misalnya industri-industri atau tipe pertanian
bahkan sosial politik. Jadi, yang dimaksud wilayah formal adalah suatu wilayah yang statis,
homogen (seragam), dan pasif, misalnya wilayah desa nelayan yang penduduknya mayoritas
memiliki mata pencarian sebagai nelayan.

2. Nodal Region / Wilayah Fungsional


Wilayah fungsional yaitu wilayah yang memiliki kegiatan yang saling berkaitan atau
berhubungan. Wilayah ini bersifat aktif, heterogen, dan dinamis. Contohnya, wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang dihubungkan dengan sarana
transportasi KRL Commuterline. Nodal region dapat ditemui di kota-kota besar atau Central
Business District(CBD).

3. Wilayah Vernakular
Wilayah vernakular merupakan wilayah yang identik dengan persepsi masyarakat. Contohnya
Bogor yang dikenal sebagai kota hujan, Surabaya yang dikenal sebagai kota pahlawan.
7. Pusat pertumbuhan

Pusat pertumbuhan merupakan suatu magnet sebagai penarik dan juga sebagai pendorong
perkembangan suatu wilayah. Pusat pertumbuhan wilayah dapat terbentuk secara alami
maupun secara terencana. Wilayah selalu berkaitan dengan pengelolaan dan penataan ruang
yang didalamnya terdapat pertumbuhan pembangunan baik dibidang fisik, sosial, ekonomi,
dan budaya.

8. Faktor yg mempengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pusat pertumbuhan wilayah antara lain sebagai
berikut :

a. Faktor fisik
Faktor fisik sangat mempengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan wilayah. Faktor fisik
meliputi topografi, iklim, keadaan tanah, keadaan air, dan sebagainya. Kondisi fisik suatu
wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk pengembangan wilayah akan lebih cepat
berkembang. Misalnya , topografi datar, ketersediaan air mencukupi, kondisi tanah stabil,
terhindar dari banjir, tanah longsor, genpa dan sebagainya, maka wilayah tersebut akan lebih
cepat berkembang.

b. Faktor pengambil kebijakan


Tidak semua wilayah dapat berkembang sesuai dengan yang diinginkan, meskipun dari
beberapa faktor yang sangat mendukung. Perencanaan pembangunan terhadap perkembangan
wilayah juga turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Kebijakan-kebijakan yang
diambil haruslah menguntungkan bagi perkembangan wilayah seperti kebijakan penggunaan
lahan, rencana dalam ruang wilayah, pengendalian pemanfaatan lahan, dan sebagainya.

c. Faktor ekonomi
Setiap wilayah memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Misalnya , suatu wilayah tidak
mampu menyediakan kebutuhan seperti bahan pangan. Sementara wilayah yang lain
memiliki potensi untuk penyediaan bahan pangan, begitu
sebaliknya. Maka akan terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.

d. Faktor sosial
Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan wilayah apabila wilayah tersebut
kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan masyarakatnya lebih terjamin bila
dibandingkan dengan wilayah yang lain. Kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan
dapat terbentuk secara alami yaitu masyarakat mulai sadar akan kebutuhan tersebut dan
secara terencana, yaitu terdapat perencanaan mengenai pembangunan dan peningkatan
pendidikan , pendapatan, dan kesehatan.

e. Faktor sarana pendukung


Ketersediaan sarana pendukung seperti jaringan, jenis transportasi, sarana ekonomi,
pendidikan, dan fasilitas lainnya berperan dalam pengembangan wilayah. Semakin
meningkatnya perkembangan wilayah menuntut adanya peningkatan sarana pendukung.
Dengan tersedianya sarana pendukung tersebut, dapat mendukung perekonomian suatu
wilayah. Sarana pendukung memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan ekonomi,
misalnya transportasi memudahkan dalam distribusi barang dan memudahkan mobilitas
penduduk. Pasar dan mal memberikan kemudahan dalam kegiatan jual beli, transaksi,
memasarkan hasil produksi, dan sebagainya. Wilayah-wilayah yang ada tidak tumbuh dalam
waktu yang bersamaan, jangka waktu yang berbeda, perkembangan yang berbeda, dan tingkat
keteraturan yang berbeda pula.

9. Tempat sentral berhierarki

(1) Tempat sentral yang berhierarki (K = 3)


K - 6(1/3) + 1 K = 3
Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa
menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau sering disebut sebagai kasus pasar
optimal. Kasus pasar optimal ini memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di
sekitarnya yang berbentuk heksagonal atau segi enam, selain mempengaruhi wilayah itu
sendiri

(2) Tempat sentral yang berhierarki (K = 4)


K=6 (1/2)+1 K=4
Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu-lintas optimum, artinya di daerah
tersebut dan daerah-daerah sekitarnya yang terpengaruh tmpat sentral itu senantiasa
memberikan kemungkinan rute lalu-lintas yang paling efisien. Situasi lalu-lintas optimum ini
memiliki pengaruh 1/2 bagian dan wilayah- wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk
heksagonal atau segienam, selain mempengaruhi wilayah itu sendiri.

(3) Tempat sentral yang berhierarki (K = 7)


K - 6(1) + 1 K = 7
Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administrasi yang optimum. Tempat
sentral ini mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) wilayah-wilayah tetangganya, selain
mempengaruhi wilayahnya itu sendiri. Situasi administratif yang dimaksud di atas dapat
berupa kota pusat pemerintah.
10.Pusat pertumbuhan metode gravitasi

Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli
geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua
wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak
antara kedua wilayah tersebut. Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah digunakan
formulasi sebagai berikut.

Contoh soal:
Perhatikan gambar suatu wilayah A, B dan C di bawah ini
A= 20.000
B=30.000
C=40.000
Kekuatan interaksi wilayahnya A dan B atau antara B dan C yang lebih besar interaksinya?

11.Hitungan interaksi kota


Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi
Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan
lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah
yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan
sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua
pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah
penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota
yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.
12.Hitungan indeks konektivitas

Teori Grafik
Salah satu komponen penting interaksi antar wilayah adalah infrastruktur berupa jaringan
jalan. Makin banyak jaringan jalan yang menghubungkan antar kota maka alternatif distribusi
penduduk, barang dan jasa makin lancar. Anda tentu sependapat bahwa antara satu wilayah
dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk
pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai
wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.

Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki
kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah
yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.

Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan
jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan
membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana
penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan
Indeks Konektivitas. Semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota maka
makin tinggi nilai indeks konektivitasnya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap potensi
pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat
mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai
berikut.
13.Tujuan pembangunan wilayah

1. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan wilayah merupakan upaya strategis dalam meningkatkan kualitas hidup


masyarakat serta memajukan potensi ekonomi, sosial, dan lingkungan suatu wilayah. Tujuan
utama dari pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan keberlanjutan
dalam jangka panjang. Artikel ini akan menjelaskan beberapa tujuan kunci yang menjadi
fokus dalam upaya

Salah satu tujuan utama pembangunan wilayah adalah meningkatkan kesejahteraan


masyarakat di wilayah tersebut. Kesejahteraan mencakup akses yang lebih baik terhadap
pendidikan, kesehatan, perumahan layak, pekerjaan yang layak, dan infrastruktur dasar.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan, masyarakat akan memiliki
kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka secara berkelanjutan.

2. Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan wilayah juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang


berkelanjutan. Melalui investasi dalam infrastruktur, industri, dan sektor-sektor ekonomi
lainnya, wilayah dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan
merangsang kegiatan ekonomi yang lebih luas. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, termasuk peningkatan
pendapatan dan peluang usaha.

3. Meningkatkan Kualitas Lingkungan

Aspek lingkungan juga menjadi salah satu fokus utama pembangunan wilayah. Tujuan ini
bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan alam serta mencegah
dampak negatif pembangunan terhadap ekosistem. Dengan melibatkan praktik-praktik ramah
lingkungan dalam perencanaan dan implementasi pembangunan, wilayah dapat memastikan
bahwa sumber daya alam tetap terjaga untuk generasi mendatang.

4. Memperbaiki Akses dan Konektivitas

Tujuan pembangunan wilayah juga termasuk meningkatkan akses dan konektivitas antara
wilayah-wilayah dalam skala lokal, regional, dan internasional. Infrastruktur transportasi dan
teknologi informasi yang baik dapat membuka peluang baru dalam perdagangan, investasi,
dan pertukaran pengetahuan. Hal ini tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga mengurangi kesenjangan antarwilayah.
14.Wilayah pembangunan A,B,C,D,E

1. Wilayah Pembangunan Utama A


-Kota Pusat Pertumbuhan: Medan
-Pembagian Wilayah Utama 1: Aceh dan Sumatera Utara (pusatnya Medan)
-Pembagian Wilayah Utama 2: Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau (pusatnya
Pekanbaru)

2. Wilayah Pembangunan Utama B


-Kota Pusat Pertumbuhan: Jakarta
-Pembagian Wilayah Utama 3: Aceh dan Sumatera Utara (pusatnya Medan)
-Pembagian Wilayah Utama 4: Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung
(pusatnya Palembang)
-Pembagian Wilayah Utama 5: Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan DI Yogyakarta (pusatnya Jakarta)

3. Wilayah Pembangunan Utama C


-Kota Pusat Pertumbuhan: Surabaya
-Pembagian Wilayah Utama 6: Jawa Timur dan Bali (pusatnya Surabaya)
-Pembagian Wilayah Utama 7: Kalteng, Kaltim, Kalsel, dan Kaltara (pusatnya Samarinda dan
Balikpapan)

4. Wilayah Pembangunan Utama D


-Kota Pusat Pertumbuhan: Makassar
-Pembagian Wilayah Utama 8: NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara (pusatnya
Makassar)
-Pembagian Wilayah Utama 9: Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara
(pusatnya Manado) -Pembagian Wilayah Utama 10: Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat (pusatnya Sorong).

Dengan demikian, sejumlah kota yang bisa dianggap sebagai contoh pusat pertumbuhan
wilayah di Indonesia adalah: Medan Jakarta Surabaya Makassar.

15.Tujuan penataan ruang Nasional

Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 26 Tahun 2007, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan


untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: terwujudnya
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan
dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, dengan memperhatikan
sumber daya manusia; dan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, yang selanjutnya disingkat RTRWP, adalah rencana
tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan penjabaran dari
RTRWN, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi; rencana
struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah provinsi; penetapan kawasan
strategis provinsi; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Tujuan penataan ruang wilayah provinsi adalah tujuan
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi yang merupakan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang provinsi pada aspek keruangan, yang pada dasarnya
mendukung terwujudnya tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah
provinsi yang dibangun oleh kontelasi pusat- pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang
berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
terutama jaringan transportasi.

Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

16. Peta yg dibutuhkan untuk analisis kemarau panjang , pembangunan taman kota ,
jalan tol , menentukan lokasi pusat perbelanjaan

Peta untuk analisis kemarau panjang :


1) Peta Curah Hujan
2) Peta Kelembaban Udara
3) Peta Suhu Udara
Peta untuk pembangunan taman kota ;
1) Peta Persebaran Penduduk
2) Peta Tata Guna Lahan
3) Peta Jenis Tanah
Peta untuk pembangunan jalan tol :
1) Peta Struktur Tanah
2) Peta Penduduk
Peta untuk menentukan lokasi pusat perbelanjaan :
1) Peta Jaringan Jalan
2) Peta Tata Guna Lahan
3) Peta Persebaran Penduduk
17.Unsur interpretasi

Rona
Tingkat kecerahan objek pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat bervariasi
dari putih hingga hitam, pada foto berwarna, rona lebih mudah diinterpretasi berdasarkan
ketampakan warna objek.
Rona "gelap / hitam" banyak menyerap cahaya.
Rona "putih / terang" banyak memantulkan cahaya.

Warna
Menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan dalam warna
biru, hijau, merah, kuning jingga, dan lainnya. Wama menunjukkan tingkat gelap terang
bervariasi

Bentuk
Merupakan atribut yang jelas & spesifik
Contoh:
1. Stadion Olahraga berbentuk lingkaran / persegi panjang
2. Bangunan sekolah umumnya berbentuk I. U.L. atau persegi panjang.
3. Gunung dikenali dengan bentuk yang kerucut.

Ukuran
Atribut berkaitan jarak, luas, tinggi, lereng, volume
Contoh :
1. Ukuran bangunan permukiman lebih kecil dan ukuran bangunan perkantoran, sekolah, dan
industri.
2. Lapangan badminton, tenis, sepakbola memiliki ukuran tersendin yang dapat dibedakan

Tekstur
Frekuensi pengulangan (perubahan rona 10000 Dibedakan atas..
1. Tekstur halus → misal rumput
2. Tekstur sedang → misal: Semak belukar
3. Tekstur kasar → misal: pepohonan.
Tekstur dipengaruhi
1. Jarak antara objek dekat halus, jauh karar
2. Ketinggian objek kasar, → sama halus, tidak sama: sedang sedang.

Pola
Kecenderungan suatu objek membentuk suatu keteraturan (bentuk yang diulang). Pola dapat
kita amati pada berbagai macam objek baik berupa permukiman, aliran sungai, dan tanaman.
(misal kelapa sawit). Permukiman yang menempati area sepanjang jalan dan sungai biasa
disebut pola linier.
Bayangan
Bayangan dapat menunjukkan arah datang sinar matahari dan adanya perbedaan ketinggian
suatu objek pada citra atau foto udara yang ada.

Situs dan Asosiasi


Situs letak / kedudukan suatu objek terhadap lingkungan (bentang alam) yang berada di
sekelilingnya.
Asosiasi letak / kedudukan suatu objek terhadap obyek lain (buatan manusia / bentang sosial
yang berada di sekelilingnya.
Contoh situs: perkebunan kurma dengan gurun pasir, tambak ikan dengan laut.
Contoh asosiasi : gedung sekolah dengan lapangan basket, bandara berasosiasi dengan
pesawat

Konvergensi bukti.
Penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi menyempit ke
arah satu kesimpulan tertentu.
Contoh : tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pol atra, menunjukkan pohon palem. Bila
ditambah unsur lain, situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma
tersebut adalah sagu.

18.Pengertian klasifikasi dalam SIG

Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG yaitu :

1. Klasifikasi

Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data keruangan (spatial) menjadi data keruangan (spatial)
yang berarti. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata-guna lahan untuk permukiman,
pertanian, perkebunan atau hutan berdasarkan analisis data kemiringan kemiringan atau data
ketinggian (peta topografi). Hasilnya berupa peta tata-guna lahan.

2. Overlay

Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data keruangan yang
berbeda. Contohnya adalah menganalisis daerah rawan erosi dengan meng-overlaykan
(tumpang susunkan) data ketinggian, jenis tanah dan kadar air.

3. Networking

Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan
titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang. misaInya,
sistem jaringan telepon kabel listrik, pipa minyak atau gas, pipa air minum atau saluran
pembuangan.

4. Buffering
Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk
lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa
mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya. Buffering misalnya dapat
digunakan untuk menentukan jalur hijau di perkotaan, menggambarkan Zona Ekonomi
Eklusif (ZEE) yang dimiliki suatu negara, mengetahui luas daerah yang mengalami tumpahan
minyak di Laut, atau untuk menentukan lokasi pasar, toko atau outlet dengan memperhatikan
lokasi konsumen termasuk memperhatikan lokasi toko atau outlet yang dianggap pesaing.

5. Tiga Dimensi

Tiga dimensi, analisis ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman, karena data
divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi. Misainya digunakan untuk menganalisis daerah
yang akan terkena aliran lava jika gunung-api diprediksi akan meletus.

19.SIG dalam bidang SDA , kesehatan ,transportasi

Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat
digunakan untuk hal-hal berikut.
1. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit
2. Analisis Trend Spasial Dan Temporal
3. Pemetaan Populasi Berisiko
4. Stratifikasi Faktor Risiko
5. Perencanaan dan penentuan intervensivikasi
6. Monitoring Penyakit

Dalam bidang transportasi pemetaan SIG digunakan untuk inventarisasi jaringan transportasi
publik, kesesuaian rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, serta analisis
kawasan rawan kemacetan dan kecelakaan.

a. Manajemen Prasarana Transportasi


SIG digunakan untuk mengelola dan menganalisa berbagai informasi dengan geografi
sebagai komponen utamanya lebih daroi 80 % dari informasi digunakan untuk mengelola
jalan, jalur kereta api, fasilitas pelabuhan, sebagai komponen utamanya SIG bisa
dimanfaatkan untuk menentukan lokasi dari suatu peristiwa atau aset dan keterkaitannya atau
kedekatannya antar satu dengan yang lainnya terhadap peristiwa atau aset yang lainnya,
dimana hal tersebut merupakan faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan untuk
memutuskan suatu desain, pembangunan atau pemeliharaan.

b. Manajemen Logistik dan Kendaraan


Sebuah kegiatan operasi yang efisien membutuhkan sebuah keputusan yang akurat dan tepat
waktu. Misalnya mengetahui sedang berada dimanakah kendaraan atau aktivitas
penghantaran pada saat itu, memungkinkan untuk pendayagunaan aset secara optimal dan
penghematan. Kepuasan pelanggan, posisi yang bersaing, respons yang sigap,
pendayagunaan yang efektif, serta kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan di berbagai
kemungkinan yang diraih.

c. Manajemen Transit
Perencanaan rute, pengiriman teknisi, analisis pelayanan, penaganan pemasaran dan
hubungan komunitas dan pola transit akan diperoleh keuntungan dengan cara melakukan
pemahaman sebaik-baiknya terhadap kendaraan transit, rute perjalanan dan fasilitas lokasi
rute perjalanan dapat dikelola secara langsung melalui database jaringan jalan dan dikaitkan
terhadap pusat kependudukan dan karyawan, seperti pada sistem database dan sebuah skedul.

20. Pemanfaatan SIG dalam perencanaan dan pembangunan tata ruang kota

a. Penyediaan Data Penggunaan Lahan


Perencanaan transportasi memerlukan data penggunaan lahan untuk menentukan pola
pergerakan, volume, distribusi sarana angkutan, dan tingkat aksesibilitas sistem transportasi.
Data penggunaan lahan dapat menentukan harga lahan yang sangat penting dalam
perencanaan dan pengembangan kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan jasa.
Kemudian data lokasi tempat tinggal penduduk (permukiman), dan lokasi beraktivitas
penduduk (bekerja, sekolah, rekreasi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk perencanaan
transportasi. Setiap citra penginderaan jauh dapat menampilkan data penggunaan lahan
dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk memperoleh
informasi perubahan penggunaan lahan dalam perencanaan transportasi.

b. Pengumpulan data sosial ekonomi dan jumlah penduduk


Kondisi sosial ekonomi dan karakteristik penduduk pada suatu wilayah mencerminkan pola
penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi, misalnya menentukan
jumlah bangkitan pergerakan. Informasi mengenai jumlah penduduk pada suatu wilayah
merupakan parameter penting dalam perencanaan transportasi. Penginderaan jauh merupakan
sumber data yang dapat digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk. Untuk
memperkirakan jumlah penduduk melalui citra penginderaan jauh yaitu dengan menghitung
jumlah unit bangunan dan tipe ukuran bangunan rumah dikalikan dengan jumlah penghuni
tipe rumah tersebut. Kategori untuk setiap rumah, yaitu jumlah keluarga besar, keluarga
sedang, dan keluarga kecil. Sedangkan kepadatan, kategorinya padat, sedang, dan jarang.
Untuk mengetahui pola persebaran penduduk dapat diestimasi dari pola permukiman
penduduk.

c. Inventarisasi Jaringan Transportasi (kondisi jalan)


Citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menampilkan data jaringan jalan, sungai, rel
kereta api dengan sangat jelas. Bahkan fungsi jalan dapat dibedakan dari citra seperti jalan
tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Selain jaringan jalan, pada citra juga dapat
ditampilkan persimpangan jalan, tempat parkir, terminal, bandar udara, dan stasiun kereta api.
Informasi yang detail dan akurat tentang jaringan jalan merupakan dasar untuk manajemen
dan perencanaan transportasi. Citra satelit penginderaan jauh dapat menyediakan sumber
informasi spasial jaringan jalan seperti lokasi, panjang jalan, lebar jalan, kualitas jalan (jalan
beraspal, jalan paving blok, jalan tanah). Informasi tersebut dapat digunakan untuk
memperbaiki data sistem transportasi yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai