Pengertian region
Menurut Taylor bahwa Wilayah adalah suatu daerah tertentu di permukaan bumi yang dapat
dibedakan dengan daerah tetangganya atas dasar kenampakan karakteristik yang menyatu.
Sedangkan menurut Rustiadi bahwa wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas
spesifik tertentu di mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling
berinteraksi secara fungsional. Batasan wilayah tersebut tidak selalu dengan kenampakan
fisik dan pasti, melainkan bersifat dinamis.
Wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan
secara fungsional. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan
wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau
intensitas hubungan fungsional antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
2. Contoh region
● Wilayah pembangunan III, meliputi daerah Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi,
dengan pusat pertumbuhan di kota Palembang.
● Wilayah Pembangunan IV, meliputi daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Yogyakarta, dengan pusat pertumbuhan di kota Jakarta.
4. Wilayah Pembangunan D
Pusat pertumbuhan wilayah ini adalah Makassar, terdiri atas beberapa daerah, yaitu sebagai
berikut.
● Wilayah pembangunan utama VIII, meliputi kawasan Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Timur, serta Sulawesi Tenggara.
● Wilayah Pembangunan IX, meliputi daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
dengan pusat pertumbuhan di Kota Manado.
● Wilayah pembangunan X, meliputi daerah Maluku dan Papua yang berpusat di Kota
Sorong.
a. Generic Region: yaitu penggolongan wilayah menurut jenisnya yang menekankan pada
jenis wilayah, seperti iklim, topografi, vegetasi, dan fisiografi. Misalnya wilayah vegetasi,
dalam hal ini lebih ditekankan kepada jenis perwilayahannya saja.
b. Specific Region: merupakan wilayah tunggal yang mempunyai ciri-ciri geografis
tertentu/khusus terutama yang ditentukan oleh lokasi absolut dan lokasi relatifnya. Misalnya:
(a) Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah tunggal yang mempunyai karakteristik
geografis khusus, seperti lokasi, penduduk, bahasa, tradisi, iklim, dan lain-lainnya; (b)
Wilayah Waktu Indonesia Barat (WIB), merupakan wilayah tunggal dan mempunyai ciri
khusus yaitu lokasinya di Indonesia bagian barat yang dibatasi oleh waktu, berdasarkan garis
bujur serta pertimbangan politis, sosial, ekonomi, aktivitas penduduk, dan budaya.
c. Uniform Region (Formal) : suatu wilayah yang didasarkan atas keseragaman atau
kesamaan dalam kriteria-kriteria tertentu. Wilayah geografis yang seragam berdasarkan
kriteria tertentu dan dapat dibedakan dengan daerah tetangganya. Homogenitas dari wilayah
formal dapat ditinjau dari kriteria fisik atau alam ataupun kriteria sosial budaya. Contoh:
wilayah pertanian yang mempunyai kesamaan yakni adanya unsur petani dan lahan pertanian,
dan kesamaan itu menjadi sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur yang membentuk wilayah
(Bintarto dan Surastopo, 1979).
d. Nodal Region (Fungsional) : merupakan suatu wilayah yang diatur beberapa pusat-pusat
kegiatan yang saling dihubungkan oleh jalur transportasi antara satu dengan yang lainnya.
Wilayah geografi yang memperhatikan suatu hubungan fungsional antar wilayah formal yang
interdependensi dan batas wilayah tersebut oleh sebuah titik pusat Contoh: Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) sebagai kota yang cukup besar dan unik, mempunyai beberapa pusat
kegiatan seperti pusat kebudayaan Jawa, pusat pendidikan, pusat perdagangan, pariwisata,
industri kerajinan, dan lain-lainnya
Wilayah Formal
Wilayah formal dikenali berdasarkan satu kriteria yang menjadi ciri khas suatu kawasan.
Wilayah formal juga dibatasi berdasarkan keragamannya secara internal. Selain itu, wilayah
formal bersifat statis. Ini yang menyebabkan wilayah formal juga disebut wilayah homogen.
Homogenitas di wilayah formal bisa terlihat dari karakteristik fisik (alam) maupun kondisi
sosial-budaya masyarakatnya. Kondisi sosial-budaya itu bisa terkait dengan aktivitas
ekonomi atau identitas budaya. Keragaman karakteristik yang menjadi dasar identifikasi
suatu wilayah formal bisa berkaitan dengan kondisi geografis, seperti kenampakan fisik muka
bumi, iklim, topografi, vegetasi, jenis batuan, hingga penggunaan lahan. Homogenitas di
wilayah formal juga dapat terkait dengan kesamaan aktivitas penduduknya, terutama di
bidang ekonomi, seperti pertanian, industri, dan lain sebagainya. Maka itu, wilayah
pegunungan, wilayah perkebunan, kawasan pusat perniagaan, wilayah iklim tropis
merupakan contoh wilayah formal.
a. Contoh wilayah formal berdasarkan kriteria fisik: Wilayah pegunungan kapur (karst)
Wilayah rawa-rawa Wilayah hutan tropis Wilayah beriklim tropis Wilayah beriklim subtropis
Wilayah pegunungan Wilayah vegetasi mangrove Wilayah hutan lindung Wilayah dataran
rendah Wilayah geologi zona Bandung Wilayah daerah aliran sungai (DAS) Wilayah
pertanian kering Wilayah pertanian sawah Wilayah permukiman. Wilayah perkebunan.
b. Contoh wilayah formal berdasarkan kriteria sosial-budaya: Wilayah industri tekstil
Wilayah pertanian sawah basah Wilayah pertanian ladang tadah hujan Wilayah pertanian
kering Wilayah suku asmat Wilayah kesultanan Yogyakarta Wilayah perkebunan sawit
Wilayah ekonomi khusus di Batam Wilayah pecinan (permukiman warga etnis tionghoa)
Wilayah pusat perniagaan Wilayah kawasan industri Jababeka. Wilayah parahyangan di Jawa
Barat (kenampakan budaya) Daerah pengrajin gerabah (seperti pusat pengrajin gerabah
kasongan, Bantul) Desa nelayan Wilayah administratif
negara/provinsi/kabupaten/kecamatan/desa.
Wilayah Fungsional
Berbeda dengan wilayah formal, identifikasi wilayah fungsional merujuk pada relasi
bagian-bagian yang beragam di dalamnya. Jika wilayah formal berdasarkan pada konsep
homogenitas, wilayah fungsional mengacu pada heterogenitas (keragaman).
Perbedaan yang lainnya, wilayah fungsional bersifat dinamis. Bagian-bagian dari suatu
wilayah yang bersifat heterogen bisa memiliki hubungan fungsional sehingga saling
berkaitan. Hubungan-hubungan fungsional itu umumnya dapat teramati dari pergerakan
barang, jasa, serta manusia dari satu bagian ke bagian lain di dalam satu wilayah.
Dalam wilayah fungsional, hubungan yang saling terkait (fungsional) bisa terjadi di antara
wilayah pusat (inti) dengan wilayah belakangnya (hinterland). Relasi ini mengarah pada
kondisi saling ketergantungan. Hubungan saling ketergantungan antara kawasan pusat dan
hinterland tercermin dari arus pertukaran penduduk, barang, jasa, hingga keterhubungan
sarana transportasi dan komunikasi.
Maka, suatu kota bisa disebut sebagai bagian wilayah fungsional apabila berperan memenuhi
kebutuhan para penduduk di daerah pinggiran atau perdesaan sekitarnya. Demikian pula
desa/kawasan pinggiran bisa menjadi bagian dari wilayah fungsional karena menopang
kebutuhan kota besar (pusat).
Salah satu contoh wilayah fungsional di Indonesia adalah Jabodetabek yang merupakan
sebuah kawasan aglomerasi mencakup DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Jakarta berperan sebagai inti wilayah fungsional, sementara Bodetabek berfungsi menjadi
wilayah belakang atau hinterland.
1. Kriteria fisik
Kriteria fisik contoh wilayah formal didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan, iklim,
vegetasi, dan hewan. Contoh wilayah formal di Indonesia berdasarkan kriteria fisik, sebagai
berikut.
● Wilayah pegunungan kapur (karst)
● Wilayah beriklim dingin
● Daerah Pegunungan Dieng
● Wilayah hutan hujan tropis
● Kepulauan Wallacea
● Zona dataran rendah Jakarta
● Wilayah vegetasi mangrove
Wilayah formal berdasarkan kriteria kondisi sosial dan budaya seperti aspek ekonomi,
lingkungan hidup, sosial mata pencaharian, suku, dan agama. Contoh wilayah formal di
Indonesia berdasarkan kriteria sosial budaya yakni:
● Wilayah industri tekstil
● Daerah pengrajin gerabah
● Wilayah pertanian sawah basah
● Wilayah suku banjar
● Wilayah Kesultanan Yogyakarta
● Permukiman pecinan
CONTOH WILAYAH FUNGSIONAL
1. Tipe ekonomi
Kategori tipe ekonomi dapat didasarkan pada aspek seperti arus pengangkutan barang, arus
penumpang, kereta api, dan jalan raya. Contoh wilayah fungsional yakni:
● Wilayah metropolitan seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi)
● Gerbang Kertasusila (Gresik, Bengkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan)
● Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan)
● Metropolitan Bandung Raya
● Metropolitan Mammanisata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar)
● Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN (Batam. Bintan, Karimun Jawa)
● Sijori (Singarupa, Johor, Riau)
2. Tipe maksud/tujuan
Kategori tipe maksud dan tujuan seperti alur hilir mudik, arus komuter dari tempat tinggal ke
tempat kerja atau pusat perbelanjaan.
3. Tipe sosial
Untuk tipe sosial contohnya seperti arus pelajar atau mahasiswa dari tempat tinggal ke
sekolah atau pasien dari tempat tinggal ke rumah sakit. Contoh lain di bidang sosial ada pada
arus informasi melalui surat kabar, faksimili, dan telepon.
6. Klasifikasi wilayah
3. Wilayah Vernakular
Wilayah vernakular merupakan wilayah yang identik dengan persepsi masyarakat. Contohnya
Bogor yang dikenal sebagai kota hujan, Surabaya yang dikenal sebagai kota pahlawan.
7. Pusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhan merupakan suatu magnet sebagai penarik dan juga sebagai pendorong
perkembangan suatu wilayah. Pusat pertumbuhan wilayah dapat terbentuk secara alami
maupun secara terencana. Wilayah selalu berkaitan dengan pengelolaan dan penataan ruang
yang didalamnya terdapat pertumbuhan pembangunan baik dibidang fisik, sosial, ekonomi,
dan budaya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pusat pertumbuhan wilayah antara lain sebagai
berikut :
a. Faktor fisik
Faktor fisik sangat mempengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan wilayah. Faktor fisik
meliputi topografi, iklim, keadaan tanah, keadaan air, dan sebagainya. Kondisi fisik suatu
wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk pengembangan wilayah akan lebih cepat
berkembang. Misalnya , topografi datar, ketersediaan air mencukupi, kondisi tanah stabil,
terhindar dari banjir, tanah longsor, genpa dan sebagainya, maka wilayah tersebut akan lebih
cepat berkembang.
c. Faktor ekonomi
Setiap wilayah memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Misalnya , suatu wilayah tidak
mampu menyediakan kebutuhan seperti bahan pangan. Sementara wilayah yang lain
memiliki potensi untuk penyediaan bahan pangan, begitu
sebaliknya. Maka akan terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.
d. Faktor sosial
Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan wilayah apabila wilayah tersebut
kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan masyarakatnya lebih terjamin bila
dibandingkan dengan wilayah yang lain. Kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan
dapat terbentuk secara alami yaitu masyarakat mulai sadar akan kebutuhan tersebut dan
secara terencana, yaitu terdapat perencanaan mengenai pembangunan dan peningkatan
pendidikan , pendapatan, dan kesehatan.
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli
geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua
wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak
antara kedua wilayah tersebut. Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah digunakan
formulasi sebagai berikut.
Contoh soal:
Perhatikan gambar suatu wilayah A, B dan C di bawah ini
A= 20.000
B=30.000
C=40.000
Kekuatan interaksi wilayahnya A dan B atau antara B dan C yang lebih besar interaksinya?
Teori Grafik
Salah satu komponen penting interaksi antar wilayah adalah infrastruktur berupa jaringan
jalan. Makin banyak jaringan jalan yang menghubungkan antar kota maka alternatif distribusi
penduduk, barang dan jasa makin lancar. Anda tentu sependapat bahwa antara satu wilayah
dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk
pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai
wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki
kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah
yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.
Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan
jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan
membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana
penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan
Indeks Konektivitas. Semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota maka
makin tinggi nilai indeks konektivitasnya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap potensi
pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat
mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai
berikut.
13.Tujuan pembangunan wilayah
Aspek lingkungan juga menjadi salah satu fokus utama pembangunan wilayah. Tujuan ini
bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan alam serta mencegah
dampak negatif pembangunan terhadap ekosistem. Dengan melibatkan praktik-praktik ramah
lingkungan dalam perencanaan dan implementasi pembangunan, wilayah dapat memastikan
bahwa sumber daya alam tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Tujuan pembangunan wilayah juga termasuk meningkatkan akses dan konektivitas antara
wilayah-wilayah dalam skala lokal, regional, dan internasional. Infrastruktur transportasi dan
teknologi informasi yang baik dapat membuka peluang baru dalam perdagangan, investasi,
dan pertukaran pengetahuan. Hal ini tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga mengurangi kesenjangan antarwilayah.
14.Wilayah pembangunan A,B,C,D,E
Dengan demikian, sejumlah kota yang bisa dianggap sebagai contoh pusat pertumbuhan
wilayah di Indonesia adalah: Medan Jakarta Surabaya Makassar.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah
provinsi yang dibangun oleh kontelasi pusat- pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang
berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
terutama jaringan transportasi.
Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.
16. Peta yg dibutuhkan untuk analisis kemarau panjang , pembangunan taman kota ,
jalan tol , menentukan lokasi pusat perbelanjaan
Rona
Tingkat kecerahan objek pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat bervariasi
dari putih hingga hitam, pada foto berwarna, rona lebih mudah diinterpretasi berdasarkan
ketampakan warna objek.
Rona "gelap / hitam" banyak menyerap cahaya.
Rona "putih / terang" banyak memantulkan cahaya.
Warna
Menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan dalam warna
biru, hijau, merah, kuning jingga, dan lainnya. Wama menunjukkan tingkat gelap terang
bervariasi
Bentuk
Merupakan atribut yang jelas & spesifik
Contoh:
1. Stadion Olahraga berbentuk lingkaran / persegi panjang
2. Bangunan sekolah umumnya berbentuk I. U.L. atau persegi panjang.
3. Gunung dikenali dengan bentuk yang kerucut.
Ukuran
Atribut berkaitan jarak, luas, tinggi, lereng, volume
Contoh :
1. Ukuran bangunan permukiman lebih kecil dan ukuran bangunan perkantoran, sekolah, dan
industri.
2. Lapangan badminton, tenis, sepakbola memiliki ukuran tersendin yang dapat dibedakan
Tekstur
Frekuensi pengulangan (perubahan rona 10000 Dibedakan atas..
1. Tekstur halus → misal rumput
2. Tekstur sedang → misal: Semak belukar
3. Tekstur kasar → misal: pepohonan.
Tekstur dipengaruhi
1. Jarak antara objek dekat halus, jauh karar
2. Ketinggian objek kasar, → sama halus, tidak sama: sedang sedang.
Pola
Kecenderungan suatu objek membentuk suatu keteraturan (bentuk yang diulang). Pola dapat
kita amati pada berbagai macam objek baik berupa permukiman, aliran sungai, dan tanaman.
(misal kelapa sawit). Permukiman yang menempati area sepanjang jalan dan sungai biasa
disebut pola linier.
Bayangan
Bayangan dapat menunjukkan arah datang sinar matahari dan adanya perbedaan ketinggian
suatu objek pada citra atau foto udara yang ada.
Konvergensi bukti.
Penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi menyempit ke
arah satu kesimpulan tertentu.
Contoh : tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pol atra, menunjukkan pohon palem. Bila
ditambah unsur lain, situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma
tersebut adalah sagu.
Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG yaitu :
1. Klasifikasi
Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data keruangan (spatial) menjadi data keruangan (spatial)
yang berarti. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata-guna lahan untuk permukiman,
pertanian, perkebunan atau hutan berdasarkan analisis data kemiringan kemiringan atau data
ketinggian (peta topografi). Hasilnya berupa peta tata-guna lahan.
2. Overlay
Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data keruangan yang
berbeda. Contohnya adalah menganalisis daerah rawan erosi dengan meng-overlaykan
(tumpang susunkan) data ketinggian, jenis tanah dan kadar air.
3. Networking
Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan
titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang. misaInya,
sistem jaringan telepon kabel listrik, pipa minyak atau gas, pipa air minum atau saluran
pembuangan.
4. Buffering
Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk
lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa
mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya. Buffering misalnya dapat
digunakan untuk menentukan jalur hijau di perkotaan, menggambarkan Zona Ekonomi
Eklusif (ZEE) yang dimiliki suatu negara, mengetahui luas daerah yang mengalami tumpahan
minyak di Laut, atau untuk menentukan lokasi pasar, toko atau outlet dengan memperhatikan
lokasi konsumen termasuk memperhatikan lokasi toko atau outlet yang dianggap pesaing.
5. Tiga Dimensi
Tiga dimensi, analisis ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman, karena data
divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi. Misainya digunakan untuk menganalisis daerah
yang akan terkena aliran lava jika gunung-api diprediksi akan meletus.
Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat
digunakan untuk hal-hal berikut.
1. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit
2. Analisis Trend Spasial Dan Temporal
3. Pemetaan Populasi Berisiko
4. Stratifikasi Faktor Risiko
5. Perencanaan dan penentuan intervensivikasi
6. Monitoring Penyakit
Dalam bidang transportasi pemetaan SIG digunakan untuk inventarisasi jaringan transportasi
publik, kesesuaian rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, serta analisis
kawasan rawan kemacetan dan kecelakaan.
c. Manajemen Transit
Perencanaan rute, pengiriman teknisi, analisis pelayanan, penaganan pemasaran dan
hubungan komunitas dan pola transit akan diperoleh keuntungan dengan cara melakukan
pemahaman sebaik-baiknya terhadap kendaraan transit, rute perjalanan dan fasilitas lokasi
rute perjalanan dapat dikelola secara langsung melalui database jaringan jalan dan dikaitkan
terhadap pusat kependudukan dan karyawan, seperti pada sistem database dan sebuah skedul.
20. Pemanfaatan SIG dalam perencanaan dan pembangunan tata ruang kota