Anda di halaman 1dari 89

KONSEP WILAYAH

 Wilayah itu sendiri merupakan suatu tempat di permukaan bumi


yang memiliki karakteristik tertentu yang khas, yang membedakan
diri dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
• Merupakan suatu region.
Contoh: wilayah pemukiman, dapat dibedakan dengan wilayah
perdagangan wilayah industri, dapat dibedakan dengan wilayah
yang nonindustri, misalnya pertanian.
1. Menurut R. E. Dickinson
A region is an art whose physycal conditions are homogeneous (Wilayah adalah sesuatu
yang kondisisi fisiknya homogen).

2. Menurut A. J. Hertson
A region is a complex of land, water, air, plant, animal and man regarded in their
special relations as together continuing a definite characteristic portion of the
earth surface (Wilayah adalah komplek tanah, air, udara, tumbuhan, hewan dan manusia
dengan hubungan khusus sebagai kebersamaan yang kelangsungannya mempunyai
karakter khusus dari permukaan bumi).

3. Menurut Fannemar
A region is an area characterististized thouroughout by similiar surface
features and which is contrasted with neighbouring areas (Wilayah adalah area yang
digolongkan melalui kenampakan permukaan yang sama dan dikontraskan dengan area
sekitarnya).
4. Menurut Taylor
A region may be defined as a unit are of the earth's surface distinguishable
from amor area by the exhibition of some unifying characteristic of property
(Wilayah dapat didefinisikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang
berbeda dan ditunjukkan oleh sifat-sifat yang berbeda dan ditunjukkan oleh
sifat-sifat yang berbeda dari lainnya).

5. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/aspek fungsional.
Wilayah atau region ini merupakan wilayah geografi yang ukurannya
bervariasi, dari yang sangat luas sampai yang terbatas. Dari pengertian tersebut,
wilayah dapat pula dibedakan sebagai berikut:
1) Pengertian internasional: wilayah dapat meliputi beberapa
negara yang mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya:
wilayah Asia Tenggara, wilayah Asia Timur, wilayah Amerika Utara,
Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur dan sebagainya.

2) Pengertian nasional: wilayah merupakan sebagian dari negara,


tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan
kesatuan manusia, misalnya: Pantai Timur Sumatera, Pantai
Utara Jawa, Dataran Tinggi Bandung, dan sebagainya.
Klasifikasi wilayah merupakan suatu upaya mengelompokkan suatu
wilayah secara sistematis menjadi beberapa bagian tertentu.

Berikut ini beberapa penggolongan atau klasifikasi wilayah tersebut.


a. Core Region, yaitu inti wilayah yang biasanya berupa daerah
metropolitan yang terdiri atas dua atau lebih kota-kota yang
berkelompok.
Contoh: Kota Jakarta.
b. Development Axes (poros pembangunan), yaitu daerah yang
menghubungkan dua atau lebih core region. Biasanya berupa jalur
memanjang di koridor transportasi.
Contoh: Jalur transportasi yang menghubungkan Kota Yogyakarta,
Solo, dan Semarang.
c. Resource Frontier Region, yaitu suatu wilayah baru yang mulai
berkembang dan nantinya akan menjadi daerah yang produktif.
Daerah ini biasanya terletak jauh dari core region.
Contoh: daerah transmigrasi, kawasan industri, daerah perkebunan,
dan lain sebagainya.
d. Depresed Region atau daerah tertekan, yaitu suatu daerah yang
mengalami penurunan tingkat ekonominya dan daerahnya sulit
untuk berkembang. Daerah ini biasanya tertekan secara sosial dan
ekonomi, sehingga cenderung menjadi daerah yang tertinggal
dibandingkan dengan daerah lainnya.
e. Special Problem Region, yaitu suatu daerah yang terletak pada
lokasi yang khusus dengan karakteristik tertentu.
Contoh: daerah perbatasan, daerah cagar purbakala, perumahan
militer, dan lain sebagainya.
 Wilayah formal :
wilayah yang seragam/homogen menurut kriteria
tertentu
- kriteria fisik : topografi, iklim, vegetasi
misal : wilayah geologi Madura
- kriteria sosial: partai politik, tipe
industri, pengangguran
misal : wil.kesultanan, wil, perindustrian
 Wilayah fungsional/nodal :
suatu bagian dari permukaan bumi dengan beberapa keadaan
alamnya yang berlawanan memungkinkan timbulnya bermacam-
macam kegiatan yang hasilnya berbeda dan saling mengisi
dalam keperluan kehidupan manusia.
misal : lereng gunung dari atas sampai kaki, disambung
sampai ke pantai

Pada skala besar, contoh wilayah nodal adalah ibukota dan kota-
kota besar. Wilayah-wilayah tersebut merupakan pusat interaksi
antara daerah yang satu dan daerah yang lain karena terdapat
aktivitas yang terorganisasi dan dinamis. Adanya daerah
hinterland di luar daerah intinya, merupakan ciri wilayah nodal.
Karena, pada daerah hinterland umumnya terjadi pergerakan
arus barang maupun manusia untuk menuju ke arah pusatnya
atau kota. Dengan demikian, wilayah nodal merupakan sebuah
sistem atau region organik, karena di dalam wilayah ini terdapat
hubungan yang hidup.
Menurut V. B. Stauberry, wilayah fungsional disebut organic region
karena di dalam wilayah tersebut terdapat hubungan yang hidup. Sementara
itu, J. W. Alexander memandang wilayah fungsional sebagai nodal region
karena dalam wilayah ini terdapat pusat aktivitas sebagai mata rantai utama
dalam sistem ini.

Suatu wilayah nodal terdapat empat unsur penting sebagai berikut:


1) adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia;
2) adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara
terorganisir;
3) adanya wilayah yang makin meluas;
4) adanya jaring-jaring rute tempat berlangsungnya tukar menukar.

Wilayah nodal nampak dinamis, tidak statis seperti wilayah formal


Gambar (a), menunjukkan yang menjadi inti pada wilayah uniform/ formal ialah daerah yang
hampir seluruhnya (>75%) digunakan untuk pertanian padi. Wilayah sekitar inti (periphery),
dominasi pertanian padi mencapai 50- 75%. Daerah yang pertanian padinya sekitar 25% saja,
tidak termasuk ke dalam wilayah yang mempunyai keseragaman dalam hal membudidayakan
tanaman padi.
Pada gambar (b), menunjukkan sebuah wilayah nodal, di mana garis yang menghubungkan pusat
dengan daerah sekitarnya, dapat diartikan terjadisebuah gerakan penduduk dari pedesaan ke
kota atau sebaliknya, misalnya membawa dan menjual hasil-hasil pertanian atau berbelanja.
Klasifikasi wilayah berdasarkan urutan/orde
wilayah yang membentuk satu kesatuan
(ukuran, bentuk, fungsi)
contoh : RT, RW, Dusun, Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi
 Single topic region (Wilayah bertopik tunggal)
Wilayah yang eksistensinya didasarkan didasarkan pada
satu macam topik/kriteria.
contoh : wilayah curah hujan.wilayah geologi, wilayah
kasultanan
 Combined topic region (wilayah bertopik gabungan)
: wilayah yang eksistensinya didasarkan pada
gabungan/lebih dari satu macam kriteria
contoh : Wilayah iklim (curah hujan temperatur, tekanan
udara, angin)
 Multiple topic region (wilayah bertopik banyak)
: Wilayah yang eksistensinya mendasarkan pada
beberapa topik yang berbeda satu sama lain
contoh : Wilayah pertanian (gabungan dari aspek
fisik atau tanah, hidrologi dan topik tanaman
 Total Region (wilayah total)
: wilayah yang menggunakan semuasemua unsur
wilayah. Kesatuan politik sebagai dasar.
Contoh : wilayah admintrasi desa, kecamatan
Kabupaten dan Provinsi
 Compagne region
• : tidak mendasarkan pada banyak sedikitnya
topik, tetapi aktivitas manusia yang menonjol.
• Contoh : wilayah miskin, wilayah bencana
Suatu upaya mengelompokkan atau mengklasifikasikan unsur-unsur tertentu
(yang sama) untuk tujuan tertentu.
Membuat lebih sederhana dengan cara menyatukan tempat-tempat berdekatan
menjadi satu kelompok, dengan tujuan mempermudah penganalisaan serta
memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang ada pada
kelompok-kelompok wilayah tertentu.

Tujuan perwilayahan antara lain:


1) memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna;
2) mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi;
3) menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan
yang sangat beragam;
4) memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun
manusia.
Terdapat cara pembuatan region dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pembuatan wilayah uniform


1) Mengelompokkan tempat-tempat berdasarkan jenis objek atau peristiwa
yang kamu inginkan. Misalnya, jika kamu bertujuan membagi satu wilayah
ke dalam region-region bentang alam (landform), maka kamu harus
mengelompokkan wilayah itu menjadi tipe permukaan lahan, seperti
dataran rendah (plains), perbukitan (hill), dan pegunungan (mountains).
2) Mengelompokkan jenis atau tipe-tipe yang sama dari objek-objek
danmenarik garis batas yang memisahkan setiap zone tersebut dengan cara:
a) region sedapat mungkin harus homogen yaitu memiliki tingkat kesamaan
yang kuat di antara tempat-tempat yang ada dalam setiap region;
b) setiap bagian dari region itu harus merupakan satu kesinambungan,
jadi tidak ada bagian yang tidak termasuk ke dalam salah satu region;
c) semua tempat harus ditentukan menjadi beberapa region dan tidak
ada satu tempat yang dikelompokkan ke dalam lebih dari satu region.
Perwilayahan (Regionalisasi)
(Sumber: Omi Kartawidjaja and E. Maryani, 1996, halaman 37)
Region Transisi
 (Sumber: Omi Kartawidjaja and E. Maryani, 1996, halaman 37)

Langkah utama di dalam pembuatan pewilayahan ialah menentukan


kriterianya, kemudian batas-batasnya dan sifat-sifat itu sangat jelas ada.
Daerah yang memiliki karakter sangat jelas disebut heartland. Kemudian
tentukan sampai batas mana suatu karakter itu tidak dominan lagi, maka
buatkan batas luarnya. Wilayah yang memiliki
karakter berbeda dengan wilayah utama, jadikan wilayah yang lain dengan
karakter yang berbeda pula. Hanya kamu akan sering kesulitan ketika harus
menentukan batas wilayah transisi.
Batas Pelayanan Suatu Kota
(Sumber: Omi Kartawidjaja and E. Maryani, 1996,
halaman 39)
Di dalam menentukan kriteria wilayah nodal sama seperti pada
wilayah formal, yaitu dapat berbeda-beda tergantung dari tujuan
kita. Ketika menarik batas dua atau lebih wilayah harus ditentukan
dulu kriterianya secara jelas. Mungkin saja akan terjadi tumpang
tindih (overlapping) antara dua wilayah,
maka wilayah seperti ini harus dijadikan wilayah tersendiri pula.
Region Nodal yang bersifat tumpang overlaping
(Sumber: Omi Kartawidjaja and E. Maryani, 1996, halaman 40)

Wilayah yang berwarna putih merupakan daerah yang dilayani kota A, B, atau
C. Masingmasing penduduk di wilayah tersebut membelanjakan lebih dari
75% penghasilannya pada kota masing-masing (A, B dan C). Wilayah yang
diarsir merupakan daerah yang dilayani oleh dua tempat yaitu sekitar 50%
penduduknya
membelanjakan 50% penghasilannya ke A dan B, atau ke A dan C, atau ke B
dan C. Wilayah yang berarsir overlap merupakan daerah yang dilayani oleh A,
B maupun C, yaitu penduduknya membelanjakan kurang dari 50%
penghasilannya ke A, B atau C.
1. Contoh perwilayahan secara formal
Perwilayahan secara formal didasarkan pada gejala atau objek yang ada
di tempat tersebut atau pewilayahan berdasarkan administrasi pemerintahan.

Berikut ini beberapa contoh perwilayahan secara formal.


1) Daerah pegunungan adalah penamaan perwilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada ciri-ciri morfologi yaitu suatu daerah yang
memiliki ketinggian di atas 600 meter dpl, beda tinggi antara tempat yang
rendah dengan tempat yang tinggi lebih dari 500 meter, dan kemiringan
lerengnya lebih dari 24%.
2) Lahan pertanian adalah penamaan perwilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada ciri-ciri tanaman dan pengolahan
lahan.Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan atau tanaman
sayuran. Pengolahan lahannya dilakukan secara intensif.
3) Lahan kehutanan adalah penamaan pewilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada ciri-ciri vegetasi. Vegetasi yang nampak
umumnya vegetasi alam, kanopinya lebat, pohonnya bervariasi, dan tidak ada
pengolahan lahan.
4) Perkotaan adalah penamaan pewilayahan secara formal, karena penamaan ini
didasarkan pada ciri-ciri pemukiman dan jaringan jalan. Pemukiman pada
umumnya padat dan tersebar secara merata di sekitar jalan. Jaringan jalan yang
ada hampir tersebar di seluruh wilayah secara merata dan dapat menjangkau
atau menghubungkan semua daerah yang ada di perkotaan.
5) Benua Australia adalah penamaan pewilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada hamparan (landas) kontinen dan gugusan
kepulauannya. Wilayah yang termasuk benua Australia ialah Australia dan
Selandia Baru.
6) Negara Indonesia adalah penamaan perwilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada pengakuan internasional pada wilayah
hukum Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan segala
perubahannya sampai sekarang, dengan batas-batas yang jelas (garis lintang
dan garis bujur).
7) Provinsi Jawa Barat adalah penamaan perwilayahan secara formal, karena
penamaan ini didasarkan pada undang-undang yang telah ditetapkan,
dengan batas-batas yang jelas berupa sungai, punggungan (igir), dan laut.
Pada perwilayahan secara formal:
Pengelompokan unit-unit luar lainnya yang memiliki ciri-ciri
serupa menurut kriteria tertentu yang dapat dibedakan secara nyata
dari unit-unit terluar lainnya.
Cara: indeks tertimbang( pertimbangan-pertimbangan di
wilayah tersebut)
misal: Tingkat perekonomian rendah
( jumlah pengengguran, pendapatan perkapita)
2. Contoh perwilayahan fungsional (nodal)
Perwilayahan secara fungsional didasarkan pada fungsi, asal usul, dan
perkembangannya.
Berikut ini beberapa contoh pewilayahan secara fungsional.
1) Wilayah konservasi adalah penamaan perwilayahan secara fungsional,
karena penamaan ini didasarkan pada fungsi atau peruntukannya bahwa
daerah tersebut sebagai daerah yang harus dipertahankan fungsinya.
Fungsi tersebut untuk mempertahankan tanah, atau air, atau flora, atau
fauna, atau biodiversity. Misalnya: (1) daerah konservasi hulu sungai
Cimanuk yang berfungsi sebagai wilayah yang harus dipertahankan kondisi
tanah dan airnya agar kalau terjadi hujan aliran permukaannya terkendali,
tidakmenimbulkan erosi dan banjir. (2) daerah kraton sebagai daerah
konservasi budaya yang berfungsi sebagai daerah yang harus dipertahankan
budayanya agar budaya suku bangsa tersebut tidak punah.
2) Kota satelit adalah penamaan perwilayahan secara fungsional, karena
penamaan ini didasarkan pada fungsi daerah tersebut sebagai penyangga
agar penduduk dan kegiatannya dapat disebar ke kota-kota kecil yang ada
di sekitar kota utama.
Pembenahan kota satelit sangat baik untuk menahan laju urbanisasi dan
pemerataan pembangunan atau pembentukan pusat pertumbuhan yang baru.
Misalnya: (1) kota Bekasi, Tanggerang, dan Bogor sebagai kota satelit
Jakarta, yang berfungsi sebagai pengendali urbanisasi dan kepadatan kota
Jakarta. (2) kota Cileunyi, Soreang, Padalarang, dan Lembang sebagai kota
satelit Bandung, yang berfungsi sebagai pengendali urbanisasi dan
kepadatan kota Bandung.
3) Zone penyangga adalah penamaan perwilayahan secara fungsional, karena penamaan
ini didasarkan pada fungsi daerah tersebut sebagai pelindung atau penyangga bagi
daerah yang lain. Zone ini akan dijadikan sebagai tolok ukur terhadap kerusakan daerah
yang akan dilestarikan. Misalnya:
(1) hutan mangrove sebagai zone penyangga wilayah pantai dari kerusakan
gelombang/abrasi.
(2) zone PHBM (pengelolaan hutan bersama masyarakat) sebagai zone penyangga wilayah
hutan lindung dari kerusakan oleh masyarakat.

4) Wilayah resapan adalah penamaan perwilayahan secara fungsional, karena penamaan


ini didasarkan pada fungsi daerah yang akan dijadikan sebagai daerah resapan air hujan.
Misalnya:
(1) daerah resapan Bandung Utara sebagai daerah resapan air hujan untuk pemenuhan air
tanah di Kota Bandung.
(2) (2) daerah resapan Bopuncur (Bogor, Puncak, dan Cianjur) sebagai daerah resapan air
hujan untuk pemenuhan air tanah di wilayah Jakarta.
Pada perwilayahan secara fungsional
Pengelompokan unit-unit lokal yang memperhatikan tingkat
interdependensi yang cukup besar.
2 pendekatan :
1. Analisis arus:
: arah dan intensitas arus. ( rms indeks konektivitas)
2. Analisis gravitasional
: interaksi dua wilayah yang memiliki hubungan (rms gravitasional)
1. Perwilayahan berdasarkan fenomena atmosfer
a. Perwilayahan iklim berdasarkan posisi matahari
Wilayah iklim panas (tropika) yaitu antara 22½0 LU - 22½0 LS, wilayah
iklim sedang yaitu antara 22½0 LU – 600 LU dan 22½0 LS – 600 LS, dan
wilayah iklim kutub yaitu antara 600 LU – 900 LU dan 600 LS – 900 LS.
b. Perwilayahan iklim berdasarkan ketinggian tempat
Wilayah iklim panas yaitu daerah yang memiliki ketinggian antara 0 – 700
meter dpl, wilayah iklim sedang yaitu daerah yang memiliki ketinggian
antara 700 – 1500 meter dpl, wilayah iklim sejuk yaitu daerah yang
memiliki ketinggian antara 1500 – 2500 meter dpl, wilayah iklim dingin
yaitu daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 2500 meter dpl, dan
wilayah iklim kutub yaitu daerah yang berada di sekitar kutub yang
berudara dingin dan tertutup es/salju.
2. Perwilayahan berdasarkan fenomena litosfer
a. Perwilayahan berdasarkan fenomena batuan
Berdasarkan umur batuan dapat dibedakan menjadi wilayah bebatuan tersier
dan wilayah bebatuan kuarter. Berdasarkan genesanya dapat dibedakan
menjadi wilayah bebatuan magmatik, wilayah bebatuan metamorfik, wilayah
bebatuan sedimen (endapan), dan wilayah bebatuan gamping. Berdasarkan
kekompakan batuan dapat dibedakan menjadi wilayah bebatuan
terkonsolidasi dan wilayah berbatuan tidak terkonsolidasi.
b. Perwilayahan berdasarkan fenomena kemiringan lereng
Wilayah hampir datar (kemiringan lereng < 2%), wilayah agak miring
(kemiringan lereng antara 2-7%), wilayah miring (kemiringan lereng antara
7-12%), wilayah agak curam ((kemiringan lereng antara 12-18%), wilayah
curam (kemiringan lereng 18-24%), dan wilayah sangat curam (kemiringan
lereng > 24%).
c. Perwilayahan berdasarkan fenomena tanah
Berdasarkan tekstur tanah dapat dibedakan menjadi wilayah tanah berpasir,
wilayah tanah berdebu, dan wilayah tanah berlempung (clay). Berdasarkan
kedalaman tanah dapat dibedakan menjadi wilayah tanah dalam dan
wilayah tanah dangkal (litosol).
Berdasarkan perkembangannya dapat dibedakan menjadi wilayah tanah
baru (seperti regosol) dan wilayah tanah yang telah mengalami
perkembangan (seperti latosol, kambisol, podsolik, mediteran, dan yang
lainnya).
3. Perwilayahan berdasarkan fenomena hidrosfer
a. Perwilayahan berdasarkan fenomena air permukaan
Berdasarkan daerah aliran sungai dapat dibedakan menjadi wilayah hulu
sungai, wilayah tengah sungai, dan wilayah hilir sungai. Berdasarkan
genangan air dapat dibedakan menjadi wilayah tangkapan air, wilayah
aliran sungai, wilayah danau/waduk, wilayah rawa, dan wilayah laut.
Berdasarkan kemampuan menampung air hujan dapat dibedakan menjadi
wilayah banjir dan wilayah berdrainase baik.
b. Perwilayahan berdasarkan fenomena density air
Wilayah perairan laut (asin), wilayah perairan payau, dan wilayah perairan
darat (tawar).
c. Perwilayahan berdasarkan fenomena kedalaman air tanah
Wilayah air tanah dangkal, wilayah air tanah dalam, dan wilayah mata air.
4. Perwilayahan berdasarkan fenomena biosfer
a. Perwilayahan berdasarkan fenomena vegetasi
Berdasarkan biogeografi dapat dibedakan menjadi wilayah Boreal, wilayah
Paleotropik (yang terdiri atas Afrikan, Indo-Melayu, dan Polynesia),
wilayah neotropikal, wilayah Afrika Selatan, wilayah Australia, dan
wilayah Antartik. Berdasarkan lebar daun dapat dibedakan menjadi
wilayah vegetasi berdaun lebar dan wilayah vegetasi berdaun jarum.
Berdasarkan pemanfaatannya dapat dibedakan menjadi wilayah hutan
lindung, wilayah hutan produksi, wilayah hutan konservasi, wilayah
pertanian (wilayah lahan basah seperti padi sawah dan wilayah lahan kering
seperti hortikultura), wilayah pemukiman, wilayah terbuka hijau, wilayah
industri, dan lainnya. Berdasarkan umur tanaman dapat dibedakan menjadi
wilayah tanaman tahunan dan wilayah tanaman musiman.
b. Perwilayahan berdasarkan fenomena fauna
Tiap-tiap daerah di permukaan bumi memiliki hewan/binatang yang
berbeda. Hal ini, karena dipengaruhi oleh kondisi iklim, geologi sejarah,
dan vegetasi. Berdasarkan biogeografi dapat dibedakan menjadi wilayah
Paleartik, wilayah Ethiopian (Afrika), wilayah Oriental, wilayah Australia,
wilayah Neoarctik, dan wilayah Neotropikal. Berdasarkan kelangkaan
hewan/binatang dapat dibedakan menjadi wilayah hewan yang dilindungi
dan wilayah hewan budidaya (ternak/penggembalaan). Berdasarkan postur
tubuh hewan/binatang dapat dibedakan menjadi wilayah peternakan besar,
wilayah peternakan sedang, dan wilayah peternakan kecil. Berdasarkan
habitat ikan dapat dibedakan menjadi wilayah ikan tawar, wilayah ikan
payau, dan wilayah ikan laut.
5. Perwilayahan berdasarkan fenomena antroposfer
a. Perwilayahan berdasarkan fenomena administratif
Berdasarkan administrasi pemerintahan dapat dibedakan menjadi wilayah
negara, wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, wilayah desa/kelurahan,
wilayah kampung/RW, dan wilayah RT.
Berdasarkan administrasi pengelolaan dan kerjasama internasional dapat
dibedakan menjadi wilayah teritorial, wilayah landas kontinen, wilayah
zone ekonomi eksklusif, wilayah laut bebas, dan wilayah jalur
internasional.
b. Perwilayahan berdasarkan fenomena kependudukan
Berdasarkan jumlah penduduk dapat dibedakan menjadi wilayah
megapolitan, wilayah metropolitan, wilayah kota, dan wilayah kota kecil.
Berdasarkan pendapatan dapat dibedakan menjadi wilayah kaya, wilayah
sedang, dan wilayah miskin. Berdasarkan mata pencaharian dapat
dibedakan menjadi wilayah industri, wilayah jasa, dan wilayah agraris.
c. Perwilayahan berdasarkan fenomena teknologi
Wilayah berteknologi maju, wilayah berteknologi konvensional, dan wilayah
berteknologi terbelakang.

6. Perwilayahan Berdasarkan Pembagian Waktu


Wilayah Waktu Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur
7. Perwilayahan Berdasarkan Bentuk Dasar Laut
Paparan Sunda, Paparan Sahul, Dasar Laut Peralihan.
8. Perwilayahan berdasarkan Geologi (Rangkaian Pegunungan)
Berdasarkan rangkaian pegunungan Indonesia dapat dikelompokkan
Rangkaian Pegunungan Sirkum Mediterania (busur dalam dan busur luar)
Rangkaian Pegunungan Sircum Pasifik
Aspek alam dan aspek manusia

Fenomena geografi

Perwilayahan

3 aspek :
Aspek fisik(daratan,perairan,iklim,dsb
Aspek ekonomi(SDA, daya dukung, dll)
Aspek sosial (penyebaran, kualitas ,dsb)
Metode perwilayahan berdasarkan fenomena
geografi:
1. Generalisasi wilayah (region generalization)
Usaha membagi permukaan bumi menjadi beberapa bagian dengan
mengubah/menghilangkan faktor-faktor tertentu yang kurang penting.

Delimitasi:
cara-cara penentuan batas terluar suatu wilayah untuk tujuan tertentu.
1) Delimitasi wil. Secara kualitatif.
Batas wilayah dengan interpretasi foto udara, citra satelit.
Mis : wil. Padat, wil. Tidak padat.
2) Delimitasi wil. Secara kuantitatif
Data-data yang terkumpul dituangkan di peta, sehingga diketahui
penyebaran data di wilayah ybs.
(rumus : teori titik henti)
2. Klasifikasi wilayah ( Region Classification )
Usaha untuk pengadakan penggolongan secara sistematis ke dalam
bagian-bagian tertentu berdasarkan kriteria tertentu.
Tujuan: Mencari perbedaan dari setiap bagian wilayah.
Cth : - Klasifikasi wil berdasar jenis (penggunan lahan)
- Klasifikasi wila berdasar tingkatan (kepadatan
penduduk)
MENENTUKAN BATAS WILAYAH
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan identik Perkembangan
Perkembangan wilaya dipengaruhi:
Sumber Daya Alam & Sumber Daya Manusia

SDA >, SDM < : Perkembangan lambat


SDA <, SDM > : Perkembangan cepat

Kes: Pemanfaatan SDA didukung SDM berkualitas

Perkembangan wilaya cepat

Pusat pertumbuhan
SDA, SDM.
 Pusatpertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-
pusat pertumbuhan di Indonesia contoh Kota
Surabaya, Makassar dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan di kawasan Indonesia Timur. Medan
sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia
Barat. Pusat-pusat pertumbuhan regional atau daerah
seperti “JABOTABEK” (Jakarta-Bogor-Tanggerang-
Bekasi), “BANDUNG RAYA” , Segi Tiga “SIJORI”
(Segi Tiga Singapura-Johor-Riau), “GERBANG
KERTOSUSILA” (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-
Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
 Teori heterogenitas menyatakan bahwa segala sesuatu di permukaan bumi
itu berbeda. Hal-hal yang ada dan terjadi di suatu tempat tidak mesti terjadi
di tempat lain. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan wilayah. Bagian-
bagian dari wilayah di permukaan bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
teratur, ada bagian yang tumbuh dan maju berkembang lebih cepat
dibanding dengan bagian lain.

 Bagian atau wilayah yang cepat berkembang inilah yang kemudian


dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Cepatnya pertumbuhan di tempat ini
dapat menjadi pendorong bagi bagian lain yang tingkat pertumbuhannya
kurang cepat.
Secara umum, fungsi pusat pertumbuhan adalah sebagai berikut :
a. Memudahkan koordinasi
b. Melihat perkembangan wilayah
c. Meratakan pembangunan di seluruh wilayah
1. Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory)
Walter Cristaller pada tahun 1933. Tiga pertanyaan yang harus dijawab
tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan
banyaknya kota; kedua apakah yang menentukan besarnya kota; dan ketiga,
apakah yang menentukan persebaran kota. jangkauan (range) dan ambang
(threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk
mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja.
Threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk
kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan
pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan
kondisi yang merata. Di dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk
memerlukan berbagai jenis barang dan jasa
Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis barang kebutuhan dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Threshold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kerugian
besar karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah barang-barang
mewah, seperti: kendaraan bermotor, perhiasan, dan barang-barang lainnya
yang memang harganya relatif mahal dan sulit terjual.
Untuk jenis-jenis barang seperti ini maka diperlukan lokasi yang sangat
sentral seperti di kota besar yang relatif terjangkau oleh penduduk dari
daerah sekitarnya dan terpenuhi jumlah penduduk minimal untuk menjaga
kesinambungan suplai barang.
b. Threshold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kecil atau
tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya barangbarang,
karena penduduk memang membutuhkannya setiap hari. Untuk jenis
barang-barang seperti ini maka lokasi penjualannya dapat ditempatkan
sampai pada kota-kota atau wilayah kecil.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncullah istilah
tempat yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang
senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada
suatu tempat yang terpusat (sentral).
 Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul dari
suatu bentuk heksagonal atau segienam. Daerah segienam ini merupakan
wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang
sentral tersebut.

Skema tempat yang sentral


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 124)
 Tempat yang sentral dalam kenyataannya dapat berupa kota-kota besar,
pusat perbelanjaan atau mall, super market, pasar, rumah sakit, sekolah,
kampus-kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, kota kabupaten dan
sebagainya.

Hirarki tempat tempat sentral yang


kawasan daya pengaruhnya berbeda-beda
(Sumber: Sumaatmadja, 1988 halaman 25)
 Tempat yang sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer),
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hierarki 3 (K=3),
hierarki 4 (K=4), dan hierarki 7 (K=7). Adapun secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:

a. Hierarki K=3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu


menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal.
Wilayah ini selain empengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi
sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=3


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 126)
Hirarki tempat yang sentral dengan K=4
(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
Hirarki tempat yang sentral dengan K=7.
(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
2. Teori Losch
Teori ini di kemukakan oleh ekonom dari Jerman bernama Losch. Teori Losch
merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan
menggunakan konsep yang sama yaitu ambang dan jangkauan.

Progresi wilayah pasaran untuk berbagai


barang dan jasa dengan ambang yang
semakin meningkat.
Masing-masing barang dan jasa terdapat
diberbagai wilayah pasaran pada bentang
lahan yang disusun dengan penumpukan
di atas wilayah pasaran lainnya yang
berbentuk heksagonal. Berdasarkan teori
losch dapat disimpulkan bahwa suatu
kota
akan lebih cepat berkembang bila
penduduknya padat dengan wilayah yang
luas.
Losch menggunakan jalur transportasi
yang dinamakan dengan bentang lahan
ekonomi.
Perbedaan pokok masing-masing
prinsip optimal.
3. Teori kutub pertumbuhan

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebagai


teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukakan
oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan
kota atau wilayah di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang
terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan
dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi
pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub
pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih
rendah.
4. Potensi daerah setempat

Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal “Potential Model”. Konsepnya


adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan, baik alam
maupun manusianya. Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu
daerah merupakan potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian,
peternakan, perikanan, pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha
lainnya.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka
corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula.
5. Konsep agropolitan

Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Friedman


(1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan untuk lebih
terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa “kota” di
pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis). Melalui pengembangan ini
diharapkan penduduk di pedesaan mengalami peningkatan pendapatannya serta
memperoleh berbagai fasilitas atau prasarana sosial ekonomi yang dapat
dijangkau oleh penduduk pedesaan tersebut. Dengan demikian mereka
mempunyai kesempatan yang sama pula dalam meningkatkan kesejahteraannya
sebagaimana yang dialami oleh penduduk perkotaan.
6. Teori Sektor

Holmer Hoyt mengemukakan tentang teori sektoral (sector theory).


Pembahasan mengenai ini telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.
Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita bahas kembali kali ini.
Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan
sektorsektor dari pada berdasarkan lingkaranlingkaran
konsentrik. PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business
District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang
menurut saktor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini
dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan
pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
a. Central Business District (CBD) atau
pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas
bangunan-bangunan kontor, hotel, bank,
bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
b. Sektor kawasan industri ringan dan
perdagangan.
c. Sektor kaum buruh atau kaum murba,
yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
d. Sektor permukiman kaum menengah atau
sektor madyawisma.
e. Sektor permukiman adiwisma, yaitu
kawasan tempat tinggal golongan atas
yang terdiri dari para eksekutif dan
pejabat.
7. Teori Polarisasi Ekonomi
Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang
menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan
tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan
barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi.
Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang makin lama makin
pesat atau akan terjadi polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization of
economic growth).
Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran
(coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran,
sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah
keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan
membangun wilayah pedesaan.
8. Teori Pusat Pertumbuhan

Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut


Boudeville (ahli ekonomi Prancis), pusat pertumbuhan adalah
sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada di
permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai
industri populasi yang kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat
pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai
pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak
langsung) terhadap kegiatan lainnya.
(1) pertumbuhan ekonomi dengan cara melihat angka pertumbuhan ekonomi
dari satu waktu ke waktu berikutnya;
(2) laju pertumbuhan penduduk dengan cara melihat angka pertumbuhan
penduduk dari waktu ke waktu; (3) perkembangan pemukiman dengan cara
melihat perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu;
(4) tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat
perkembangan tingkat pendidikan dari waktu ke waktu; (5) penggunaan
teknologi dengan cara melihat perkembangan kemampuan teknologi yang
digunakan;
(6) budaya masyarakat dengan cara melihat budaya yang berkembang dalam
masyarakat.
Langkah-langkah menentukan
batas-batas pertumbuhan wilayah :

1) Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala yang sesuai
dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
2) Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah, sungai, jalan,
nama tempat, dan lokasi pemukiman.
3) Tentukan kriteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah berdasarkan
tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan, atau budaya.
4) Tentukan lokasi/pusat pertumbuhan.
5) Analisis data seri yang tersedia, kemudian hitung angka pertumbuhannya.
6) Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap lokasi/pusat
pertumbuhan kemudian digambar sesuai dengan besaran angka
pertumbuhannya.
 Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah yang sempit
misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada wilayah
yang lebih luas yaitu provinsi atau negara. Angka pertumbuhan yang
dialami oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan
pengembangan

 wilayah pembangunan yang disusun dalam bentuk Rencana Tata Ruang


(RTR).
Mekanisme penyebaran pusat perkembangan ke
Wilayah lain

1. Spread effect
Pertumbuhan kota mendorong pert. Kegiatan pertanian di pedesaan
Misal: Pembangunan kota mendorong perkembangan pedesaan
1. Backwash effect
Pertumbuhan kota yang mengakibatkan perpindahan modal dan sumber
lain.
Misal: pemindahan tenaga ahli, listrik,dsb
Fase-fase Menentukan batas Wilayah
pertumbuhan:
Fase Pra Industri
-wil. Belum berkembang
-kondisi ekonomi stagnasi
-tiap kota hanya melayani wil. Sendiri
Fase Transisi
-Mulai berkembang pusat pertumbuhan.
-Modal, tenaga trampil, modal mengalir ke pusat pertumbuhan.
-Masih terdapat Wil terbelakang
Fase Intregasi Sosial
-Terbentuk pusat pertumbuhan
-tiap wil.terintregrasi sec. menyeluruh
-tidak ditemukan wilayah-wilayah yang terbelakang
 Karakteristik wilayah sebagai pusat pertumbuhan adalah memiliki
pertumbuhan cepat, perkembangan cepat, pembangunan menonjol,
kegiatan ekonomi ramai.
 Faktor pendukung pusat pertumbuhan adalah kondisi geografis, SDA,
SDM, jarigan transportasi.
PUSAT PERTUMBUHAN INDONESIA

 Wilayah A : wilayah I & II (pusat: kota


Medan)
 Wilayah B : wilayah III, IV, VI (pusat: kota
Jakarta)
 Wilayah C : wilayah V, VII (pusat: kota
Surabaya)
 Wilayah D : wilayah VIII,IX,X (pusat: kota
Ujung Pandang atau Makasar)
Wilayah Pembangunan I
Aceh, Sumatera Utara
Wilayah pembangunan II (pusat:Pakanbaru)
Sumatera Barat, Riau
Wilayah pembangunan III (pusat: Palembang)
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu
Wilayah Pembangunan IV (pusat: Jakarta)
Lampung, DKI Jakarta , Jawa Barat, Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Wilayah Pembangunan VI (pusat: Pontianak)
- Kalimantan Barat, Pontianak
Wilayah pembangunan V(pusat: Surabaya)
Jawa Timur , Bali
Wilayah Pembangunan VII (pusat: Balikpapan,Samarinda)
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur
Wilayah pembangunan VIII (pusat: Makasar)
NTT, NTB, P.Timor (Kupang), Sulsel, Sulawesi Tenggara
Wilayah pembangunan IX (pusat: Manado)
- Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara
Wilayah pembangunan X (pusat: Sorong)
Maluku, Papua
Wilayah pembangunan di atas selanjutnya dikembangkan lagi menjadi
wilayah pembangunan yang lebih kecil lagi yaitu tingkat daerah pada
provinsi. Contohnya Jawa Barat dibagi menjadi 6 wilayah
pembangunan daerah, sebagai berikut:
1) Wilayah Pembangunan JABOTABEK (termasuk sebagian kecil wilayah
kabupaten sukabumi). Pada wilayah ini dikembangkan berbagai
aktivitas industri yang tidak tertampung di Jakarta.
2) Wilayah Pembangunan Bandung Raya. Wilayah ini dikembangkan
pusat aktivitas pemerintahan daerah, pendidikan tinggi, perdagangan
daerah,industri tekstil. Untuk konservasi tanah dan rehabilitasi lahan
kritis dipusatkan di wilayah-wilayah kabupaten Garut, Cianjur,
Bandung, dan Sumedang.
 3) Wilayah Pembangunan Priangan Timur. Wilayah ini meliputi daerah
kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.
 4) Wilayah Pembangunan Karawang. Wilayah ini dikembangkan sebagai
produksi pangan (beras/padi) dan palawija. Meliputi pula daerah-daerah
dataran rendah pantai utara (Pantura) seperti Purwakarta, Subang, dan
Karawang. Pusatnya Kota Karawang.
 5) Wilayah Pembangunan Cirebon dan sekitarnya. Wilayah ini
dikembangkan sebagai pusat industri pengolahan bahan agraris, industri,
petrokimia, pupuk, dan semen. Untuk keperluan tersebut, pelabuhan
Cirebon ditingkatkan fungsinya untuk menampung kelebihan arus keluar
masuk barang dari pelabuhan Tanjung Priok.
 6) Wilayah Pembangunan Banten. Wilayah ini berpusat di Kota Serang dan
Cilegon, terdiri atas 4 zone yaitu Bagian Utara diutamakan untuk perluasan
dan intensifiksi areal pesawahan teknis, selatan untuk wilayah perkebunan
dan tanaman buah-buahan, wilayah Teluk Lada diperuntukkan bagi
intensifikasi usaha pertanian, dan daerah sekitar Cilegon dikembangkan
sebagai pusat industri berat (besi baja).
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), yaitu suatu
benteng alam yang terdiri atas beberapa daerah yang
berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri
dan memiliki keterkaitan ekonomi yang bersifat dinamis
karena didukung oleh sistem perhubungan yang mantap.
 Indonesia terbagi ke dalam delapan WPPI dengan potensi
sebagai berikut.
 WPPI Sumatera bagian utara, berlandaskan pada potensi
sumber daya alam.
 WPPI Sumatera bagian selatan (termasuk Banten)
berlandaskan pada potensi ekonomi batu bara, minyak bumi,
timah, dan mineral industri, seperti koalin dan kapur.
 WPPI Jawa dan Bali (tanpa Banten), berlandaskan pada
prasarana yang baik, tenaga kerja yang terampil, sumber
energi, dan sistem pertanian yang maju.
 WPPI Kalimantan bagian timur, berlandaskan pada potensi
gas dan batu bara.
 WPPI Sulawesi, berlandaskan pada potensi pertanian,
perikanan, nikel, aspal, kapur, dan kayu.
 WPPI Batam dan Kalimantan Barat, berlandaskan letak
strategis, potensi hasil hutan, dan gas alam.
 WPPI Indonesia Timur bagian selatan, berlandaskan
potensi sumber daya alam, budaya dan tenaga terampil
untuk industri kecil.
 WPPI Indonesia Timur bagian utara, berlandaskan pada
potensi hasil laut, hutan, dan mineral.
1. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan
Teori Gravitasi
kan 0
6

er upa an x 1
asil m rhana
H ede
n y
pe
2. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Teori Titik Henti
Teori titik henti (The Breaking Theory) merupakan suatu cara untuk
memperkirakan lokai garis batas yang memisahkan pusat-pusat perdagangan dari dua
buah kota yang berbeda ukurannya. Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang
lebih kecil ukurannya berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu
dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari
wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota yang lebih
sedikit
35

 Jadi, lokasi titik henti antara kota X dan B adalah 32,32 km diukur
dari kota Y. Hal tersebut berarti bahwa penempatan lokasi pusat-
pusat pelayanan sosial yang paling strategis adalah berjarak 32,32
km dari kota Y sehingga dapat dijangkau oleh seluruh penduduk
baik dari kota X maupun kota Y.
3. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Potensi Penduduk
Indeks potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan
potensi aliran pada tiap-tiap lokasi. Indeks penduduk (PP) juga dapat
mengukur kemungkinan penduduk di suatu wilayah untuk melakukan
interaksi dengan wilayah-wilayah lainnya.
Dari hasil perhitungan tersebut,
berarti bahwa pusat pelayanan
sosial akan lebih baik apabila
ditempatkan menempati wilayah
yang memiliki nilai potensi penduduk
lebih kecil dibandingkan dengan
mendekati wilayah yang memiliki
potensi penduduk lebih besar. Hal
tersebut dimaksudkan agar pusat
pelayanan sosial itu dapat dijangkau
dari semua wilayah.
4. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Teori Grafik
Teori Grafik (Graph Theory) dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam tulisannya
yang berjudul Structure of Transportation Network. Teori ini diterapkan dalam
geografi untuk menentukan batas wilayah secara fungsional berdasarkan arah
dan intensitas arus atau interaksi antara wilayah inti dan wilayah di luar inti.
Menurutnya, jaringan transportasi
merupakan salah satu ciri kekuatan interaksi antarwilayah. Dalam hal ini
wilayah yang dihubungkan oleh jaringan transportasi yang kompleks
cenderung memiliki pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah yang hanya memiliki jaringan transportasi
yang sederhana, seperti jaringan jalan yang lurus tanpa cabang. Besarnya
kekuatan interaksi antarwilayah berdasarkan Teori Grafik didasarkan pada
perhitungan konektivitas jaringan transportasi dengan menggunakan indeks β ,
yaitu rasio antara jumlah rute dalam suatu sistem transportasi (e) dibagi
dengan jumlah titik atau simpul kota (v).
Berdasarkan perhitungan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
wilayah X memiliki kekuatan
interaksi = 1,00, sedangkan
wilayah Y memiliki kekuatan
interaksi = 1,25. Artinya,
pengaruh wilayah Y terhadap
wilayah sekitarnya lebih besar
daripada pengaruh wilayah X.
Pembangunan dan
Pengembangan Wilayah

Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya

Tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai dengan memerhatikan berbagai


permasalahan antara lain:
a. pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia,
b. pemeliharaan daya dukung lingkungan,
c. pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi
pembangunan,
d. pengembangan industri, dan
e. mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.
Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah harus mempertimbangkan keselarasan, keserasian,


dan keseimbangan fungsi budi daya dan fungsi lindung, waktu, dan sumber
daya seperti yang tercantum dalam rencana tata ruang wilayah.
Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaan pembangunan, sebagai bagian dari pembangunan
nasional.
Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Kawasan Barat Indonesia (KBI)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

 KAPET bertujuan
 sebagai berikut.
 1) Pemanfaatan sumber daya alam.
 2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
 3) Peningkatan pendapatan daerah.
 4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.

Anda mungkin juga menyukai