2. Menurut A. J. Hertson
A region is a complex of land, water, air, plant, animal and man regarded in their
special relations as together continuing a definite characteristic portion of the
earth surface (Wilayah adalah komplek tanah, air, udara, tumbuhan, hewan dan manusia
dengan hubungan khusus sebagai kebersamaan yang kelangsungannya mempunyai
karakter khusus dari permukaan bumi).
3. Menurut Fannemar
A region is an area characterististized thouroughout by similiar surface
features and which is contrasted with neighbouring areas (Wilayah adalah area yang
digolongkan melalui kenampakan permukaan yang sama dan dikontraskan dengan area
sekitarnya).
4. Menurut Taylor
A region may be defined as a unit are of the earth's surface distinguishable
from amor area by the exhibition of some unifying characteristic of property
(Wilayah dapat didefinisikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang
berbeda dan ditunjukkan oleh sifat-sifat yang berbeda dan ditunjukkan oleh
sifat-sifat yang berbeda dari lainnya).
Pada skala besar, contoh wilayah nodal adalah ibukota dan kota-
kota besar. Wilayah-wilayah tersebut merupakan pusat interaksi
antara daerah yang satu dan daerah yang lain karena terdapat
aktivitas yang terorganisasi dan dinamis. Adanya daerah
hinterland di luar daerah intinya, merupakan ciri wilayah nodal.
Karena, pada daerah hinterland umumnya terjadi pergerakan
arus barang maupun manusia untuk menuju ke arah pusatnya
atau kota. Dengan demikian, wilayah nodal merupakan sebuah
sistem atau region organik, karena di dalam wilayah ini terdapat
hubungan yang hidup.
Menurut V. B. Stauberry, wilayah fungsional disebut organic region
karena di dalam wilayah tersebut terdapat hubungan yang hidup. Sementara
itu, J. W. Alexander memandang wilayah fungsional sebagai nodal region
karena dalam wilayah ini terdapat pusat aktivitas sebagai mata rantai utama
dalam sistem ini.
Wilayah yang berwarna putih merupakan daerah yang dilayani kota A, B, atau
C. Masingmasing penduduk di wilayah tersebut membelanjakan lebih dari
75% penghasilannya pada kota masing-masing (A, B dan C). Wilayah yang
diarsir merupakan daerah yang dilayani oleh dua tempat yaitu sekitar 50%
penduduknya
membelanjakan 50% penghasilannya ke A dan B, atau ke A dan C, atau ke B
dan C. Wilayah yang berarsir overlap merupakan daerah yang dilayani oleh A,
B maupun C, yaitu penduduknya membelanjakan kurang dari 50%
penghasilannya ke A, B atau C.
1. Contoh perwilayahan secara formal
Perwilayahan secara formal didasarkan pada gejala atau objek yang ada
di tempat tersebut atau pewilayahan berdasarkan administrasi pemerintahan.
Fenomena geografi
Perwilayahan
3 aspek :
Aspek fisik(daratan,perairan,iklim,dsb
Aspek ekonomi(SDA, daya dukung, dll)
Aspek sosial (penyebaran, kualitas ,dsb)
Metode perwilayahan berdasarkan fenomena
geografi:
1. Generalisasi wilayah (region generalization)
Usaha membagi permukaan bumi menjadi beberapa bagian dengan
mengubah/menghilangkan faktor-faktor tertentu yang kurang penting.
Delimitasi:
cara-cara penentuan batas terluar suatu wilayah untuk tujuan tertentu.
1) Delimitasi wil. Secara kualitatif.
Batas wilayah dengan interpretasi foto udara, citra satelit.
Mis : wil. Padat, wil. Tidak padat.
2) Delimitasi wil. Secara kuantitatif
Data-data yang terkumpul dituangkan di peta, sehingga diketahui
penyebaran data di wilayah ybs.
(rumus : teori titik henti)
2. Klasifikasi wilayah ( Region Classification )
Usaha untuk pengadakan penggolongan secara sistematis ke dalam
bagian-bagian tertentu berdasarkan kriteria tertentu.
Tujuan: Mencari perbedaan dari setiap bagian wilayah.
Cth : - Klasifikasi wil berdasar jenis (penggunan lahan)
- Klasifikasi wila berdasar tingkatan (kepadatan
penduduk)
MENENTUKAN BATAS WILAYAH
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan identik Perkembangan
Perkembangan wilaya dipengaruhi:
Sumber Daya Alam & Sumber Daya Manusia
Pusat pertumbuhan
SDA, SDM.
Pusatpertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-
pusat pertumbuhan di Indonesia contoh Kota
Surabaya, Makassar dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan di kawasan Indonesia Timur. Medan
sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia
Barat. Pusat-pusat pertumbuhan regional atau daerah
seperti “JABOTABEK” (Jakarta-Bogor-Tanggerang-
Bekasi), “BANDUNG RAYA” , Segi Tiga “SIJORI”
(Segi Tiga Singapura-Johor-Riau), “GERBANG
KERTOSUSILA” (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-
Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Teori heterogenitas menyatakan bahwa segala sesuatu di permukaan bumi
itu berbeda. Hal-hal yang ada dan terjadi di suatu tempat tidak mesti terjadi
di tempat lain. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan wilayah. Bagian-
bagian dari wilayah di permukaan bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
teratur, ada bagian yang tumbuh dan maju berkembang lebih cepat
dibanding dengan bagian lain.
1) Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala yang sesuai
dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
2) Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah, sungai, jalan,
nama tempat, dan lokasi pemukiman.
3) Tentukan kriteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah berdasarkan
tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan, atau budaya.
4) Tentukan lokasi/pusat pertumbuhan.
5) Analisis data seri yang tersedia, kemudian hitung angka pertumbuhannya.
6) Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap lokasi/pusat
pertumbuhan kemudian digambar sesuai dengan besaran angka
pertumbuhannya.
Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah yang sempit
misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada wilayah
yang lebih luas yaitu provinsi atau negara. Angka pertumbuhan yang
dialami oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan
pengembangan
1. Spread effect
Pertumbuhan kota mendorong pert. Kegiatan pertanian di pedesaan
Misal: Pembangunan kota mendorong perkembangan pedesaan
1. Backwash effect
Pertumbuhan kota yang mengakibatkan perpindahan modal dan sumber
lain.
Misal: pemindahan tenaga ahli, listrik,dsb
Fase-fase Menentukan batas Wilayah
pertumbuhan:
Fase Pra Industri
-wil. Belum berkembang
-kondisi ekonomi stagnasi
-tiap kota hanya melayani wil. Sendiri
Fase Transisi
-Mulai berkembang pusat pertumbuhan.
-Modal, tenaga trampil, modal mengalir ke pusat pertumbuhan.
-Masih terdapat Wil terbelakang
Fase Intregasi Sosial
-Terbentuk pusat pertumbuhan
-tiap wil.terintregrasi sec. menyeluruh
-tidak ditemukan wilayah-wilayah yang terbelakang
Karakteristik wilayah sebagai pusat pertumbuhan adalah memiliki
pertumbuhan cepat, perkembangan cepat, pembangunan menonjol,
kegiatan ekonomi ramai.
Faktor pendukung pusat pertumbuhan adalah kondisi geografis, SDA,
SDM, jarigan transportasi.
PUSAT PERTUMBUHAN INDONESIA
er upa an x 1
asil m rhana
H ede
n y
pe
2. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Teori Titik Henti
Teori titik henti (The Breaking Theory) merupakan suatu cara untuk
memperkirakan lokai garis batas yang memisahkan pusat-pusat perdagangan dari dua
buah kota yang berbeda ukurannya. Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang
lebih kecil ukurannya berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu
dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari
wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota yang lebih
sedikit
35
Jadi, lokasi titik henti antara kota X dan B adalah 32,32 km diukur
dari kota Y. Hal tersebut berarti bahwa penempatan lokasi pusat-
pusat pelayanan sosial yang paling strategis adalah berjarak 32,32
km dari kota Y sehingga dapat dijangkau oleh seluruh penduduk
baik dari kota X maupun kota Y.
3. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Potensi Penduduk
Indeks potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan
potensi aliran pada tiap-tiap lokasi. Indeks penduduk (PP) juga dapat
mengukur kemungkinan penduduk di suatu wilayah untuk melakukan
interaksi dengan wilayah-wilayah lainnya.
Dari hasil perhitungan tersebut,
berarti bahwa pusat pelayanan
sosial akan lebih baik apabila
ditempatkan menempati wilayah
yang memiliki nilai potensi penduduk
lebih kecil dibandingkan dengan
mendekati wilayah yang memiliki
potensi penduduk lebih besar. Hal
tersebut dimaksudkan agar pusat
pelayanan sosial itu dapat dijangkau
dari semua wilayah.
4. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan Teori Grafik
Teori Grafik (Graph Theory) dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam tulisannya
yang berjudul Structure of Transportation Network. Teori ini diterapkan dalam
geografi untuk menentukan batas wilayah secara fungsional berdasarkan arah
dan intensitas arus atau interaksi antara wilayah inti dan wilayah di luar inti.
Menurutnya, jaringan transportasi
merupakan salah satu ciri kekuatan interaksi antarwilayah. Dalam hal ini
wilayah yang dihubungkan oleh jaringan transportasi yang kompleks
cenderung memiliki pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah yang hanya memiliki jaringan transportasi
yang sederhana, seperti jaringan jalan yang lurus tanpa cabang. Besarnya
kekuatan interaksi antarwilayah berdasarkan Teori Grafik didasarkan pada
perhitungan konektivitas jaringan transportasi dengan menggunakan indeks β ,
yaitu rasio antara jumlah rute dalam suatu sistem transportasi (e) dibagi
dengan jumlah titik atau simpul kota (v).
Berdasarkan perhitungan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
wilayah X memiliki kekuatan
interaksi = 1,00, sedangkan
wilayah Y memiliki kekuatan
interaksi = 1,25. Artinya,
pengaruh wilayah Y terhadap
wilayah sekitarnya lebih besar
daripada pengaruh wilayah X.
Pembangunan dan
Pengembangan Wilayah
Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
KAPET bertujuan
sebagai berikut.
1) Pemanfaatan sumber daya alam.
2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
3) Peningkatan pendapatan daerah.
4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.