Anda di halaman 1dari 48

Pesona Pantai Pandawa

Karya Tulis
Disusun guna Melengkapi Salah Satu Syarat
dan Tugas untuk Mengikuti Ujian Nasional
SMP Negeri 1 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2015/2016

Disusun Oleh:

Nama : Lutfu Ferdinan Prasetya

Kelas : VIII J

No Absen : 21

NIS : 18113

SMP NEGERI 1 SUKOHARJO


TAHUN PELAJARAN 2015/2016

i
PERSETUJUAN

Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing sebagai


salah satu syarat dan tugas guna mengikuti Ujian Nasional
SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 pada :

Hari : …………………………

Tanggal : …………………………

Pembimbing,

Dra. Sri Rusminiyati

NIP 19600813 198603 2 008

ii
PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disahkan oleh Kepala Sekolah sebagai salah
satu syarat dan tugas untuk mengikuti Ujian Nasional SMP Negeri 1
Sukoharjo tahun 2015/2016, pada:

Hari : …………………………

Tanggal : …………………………

Mengesahkan,

Kepala SMP N 1 Sukoharjo

Dra. Indiah Dewi Murni, M.P.d

NIP 19680621 199802 2 003

iii
MOTTO

1. Belajar adalah benang-benang yang membujur, dan pengalaman


pribadi adalah benang yang melintang dalam membuat suatu
tenunan pengetahuan. (The Liang Gie)
2. Barang siapa berjalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah
SWT akanmenunjukkan kepadanya jalan menuju surga. (HR.
Muslim)
3. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
4. Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah
dilaksanakan/diperbuatnya. (Ali Bin Abi Thalib)
5. Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena
mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena
mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu
untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)

iv
PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :

1. Kepala SMP Negeri 1 Sukoharjo.


2. Bapak ibu guru SMP Negeri 1 Sukoharjo.
3. Ayah dan ibu tercinta.
4. Rekan-rekan kelas IX E SMP Negeri 1
Sukoharjo.
5. Adik-adik kelas SMP Negeri 1 Sukoharjo.
6. Pembaca yang budiman.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan karya
wisata Pulau Bali yang berjudul “Pesona Pantai Pandawa” ini dapat
diselesaikan.

Karya tulis ini penulis susun guna melengkapi salah satu syarat dan
tugasuntuk mengikuti Ujian Nasional SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2015/2016. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan bantuan
material dalam pembuatan karya tulis ini.
2. Ibu Dra. Indiah Dewi Murni, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1
Sukoharjo yang telah mendukung dan merestui karya tulis ini.
3. Ibu Dra. Hestri Sulistyo selaku wali kelas IX E SMP Negeri 1
Sukoharjo.
4. Ibu Dra. Sri Rusminiyati selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya
tulis ini sehingga terlaksana dengan baik.
5. Bapak Ibu pendamping yang telah mendampingi kami selama
perjalanan study tour ke Pulau Bali yaitu Bapak Sugeng Widodo,
S.Pd , Bapak Drs. Paidi, dan Ibu Dra. M. Nunung, SE.
6. Mbok Nyoman selaku pemandu wisata yang telah memberikan
penjelasan dalam setiap objek wisata yang dikunjungi.
7. Teman-teman kelas IX E dan pihak lain yang turut mendukung.
Semoga laporan karya tulis “Pesona Pantai Pandawa” memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Sukoharjo, Maret 2015

vi
Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii

HALAMAN MOTTO........................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ v

KATA PENGANTAR.......................................................................... vi

DAFTAR ISI....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan.............................................................. 1-2
C. Pembatasan Masalah....................................................... 2
D. Metode Pengumpulan Data.............................................. 2
E. Sistematika........................................................................ 2-3

BAB II KEADAAN UMUM PULAU BALI

A. Luas dan Letak Pulau Bali………………………………… 4-5


B. Keadaan Alam dan Penduduk ....................................... 5-6
C. Struktur Pemerintahan Pulau Bali .................................. 7-8
D. Agama............................................................................. 8-11
E. Kepercayaan……………………………........……………. 12-13
F. Bahasa……………………...………………………………. 13-14
G. Sosial dan Budaya ......................................................... 14

vii
H. Macam-macam Pura ……………………………………... 14-15

BAB III PESONA PANTAI PANDAWA

A. Letak Pantai Pamdawa……………………………………. 16


B. Sejarah Pantai Pandawa………………………………….. 16-17
C. Keindahan Pantai Pandawa……………………………… 17-18
D. Kawasan Pantai Pandawa yang Disucikan……………... 18
E. Upacara Adat Melasti…………………………………….. 18-20
F. Pura Desa Kutuh………………………………………….. 21-22
G. Fasilitas dan Aktivitas di Pantai Pandawa……………… 22-23

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan…………………………………………………………. 24

B. Saran……………………………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah wilayah yang memiliki beraneka ragam obyek
wisata salah satunya yang sangat terkenal adalah pulau Bali. Pulau
yang sangat terkenal didunia karena keindahan panoramanya yang
menjadi tujuan wisata dunia yang mempunyai kepercayaan memuja
dewa-dewa. Pulau ini juga dikenal dengan sebutan pulau Dewata.
Pemujaan tersebut di lakukan dengan mengadakan upacara
keagamaan yang selalu di taati masyarakat Bali dan masih melekat
pada penduduk di sana. Pulau ini juga memiliki nama besar di dunia
Internasional, yang dapat menarik perhatian para wisatawan
mancanegara. Jumlah obyek wisata di pulau ini sangat banyak,
contohnya pantai, wisata alam, pegunungan, panorama,
kebudayaan, dan keindahan pulau Dewata itu sendiri. Di Bali sendiri
agama hindu masih sangat kental dan masih dipertahankan begitu
pula dengan adat istiadat dan kebudayaannya, meskipun banyak
wisatawan yang menetap disana.
Bagi sebagian besar penduduk Bali, pariwisata adalah
pemasukan atau mata pencarian dalam mendapatkan anggaran
untuk pembangunan pulau itu sendiri. Dengan mengetahui adat,
kebudayaan, dan keindahan alam negeri kita yang beranekaragam,
kita harus merasa bangga dan turut berusaha menjaga, melindungi,
dan melestarikannya.

B. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :

1
1. Untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti Ujian
Nasional.
2. Penulis ingin memberikan gambaran lebih jelas mengenai
objek wisata Pantai Pandawa di Pulau Bali kepada
pembaca.

1
2

3. Penulis ingin memperkenalkan objek wisata Pulau Bali


kepada para masyarakat.
4. Memperbesar rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa
dengan melestarikan kebudayaan daerah kepada
masyarakat.
5. Menambah pengalaman penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan karya tulis.

C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan karya tulis ini lebih fokus pada temanya,
maka penulismembatasi permasalahannya tentang “Pesona Pantai
Pandawa”.

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membutuhkan
berbagai data, untuk mengumpulkan data tersebut penulis
menggunakan beberapa metode, antara lain :
1. Pengamatan (Observasi)
Penulis Melakukan peninjauan secara langsung pada obyek
wisata sehingga memperoleh data-data yang sesuai dengan
penulisan karya tulis ini.
2. Wawancara (Interview)
Penulis mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
interview langsung dari pemandu wisata.
3. Studi Pustaka (Referensi)
Penulis mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan bukti-
bukti dari buku panduan dan brosur mengenai Pulau Bali
khususnya Pantai Pandawa.

E. Sistematika
3

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami dan mengetahui


isi karya tulis ini secara utuh, maka penulis menyusun karya tulis ini
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, Pembatasan Masalah, Metode Pengumpulan
Data, dan Sistematika.
BAB II Keadaan Umum Pulau Bali yang meliputi : Luas dan Letak
Pulau Bali, Keadaan Alam dan Penduduk, Struktur
Pemerintahan Pulau Bali, Agama, Kepercayaan, Bahasa,
Sosial dan Budaya, Macam-macam Pura.
BAB III Keadaan Pantai Pandawa yang meliputi : Letak Pantai
Pandawa, Sejarah Pantai Pandawa, Keindahan Pantai
Pandawa, Kawasan Pantai Pandawa yang Disucikan,
Upacara Adat Melasti, Pura Desa Kutuh, Fasilitas dan
Aktivitas di Pantai Pandawa.
BAB IV Simpulan dan Saran yang meliputi : Simpulan, Saran.
BAB II

KEADAAN UMUM PULAU BALI

A. Luas dan Letak Pulau Bali

Luas Pulau Bali kurang lebih 5.632,86 km 2, termasuk Pulau Nusa


Penida, Pulau Nusa Lembangan, dan Pulau Nusa Cenengan. Provinsi Bali
berdiri pada tanggal 14 Agustus 1958, berdasarkan UU No. 84/1958.
Pulau Bali beribukota di Denpasar.

Pulau Bali disebut juga sebagai Pulau Dewata, karena konon menurut
legenda rakyat Bali dulunya Pulau Bali dan Pulau Jawa merupakan satu
daratan. Menurut legenda tersebut, terjadinya Pulau Bali karena goresan
ujung tongkat Brahmana suci yang bernama Sidhi Marta, yang
menyebabkan tanah terbelah dan menganga, sehingga air laut pun
mengalir ke dalamnya, sehingga terjadilah selat yang memisahkan antara
Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Batas-batas Pulau Bali adalah sebagai
berikut:

 Batas utara: Laut Jawa


 Batas timur: Selat Lombok
 Batas selatan: Samudera Hindia
 Batas barat: Selat Bali

Pulau Bali merupakan tempat yang strategis. Letak Pulau Bali secara
geografis, astronomis, klimatologis, maritim, dan ekonomis adalah sebagai
berikut:

1. Letak Geografis

Pulau Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara. Pulau
Bali juga dikelilingi oleh laut, sebelah utara yaitu Laut Jawa, sebelah
selatan yaitu Samudera Indonesia, sebelah barat yaitu Selat Bali, dan

4
sebelaht imur adalah Selat Lombok. Keadaan seperti ini membuat Pulau
Bali menjadi letak yang strategis.

4
5

2. Letak Astronomis

Secara astronomis, Pulau Bali terletak di antara 8,3 o – 8,5o LS dan 114,21o
– 115,43o BT, yang membujur sepanjang Gilimanuk sampai Padang Buy
yang panjangnya 145 km dari barat ke timur. Dan dari Singaraja sampai
Nusa Dua terbentang sepanjang 90 km dari utara ke selatan.

3. Letak Klimatologis

Bali terletak di garis lintang 23,5 LU – 23,5 LS yang mempunyai iklim


tropis. Pulau Bali memiliki curah hujan yang tinggi,mencapai 127
mm/bulan. Musim penghujan di Bali berlangsung sekitar bulan Oktober –
April, dan musim kemarau berlangsung sekitar bulan April – Oktober.

4. Letak Maritim

Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara bagian tengah dan


dikelilingi oleh laut. Laut tersebut sangat penting bagi Pulau Bali, karena
objek wisata di Pulau Bali banyak yang berupa wisata bahari. Banyak
penduduk Bali yang menggantungkan hidupnya untuk mencari rezeki
untuk kebutuhan sehari-hari dari sektor pariwisata ini.

5. Letak Ekonomis

Pulau Bali merupakan tempat yang strategis karena diapit oleh lautan dan
samudera, yaitu Selat Bali, Selat Lombok, Laut Jawa, Laut Flores, dan
Samudera Hindia. Hal ini membuat keadaan ekonomi di Bali maju karena
sebagai jalur perdangan lokal maupun internasional.

B. Keadaan Alam dan Penduduk

Keadaan alam Pulau Bali memanjang dari barat ke timur yang


dikelilingi oleh lautan. Tanah di bagian selatan sering disebut tanah
genting karena tanah tersebut memanjang dan sempit di anatara laut,
5

sehingga menyerupai ayam kecil. Pantai-pantai di Bali merupakan dataran


rendah yang sempit, kecuali bagian
6

selatan. Pantai-pantai yang terkenal antara lain: Pantai Sanur, Pantai


Kuta, Tanjung Benoa, Pantai Pandawa, dan lain-lain.

Pegunungan di Bali membentang dari barat ke timur, di antaranya:


Gunung Merbuk, Gunung Patas, Gunung Batur, Gunung Abang, Gunung
Bratan, dan Gunung Agung. Dari beberapa gunung tersebut, Gunung
Agung merupakan gunung tertinggi di pulau Bali. Gunung Agung pernah
meletus pada tahun 1963. Menurut cerita, Gunung Agung merupakan
pecahan Puncak Gunung Mahameru, yang juga menjadi Gunung Semeru
yang berada di Pulau Jawa, dan Gunung Rinjani yang berada di Pulau
Lombok.

Tanah di Bali bagian selatan lebih subur dan luas daripada Bali
bagian utara. Oleh karena itu, sekitar 70% penduduk di Bali Selatan
bekerja dengan bercocok tanam. Sistem pengairannya disebut subak. Di
lereng pegunungan, sawah dibuat bertingkat-tingkat atau berundak-undak
yang disebut sengkedan. Bila musim panen tiba, para petani di Bali
Selatan berada di sawah. Sebagai tanaman selingan, mereka juga
menanam palawija.

Sebaliknya, di Bali Utara lahan pertaniannya sempit, sehingga


penduduk Bali Utara lebih banyak menanam tanaman perkebunan, di
antaranya: kopi, teh, tebu, dan kelapa. Di Bali Utara terdapat 26,657 ha
tanah perkebunan untuk menanam kopi, sedangkan penduduk yang
tinggal di daerah pantai, kebanyakan menanam kelapa, karena di daerah
pantai tanahnya kurang subur. Sekitar 6.650,50 ha tanah perkebunan
ditanami kelapa.

Selain pertanian dan perkebunan, penduduk Bali juga


mengusahakan peternakan dan perikanan. Di bidang peternakan,
penduduk Bali biasanya beternak sapi Bali, babi, dan banteng. Disebut
sapi Bali karena bulunya berwarna kecoklatan dan bagian belakangnya
berwarna putih dan merupakan keturunan banteng. Penduduk Bali juga
7

mengusahakan perikanan darat dan menghasilkan ikan mujair, ikan mas,


dan ikan kaper. Sedangkan perikanan laut menghasilkan cumi-cumi,
tongkol, ikan lemuru, dan kepiting.
8

C. Struktur Pemerintahan Pulau Bali

Pulau Bali terbagi menjadi 1 kota madya, 8 kabupaten, 51


kecamatan, dan 79 kelurahan, yang terdiri atas 235 desa adat dan 259
desa siswa dinas. Bali mulai mengenal kelurahan pada tahun 1980, yang
dulunya namanya adalah parbekal. Kepala lingkungan di Bali disebut
Klian Dinas. Kota madya dan kabupaten di Pulau Bali, antara lain:

1. Kabupaten Jembrana
Kabupaten ini memiliki luas 841,80 km 2 dengan ibukota Negara dan
memiliki 4 kecamatan dan 49 desa.
2. Kabupaten Buleleng
Kabupaten ini memiliki luas 1.365,87 km 2 beribukota di Singaraja.
Kabupaten ini merupakan kabupaten yang tertua. Kabupaten
Buleleng memiliki 9 kecamatan dan 146 desa.
3. Kabupaten Tabanan
Kabupaten ini memiliki luas 893,33 km 2 beribukota di Tabanan.
Kabupaten Tabanan memiliki 8 kecamatan dan 108 desa.
4. Kabupaten Bangli
Kabupaten ini memiliki luas 315 km 2 beribukota di Bangli.
Kabupaten Bangli memiliki 4 kecamatan dan 69 desa. Hal yang
paling menarik dari kabupaten ini adalah adanya objek wisata
Kintamani dan sebuah desa Trunyan. Desa Trunyan terletak di
seberang Danau Batur. Keistimewaan dari desa ini adalah apabila
ada penduduk desa yang meninggal maka mayatnya tidak dikubur
atau dibakar tetapi hanya diletakkan dibawah pohon taru menyan
dan dari nama pohon inilah desa ini bernama Trunyan yang
merupakan singkatan dari taru menyan. Anehnya, mayat ini tidak
akan berbau sedikitpun.
5. Kabupaten Gianyar
Kabupaten ini memiliki luas 368 km2 beribukota di Gianyar.
Kabupaten Gianyar memiliki 7 kecamatan dan 56 desa. Di
9

Kabupaten ini juga terdapat sebuah istana kepresidenan yaitu


istana Tampak Siring. Istanai ini digunakan oleh Ir.Soekarno dan
diresmikan pada tahun 1976.
6. Kabupaten Badung
Kabupaten ini memiliki luas 542,50 km 2 beribukota di Denpasar.
Kabupaten Badung memiliki 7 kecamatan dan 76 desa.
7. Kabupaten Klungkung
Kabupaten ini memiliki luas 520,81 km 2 beribukota di Semarapura.
Kabupaten Klungkung memiliki 4 kecamatan dan 56 desa. Di
kabupaten ini terdapat sebuah kerajaan yang tertua dan terbesar di
Bali. Di Kabupaten Klungkung juga terdapat sebuah monumen
Puputan.
8. Kabupaten Karangasem
Kabupaten ini memiliki luas 839,54 km2 beribukota di Amlapura.
Kabupaten Karangasem memiliki 8 kecamatan dan 50 desa. Nama
Amlapura ini diambil dari kata Amla yang berarti buah dan Pura
yang berarti tempat, karena kabupaten ini merupakan pusat
beragam buah-buahan.
9. Kotamadya Denpasar
Kotamadya ini memiliki luas 123,98 km2 beribukota di Denpasar.
Kotamadya Denpasar memiliki 3 kecamatan dan 43 desa. Selain
sebagai ibu kota provinsi, Denpasar juga merupakan pusat
perdagangan, pendidikan, dan pariwisata.

D. Agama

Penduduk Bali 50% menganut agama Hindu, 30% agama Islam,


10% agama Kristen, dan 10% agama Budha. Kitab suci agama Hindu
adalah Kitab Weda atau Lastra Dharma yang berisi tentang Sang Hyang
Widhi yang telah menciptakan alam ini. Kitab Weda terbagi menjadi 4
kasta yang disebut Catur Wangsa, yaitu:
10

1. Kaum Brahmana
Merupakan kasta tertinggi yang terdiri atas pendeta. Kebanyakan
mereka memakai gelar “Ida Bagus” untuk laki-laki dan “Ida Ayu”
untuk perempuan.
2. Kasta Ksatria
Yaitu golongan raja-raja dan bangsawan. Kebanyakan mereka
memakai gelar “Cokorda” atau “Dewa” untuk laki-laki dan “Dewayu”
untuk perempuan.
3. Kasta Waisya
Yaitu golongan petani dan pedagang. Kebanyakan mereka
memakai gelar “I Gusti” untuk laki-laki dan “Gusti Ayu” untuk
perempuan.
4. Kasta Sudra
Yaitu golongan yang terdiri dari rakyat kecil. Namun di Bali 75%
dari jumlah penduduknya merupakan golongan Jaba. Mereka tidak
mempunyai gelar dan kebanyakan hanya dengan sebutan “I”.

Selain keempat kasta tersebut, juga ada kasta Paria atau kasta
Candala, yang terdiri dari para budak belian dan orang-orang yang
dikeluarkan dari kasta aslinya karena melanggar aturan-aturan yang
berlaku.

Selain kasta, dalam ajaran agama Hindu juga membagi


masyarakatnya menjadi 4 kelompok yang sering disebut Catur Asrama,
yaitu:

1. Brahmacarin, yaitu kelompok anak yang berusia 8 – 12 tahun atau


usia sekolah.
2. Bihasta, yaitu kelompok kepala keluarga.
3. Wanaprastha, yaitu kelompok penghuni hutan yang bertapa.
11

4. Sanyasin atau Pariwrajaka, yaitu kelompok pertapayang


mengembara.

Agama Hindu mengenal beberapa hari besar keagamaan sebagai berikut:

1. Hari Raya Galungan


Hari raya Galungan diperingati setiap 6 bulan sekali pada Budha
Kliwon Dungulan untuk memperingati kemenangan Dharma
(kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Sebelum puncak perayaan
Galungan ada rangkaian yang disebut sugian, embang sugian,
penyajaan, dan penampahan. Tiga haris ebelum perayaan ada hari
persiapan yang disebut padepon. Padepon adalah penyajian dan
pemotongan hewan ternak.
2. Hari Raya Nyepi
Nyepi diadakan setiap tahun untuk merayakan pergantian tahun
lama ke tahun baru (Saka). Sehari sebelum hari raya Nyepi,
upacara kurban suci mecaru untuk menenangkan roh-roh jahat
dilakukan di setiap perempatan jalan, kemudian diikuti dengan
pengusiran bhuta kala. Nyepi diadakan dengan serangkaian
upacara, yaitu:
a. Meklis/Melis/Melasti, yaitu mensucikan sarana dan prasarana
sembahyang yang dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan.
b. Tarun Kesanga, yaitu kurban suci (pemotongan kerbau, ayam,
atau bebek) yang dilakukan sebelum perayaan dengan jalan
Bhutayatnya.
c. Nyepi/Sipeng, dilakukan tepat pada tanggal 1 bulan 1 tahun 1
Saka dengan jalan sebagai berikut:
o Amati geni, tidak melakukan kegiatan yang
menggunakan api.
o Amati karya, tidak melakukan pekerjaan.
o Amati lelungan, tidak melakukan perjalanan atau
bepergian.
12

o Amati swara, tidak berbicara.


d. Gembak Geni, mulai menggunakan api sehari setelah
perayaan Nyepi. Umat Hindu mulai melakukan kegiatan
seperti biasa.
3. Hari Raya Kuningan

Upacara hari raya Kuningan dilaksanakan sepuluh hari setelah hari


raya Galungan berlalu. Hari raya Kuningan bertepatan pada hari
Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. Hari raya Kuningan merupakan
penutupan dari hariraya Galungan. Di hari suci diceritakan Ida Sang
Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah
kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Sering juga diyakini,
pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan
ebelum tengah hari, sebelum waktu para Betara kembali ke surga.

4. Hari Raya Saraswati

Hari raya Saraswati dirayakan sekali dalam 210 hari, sesuai


kalender Bali yaitu pada Sabtu Umanis Watu gunung. Hari raya ini
khusus ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan
Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji
Saraswati, Dewi Ilmu pengetahuan dan sastra, yang digambarkan
sedang duduk di atas angsa dengan membawa alat musik, genetri,
pusaka suci, dan teratai. Setiap orang mempersembahkan sesajen
di buku-buku, lontar dan benda benda lain yang berhubungan
dengan sastra dan ilmu pengetahuan sebagai rasa syukur atas
turunnya ilmu pengetahuan dan sebagai penghormatan kepada
ilmu pengetahuan.

5. Pagerwesi

Pagerwesi merupakan puncak rangkaian hari raya sejak Saraswati,


merupakan hari kita memuja Hyang Paramesti Guru, dan menjaga
dengan sebaik-baiknya (ibarat memagari dengan besi) agar ilmu
13

yang telah dipelajari digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan


umat manusia dan semesta, tidak menggunakannya untuk hal-hal
yang tidak baik. Umat Hindu melakukan persembahyangan memuja
kebesaran Ida Sang Hyang Widhi dan mensyukuri wara nugraha-
Nya sehingga kita umat manusia dapat mencapai mokshartam
jagaditha.

Umat Hindu memiliki 5 upacara adat yang disebut Panca Yatnya


yang artinya 5 pengorbanan, yaitu :

a. Dewa Yatnya, yaitu pengorbanan terhadapTuhan Yang Maha


Esa.
b. Putra Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap roh atau leluhur yang
telah meninggal.
c. Resi Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap para pendeta.
d. Manusia Yatnya, yaitu pengorbanan yang dilakukan manusia
agar hidupnya aman dan sejahtera.
e. Brita Yatnya, yaitu upacara yang dilakukan untuk makhluk hidup
dunia.
E. Kepercayaan

Penduduk Bali yang beragama Hindu mengenal 5 kepercayaan


yang sering disebut Panca Cradha, yaitu:

a) Percaya adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Kuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur).
b) Percaya adanya Atma (roh leluhur).
c) Percaya adanya hukum Karmaphala.
d) Percaya adanya Samsara (kelahiran berulang-ulang atau
penitisan).
e) Percaya adanya Mokhsya (kebebasan dari ikatan keduniawian).

Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidaklah sama dengan Dewa dan
Bathara. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Ida Sang Hyang Widhi
14

Wasa, sedangkan Bathara adalah perwujudan pelindung dari Ida Sang


Hyang Widhi Wasa. Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia
pertama bernama Syawambi Manu yang artinya makhluk pertama yang
berpikir yang menjadikan dirinya sendiri.

Atama atau roh leluhur adalah percikan-percikan kecil dari Parama


Atma yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada dalam tubuh makhluk
hidup. Atma yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup disebut
Jiwatman. Apabila Atma bersatu dengan badan manusia akan menjadi
awidya atau kegelapan.

Hukum Karmaphala adalah hukuman untuk seseorang sesuai


dengan hasil perbuatannya. Orang yang berbuat baik akan mendapat
balasan yang baik pula. Sedangkan orang yang berbuat buruk akan
mendapat balasan yang buruk pula.

Samsara adalah proses terjadinya manusia lahir, hidup, dan mati


secara berulang-ulang. Di dunia ini adalah kesempatan manusia berbuat
kebaikan, sedangkan di akhirat merupakan kesempatan manusia untuk
menerima hasilnya yang berupa pahala.

Mokhsya adalah kebebasan dari ikatan keduniawian. Setelah


manusia lepas dari ikatan keduniawian, maka Jiwatman (roh leluhur) tidak
akan pernah kembali ke dunia. Sedangkan Atma bersatu dengan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang mengalami kebenaran, perubahan,
kesadaran yang kekal dan abadi.

Masyarakat Bali mengenal adanya Tiga Kesatuan Dewa yang


dikenal dengan Tri Murti, yaitu:

1. Dewa Brahmana, disebut juga Dewa Pencipta, dengan simbol api,


senjata gada, dan bercirikan kain warna merah.
2. Dewa Syiwa, disebut juga Dewa Perusak atau Pelebur, dengan
simbol angin, senjata trisula, dan bercirikan kain berwarna putih.
15

3. Dewa Wisnu, disebut juga Dewa Pemelihara,mempunyai simbol air,


senjata cakra, dan bercirikan kain berwarna hitam.

F. Bahasa
Bahasa pergaulan orang Bali menurut pemakaiannya dapat digolongkan
menjadi :
1. Bahasa Bali Alus
Bahasa Bali alus atau baku digunakan apabila berbicara dengan
orang yang dihormati.
2. Bahasa Bali Biasa
Bahasa Bali biasa dipakai apabila berbicara dengan orang yang
sederajat atau orang yang dianggap lebih rendah.
Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas
pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya,
sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual.
Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya
masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai
pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek
bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama
Hindu Dharma; meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung
berkurang.
Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama)
bagi banyak masyarakat Bali, yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang
besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-
pusat informasi wisatawan di Bali, seringkali juga memahami beberapa
bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.

G. Sosial dan Budaya

Menurut adat, biasanya anak di Bali diberi nama menurut urutan


kelahirannya, yaitu:
16

1. Anak pertama : Ngurah, Gede, Putu, atau Wayan


2. Anak kedua : Made
3. Anak ketiga : Nyoman
4. Anak keempat : Ketut

Sedangkan anak kelima biasanya diberi nama seperti anak keempat,


tetapi diberi tambahan nama Tegel di belakangnya.

Bahasa yang digunakan di Bali adalah bahasa ibu, yaitu bahasa


yang biasa digunakan ibu untuk berbicara kepada anak-anaknya. Di Bali
juga terdapat bermacam-macam organisasi. Organisasi di bidang sosial
disebut Seka. Organisasi di bidang pengairan disebut Subak. Organisasi
di bidang menanam padi disebut Manula. Dan organisasi memburu bajing
disebut Seka Semal.

H. Macam-Macam Pura

Penduduk di Bali yang beragama Hindu patuh terhadap ajaran


agama mereka. Mereka mendirikan pura sebagai tempat untuk beribadah
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pura dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:

1. Klasifikasi Pura menurut pemakaiannya


a) Pura Keluarga, digunakan untuk satu keluarga.
b) Pura Masyarakat, digunakan untuk seluruh penduduk dalam
organisasi masyarakat.
c) Pura Besakih, digunakan untuk semua penduduk yang
berdomisili di Pulau Bali.
2. Klasifikasi Pura menurut fungsinya
a) Pura Segara, sebagai tempat untuk menyembah Dewa
Wisnu.
b) Pura Desa, sebagai tempat untuk menyembah Dewa
Brahmana.
17

c) Pura Pualam, sebagai tempat untuk menyembah Dewa


Syiwa.
17

BAB III

PESONA PANTAI PANDAWA

A. Letak Pantai Pandawa

Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata yang terletak di


desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali. Pantai
ini ada di balik perbukitan kapur yang hanya ditumbuhi semak-belukar
dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar
pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu
sisinya dipahat lima patung Pandawa dan Dewi Kunti. Keenam patung
tersebut secara berurutan dari posisi tertinggi diberi penjelasan nama
Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.

Terdapat tebing-tebing tinggi yang ditumbuhi dengan semak


belukar. Dulunya akses jalan untuk menuju pantai Pandawa cukup
sulit, namun karena pantai ini memiliki keindahan yang sangat
mempesona mata pengunjung maka pemerintah setempat membuat
atau membuka akses berupa jalan sepanjang kurang lebih 1,5 km.
Akses jalan yang dibuat cukup unik dan terlihat megah karena jalannya
diapit dengan tebing-tebing yang tinggi.

B. Sejarah Pantai Pandawa


Nama tempat wisata ini didapatkan dari adanya lima buah patung
Pandawa, legenda dalam ajaran Hindu, yang menghadap pantai. Di
tebing kapur tersebut dibuat lubang-lubang untuk menempatkan kelima
patung Pandawa, yang terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna dan si
kembar Nakula Sadewa. Ditambah patrung Dewi Kunti sehingga
berjumlah enam patung.
18

Pandawa sangat familiar dan mengandung penuh filosofi dimana


menurut mitologi Hindu yang dimuat di dalam epos Maha Bharata
diceritakan kehidupan Sang Panca Pandawa dikurung di dalam Goa
Gala-Gala sehingga munculah pemikiran dari keluarga Pandawa untuk
membuat sebuah terowongan sehingga keluarga Pandawa bisa
diselamatkan dan akhirnya Panca Pandawa diberikan membuka suatu
kawasan hutan belantara yang sangat angker sebagai daerah
kekuasaan, berkat kerja keras dan semangat kebersamaan yang
didukung oleh seluruh rakyatnya Panca Pandawa dapat membangun
sebuah kerajaan yang diberi nama Amertha yang di pimpin oleh Raja
Yudistira sehingga rakyatnya bisa menikmati kehidupan yang lebih
baik. 

Ada kemiripan daripada cerita yang ditulis dalam epos Maha


Bharata dengan fakta perjalanan nasib masyarakat Desa Kutuh,
sehingga masyarakat sepakat memberi  nama Pantai Melasti (secret
beach) dengan sebutan Pantai Pandawa.

C. Keindahan Pantai Pandawa

Keindahan Pantai Pandawa memang sudah disadari oleh


penduduk setempat dan beberapa wisatawan. Namun karena sulitnya
akses untuk masuk ke Pantai Pandawa membuat pantai ini sepi
pengunjung. Untungnya, Pemerintahan Daerah setempat segera
tanggap dengan potensi wisata yang dimiliki oleh pantai ini. Kemudian
dibangunlah akses jalan yang memudahkan wisatawan menuju ke
Pantai Pandawa.

Setiap wisatawan yang mengunjungi pantai di desa Kutuh ini, akan


terkesima dengan pemandangan pantai dengan pasir putih yang
bersih, serta ombak yang tenang, bebas dari polusi dan pedagang
acung. Sehingga para wisatawan akan merasa betah dan nyaman
karena pemandangan pantai yang indah.
19

Pantai Pandawa menjadi tempat tujuan wisata dan upacara adat


Melasti masyarakat Hindu, selain itu pantai ini juga dimanfaatkan untuk
budidaya rumput laut yang dilakukan nelayan setempat, karena kontur
pantai yang landai dan ombak yang tidak sampai ke garis pantai.
Cukup banyak wisatawan yang melakukan paralayang dari Bukit
Timbis hingga ke Pantai Pandawa. Kawasan pantai ini juga sering
digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk sinetron.

D. Kawasan Pantai Pandawa yang Disucikan


Pantai Pandawa sangat kental dengan adat istiadatnya karena
memiliki setidaknya enam titik kawasan yang disucikan.
Jadi, tidak perlu heran jika di beberapa titik pengunjung akan
menjumpai papan peringatan bernada sedikit ekstrem, seperti
larangan untuk melakukan kegiatan berbau seksual di kawasan ini.
Pantai Pandawa sudah di lindungi oleh awigatau hukum adat sejak
2004. Jadi jika ada pihak yang ingin merusak citra kawasan, maka
bersiap untuk menerima sanksi adat.
Kawasan suci pertama di Pantai Pandawa adalah batu cupid yang
dianggap masyarakat sebagai gerbang masuk ke alam niskala atau
alam gaib dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Lokasinya ada
di gerbang masuk menuju pantai yang berdekatan dengan Pura
Gunung Payung.
Kawasan suci kedua tempat Upacara Melasti, simbol pemurnian jiwa
dan raga dalam kepercayaan Hindu. Banyak turis menyambangi
pantai ini ketika proses ini diselenggarakan. Upacara Melasti digelar
setiap bulan purnama pada tahun ganjil. Kawasan suci ketiga adalah
Pura Dalem Segara, tempat masyarakat Hindu sembahyang.
Keempat, sumur (sukan)
yang merupakan sumber air minum utama masyarakat Desa Kutuh.
Dua kawasan terakhir adalah Sawan Mela di ujung timur dan Sawan
Sambing di ujung barat.
20

E. Upacara Adat Melasti


Di pantai Pandawa sering diadakan upacara adat salah satunya
yaitu upacara melasti. Tetapi wisatawan tidak dapat menyaksikan
upacara melasti ini dikarenkan upacara melasti dilakukan ketika
menyambut hari raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 26 Maret.
Upacara Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut
hari raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasti
digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air
kehidupan. Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan
tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan
membuangnya ke laut. Dalam kepercayaan Hindu sumber air seperti
danau dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Selain
melakukan persembahyangan, upacara Melasti juga merupakan
pembersihan dan penyucian benda sakral milik pura (pralingga atau
pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Benda-benda
tersebut diarak dan diusung mengelilingi desa. Hal ini dimaksudkan
untuk menyucikan desa. Dalam upacara ini, masyarakat dibentuk
berkelompok ke sumber-sumber air seperti danau dan laut. Satu
kelompok berasal dari wilayah atau desa yang sama. Seluruh peserta
mengenakan baju putih, para pemangku berkeliling dan memercikan
air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat
peribadatan dan menebarkan asap dupa sebagai wujud pensucian.
Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian
sebagai simbol Trimurti, dewa dalam Agama Hindu yaitu Wisnu, Siwa,
dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma.
Upacara Melasti biasanya dilaksanakan setiap tahun sekali oleh
umat Hindu. Namun Melasti yang diselenggarakan di Desa Adat
Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, sedikit
berbeda yang merupakan tradisi lokal setempat. Upacara adat ini
dilaksanakan setiap tiga tahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur
21

masyarakat Desa Adat Kutuh yang dahulu  masyarakatnya hidup


sebagai petani tegalan. Masyarakat percaya, bahwa dengan
menggelar upacara melasti  ini masyarakat Desa Adat Kutuh akan
diberkahi keharmonisan dan  kelangsungan hidup yang
berkecukupan.
Upacara melasti ini tetap dilestarikan sebagai upaya memperingati
kehidupan  para petani dahulu, agar generasi muda di Kutuh dapat
mengenang rasa syukur itu.
Upacara adat ini special untuk pemuliaan terhadap Dewa sebagai
penguasa gunung atau bukit dan Dewi Sri sebagai penguasa
kesuburan. Upacara ini dicirikan  dengan  persembahan hasil panen
para petani yaitu  kacang, padi gulguk  sesuai simbol persembahan
Bhatara Sri.
Sebagaimana diketahui, Desa Kutuh terletak di perbukitan tetapi
dahulunya penduduknya hidup dari berladang padi gaga, menanam
jagung, ketela, kedelai, dan tanaman pangan lainnya. Menurutnya
dengan keyakinan masyarakat di Desa Adat Kutuh, bahwa Dewi Sri
dan Dewa Giri  itu tidak pernah tidur dalam memberikan
kesejahteraan yang terbaik bagi masyarakatnya.

Untuk di Desa Kutuh masyarakat  menghindari agar pura tidak 


dijadikan obyek wisata, namun  area pantailah yang ditata sedemikian
rupa, sehingga ada perbedaannya antara yang sakral dan yang
profane sebagai kawasan wisata.
Bentuk ritual Melasti di Kutuh ini seperti pujawali biasa, yaitu ada
nyejer selama tiga hari. Sekarang pujawali di laut ada istilah
mesesinah. Pada hari kedua mesesinah itu bermakna  menyambut
kebahagiaan. Kalau istilah Ida Pedanda  melakukan nyurya sewana,
yaitu   nyurya sewana itu dilakukan kalau menyambut antara malam
dan terang. Usai mesesinah kemudian paginya ada pesolahan,
pemendakan, semua pratima tedun dan semuanya berada di bale
panjang Pura Desa. Dan pada hari ketiga sorenya  baru Ida meprani
22

dan baru ngeluwuran.


Makna umum pemelastian di Kutuh adalah suatu ucapan puji
syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan kemanfaatan
yang telah diberikan, sehingga masyarakat dapat berkarya selalu dan
menemui harmonisasi. Seperti Dewi Sri  yang selalu memberi
kesejahteraan, maka manusia pun diharap bisa menyuguhkan
sesuatu sehingga terjaganya hubungan yang harmonis antara
manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia
dengan Tuhannya. Apalagi beliau ini angisep sari, jadi intinya
kehidupan ini di alam sekala dengan niskala harus berimbang  dan
berjalan dengan baik.

F. Pura Desa Kutuh

Di Desa Adat Kutuh terdapat dua tempat suci dengan nama


gunung yaitu Pura Gunung Payung dan Pura Gunung Jambul. Nama
pura yang penuh wibawa. Yang menarik dari kedua pura ini ialah
letaknya berhadap-hadapan kalau ditarik secara diagonal dalam peta
desa.
Pura Gunung Payung di batas tenggara desa dan Pura Gunung
Jambul di batas barat laut desa. Pura Gunung Payung disungsung
bukan hanya oleh masyarakat Desa Adat Kutuh, tetapi juga oleh desa-
desa tetangga seperti Kampial, Bualu, dan Peminge yang memiliki
beban tetegenan langsung terkait dengan ritual di Pura Gunung
Payung saat pujawali saban Purnama Sasih Kaulu. Selain itu, dengan
statusnya sebagai Pura Dang Kahyangan, Pura Gunung Payung juga
merupakan pilihan bagi Sang Maha Kawi Wiku Dang Hyang Nirartha
menancapkan tangkai payung di atas bebatuan bukit. 
Dari tangkai payung yang ditancapkan itu, keluarlah sumber air
yang mengalirkan kesuburan bagi pertanian di sekelilingnya. Tempat
sumber air itu oleh masyarakat lokal disebut sebagai Kubung Suci
yang kini persis berada di kawasan Utama Mandala Pura Gunung
23

Payung sebagai sumber tirta utama. Oleh karena itu, Pura Gunung
Payung adalah pilihan tepat bagi para bakta melakukan tirtayatra
sekaligus menapaktilasi perjalanan Sang Maha Kawi Wiku.
Tidak demikian halnya dengan Pura Gunung Jambul, yang hanya
disungsung oleh krama Desa Adat Kutuh, sebagai Pura Pengibeh
Desa, pembatas desa di bagian barat laut. Namun demikian, berada di
Pura Gunung Jambul, pemedek bisa melihat pemandangan indah
terhadap keagungan bentang pegunungan di utara, yang membentang
dari Batu karu hingga Gunung Agung dari barat ke timur. Lebih-lebih
bila pujawali tiba pada Purnama Sasih Kalima jika cuaca baik. Letak
Pura Gunung Jambul yang berdekatan dengan Goa Gong memang
menjanjikan keindahan panorama yang merupakan modal dasar
kalanguan bagi pemedek yang mau menggali nilai-nilai tradisinya.

Selain dua pura dengan nama Gunung di Desa Kutuh juga


terdapat tiga tempat yang dianggap berwibawa oleh masyarakat
dengan nama Batu yakni Batu Pageh, Batu Madinding, dan Batu
Mejan. Pura Batu Madinding dan Pura Batu Pager adalah pura yang
disungsung krama. Pura Batu Medinding disungsung oleh krama Desa
Adat Kutuh dengan status Pura Pengibeh Desa. Namun Batu Pageh
sesungguhnya juga masuk Pura Dang Kahyangan karena konon
sempat dinapaktilasi Dang Hyang Dwijendra.

G. Fasilitas dan Aktivitas di Pantai Pandawa

Di kawasan pantai ini menyadiakan berbagai fasilitas untuk


memanjakan para wisatawan, diantaranya adalah pijat tardisonal dan
spa, hotel atau penginapan, kios souvenir, cafe dan restoran,
penyewaan alat olahraga air, tempat penitipan barang dan toilet di
wantilan besar. Untuk dapat menikmati segala keindahan pantai ini
24

pengunjung hanya perlu membayar sebesar 2.000 Rupiah untuk WNI


dan 5.000 Rupiah untuk WNA.

Di sekitar pantai menyediakan jasa pijat refleksi dengan biaya


sebesar Rp 40.000 – Rp 100.000 kenyamanan sudah bisa
didapatkan. Jika ingin berjemur, disediakan pula jasa penyewaan kursi
beserta payungnya dengan biaya sekitar Rp 30.000. Selain itu
beberapa penginapan juga bisa ditemukan di kawasan ini. Selain
fasilitas untuk memanjakan diri, kawasan Pantai Pandawa juga
menyediakan fasilitas olahraga air seperti jasa sewa kano untuk
rekreasi air, penyewaan 1 kano dikenakan biaya Rp 50.000/jam.

Disamping itu wisatawan dapat melakukan olahraga air seperti


berselancar, karena ombak di Pantai Pandawa tergolong ideal untuk
berselancar. Menurut warga sekitar, terungkapnya keberadaan pantai
ini juga tak lepas dari beberapa wisatawan yang dahulu seringkali
membawa papan selancarnya berjalan menuju ke arah pantai ini.
Banyak yang penasaran mengapa mereka melewati tebing dengan
membawa papan selancar. Saat itulah keberadaan pantai ini mulai
diketahui banyak orang sampai sekarang.

Jika belum puas menikmati keindahan pantai ini dari atas pasir
putihnya saja, pengunjung bisa berlayar ke laut lepas. Tersedia
perahu dayung yang disewakan dengan harga 15.000 Rupiah untuk
gunakan menyusuri jernihnya air laut di sini. Jangan lupa untuk
menyewa baju pelampungnya juga dengan harga 10.000 Rupiah demi
keamanan dan keselamatan pengunjung.

Meskipun tergolong tempat wisata yang baru, namun fasilitas di


Pantai Pandawa sudah cukup lengkap. Di sini, terdapat deretan
warung makan dan juga kios yang menjual aneka suvenir khas pantai.
Untuk oleh-oleh bisa membelinya di kios suvenir sekitar pantai.
Beragam pernak-pernik dan aksesoris dapat temukan disana mulai
25

dari gantungan kunci dari kerang, frame foto berhias pasir pantai
sampai gelang dan kalung kayu dengan ukiran khas Bali. Warung
makan yang tersedia menawarkan menu nasi goreng, mie goreng,
menu makanan laut hingga masakan barat.

Tidak hanya di pantainya saja yang terdapat berbagai aktivitas


yang dapat dijumpai, di sekitar pantai terdapat budidaya rumput laut
yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai atau warga Desa Kutuh
sendiri. Pembudidayaan rumput laut sudah lama dilakukan oleh
masyarakat setempat sejak tahun 1980-an hingga sekarang. Dan kini
hasil pembudidayaan tersebut telah melakukan kerjasama dengan
negara-negara lain seperti Amerika dan Denmark. Ketika menjelang
sore banyak nelayan yang datang memunguti rumput laut yang
terdampar karena terbawa ombak. Selain mengambil rumput laut yang
telah mati dan terbawa ombak ke tepi pantai, para nelayan ini juga
melakukan penanaman rumput laut untuk menjaga kelestarian alam di
Pantai Pandawa.
BAB IV

SIMPULAN dan SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya
akan budaya dan tempat wisata yang indah.
2. Pantai Pandawa merupakan pantai yang cocok untuk dikunjungi
oleh para wisatawan, karena memiliki keistimewaan tersendiri.
3. Pantai Pandawa merupakan pantai yang sangat indah dengan
hamparan pasir putihnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan
beberapasaran sebagai berikut:
1. Pengelola Kawasan Pantai Pandawa, harus mengembangkan
potensi wisata yang ada di kawasan tersebut.
2. Meningkatkan fasilitas-fasilitas di Pantai Pandawa, agar
wisatawan yang berkunjung lebih merasa aman dan nyaman.
3. Untuk masyarakat Bali, hendaknya dapat menjaga dan
mengembangkan kebudayaan dan kesenian yang di miliki sejak
dulu.
4. Untuk pemerintah Bali, tetaplah pertahankan keunikan-keunikan
yang ada di Bali karena itu merupakan nilai jual yang dimiliki
oleh Bali.

24
DAFTAR PUSTAKA

Pandawa Line, 18 Juni 2014 Sejarah Pantai Pandawa Kutuh


http://pandawaline.blogspot.com/p/blog-page_5752.html
Wayan Suadnyana, 25 September 2015 
http://www.water-sport-bali.com/pantai-pandawa/
Wisata Bali Pantai Pandawa, 20 Oktober 2014
http://anekatempatwisata.com/wisata-bali-pantai-pandawa/
Khotimah Ayu Husnul 2010, karya tulis Pantai Sanur
http://www.scribd.com/doc/25515003/KARYA-TULIS-PANTAI-
SANUR-BALI#scribd
Amin Fauzan, 16 Desember 2012 karya tulis Bali,
http://aminbrazoet.blogspot.com
Kadek Elda, 22 Mei 2014 Pantai Pandawa Bali
http://kadek-elda.blogspot.com/2014/05/pantai-pandawa-bali.html
Panduan wisata, Mei 2015
http://informasipanduanwisata.blogspot.co.id/2015/05/pantai-
pandawa-beach-di-bali.html
Wista hotel Bali, Januari 2015 keindahan Pantai Pandawa
http://www.wisatahotelbali.com/2015/01/pantai-pandawa-bali.html
 Evo Templates, November 2014 Pantai Pandawa Bali
http://www.idtempatwisata.com/2014/11/pantai-pandawa-bali-
tempat-wisata.html

 Dani Griezmann, Juni 2015 Upacara Adat Melasti Desa Kutuh


http://griezmann7.blogspot.co.id/2015/06/melasti-sebagai-upacara-
adat-di-pantai.html
LAMPIRAN
Peta Pulau Bali

Peta Pantai Pandawa


Tulisan Pantai Pandawa yang tertera di tebing

Tebing di sepanjang jalan menuju Pantai Pandawa


Patung Pandawa Lima dan Dewi Kunthi

Area parkir kendaraan


Laut Biru Pantai Pandawa

Pasir putih Pantai Pandawa


Suasana Pantai Pandawa

Tempat pijat tradisional di Pantai Pandawa


Budidaya rumput laut di desa Kutuh

Upacara adat Melasti


Pura desa Kutuh

Anda mungkin juga menyukai