B. Tata Ruang
1. Pengertian Tata Ruang dan Penataan Ruang
Tata ruang merupakan bentuk dari susunan pusatpusat permukiman dan sistem
jaringan sarana prasarana pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
(struktur ruang) yang peruntukannya terbagi bagi ke dalam fungsi lindung dan
budidaya (pola ruang). Proses perencanaan dari tata ruang, pemanfaatannya dan
pengendaliannya, yang dilakukan secara sistematik disebut penataan ruang.
2. Asas dan Tujuan Penataan Ruang
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan bahwa
penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Keterpaduan. Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor,
lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan
antara lain, adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan. Keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan
antara kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan
pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan
dan kawasan perdesaan.
c. Keberlanjutan. Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi
mendatang.
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan. Keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di
dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
e. Keterbukaan. Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
f. Kebersamaan dan kemitraan. Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa
penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan.
g. Perlindungan kepentingan umum. Perlindungan kepentingan umum adalah
bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat.
h. Kepastian hukum dan keadilan. Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa
penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan
dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak
dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
i. Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang
dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun
hasilnya.
3. Klasifikasi Penataan Ruang
Klasifikasi penataan ruang ditegaskan dalam Undang-Undang Penataan Ruang
bahwa penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Selanjutnya ditegaskan sebagai berikut:
a. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
b. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
c. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas penataan ruang
wilayah nasional, penataaan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota.
d. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan perdesaan.
e. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan strategis nasional, penatan ruang kawasan strategis provinsi, dan
penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana.
b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan,
kondisi ekeonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan.
c. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota harus dilakukakn secara berjenjang
dan komplementer. Komplementer yang dimaksud disini adalah bahwa
penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota saling melengkapi satu sama lain,
bersinergi, dan dalam penyelenggaraannya tidak terjadi tumpah tindih
kewenangan.
C. Perwilayahan (Regionalisasi)
Regionalisasi berarti membagi wilayah-wilayah tertentu di permukaan bumi untuk
keadaan tujuan tertentu. Hal ini disebabkan lokasi-lokasi di permukaan bumi
jumlahnya sangat banyak sehingga diperlukan usaha untuk menyederhanakan
informasi menurut kriteria tertentu guna tujuan tertentu agar lebih efisien dan
ekonomis. Contohnya, pembagian wilayah berdasarkan iklim sangat berguna untuk
mengetahui perberan hewan dan tumbuhan.
Perwilayahan dapat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai
berikut.
1. Memisahkan sesuatu yang berguna dan kurang berguna.
2. Mengurutkan keanekaragaman kondisi permukaan bumi.
3. Menyederhanakan informasi dari berbagai gejala di permukaan bumi yang sangat
beragam.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi.
Tujuan perwilayahan adalah sebagai berikut:
1. Menyebarkan dan meratakan pembangunan sehingga dapat menghindari adanya
pemusatan kegiatan.
2. Menjamin keserasian dan koordinasi terhadap berbagai kegiatan pembangunan
yang ada di tiap-tiap daerah.
3. Memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, tidak saja kepada aparatur
pemerintah di pusat atau daerah, tetapi juga kepada masyarakat dan para
pengusaha.
Untuk menentukan regionalisasi wilayah harus diperhatikan fisik yang meliputi
iklim, morfologi, sumber daya alam, dan keadaan sosial budaya yang meliputi
penduduk dan budayanya. Beberapa contoh pewilayahan antara lain sebagai berikut:
1. Pewilayahan muka bumi berdasarkan tipe iklim matahari, antara lain sebagai
berikut.
a. Zone iklim tropis antara 23,5o LU–23,5o LS.
b. Zone iklim subtropis antara 23,5o LU–35o LU dan 23,5o LS– 35o LS.
c. Zone iklim sedang antara 35o LU - 66,5o LU dan 35o LS–66,5o LS.
d. Zone iklim kutub antara 66,5o LU - 90o LU dan 66,5o LS–90o LS.
2. Pulau Jawa berdasarkan kondisi fisiografisnya, meliputi antara lain sebagai
berikut.
a. Wilayah dataran rendah Jakarta (zona Jakarta).
b. Wilayah antiklinorium Bogor (zona Bogor).
c. Wilayah dataran antarmontana atau antarpegunungan (zona Bandung).
d. Wilayah pegunungan selatan.
3. Pewilayahan Indonesia berdasarkan wilayah waktu, meliputi pewilayahan
sebagai berikut.
a. Wilayah Waktu Indonesia Barat (WIB).
b. Wilayah Waktu Indonesia Tengah (WITA).
c. Wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT).
4. Pewilayahan muka bumi berdasarkan tipe vegetasinya, meliputi tipe sebagai
berikut.
a. Wilayah hutan hujan tropis
b. Wilayah hutan musim
c. Wilayah hutan desidius
d. Wilayah hutan conifer (hutan berdaun jarum)
e. Tundra
f. Taiga
5. Pewilayahan Negara Indonesia berdasarkan kondisi geologisnya, antara lain
sebagai berikut.
a. Wilayah Paparan Sunda (landas kontinen Asia), meliputi Pulau Sumatra,
Jawa, dan sebagian Kalimantan.
b. Wilayah Paparan Sahul (landas kontinen Australia), meliputi Pulau Papua
dan wilayah di sekitarnya.
c. Wilayah laut dalam, meliputi daerah di kawasan Indonesia bagian tengah.
D. Perwilayahan Formal dan Fungsional
1. Wilayah Formal
Wilayah formal disebut juga wilayah uniform, yaitu suatu wilayah yang dibentuk
oleh adanya kesamaan kenampakan (homogenitas), misalnya kenampakan
kesamaan dalam hal fisik muka bumi, iklim, vegetasi, tanah, bentuk lahan,
penggunaan lahan yang ada dalam wilayah tersebut, baik secara terpisah maupun
berupa gabungan dari berbagai aspek. Karena itu, wilayah yang demikian,
mempunyai bentuk-bentuk kenampakan penggunaan lahan dengan pola umum
dari aktivitas industri, pertanian, permukiman, perkebunan, dan bentuk-bentuk
penggunaan lahan lain yang relatif tetap. Karena itu, wilayah formal lebih
bersifat statis. Misalnya, lembah sungai yang dicirikan oleh daerah alirannya, di
kota besar daerah CBD (Central Bussiness District), zone permukiman, zone
pinggiran kota juga merupakan region formal.