Anda di halaman 1dari 8

ILMU WILAYAH

“TEORI-TEORI WILAYAH”

Dosen pengampu :

Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Sc.

Dr. Rosalina Kumalawati, M.Si.

Oleh:

Meilin Lusiana

1710115220011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah wilayah mengacu pada pengertian unit geografis
didefinisikan sebagai suatu unit geografis dengan batas-batas tertentu
dimana komponen-komponen didalamnya memiliki keterkaitan dan
hubungan fungsional satu dengan yang lainnya, dimana komponen-
komponen tersebut memiliki arti di dalam pendiskripsian perencanaan dan
pengolaan sumberdaya pembangunan.
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai
komponen fisik muka bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan
manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam
perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan
interrelasinya.
Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik
tertentu berbeda dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: Wilayah Formal (uniform region/homogeneous)
adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman atau kesamaan dalam
kriteria tertentu, baik fisik maupun sosialnya. Contoh: suatu wilayah
mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah
pegunungan atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang
kegiatan bercocok tanam disebut wilayah pertanian.
Wilayah fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam
banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan
ditandai dengan adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di
sekitarnya. Contoh suatu industri didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi
karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari mereka pulang ke rumah
masing-masing.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Wilayah secara umum adalah suatu bagian dari permukaan bumi yang
teritorialnya ditentukan atas dasar pengertian, batasan dan perwatakan fisik
geografis. Mengacu pada Undang-Undang No. 24/1992 tentang Penataan Ruang,
wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administrasi dan atau aspek fungsional.

Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Lokasi menggambarkan


posisi pada ruang tersebut (dapat ditentukan bujur dan lintangnya). Studi tentang
lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain
dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang berdekatan
(berjauhan) tersebut.

Von Thunen (1826), Mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari


berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan
ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat
pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Perkembangan dari teori
Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin
menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

Weber (1909), Menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut


teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum.

August Losch, Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi
permintaan (pasar), berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi
penawaran (produksi). Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari
tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar
lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.

2
Contoh-contoh wilayah antara lain Wilayah Timur Indonesia (geografis),
Wilayah Pesisir (geografis, fungsional), Wilayah Provinsi, Kabupaten, atau Kota
(administrasi), Wilayah Perkotaan (fungsional). Untuk pengertian wilayah yang
batasannya bersifat fungsional sering dipergunakan terminologi lain yang lebih
spesifik, yakni kawasan.

Secara konseptual, wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu wilayah


homogen, wilayah nodal, wilayah administratif dan wilayah perencanaan.
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri
homogenitas ini misalnya dalam hal ekonomi (seperti wilayah dengan struktur
produksi dan konsumsi yang homogen, tingkat pendapatan rendah/ miskin, dan
lain-lain), geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang
sama), agama, suku dan sebagainya. Contoh dari wilayah homogen adalah pantai
utara Jawa Barat, merupakan wilayah yang homogen dari segi produksi padi.

Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional


mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan wilayah belakangnya
(hinterland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor
produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.

Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling


ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah, mengartikan
wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa
pusat kegiatan ekonomi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh
dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat
kegiatan ekonomi lainnya.

Hoover (1977) mengatakan bahwa struktur dari wilayah nodal dapat


digambarkan sebagai suatu sel hidup atau suatu atom, di mana terdapat inti dan
plasma (periferi) yang saling melengkapi. Contoh dari wilayah nodal adalah kota
DKI Jakarta dan Bodetabek (Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi), Jakarta yang
merupakan inti dan Bodetabek yang merupakan sebagai Wilayah belakangnya.

3
Wilayah administratif, adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti propinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan. Khusus untuk wilayah administratif
propinsi dan kabupaten/kota, dalam peraturan perundang-undangan di negara kita
disebut sebagai daerah Otonom.

Wilayah Perencanaan (Planning Region) adalah wilayah yang batasannya


didasarkan secara fungsional dalam kaitannya dengan maksud perencanaan.
Wilayah ini memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan
ekonomi (Boudeville dalam Glasson, 1978). Wilayah perencanaan dapat dilihat
sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-
perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun
cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapat
dipandang sebagai suatu kesatuan.

Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun
ada juga dari aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan Pengelolaan
daerah aliran sungai harus direncanakan dan dikelola mulai dari hulu sampai
hilirnya secara terpadu, karena perlakuan di hulu akan berakibat di bagian
hilirnya. Contoh wilayah perencanaan dari aspek ekologis adalah DAS Cimanuk,
DAS Brantas, DAS Citanduy dan lain sebagainya.

Wilayah juga dapat diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang


memilki batas-batas dan ciri-ciri tersendiri berdasarkan lingkup pengamatan atas
satu atau lebih fenomena atau kenampakan tertentu

Djenen yang dikutip oleh J.E Sitanala (1979), memberikann batasan


tentang wilayah yaitu sebagai permukaan bumi yang memiliki kesamaan yang
berdasarkan unsur-unsur tertentu yang dipilih. Dengan itulah wilayah dapat
diciptakan berbagai macam, misalnya wilayah yang berdasarkan administrasi
pemerintahan (kabupaten, propinsi) wilayah geografis (lembah, daratan,
pegunungan, hutan), wialyah pemukiman (kota, desa) dan wilayah yang
berdasarkan tingkat pembangunan.

4
Bintarto dan Hadisumarno (1982) mengemukakan bahwa secara umum
wilayah dapat diartikan sebagai permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam
hal-hal tertentu dari daerah disekitarnya. Ada terdapat wilayah seragam (uniform
region) dan wilayah nodus (nodal region), wilayah menurut jenis(generic region),
wilayah khusus (spesific region), dan wilayah dengan klasifikasi dekriptif analitis.

Prantilla (1981), yang menyatakan pilihan mengenai wilayah selalu


menjadi persoalan bagi para perencana maupun pengambil keputusan. Perhatian
yang berbeda dari berbagai disiplin, sering menghasilkan kepentingan yang tidak
jelas, yang sulit untuk dipenuhi.

Menurut Haruo (2000), penggambaran wilayah dapat dilihat dalam dua


tipe, tipe pertama yang sering dipraktekkan oleh geografer dan planner, berusaha
membatasi wilayah berdasarkan satu set kriteria yang dapat diukur. Kriteria
tersebut ditentukan berdasarkan tujuan penggambaran wilayah. Tipe kedua
penggambaran wilayah dilakukan berdasarkan batas administrasi.

Di Indonesia, wilayah yang telah didefinisikan dalam UU no.26 tahun


2007 tentang Penataan Ruang, yaitu wilayah adalah suatu ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Wilayah juga dapat diartikan sebagai luasan geografis beserta segenap unsur yang
terkait padanya yang mempunyai batasan-batasan sesuai dengan lingkup
pengamatan tertentu.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Lokasi menggambarkan
posisi pada ruang tersebut (dapat ditentukan bujur dan lintangnya). Menurut
Von Thunen (1826), Mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai
kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi).
Weber (1909), Menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori
Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya.
August Losch, Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi
permintaan (pasar), berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi
penawaran (produksi).
Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling
ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah,
mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu
atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.
Hoover (1977) mengatakan bahwa struktur dari wilayah nodal dapat
digambarkan sebagai suatu sel hidup atau suatu atom, di mana terdapat inti
dan plasma (periferi) yang saling melengkapi.
Djenen yang dikutip oleh J.E Sitanala (1979), memberikann batasan
tentang wilayah yaitu sebagai permukaan bumi yang memiliki kesamaan
yang berdasarkan unsur-unsur tertentu yang dipilih.
Bintarto dan Hadisumarno (1982) mengemukakan bahwa secara umum
wilayah dapat diartikan sebagai permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam
hal-hal tertentu dari daerah disekitarnya.
Prantilla (1981), yang menyatakan pilihan mengenai wilayah selalu
menjadi persoalan bagi para perencana maupun pengambil keputusan.
Menurut Haruo (2000), penggambaran wilayah dapat dilihat dalam dua
tipe, tipe pertama yang sering dipraktekkan oleh geografer dan planner,
berusaha membatasi wilayah berdasarkan satu set kriteria yang dapat diukur.

6
DAFTAR PUSTAKA

Perencanaan wilayah pertemuan 5. Tpl314.weblog.esaunggul.ac.id. 2014/11.

https://www.google.com/search?q=teori+wilayah+menurut+von+thunen+alfred+
weber&oq=teori+&aqs=chrome.4.69i57j69i60l3j69i59l2.6414j1j7&client=ms-
android-oppo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai