Anda di halaman 1dari 18

PENGENALAN WILAYAH

Definisi Wilayah

Dalam membahas perencanaan wilayah, yang eprtama kali harus dibahas adalah pengertian
mengenai perencanaan wilayah. Perencanaan wilayah terdiri atas dua kata, yaitu perencanaan
dan wilayah. Perencanaan sebetulnya suatu kata yang sangat tidak asing. Boleh dikatakan
semua orang serta semua badan, baik itu badan pemerintahan maupun swasta, melakukan
perencanaan.

Secara formal dapat didefinisikan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan yang tepat. Tindakan dikatakan tepat apabila sesuai dengan tujuan. Jadi,
perencanaan berhadapan dengan pertanyaan apa tujuan yang akan dicapai dan bagaimana
cara mencapainya. Dengan demikian, pilihan-pilihan yang harus dilakukan dalam proses
perencanaan terdiri atas tiga tahap. Yang pertama adalah pemilihan tujuan dan kriteria, yang
kedua adalah identifikasi dari alternatif yang sejalan dengan tujuan tersebut, dan yang ketiga
adalah pemilihan pedoman dari tindakan menuju tujuan tersebut (Davidoff dan Reine,1973:1).

Perencanaan adalah suatu cara berpikir mengenai masalah sosial dan ekonomi. Perencanaan
berorientasi ke masa depan, sangat memikirkan hubungan antar tujuan dengan keputusan
bersama dan mengusahakan kekomprehensifan di dalam kebijakan dan program
(Friedman,1965:63).

Lebih rinci lagi, mengadopsi definisi operasional perencanaan yang didefinisikan oleh Fiedman
dalam bukunya yang terkenal, Planning in the public domain, perencanaan dapat didefinisikan
sebagai kegiatan yang melibatkan tahapan berikut :

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan permasalahan yang akan diintervensi;


2. Memodelkan dan menganalisis situasi dan kondisi dengan tujuan untk menyelesaikan
permasalahan;
3. Merancang satu atau lebih alternatif solusi yang potensial, baik dalam bentuk kebijakan,
rencana substantif, rencana tindak, inovasi institusional, metode mobilitas sosial, dan lain-
lain. Alternatif-alternatif solusi ini biasanya mempunyai karakter sebagai berikut :
Futuristik : spesifikasi tujuan dan sasaran, termasuk juga peramalan kondisi masa depan,
penilaian probabilitas, skenario tahapan-tahapan kejadian yang akan terjadi,dan lain-lain;
Ruang : lokasi, struktur spasial, desain fisik, dan lain-lain;
Resource requirements : perkiraan biaya dan kebutuhan lainnya atas sumberdaya
langka, tenaga ahli, dan lain-lain;
Prosedur pengimplementasian alternatif solusi tersebut;
Prosedur untuk menilai umpan balik (feedback) dan evaluasi;
4. Mengevaluasi secara mendalam solusi alternatif yang ditawarkan, baik dalam hal kelayakan
teknis, efektivitas biaya, dampak yang mungkin terjadi pada kelompok masyarakat, maupun
tingkat penerimaan politik, dan seterusnya (Friedman,1987: 37).
Perencanaan wilayah adalah perencanaan yang diterapkan pada suatu wilayah. Dengan
demikian, pembahasan selanjutnya adalah mengenai wilayah. Pengertian pertama yang harus
ditanamkan dalam mendefinisikan wilayah adalah : wilayah adalah ruang. Mengenai ruang
ini ada dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan subjektif dan objektif. Pandangan
subjektif menyatakan penentuan wilayah sebagai cara membagi ruang untuk mencapai tujuan
tertentu. Penentuan wilayah adalah suatu metode klasifikasi untuk menyusun pengelompokan
ruang. Wilayah dipandang sebagai suatu alat untuk menerangkan ruang yang didefinisikan
menurut kriteria tertentu untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, apabila kriterianya berubah,
maka batas wilayahnya pun berubah (Glasson,1978: 16).

Penetuan Wilayah Menurut Pandangan Subjektif

Konsep memandang wilayah sebagai cara untuk mengklasifikasi berkembang sesuai dengan
kemajuan ekonomi. Dulu ketika ekonomi masih berupa sistem pertanian yang sederhana,
wilayah dipandang sebagai wilayah formal yang didefinisikan berdasarkan homogenitas. Fase
selanjutnya melihat wilayah sebagai wilayah fungsional dengan perhatian pada independensi.
Interaksi antar bagian-bagian wilayah didefinisikan berdasarkan hubungan fungsional (Glasson,
1978: 38).

Suatu wilayah formal adalah wilayah yang terbentuk berdasarkan kriteria homogenitas. Pada
awalnya homogenitas ini berdasarkan kriteria fisik dan berkaitan dengan konsep geografi,
misalnya topografi, iklim dan vegetasi. Kemudian homogenitas bergeser ke kriteria ekonomi,
misalnya wilayah yang homogen dilihat dari aktivitas pertanian maupun aktivitas industrinya.
Menetukan batas (deliniasi wilayah) kawasan ini dapat dilakukan misalnya dengan melihat
kesamaan dalam karakteristik ekonomi, seperti persentase penduduk petani terhadap seluruh
penduduk, kesamaan tingkat penghasilan penduduk, penggunaan tanah yang dominan, dan
sebagainya.
Suatu wilayah fungsional adalah suatu wilayah yang didefinisikan berdasarkan kriteri tertentu
serta memperlihatkan suatu hubungan fungsional atau interdependensi antara bagian-
bagiannya. Karena interdependensi ini biasanya terikat oleh suatu node (pusat), seringkali
wilayah ini disebut sebagai wilayah nodal atau wilayah terpolarisasi yang terdiri atas unit-unit
yang heterogen, seperti kota besar, kota kecil, dan permukiman.

Menentukan batas wilayah (deliniasi wilayah ) fungsional atau wilayah nodal ini dapat
dilakukan, misalnya dengan melihat besarnya volume lalu lintas. Apabila volume lalu lintas
masih besar berarti wilayah tersebut masih terikat denagn wilayah fungsional. Sebagai contoh
dapat dilihat pada gambar berikut :

Kota B,C,D, dan K jelas termasuk kedalam wilayah fungsional yang berpusat di Kota A.
Demikian juga kota E dan I walaupun ikatannya sudah lebih lemah. Kota G,I dan J sudah tidak
dapat dimasukkan lagi ke dalam wilayah fungsional karena interaksinya sudah sangat lemah.
Kota F dan H, walaupun interaksinya lemah, masih dapat masuk kedalam wilayah ini karena
letak geografisnya.

Analisis mengenai wilayah formal dan fungsional diatas menunjukan bahwa penetuan wilayah
secara subjektif bukanlah tujuan akhir. Penentuan wilayah hanyalah alat untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian wilayah formal dan wilayah fungsional dapat menjadi kerangka
penentuan klasifikasi ketiga dari wilayah subjektif, yaitu wilayah perencanaan (planning region).
Boudeville mendefinisikan wilayah perencanaan atau disebut juga sebagai wilayah
pemograman (programming region) sebagai suatu wilayah yang memperlihatkan keterkaitan
atau kesatuan atas keputusan-keputusan ekonomi.

Jadi sebagai kesimpulan menurut pandangan subjektif dikenal tiga klasifikasi wilayah, yaitu
wilayah formal atau disebut juga sebagai wilayah homogen, wilayah fungsional atau disebut
juga sebagai wilayah nodal atau wilayah interdependensi, serta wilayah perencanaan atau
wilayah pemrograman.

Beberapa Istilah Wilayah

Selain istilah wilayah, terdapat beberapa istilah lain yang menunjukan kesatuan ruang, seperti
zona, kawasan dan daerah. Semua istilah ini menunjukan kesatuan ruang, akan tetapi
pengertiannya berbeda satu sama lain.
Zona adalah area yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari ruang sekelilingnya.
Misalnya, zona industri, yaitu ruang yang sebagian besar lokasinya digunakan untuk bangunan
industri atau penunjangnya (Richardson,1978:18). Secara umum wilayah didefinisikan sebagai
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait, yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan batas administratif maupun fungsional, misalnya kawasan
industri dan kawasan perdagangan karena mempunyai fungsi dominan yang sama, sedangkan
daerah adalah wilayah yang ditentukan berdasarkan batas administratif. Dengan demikian,
daerah sebenarnya merupakan istilah Indonesia untuk menunjuk konsep wilayah administratif,
dan kawasan untuk konsep wilayah fungsional. Pengertian wilayah yang mencakup konsep
wilayah homogen, fungsional, administratif, dan perencanaan tentu saja dapat mencakup
pengertian daerah dan kawasan.

Elemen Perencanaan Wilayah

Dalam perencanaan wilayah haruslah tergambar bagaimana keadaan penduduk pada masa
datang terutama penyebarannya serta keadaan sosial ekonominya. Karena keadaan ini,
bersama-sama dengan keadaan sumberdaya alam yang ada, berpengaruh terhadap kegiatan-
kegiatan ekonomi yang akan terjadi serta lokasinya. Lokasi ini harus dapat digambarkan dalam
suatu pola penggunaan lahan. Selain peta penggunaan lahan, dokumen perencanaan juga
dilengkapi dengan peta sistem kota, jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota tersebut, serta
jaringan prasarana, seperti jaringan listrik, telekomunikasi, bila ada irigasi dan sebagainya.

Di Indonesia menurut UU No 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, sebagaimana


dikatakan dalam Bab III Pasal 4, penataan ruang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu penataan
ruang berdasarkan sistem, penataan ruang berdasarkan fungsi utama wilayah, penataan ruang
berdasarkan wilayah administratif, penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan, serta
penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan.

Dalam Bab III Pasal 5 diberikan penjelasan dari klasifikasi tersebut, yaitu penataan ruang
berdasarkan sistem, terbagi atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. Penataan ruang
berdasarkan fungsi utama wilayah terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terbagi atas penataan ruang nasional,
penataan ruang provinsi dan penataan ruang kabupaten/kota. Penataan ruang berdasarkan
kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang
kawasan pedesaan. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan
ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Tujuan Perencanaan Wilayah

Salah satu tujuan utama didalam perencanaan wilayah adalah mengurangi kesenjangan.
Kesenjangan sendiri merupakan hal yang wajar apabila satu wilayah berkembang lebih tinggi
dari wilayah lainnya. Persoalan timbul apabila perbedaan ini sudah terlalu besar dari wilayah
lainnya, maka pengembangan wilayah tersebut akan menjadi sulit. Tujuan lain dari
perencanaan wilayah adalah pengintegrasian ekonomi wilayah kedalam sistem ekonomi
nasional. Dalam sistem ekonomi nasional yang terintegrasi, terbentuk ruang ekonomi yang
memiliki sistem kota yang mempunyai interdependensi, spesialisasi ruang atas fungsinya
masing-masing seta terintegrasinya pasar kedalam pasar nasional.

Tujuan selanjutnya adalah efisiensi dalam penentuan lokasi aktivitas. Hal ini berarti bahwa
dalam pemilihan lokasi oleh swasta tidak terlalu jauh berbeda dari lokasi yang diinginkan oleh
pemerintah. Atau, agar swasta berinvestasi disuatu wilayah, tidak perlu subsidi yang terlalu
besar untuk keefektifan. Tujuan berikutnya adalah alokasi investasi di wilayah haruslah
diarahkan agar didapat kesempatan untuk perkembangan ekonomi nasional lebih lanjut. Hal ini
perlu karena ekonomi wilayah tidak mungkin berkembang tanpa perkembangan ekonomi
nasional yang memadai. Jadi, pertimbangan perkembangan ekonomi nasional yang berlanjut,
haruslah menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan wilayah. Tujuan yang terakhir
adalah didapatnya keseimbangan antarwilayah, paling itdak untuk mencapai stabilitas nasional,
sehingga dapat menjadi pendukung pertumbuhan nasional (Friedman dan Alonso, 1974:113).

Semua tujuan diatas sudah tentu tidak dapat dicapai sekaligus dalam perencanaan swilayah.
Untuk tiap-tiap wilayah terdapat tujuan yang diprioritaskan. Untuk mencapai tujuan yang
diprioritaskan, seringkali tujuan-tujuan yang lain harus mengalah (Friedman dan
Alonso,1965:113)

TEORI PERTUMBUHAN WILAYAH

Teori pertumbuhan dan perkembangan wilayah mempunyai banyak perbedaan dengan teori
pertumbuhan ekonomi secara umum. Teori pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, yang
biasanya membahas teori pertumbuhan dan perkembangan negara, mempunyai asumsi-
asumsi yang spesifik, misalnya ekonomi negara adalah ekonomi tertutup. Di wilayah sudah
pasti asumsi ini tidak mungkin berlaku. Akan tetapi, pada beberapa prinsip terntentu, kedua
teori pertumbuhan tersebut banyak persamaannya. Berikut merupakan penjelasan dari teori-
teoripertumbuhan dan perkembangan wilayah yang dikenal saat ini.

1. Teori Neoklasik
Teori ini dikembangkan dan banyak dianut oleh ekonom regional dengan mengembangkan
asumsi Neoklasik. Tokohnya adalah Harry W. Richradson (1973) dalam bukunya Regional
Economic Growth. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan wilayah tergantung tiga faktor
yaitu tenaga kerja, ketersediaan modal (investasi), dan kemajuan teknologi (eksogen,
terlepas dari faktor investasi dantenaga kerja). Semakin besar kemampuan wilayah dalam
penyediaan 3 faktor

tersebut, semakin cepat pertumbuhan wilayah.Selain tiga faktor di atas, teori ini
menekankan pentingnya perpindahan (mobilitas) faktor produksi, terutama tenaga kerja dan
modal (investasi) antar wilayah, dan antar negara. Pola pergerakan ini memungkinkan
terciptanya keseimbangan pertumbuhan antar wilayah (Ingat paradigma keseimbangan
regional-red). Sebagai antitesis dari teori Neoklasik yang percaya adanya keseimbangan
wilayahmuncul teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah, yang intinya tidak percaya
pada mekanisme pasar, karena akan semakin memperburuk ketimpangan wilayah(Ingat
paradigma ketidakseimbangan regional-red). Mryrdall adalah tokohnya, melalui Teori
Penyebab Kumulatif atau Cummulative Caution Theory yang mengungkapkan 2 kekuatan
yang bekerja pada proses pertumbuhan wilayah, yaitu efek sebar (spread effect) yang
bersifat positip, dan efek balik yang negatif (backwash effect). Efek kedua lebih besar
dibanding yang pertama.
Pertumbuhan output wilayah ditentukan oleh peningkatan produktivitas (merupakan output
dari 3 faktor Neoklasik). Kuncinya adalah produktivitas, selanjutnya berpengaruh terhadap
ekspor wilayah. Semakin tinggi produktivitas semakin berkembang, sehingga wilayah lain
akan sulit bersaing. Pentingnya produktivitas ini juga digunakan untuk menjelaskan siklus
kemiskinan, yang berawal dari (1) produktivitas rendah, ke (2) kemiskinan, (3) pendapatan
rendah, (4) tabungan, (5) kekurangan modal (investasi), kembali ke no (1), dan seterusnya.
2. Teori Export Base atau Economic Base

Teori ini dikemukakan Douglass C. North tahun 1964, merupakan perluasan dari teori
reources endowment. Teori ini mengatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam
pertumbuhan wilayah, karena sektor ekspor dapat memberikan kontribusi yang penting,
tidak hanya kepada ekonomi wilayah tapi juga ekonomi nasional. Kalau teori pertama lebih
berorientasi pada inward looking (strategi ke dalam), maka teori ekspor base
mengandalkan pada kekuatan permintaan eksternal (outward looking). Wilayah dengan
tingkat permintaan yang tinggi akan menarik investasi (modal) dan tenaga kerja. Kegiatan
ekspor akan mempengaruhi keterkaitan ekonomi ke belakang (kegiatan produksi) dan
kedepan pada sektor pelayanan (service). Dengan kata lain, kegiatan ekspor secara
langsung meningkatkan pendapatan faktor-faktor produksidan pendapatan wilayah. Syarat
utama bagi pengembangan teori ini adalah sistem wilayah terbuka, ada aliran barang,
modal, teknologi antar wilyah, dan antarawilayah dengan negara lain.

3. Teori Pentahapan dan Perkembangan


Teori ini disebut sebagai teori perkembangan karena teori ini menerangkan mengenai
perubahan struktur ekonomi yang diawali oleh ekonomi subsisten yang oleh Rostow disebut
sebagai masyarakat tradisional (traditional society) sampai masyarakat konsumsi masal
(high mass-consumption). Terdapat 5 (lima) tahapan dalam perkembangan ekonomi, yaitu :
a. Masyarakat Traditional
b. Prakondisi Mencapai Lepas Landas
c. Tahap Lepas Landas
d. Dorongan Menuju Kematangan
e. Masa Konsumsi Masal
4. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori Neomarxist adalah istilah untuk semua teori perkembangan yang berhaluan kiri.
Walaupun diantara teori-teori yang berhaluan kiri terdapat berbagai variasi pandang, semua
dimasukkan ke dalam teori neomarxist. Kesamaannya terletak pada teorinya yang
berkenaan dengan masalah pembangunan di negara-negara berkembang, dan analisis
serta kebijakan yang dianjurkan selalu mengarah pada reformasi radikal atau revolusi.
Para pemuka teori ini ada yang berhaluan garis keras, yaitu kukuh pada pendapat bahwa
negara berkembangan tidak mungkin dapat memperbaiki nasibnya jika masih berada dalam
sistem kapitalisme dunia. Ada yang berhaluan moderat, yang walaupun pendapatnya
mengenai ketergantungan negara berkembang sejalan dengan aliran gairs keras, akan
tetapi dalam penyelesainnya mereka berpendapat bahwa negara berkembang dapat
menempuh cara transformasi atau reformasi.
Dalam hubungan dengan ruang, teori dependensi berpendapat bahwa dalam negara-negara
yang mempunyai ketergantungan tersebut, terdapat kota besar yang bersifat unggul. Kota
ini merupakan parasit karena dia bersifat sebagai penghisap sumber daya dari wilayah
pinggiran. Kota ini juga menjadi penghubung dalam penyedotan sumber daya negara
berkembang oleh negara maju (Forbes and Thrift,1987:71-72).
5. Teori Pertumbuhan Wilayah Perspektif Geografi
Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh faktor internal wilayah (sumberdaya) dan faktor
eksternal,khususnya hubungan wilayah tersebut dengan wilayah-wilayah lain.
a. Unsur Internal (Intraregional) in situ, terdiri dari unsur sumberdaya (alam
manusia, buatan), Historis, Lokasi (letak) site and situation, agen
perubahanpengambilan keputusan.
b. Unsur Exsternal (Interregional) ex situ, terdiri dari interrelasi dengan wilayahlain
(interaksi, interdependensi), posisi wilayah tersebut terhadap wilayah lain.

RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH


1. Pengertian Perencanaan
Definisi perencanaan wilayah adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini,
meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Menurut Moekijat (1980) menyebutkan ada delapan (8) perumusan entang arti
perencanaan. Kemungkinan besar perumusan ini dikutip dari berbagai buku teks
manajemen. Empat diantaranya dikutip berikut ini :
Perencanaan adalah hal memeilij dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat
dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang dianggap
perlu utnuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan;
Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan artinya
menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu
dilakukan;
Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan;dan
Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang diinginkan
dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai.
Dari beberapa perumusan diatas dapat disimpulkan bahwa inti perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan merumuskan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Friedman, perencanaan adalah cara berfikir mengatasi permasalahan sosial
dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Sasaran yang dituju adalah
keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program.
Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalan dan melibatkan
banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus
memeperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Perlu dicatat bahwa definisi Friedman ini terkait dengan
perencanaan pembangunan ekonomi wilayah dinegara maju, dimana perencanaan itu
merupakan kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat.
Sedangkan menurut Conyers & Hills (1994) dalam Arsyad (1999:19), perencanaan
adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan
atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi itu, Arsyad (1999)
berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu :
Merencanakan berarti memilih;
Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya;
Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan
Perencanaan berorientasi kemasa depan.

2. Tujuan dan Manfaat Perencanaan Wilayah


Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta
lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari
berbagai kegiatan yang direncanakan, baik pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta.
Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keseraisan lingkungan yang paing
maksimal, setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak. Sifat
perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaatnya, antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai
kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut di masa yang akan
datang. Dengan demikian, sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan
untuk dibangun dan yang akan dijadikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat
dihindari pemanfaatan lahan yang mestinya dilestarikan, seperti kawasan hutan
lindung dan konservasi alam. Hal ini berarti dar sejak awal dapat dipikirkan langkah-
langkah yang akan ditempuh untuk mengurangi dampak negatif dan mengoptimalkan
dampak positif;
Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan apa
yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang dan dimana lokasi kegiatan
seperti itu masih diizinkan. Hal ini bisa mempercepat proses pembangunan karena
investor mendapat kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin
keteraturan dan menjauhkan benturan kepentingan;
Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah
pertumbuhan ekonomi dan arah penggunaan lahan;
Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih detail,
misalnya perencanaan sektoral dan perencanaan prasarana;dan
Lokasi itu sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan kegiatan
tertentu pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah maksimal bagi seluruh
masyarakat, artinya dicapai suatu manfaat optimal dari lokasi tersebut. Penetapan
lokasi harus menjamin keserasian spasial, keselarasan antarsektor, mengoptimasi
investasi, terciptanya efisiensi dalam kehidupan, dan menjamin kelestarian
lingkungan.

Perencanaan wilayah diusahakan mencapai sasaran-sasaran tersebut secara maksimal,


berdasarkan hambatan-hambatan dan keterbatasan yang ada. Masalah yang rumit
adalah bahwa pada lokasi yang direncanakan seringkali telah terisi dengan kegiatan lain.
Akibatnya harus dibuatkan pilihan antara memindahkan kegiatan yang telah terlebih dulu
ada dan menggantinya dengan kegiatan baru, atau apa yang direncanakan harus
disesuaikan dengan apa yang telah ada dilapangan.

3. Jenis-Jenis Perencanaan
Jenis-jenis perencanaan dapat dilihat dari berbagai sisi. Ada yang melihat dari
perbedaan isinya. Ada yang melihat dari sudut visi perencanaan. Ada yang melihat dari
perbedaan luas pandang (skop) atas bidang yang direncanakan. Ada yang melihat dari
institusi yang dilibatkan dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat. Ada
yang melihat dari sudut pengelolaan atau koordinasi antarberbagai lembaga, ada pula
yang merupakan gabungan antarberbagai unsur yang telah disebutkan. Ada yang
mengategorikannya sebagai jenis perencanaan, tetapi ada pula yang
mengategorikannya sebagai tipe-tipe perencanaan. Jenis atau tipe perencanaan dapat
berbeda diantara satu negara dengan negara lain, juga bahkan diantara satu sektor
dengan sektor lain dalam satu negara. Hal ini berarti dalam suatu negara akan ada
kombinasi dari berbagai jenis perencanaan tergantung kondisi lingkungan dimana
perencanaan itu diterapkan.

Glasson (1974) menyebutkan tipe-tipe perencanaan adalah :


Physical planning and economic planning;
Allocative and innovative palnning;
Multi or single objective planning; dan
Indicative or imperative planning.
Di Indonesia juga dikenal jenis top-down and bottom-up planning, vertical an horizontal
planning, dan perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung dan yang tidak
langsung. Uraian atas masing-masing jenis itu dikemukakan berikut ini.
a. Perencanaan Fisik dan Perencanaan Ekonomi
Pada dasarnya pembedaan ini didasarkan atas isi atau materi dari perencanaan.
Namun demikian, orang awam terkadang tidak bisa melihat perbedaan antara
perencanaan fisik dengan perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik adalah
perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah
misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur
transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk umum, dan lain-lain.
Sedangkan perencanaan ekonomi berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi
suatu wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat kemakmuran suatu
wilayah. Perencanaan ekonomi lebih didasarkan atas mekanisme pasar ketimbang
perencanaan fisik yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis. Perlu dicatat bahwa
apabila perencanaan ini bersifat terpadu, perencanaan fisik berfungsi untuk
mewujudkan berbagai sasaran yang ditetapkan di dalam perencanaan ekonomi. Akan
tetapi, ada juga keadaan dimana hasil perencanaan fisik harus dipertimbangkan
dalam perencanaan ekonomi, misalnya dalam hal tata ruang.
b. Perencanaan Alokatif dan Perencanaan Inovatif
Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu
antara perencanaan model alokatif dan perencanaan yang bersifat inovatif.
Perencanaan alokatif berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah
disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Jadi,
inti kegiatannya berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai
tujuan itu dapat berjalan secara efektif dan efisien sepanjang waktu. Karena sifatnya,
model perencanaan ini kadang-kadang disebut regulatory palnning (mengatur
pelaksanaan).
Dalam perencanaan inovatif, para perencana lebih memiliki kebebasan, baik dalam
menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut.
Wujud perencanaan ini adalah menciptakan sistem yang baru ataupun perubahan-
perubahan yang dapat memberikan hasil akhir yang lebih besar atau lebih baik.
Perencanaan inovatif juga berlaku apabila ada kegiatan baru yang perlu dibuat
prosedur atau sistem kerjanya, yang selama ini belum ada.
c. Perencanaan Bertujuan Jamak dan Perencanaan Bertujuan Tunggal
Perencanaan dapat mempunyai tujuan dan sasaran tunggal atau jamak.
Perencanaan bertujuan tunggal apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu
yang dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Sasaran
itu adalah tunggal dan bulat dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan
perencanaan dengan tujuan jamak adalah perencanaan yang memiliki beberapa
tujuan sekaligus.
d. Perencanaan Bertujuan Jelas dan Perencanaan Bertujuan Laten
Perencanaan bertujuan jelas adalah perencanaan yang dengan tegas meyebutkan
tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat diukur
keberhasilannya. Dalam perencanaan, tujuan selalu dibuat lebih bersifat umum
dibandingkan dengan sasaran. Tujuan belum tentu dapat diukur walaupun bisa
dirasakan, sedangkan sasaran biasanya dinyatakan dalam angka kongkrit sehingga
bisa diukur tingkat pencapainnya. Sedangkan perencanaan bertujuan laten adalah
perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya pun kurang
jelas sehingga sulit untuk dijabarkan.
e. Perencanaan Indikatif dan Perencanaan Imperaitf
Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan yang hendak dicapai hanya
dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok dengan tegas. Tujuannya bisa
juga dinyatakan dalam bentuk indikator tertentu, namun indikator itu sendiri bisa
konkret dan bisa hanya perkiraan (indikasi). Sedangkan perencanaan imperatif
adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur,pelaksana, waktu
pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk menjalankan
rencana tersebut. Itulah sebabnya perencanaan ini disebut perencanaan sistem
komando.
f. Top Down Vs Bottom-Up Planning
Perencanaan Top-Down adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu
berada pada institusi yang lebih tinggi dimana isntitusi perencana pada level yang
lebih rencah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi.
Sebaliknya, Bottom-Up Planning adalah apabila kewenangan utama dalam
perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi perencana
pada level yang lebih tinggi harus menerima usulah yang diajukan oleh institusi
perencana pada tingkat yang lebih rendah.
g. Vertical Vs Horizontal Planning
Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi
antarberbagai jenjang pada sektor yang sama. Tipe ini mengutamakan keberhasilan
sektoral, jadi menekankan pentingnya koordinasi antarberbagai jenjang pada instansi
yang sama. Tidak diutamakan keterkaitan antarsektor atau apa yang direncanakan
oleh sektor lainnya, melainkan lebih melihat kepada kepentingan sektor itu sendiri dan
bagaimana hal itu dapat dilaksanakan oleh berbagai jenjang pada isntansi yang sama
diberbagai daerha secara baik dan terkoordinasi untuk mencapai sasaran sektoral.
Horizontal Planning menekankan keterkaitan antarberbagai sektor sehingga berbagai
sektor itu dapat berkembang secara bersinergi. Tipe ini melihat pentingnya koordinasi
antarberbagai instansi pada level sama, ketika masing-masing instansi menangani
kegiatan atau sektor yang berbeda. Pada Horizontal planning kegiatan masing-
masing sektor dibuat saling terkait dan menjadi sinkron sehingga sasaran umum
pembangunan wilayah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
h. Perencanaan yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung Vs yang Tidak
Melibatkan Masyarakat Secara Langsung.
Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat adalah apabila masyarakat tidak
dilibatkan sama sekali dan paling-paling hanya dimintakan persetujuan dari DPRD
untuk persetujuan akhir. Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat misalnya
apabila perencanaan itu bersifat teknis pelaksanaan, bersifat internal, menyangkut
bidang yang sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut dengan kepentingan
orang banyak. Sedangkan perencanaan yang melibatkan masyarakat luas hanya
mungkin untuk wilayah yang kecil, misalnya lingkungan, desa atau kelurahan, dan
kecamatan. Untuk wilayah yang lebih luas, biasanya hanya mungkin dengan cara
mengundang tokoh-tokoh masyarakat ataupun pimpinan organisasi kemasyarakatan.
PENDEKATAN SEKTORAL DAN REGIONAL DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
WILAYAH
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan
kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur
dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam
wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Baik dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan
pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan
memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.
Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau
dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
berbagai kegiatan dalam ruang wilayah.
Dalam pendekatan sektoral, pengelompokkan sektor-sektor dapat dilakukan berdasarkan
kegiatan yang seragam yang lazim dipakai dalam literatur atau pengelompokkan
berdasarkan administrasi pemerintahan yang menangani sektor tersebut. Dari sudut
pendekatan regional, pengelompokan dapat dilakukan atas dasar batas administrasi
pemerintahan, seperti kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa, atau atas dasar
wilayah pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan. Akan tetapi, ada bagian dari kabupaten
tersebut secara sosial/ekonomi berhubungan lebih erat dengan pusat pertumbuhan yang
berada di kabupaten lain. Pusat pertumbuhan wilayah ada yang menyebutnya dengan
nodal-nodal atau simpul-simpul jasa distribusi (Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah,1980).
Pendekatan sektoral adalah dimana seluruh kegiatan ekonomi di dala wilayah perencanaan
dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu persatu. Setiap
sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana
lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut.
Analisis sektoral tidaklah berarti satu sektor dengan sektor yang lain terpisah total dalam
analisis. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat kaitan pertumbuhan antara
satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan nama analisis masukan-
keluaran (input-output).
Dalam pendekatan sektoral, untuk tiap sektor/komoditi, semestinya dibuat analisis sehingga
dapat memberi jawaban tentang :
Sektor/komoditi apa yang memiliki competitive advantage diwilayah tersebut, artinya
komoditi tersebut dapat bersaing di pasar global;
Sektor/ komoditi apa yang basis dan nonbasis;
Sektor/komoditi apa yang memiliki forward linkage dan backward linkage yang tinggi;
Sektor/komoditi apa yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minimal
wilayah tersebut;dan
Sektor/komoditi apa yang banyak menyerap tenaga kerja per satu satuan modal dan per
satu hektar lahan.

Atas dasar berbagai kriteria diatas, dapat ditetapkan skala prioritas tentang sektor/komoditi
apa yang perlu dikembangkan di wilayah tersebut berdasarkan sasaran yang ingin dicapai.
Penetapan skala prioritas sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan wilayah,
karena keterbatasan dana terutama yang berasal dari anggaran pemerintah.

Sedangkan pendekatan regional sangat berbeda dengan pendekatan sektoral.walaupun


tujuan akhirnya adalah sama. Pendekatan sektoral adalah pendekatan yang pada mulanya
mengabaikan faktor ruang (spasial). Memang pendekatan sektoral dapat diperinci atas
daerah yang lebih kecil, misalnya analisis sektoral per kabupaten, per kecamatan, atau per
desa, sehingga seakan-akan faktor ruang telah terpenuhi. Hal ini belum memenuhi
pendekatan regional karena pendekatan regional memiliki segi-segi tersendiri.

Analisis regional adalah analisis atas penggunaan ruang saat ini, analisis atas aktivitas yang
akan mengubah penggunaan ruang dan perkiraan atas bentuk penggunaan ruang dimasa
yang akan datang. Analisis regional (spasial) didasarkan pada anggapan bahwa
perpindahan orang dan barang dari satu daerah ke daerah lain adalah bebas dan bahwa
orang (juga modal) akan berpindah berdasarkan daya tarik suatu daerah yang lebih kuat
dari daerah lain. Pendekatan regional adalah pendekatan yang memandang wilayah
sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dengan potensi dan daya
tariknya masing-masing. Hal ini yang membuat mereka saling menjalin hubungan untuk
mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Jadi, perlu dilihat dan dianalisis dinamisme
pergerakan dari faktor-faktor produksi (kecuali alam), yaitu bergerak daru suatu daerah ke
daerah lain. Daya tarik itu sendiri berupa potensi dan peluang yang lebih tinggi di suatu
daerah disbanding dengan daerah lain.

Pendekatan regional adalah pendekatan ekonomi dan pendekatan ruang. Pendekatan


ekonomi terutama untuk cabang ekonomi regional dan dapat dipakai berbagai peralatan
analisis, baik dari ekonomi umum/ekonomi pembangunan, atau lebih khusus ekonomi
regional untuk melihat arah perkembangan sesuatu daerah di masa yang akan datang.
Analisis ekonomi regional kemudian dikombinasikan dengan pendekatan tata ruang,
sehingga harus dibarengi dengan peta-peta untuk mempermudah dan memantapkan
analisis. Selain menggambarkan keadaan saat ini ada juga peta yang menggambarkan
proyeksi arah perpindahan faktor-faktor produksi dan peta perkiraan kondisi di masa yang
akan datang. Pendekatan ruang adalah pendekatan dengan memperhatikan :

Struktur ruang saat ini;


Penggunaan lahan saat ini, dan
Kaitan suatu wilayah terhadap wilayah tetangga.

Unsur-unsur struktur ruang yang utama adalah:

Orde-orde perkotaan, termasuk didalamnya konsentrasi permukiman;


Sistem jaringan lalu lintas, termasuk penetapan jaringan jalan primer, jaringan jalan
sekunder, dan jaringan jalan lokal; dan
Kegiatan ekonomi berskala besar yang terkonsentrasi seperti kawasan industri,
kawasan pariwisata, kawasan pertambangan dan kawasan perkebunan.

Struktur ruang adalah hierarki di antara atau lokasi berbagai kegiatan ekonomi. Analog
antara struktur organisasi dengan struktur ruang dapat dikemukakan pada bagan berikut
ini.

Gambar Analog Struktur Organisasi dengan Struktur


Ruang

Dari bagan diatas dapat ditarik analog antara struktur organisasi dengan struktur ruang.
Masing- masing memiliki hierarki. Didalam struktur organisasi tingkat hierarki menggambarkan
besarnya kekuasaan/kewenangan sedangkan dalam struktur hierarki menggambarkannya
besarnya daya tarik atau luasnya wilayah pengaruh. Garis penghubung dalam struktur
organisasi adalah alur perintah dan pelaporan sedangkan dalam struktur ruang hal ini terkait
dengan jarak dan daya tarik dimana daya tarik dipengaruhi oleh potensi masing-masing lokasi
dan jarak yang menghubungkan dua potensi.

Struktur ruang merupakan pembangkit berbagai aktivitas di dalam wilayah dan sangat
berpengaruh dalam menentukan arah penggunaan lahan di masa yang akan datang. Atas
dasar kondisi struktur ruang dan penggunaan lahan saat ini serta kaitan suatu wilayah terhadap
wilayah tetangga, dapat diperkirakan arus pergerakan orang dan barang di wilayah tersebut.
Perencanaan wilayah adalah perencanaan mengubah struktur ruang ata mengubah
penggunaan lahan kea rah yang diinginkan dan memperkirakan dampaknya terhadap wilayah
sekitarnya termasuk wilayah tetangga.

Perubahan struktur ruang atau penggunaan lahan dapat terjadi karena investasi pemerintah
atau investasi pihak swasta. Keberadaan dan lokasi investasi swasta perlu mendapat izin
pemerintah. Hal ini penting agar pemerintah dapat mengarahkan struktur tata ruang atau
penggunaan lahan yang menguntungkan dan mempercepat tercapainya sasaran
pembangunan. Sasaran pembangunan dapat berupa peningkatan pendapatan masyarakat,
penambahan lapangan kerja, pemerataan pembangunan wilayah, terciptanya sturktur
perekonomian yang kokoh, terjaganya kelestarian lingkungan, serta lancarnya arus pergerakan
orang dan barang ke seluruh wilayah, termasuk ke wilayah tetangga.

Pendekatan regional semestinya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab
apabila hanya menggunakan pendekatan sektoral seperti berikut ini:

a) Lokasi dari berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang;


b) Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat-
pusat permukiman baru;
c) Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun
untuk mendukung perubahan struktur ruang tersebut;
d) Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial (sekolah,rumah sakit, jaringan listrik,
jaringan telepon, dan penyediaan air bersih) yang seimbang pada pusat-pusat
permukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi yang berkembang;dan
e) Perencanaan jaringan penghubung (prasarana dan mode transportasi) yang akan
menghubungkan berbagai pusat kegiatan atau permukiman secara efisien
GAMBARAN UMUM PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH.

Perencanaan tata ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan
tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada
masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut
seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses
perencanaan tersebut. Landasan penataan ruang wilayah di Indonesia adalah Undang-Undang
Penataan Ruang (UUPR) Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang
wilayah dilakukan pada tingkat nasional (rencana tata ruang wilayah nasional), tingkat provinsi
(rencana tata ruang wilayah provinsi disingkat RTRW provinsi), dan pada tingkat kabupaten
(RTRW Kabupaten). Setiap rencana tata ruang haurs mengemukakan kebijakan makro
pemanfaatan ruang berupa :

a. Tujuan pemanfaatan ruang;


b. Struktur dan pola pemanfaatan ruang,dan
c. Pola pengendalian pemanfaatan ruang.

Anda mungkin juga menyukai