Anda di halaman 1dari 17

1.

2  Rumusan Msalah
a.       Apa pengertian konsep wilayah ?
b.      Konsep Wilayah menurut Para Ahli ?
c.       Apa pengertian dari Perwilayahan ?
d.      Apa Manfaat dari Perwilayahan ?
e.       Bagaimana Pendekatan Kajian Geografi Regional ?
1.3  Tujuan
a.       Dapat mengengetahui pengertian konsep wilayah.
b.      Dapat mengetahui pengertian wilayah menurut para Ahli.
c.       Dapat mengetahiu apa itu wilayah.
d.      Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
e.       Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wilayah
            wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman atau
homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayahwilayah lain di daerah
sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik),
ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.
Secara umum suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wilayah formal (formal
region) dan wilayah fungsional (functional region atau nodal region). Pengertian wilayah formal
identik dengan definisi wilayah secara umum, yaitu suatu daerah atau kawasan di muka bumi
yang memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat dibedakan dari wilayah lain di sekitarnya.
2.1.1 Wilayah Formal
Wilayah formal adalah kawasan geografis yang melmiliki kritera-kriteria tertentu yang
homogen atau seragam misalnya kriteria fisik adalah iklim, vegetasi dan topografi, sedangkan
kriteria sosial dan politik adalah partai politik, tipe pertanian, tipe industri, jumlah pengangguran,
tingkat pendapatan dan laju pertumbuhan ekonomi. Wilayah formal sering juga disebut uniform
regiona.
2.1.2 wilayah fungsional
Wilayah fungsional adalah kawasan Geografis yang di fungsikan menurut jenis dan
kekuasaannya atau suatu wulayah yang sering berhubungan antara bagian satu dengan yang
lainnya. Wilayah fungsional sering disebut wilayah nodal atau Polaried Region. Wilayah ini
memiliki bagian-bagian yang Heterogon misalnya desa dan kota secara fisik berbeda tetapi
secara fungsional saling berhubungan.
Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh kriteria
tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal.
Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu; (1) wilayah homogen, (2) wilayah nodal, (3)
wilayah perencanaan, (4) wilayah administrative.
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria mempunyai sifat-
sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini misalnya dalam hal
ekonomi (seperti daerah dengan stuktur produksi dan kosumsi yang homogen, daerah dengan
tingkat pendapatan rendah/miskin dll.),geografi seperti wilayah yang mempunyai topografiatau
iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya. Richarson (1975) dan Hoover (1977)
mengemukakanbahwa wilayah homogen di batasi berdasarkan keseragamamnya secara internal
(internal uniformity).
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antarapusat (inti) dan daerah belakangnya (interland. Tingkat ketergantungan ini
dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupunkomunikasi dan
transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling ideal
untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah,mengartikan wilayah tersebut
sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. tersebut
sebagai ekonomi.
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan
kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976) menyatakan bahwa di dalam praktik, apabila
membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah administrasi merupakan
pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih populernya pengunaan pengertian tersebut
disebabkan dua factor yakni: (a) dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah
diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis
apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada; dan
(b) wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih
mudah dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data diberbagai bagian wilayah berdasarkan
pada suatu wilayah administrasi tersebut.
Namun, dalam kenyataannya, pembangunan tersebut sering kali tidak hanya dalam suatu wilayah
administrasi, sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai,
pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan administrasi namun
berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas batas wilayah administrasi.
Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanan (planning region
atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan
keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapt dilihat sebagai wilayah yang cukup
besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran
penduduk dan kesempatankerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan
perencanaannya dapatdipandang sebagai satu kesatuan.
Berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis
yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi
tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering
pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang mempunyai
suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-sendiri dalam pengelolaan
sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.2 Konsep Wilaya Menurut Para Ahli
Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-
batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling
berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti
tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik
alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-
sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah
yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai tipologi
wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:
1.      wilayah homogen (uniform/homogenous region);

2.      wilayah nodal (nodal region); dan


3.      wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase
kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :
1.         fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas. Wilayah
formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan
fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.

2.         fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan interdependensi
fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut
wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-
kota yang secara fungsional saling berkaitan.

3.         fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-
keputusan ekonomi.

Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya
mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa Arab “wālā-yuwālī-
wilāyah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling berdekatan baik secara
geometris maupun similarity”. Contohnya: antara supply dan demand, hulu-hilir.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah
pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan
fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan
pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima
kata kunci, yaitu:
1.      pertumbuhan;

2.      penguatan keterkaitan;

3.      keberimbangan;

4.      kemandirian;

5.      keberlanjutan.

2.3 Perwilayahan
Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan atau
mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama. Mengingat lokasi di muka bumi memiliki jumlah tak
terbatas dan cenderung saling berdekatan, maka lokasi-lokasi tersebut harus disusun dan
dikelompokan menurut kriteria tertentu. Dengan demikian informasi yang diperlukan dapat
diperoleh secara efisien dan ekonomis. Salah satu prinsip pembuatan suatu region adalah
menyederhanakan wilayah tersebut dengan cara menyatukan tempat-tempat yang memiliki
kesamaan atau kedekatan tersebut menjadi satu kelompok.
Regionalisasi selalu didasarkan pada kriteria dan kepentingan tertentu. Misalnya, pada
pembagian region permukaan bumi berdasarkan iklim maka kriteria yang digunakan adalah
unsur cuaca, seperti temperatur, curah hujan, penguapan, kelembapan, dan angin. Regionalisasi
menurut iklim ini sangat berguna untuk mengetahui persebaran hewan dan tumbuhan, tetapi
mungkin kurang berguna dalam hal komunikasi atau transportasi. Karena itulah
pengelompokkan region dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, tergantung pada
kepentingan atau tujuan pengelompokkan region tersebut.
Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi memberikan berbagai manfaat.
Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
2.4 Manfaat perwilayahan
a.       Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.
b.       Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
c.       Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang sangat
beragam.
d.      Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.
2.5 Pendekatan Kajian Geografi Regional
Dinamika adalah sifat dari kehidupan, temasuk ilmu pengetahuan. Perkembangan materi,
ruang lingkup, metode dan analisis merupakan bagian dari perkembangan pemikiran manusia
untuk mencari suatu kebenaran secara ilmiah. Geografi sebagai bidang ilmu yang berkaitan,
dengan kehidupan manusia dan dalam analisisnya menyentuh berbagai bidang ilmu lainnya,
maka dalam menganalisis fakta secara total memerlukan integritas semua cabang ilmu geografi.
Dalam hal ini Geografi regional menduduki peranan yang sangat strategis. Karena memang
gejala dan fenomena yang ada di permukaan bumi pada dasarnya selalu saling terkait dan dalam
pemecahannya memerlukan integritas berbagai bidang ilmu. Pemahaman akan keterkaitan
gejala–gejala di permukaan bumi di suatu wilayah tertentu merupakan inti dari geografi. Dalam
mengapresiasikan tempat, beberapa pendekatan dapat dipergunakan tetapi semuanya harus
bersifat korologis, karena itu adalah ciri khas dari disiplin ilmu geografi. Geografi regional
sangatlah memadai untuk hal tersebut. Geografi regional mengapresiasikan gejala secara total,
dimana gejala itu memberikan ciri yang khas baik yang menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya sendiri.
Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji,
yaitu :

2.4.1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang
telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji fenomena geografi
dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :

a.       Pendekatan Topik

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari topik tertentu
yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di suatu wilayah dengan cara
mengkaji :

– penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)

– media penyebarannya

– proses penyebaran

– intensitasnya

– interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.

Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah penyakit
yang terjadi.

b. Pendekatan Aktivitas

Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang terjadi.
Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan interelasinya dengan
gejala-gejala geosfer.

c.       Pendekatan Regional


Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region sebagai
ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki
karakteristik tertentu yang khas.

 2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)

Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di
lingkungan tertentu, yaitu :

– hubungan antar makhluk hidup

– hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya

Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan
kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.

3. Pendekatan Kewilayahan

Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam


mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu
sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis
keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis
ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan
perencanaan wilayah (regional planning).

ADAT ISTIADAT BUDAYA SASAK LOMBOK BARAT

Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat


  
           Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai beragam kerajinan tangan. Diantaranya
adalah Gerabah Banyumulek dan Kain Tenun khas Nusa Tenggara Barat. Kerajinan tangan
khas Busa Tenggara Barat ini telah dilakukan secara turun menurun sejak dahulu kala.
Gerabah Banyumulek adalah kerajinan tangan khas Nusa Tenggara Barat yang dibuat
dengan alat berupa lempengan bulat yang dapat diputar dengan tangan. Gerabah
Banyumulek terbuat dari bahan tanah liat dan tanah liat tersebut dibentuk dengan alat
pemutar , setelah jadi tanah liat yang tadi sudah dibentuk dijemur dan dibakar. Jadilah
kerajinan tangan khas Nusa Tenggara Barat yang bernama Gerabah Banyumulek. Namun
ada produk yang unik dan paling banyak laku di pasaran yakni adalah kendi maling. Kain
tenun atau dikenal dengan kain songket adalah ciri khas dari Pulau Lombok. Kain songket
merupakan kain tenunan yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan, hiasan
dibuat dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi.
Terkadang juga ada yang dihiasi dengan manik-manik, kerang atau uang logam. Selain kain
songket yang dikenal saat ini, ada cara pembuatan kain tenun dengan cara klasik.
Pembuatan kain tenun dengan cara klasik ini dimulai dari mempersiapkan pembuatan
benang serta pembuatan zat warna. Pembuatan benang secara tradisional dengan
menggunakan pemberat yang diputar-putar dengan jari-jari tangan. Pemberat tersebut
berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu atau terakota. Bahan membuat benang selain
dari kapas, bisa juga dari kulit kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem dan sebagainya.
Pembuatan zat warnanya terdiri dari dua warna yaitu biru dan merah. Warna biru
didapatkan dari indigo atau Mirinda citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada juga
pewarna dari tumbuhan lain, seperti kesumba (sono keling). Motif kain songket Lombok
bermacam-macam, ada motif ayam, motif kembang delapan, motif kembang empat dan
masih banyak lagi motif-motif lainnya.

·     Upacara Perang Topat


Upacara Perang Topat adalah salah satu upacara yang dilakukan oleh orang Sasak. Perang
Topat adalah upacara ritual sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada tuhan atas
kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak hujan. Upacara Perang Topat ditampilkan
di Taman Lingsar oleh Masyarakat Hindu, Masyarakat Sasak dengan saling melemparkan
Topat (Ketupat). Upacara ini berlangsung setelah selesai “Pedande” memuja yaitu selama
periode “Rokok Kembang Waru” sekitar pukul 17.30. Perang Topat dilaksanakan setiap
tahun pada saat purnama ke 6 menurut Kalender Sasak atau sekitar Bulan Nopember –
Desember.

Provinsi ini memiliki banyak makanan khas. Diantaranya adalah :

   Sate Bulayak adalah makanan tradisional khas Nusa Tenggara Baratyangterbuat


dari daging sapi yang dilumuri dengan bumbu khas Lombok dandisajikan dengan lontong.
Bulayak sendiri ternyata diambil dari nama lontong khas yang mendampingi hidangan
satenya. Bulayak ini mirip dengan lontong biasa, akan tetapi lebih mungil dengan bentuk
mengerucut. Dibungkusnya pun tidak menggunakandaun pisang tetapi menggunakan daun
aren dengan lilitan berbentuk spiral sehingga untuk membukanya harus dengan gerakan
memutar, teksturnya yang lembut serta gurihnya (yang katanya karena penggunaan daun
arensebagai bungkusnya) , dengan bumbu kacang yang merupakan bumbusatenya. Satenya
sendiri pada umumnya adalah sate ayam atau sapi, terkadang diberikan jeroan juga. Yang
unik memang ada di bumbunya, bumbu kacangnya tidak biasa. Terbuat dari kacang tanah
sangrai tumbuk yangdirebus bersama santan serta beberapa bumbu dapur lainnya.
Rasanyasekilas jadi seperti bumbu kari. Sate ini terdapat di kota Mataram.
Ayam Taliwang adalah makanan berbahan dasar ayam yang disajikan  bersama
bumbu-bumbunya berupa cabai merah kering, bawang merah, bawang putih, tomat
merah , terasi goring , kencur , gula Jawa, dan garam Disebut Ayam Taliwang karena
masakan ayam berbumbu ini berasal dari Kampung Karang Taliwang , Kelurahan Cakra
Utara , Kecamatan Cakranegara , Kota Mataram , Nusa Tenggara Barat (NTB). Ada cerita,
bumbu ayam dahulu kala ditemukan oleh H Murad(alrmarhum) dan istrinya, Salmah dari
Karang Taliwang, tetapi waktunyatidak dapat dirunut lagi.
Plecing kangkung adalah masakan khas Indonesia yang berasal dariLombok .
Plecing kangkung terdiri dari kangkung yang direbus dan disajikan dalam keadaan dingin
dan segar dengan saus sambal terasi, tomat, toge,kacang, dan jeruk nipis.
Jaje Tunjak Lapis poteng, Makanan khas Lombok Timur ini selalu hadir saat
Lebaran. Bentuknya mirip penganan Betawi, tapai uli, yakni tapai ketan yang dimakan
bersamaketan kukus. Jaje tunjak dibuat dari ketan bercampur parutan kelapa, dan dikukus
dengan sedikit garam. Sedangkan poteng adalah tapai ketan yang dalam
proses pembuatannya dicampur dengan perasan daun satu atau daun sager. Rasanyamanis
dan gurih.
Nasi Terara, Nasi putih, sayur bening komaq, ayam kuah pedas berikut ayam
goreng,makanan-makanan ini bisa kita temukan di Mataram, Ibukota Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) ke Kabupaten Lombok Timur, maka akan melintasi kawasan
Kecamatan Terara. Sayur bening komaq adalah sayur  bening yang bahannya dari kacang-
kacangan. Sedangkan ayam kuah pedas berbahan daging ayam muda dimasak santan
dengan cabe yang cukup pedas.Sementara ayam goreng juga berbahan daging ayam muda
tapi digoreng kering dan renyah.

Sama seperti halnya Provinsi lain, Kepulauan Nusa Tenggara Barat juga memiliki berbagai
obyek wisata yang indah. Tempat wisata alam tersebut antara lain :
1.Pantai Senggigi
Pantai senggigi merupakan salah satu pantai yang terkenal di Lombok. Pantai ini
terletak kurang lebih 12 kilometer dari pusat kota Mataram (Ibukota Provinsi NTB). Pesisir
pantai ini masih cukup asri dan pemandangan bawah lautnya cukup indah, sehingga kita
dapat melakukan aktivitas snorkeling atau kano ketika ombak tidak terlalu besar. Suasana
romantis pun dapat kita temukan saat mataari terbenam dipantai ini. Di sekitar pantai
senggigi yang terbentang sepanjang 10 km ini dapat kita temukan berbagai hotel
berbintang serta hotel kelas melati yang harganya cukup terjangkau. Selain itu, terdapat
juga café, night club, serta pasar seni senggigi yang berada di wilayah jalan raya Senggigi.

2. Batu Bolong
Masih berada di wilayah Pantai Senggigi, dapat kita juga tempat yang bernama Batu
Bolong. Tempat ini merupakan batu karang yang terdapat lubang ditengahnya sehingga
dinamakan Batu Bolong. Di tempat ini terdapat sebuah pura yang dijadikan sebagai tempat
sembahyang para umat hidhu. Keunikan batu karang yang bolong itu menjadikan tempat
ini banyak dikunjungi wisatawan. Dan dari sini pula dapat terlihat pemandangan Gunung
Agung yang berada di Bali.

3. Gili Trawangan
Di Lombok, terdapat pulau-pulau kecil atau sering disebut gili oleh masyarakat
Lombok dan sekitarnya. Ada 3 (tiga) gili yang terkenal di pulau Lombok, yaitu Gili
Trawangan, Gili Meno, serta Gili Air. Gili Trawangan merupakan gili terbesar dari ketiga gili
yang ada dengan panjang 3 km dan lebar 2 km. Tempat ini dapat ditempuh sekitar
setengah jam dari Bangsal (sebuah dermaga yang terletak di wilayah Senggigi). Pulau ini
terkenal dengan julukan ‘Party Island’ karena suasana pesta dapat kita jumpai setiap
malam. Selain itu, panorama bawah laut yang indah serta gradasi pantainya, membuat
pulau ini sering dikunjungi dan dijadikan tempat diving oleh wisatawan, baik lokal maupun
asing. Di pulau ini tidak terdapat kendaraan bermotor karena sarana transportasi yang
biasa digunakan adalah sepeda serta cidomo (kereta kuda).

4. Taman Narmada
Selain pantai, Lombok juga mempunyai tempat wisata yang bernama Taman
Narmada. Tempat ini terkenal karena terdapat sumber air yang dikatakan sebagai sumber
air awet muda karena banyak yang percaya bahwa air tersebut berkhasiat untuk awet
muda. Taman Narmada terletak di 10 kilometer dari pusat kota. Konon katanya, tempat ini
merupakan replika dari Gunung Rinjani dan dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah
Karangasem. Tempat ini dibangun  karena raja tersebut sudah terlalu tua dan tidak dapat
melakukan ritual di Gunung Rinjani lagi. Taman ini terdiri dari beberapa bangunan yang
dulu digunakan sebagai tempat peristirahatan raja. Tempat ini cocok dijadikan sebagai
tempat rekreasi karena didalamnya juga terdapat kolam renang serta outbound.

7.Gunung Rinjani
merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau
Lombok. Gunung ini menjadi salah satu gunung terfavorit bagi para trecking atau pendaki
gunung karena keindahan panoramanya serta keindahan Danau Segara Anak yang terletak
di tengah-tengah gunung tersebut. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 3.762 meter dpl.
Untuk menuju kesana, kita dapat menempuh dua rute, yaitu rute Senaru serta rute
Sembalun.
 
             Sistem perkawinan yang dianut oleh suku Sasak lebih mengarah ke sistem indogami.
Bahkan di beberapa tempat, terutama pada masa lampau, sistem indogami dilaksanakan
secara ketat yang kemudian melahirkan kawin paksa dan pengusiran (istilah sasaknya
bolang) terhadap “terutama” anak gadis. Walaupun kecenderungannya indogami namun
sistem eksogami tidak diharamkan oleh adat.
Namun perlu dicatat bahwa adat perkawinan suku sasak, kalau boleh saya katakan,
telah mengalami distorsi disana sini. Hal ini akibat serbuan nilai-nilai baru, baik yang
berasal dari agama Islam maupun dari nilai-nilai barat. Walau demikian adat ini bukan
berarti hilang, ia masih bisa ditemukan di daerah-daerah yang masih kuat menjalankan
adat istiadatnya. Sebaliknya di daerah-daerah yang religius dan modern berlakunya adat
itu hanya sekedar formalitas belaka.

Sebenarnya terdapat tiga sistem perkawinan Adat Sasak, yakni:


(1) Perondongan,
(2).Mepadik Lamar (melamar),
(3) Merarik atau Selarian (kawin lari)

1. Perondongan (Perjodohan)
Perjodohan merupakan salah satu bentuk perkawinan yang sering dilakukan oleh
masyarakat adat Sasak di masa lampau. Paling tidak ada 3 (tiga) alasan orang tua
melakukan perjodohan pada anak-anak mereka, yakni:
(1) untuk memurnikan keturunan dari sebuah keluarga, biasanya keluarga keturunan
bangsawan tidak mau darahnya bercampur dengan darah orang lain yang bukan
bangsawan atau terutama dari status sosialnya lebih rendah,
(2)untuk melanggengkan hubungan persahabatan antar kedua orang tua mempelai, dan
yang ke
(3) karena alasan-alasan tertentu, diantaranya adalah akibat kesewenang-wenangan rezim
kolonial, dalam hal ini kolonial Jepang di Lombok. Semasa pendudukan Jepang seringkali
tentara Jepang mengambil gadis-gadis lokal secara paksa untuk dijadikan gundik. Yang
mereka ambil adalah perempuan yang belum memiliki suami atau perempuan yang belum
memiliki ikatan perjodohan. Karena itu masyarakat melakukan langkah preventif dengan
cara menjodohkan anak-anak perempuannya sejak masa kanak-kanak. Perkawinan ini
kemudian dikenal dengan nama “kawin tadong”. Kalau sudah mendapatkan status
perkawinan otomatis tentara Jepang tidak akan mengambilnya. Alasan yang pertama dan
kedua adalah alasan yang paling banyak ditemukan karena itu biasanya perjodohan
dilakukan di dalam garis kekerabatan (keluarga), misalnya antar sepupu, yang dalam
bahasa sasak disebut pisak (baca pisa’). Perjodohan dimulai ketika masih dalam usia
kanak-kanak atau sering juga terjadi setelah mulai dewasa, yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan orang tua semata. Dalam perjodohan ini terdapat tiga cara yang digunakan,
yakni:
a. Setelah adanya kesepakatan antar orang tua diadakanlah upacara pernikahan layaknya
upacara pernikahan orang dewasa, namun sekalipun mereka telah berstatus sebagai suami
isteri mereka dilarang hidup bersama sebagai suami isteri.
Tempat tinggal mereka dipisahkan dan tetap tinggal bersama orang tua masing-masing.
Mereka akan dinikahkan dalam arti yang sebenarnya kelak setelah memasuki usia dewasa
(aqil baliq). Jadi dengan pernikahan dini tersebut sesungguhnya anak-anak telah terikat
dalam sebuah tali perkawinan 
b. Anak-anak tidak dinikahkan akan tetapi hanya cukup dengan pertunangan. Esensinya
sama dengan cara di atas, bahwa kelak setelah dewasa anak-anak tersebut akan
dikawinkan dengan perkawinan yang sesungguhnya.
c. Anak-anak tidak dinikahkan juga tidak dilakukan pertunangan, akan tetapi cukup
diumumkan di publik bahwa anak mereka telah dijodohkan. Anak-anak tersebut baru akan
diberitahukan setelah mereka dianggap dewasa.
Jika kelak anak yang telah dikawinkan/jodohkan ini menolak melanjutkan perkawinannya,
orang tua akan memaksa anak-anaknya untuk tetap melanjutkan perkawinan itu, hal
kemudian menimbulkan tradisi kawin paksa. Akan tetapi jika si anak tetap menolak maka
orang tua akan melakukan pengusiran ke desa tertentu. Pengusiran ini kemudian disebut
“bolang” = buang.  Untuk itu mekanisme pemingitan yang merupakan pelarangan terhadap
terutama kepada anak perempuan yang telah dijodohkan atau yang telah dikawin tadong
untuk keluar dari rumah. Mekanisme ini kemudian melahirkan tradisi pingit. Dalam
perkembangan selanjutnya sistem pingit ini berlaku untuk seluruh anak gadis, baik yg telah
berjodoh maupn yang tidak dengan berbagai alasan. Alasan pemingitan adalah (1) Agar
tidak dilarikan oleh laki-laki lain, (2). Menghindari terjadinya kasus-kasus asusila pada si
gadis yang nantinya akan membawa aib keluarga, Jadi tujuan utamanya adalah melindungi
kaum peremouan. 

2. Kawin Lamar (Mepadik Lamar)


Sistem ini tidak jauh beda dengan sistem lamar yang berlaku di tempat lain, bahwa setelah
calon mempelai bersepakat melakukan pernikahan, calon mempelai laki-laki akan
memberitahukan orang tuanya dan meminta dilamarkan ke orang tua si gadis. Cara
melamar ini dalam prakteknya sering sekali memerlukan waktu yang panjang, ribet dan
berliku-liku, sehingga sering sekali membuat rasa jenuh dan jengkel bagi sepasang kekasih,
yang bahkan tidak jarang berakhir dengan kegagalan. Karena itu cara ini sangat tidak
populer. Akan di masyarakat yang taat beragama dan atau di masyarakat perkotaan sistem
ini justeru lebih populer.

3. Merarik (Selarian)
Sistem ini adalah yang paling populer, sekalipun mengandung bahaya namun cara ini
adalah cara yang umum dipergunakan oleh masyarakat Sasak sampai sekarang.
Merarik adalah sebuah langkah awal dari suatu proses perkawinan yang panjang. Merarik
sering dikonotasikan dengan mencuri gadis (perempuan) dalam arti melarikan perempuan
untuk dijadikan isteri oleh laki-laki. Jadi perbuatan mencuri gadis bukan kejahatan
Filosofinya menurut pengertian yang umum diketahui, merarik dalam persepsi masyarakat
Sasak merupakan suatu bentuk “penghormatan” kepada kaum perempuan. Bagi mereka,
perempuan tidak bisa disamakan dengan benda yang bisa di tawar-tawar atau diminta.
Dikatakan bahwa dengan melarikan gadis pihak laki-laki ingin menunjukkan keberanian
dan kesetiaannya sebagai calon suami yang siap mempertaruhkan nyawanya demi sang
calon isteri.
Saat ini kata merarik secara praktis sudah menjadi “istilah” yang artinya sama dengan
“kawin”, tidak peduli dilakukan dengan cara kawin lari atau melamar.

Berkunjung ke Provinsi  Nusa Tenggara Barat akan semakin lengkap bila anda
menyempatkan diri mampir ke Taman  Air Mayura. Mayura adalah paduan unik dan khas
dari konsep taman, kolam serta  pura ibadah. Bangunan yang masih kental dengan corak
Bali, Jawa dan Lombok ini  dibangun pada masa ketika Kerajaan Bali masih berkuasa di
Pulau Lombok, tepatnya pada tahun 1744 M. oleh Raja A.A. Made  Karangasem. Bangunan
ini pada awalnya bernama Taman Istana Kelepug. Nama  tersebut diambil dari suara yang
muncul (kelepug-kelepug) karena  derasnya air yang keluar dari mata air di tengah kolam
dalam taman tersebut.
Pada masa Kerajaan  Mataram, taman ini mengalami proses renovasi sekitar tahun
1866 yang dititahkan  langsung oleh Raja A.A. Ngurah Karangasem. Tidak hanya bangunan
fisik, nama Istana  Kelepugpun diganti menjadi Istana Mayura. Kata
â €œmayuraâ €� sendiri berasal dari Bahasa  Sansekerta yang berarti burung merak.
Konon, pada masa Raja A.A. Ngurah  Karangasem, banyak ular berkeliaran di taman Istana
sehingga mengganggu aktivitas kerajaan. Beberapa penasehat menyarankan agar di sekitar
taman ini dipelihara burung  merak yang suka memangsa ular sehingga Istana menjadi
aman.
Letaknya yang  strategis serta nilai sejarah yang banyak terkandung di dalamnya
menjadikan  lokasi wisata ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun 
mancanegara.

    Demikianlah sekilas info mengenai kebudayaan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kalau ada yang kurang , mohon kritiknya dari pembaca. Makasih ^^
Pengertian Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan. Dalam konteks otonomi
daerah di Indonesia, kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten
atau kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh seorang Camat. Istilah
“kecamatan” di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam disebut juga dengan”sagoe cut“sedangkan
di Papua disebut dengan istilah “distrik”
 
Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, istilah desa dapat disebut dengan nama lain,
contohnya di Sumatra Barat disebut dengan istilah nagari, di Bali disebut dengan istilah banjar,
di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula,
segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik
adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan
pemerintah terhadap asal-usul dan adat istiadat setempat.
 
Pola persebaran desa di Indonesia dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
 
Pola Memanjang (linear)
Pola memanjang dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1. Pola yang mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan raya atau
jalan umum. Pola ini banyak terdapat di dataran rendah.
2. Pola yang mengikuti sungai. Pola desa ini bentuknya memanjang mengikuti bentuk sungai,
umumnya terdapat di daerah pe- dalaman.
3. Pola yang mengikuti rel kereta api. Pola ini banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatra karena
penduduknya mendekati fasilitas transportasi.
d. Pola yang mengikuti pantai. Pada umumnya, pola desa seperti ini merupakan desa nelayan
yang terletak di kawasan pantai yang landai.
Pola memanjang atau linear adalah untuk mendekati prasarana transportasi, seperti jalan dan
sungai sehingga memudahkan untuk bepergian ke tempat lain jika ada keperluan. Di samping itu,
untuk memudahkan penyerahan barang dan jasa.
 
Pola Desa Menyebar
Desa ini umumnya terdapat di daerah pegunungan atau dataran tinggi yang berelief kasar.
Pemukiman penduduk membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.
 
Pola Desa Tersebar
Pola desa ini merupakan pola yang tidak teratur karena kesuburan tanah tidak merata. Pola desa
seperti ini terdapat di daerah karst atau daerah berkapur. Keadaan topografinya sangat buruk.

| Pengertian Desa |

Pengertian Desa adalah suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
dikepalai oleh seorang kepala desa.
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memerhatikan asal- usul desa dan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau
bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau
pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya
menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memerhatikan
saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi kelurahan, lurah, dan
perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
 
Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan
dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Wilayah
desa dapat dibagi atas dusun atau padukuhan, yang merupakan bagian wilayah kerja
pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
 
Pengertian Kelurahan adalah unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda
dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam
perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.
Kelurahan merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan.
Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai
perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
 
Pengertian kampung adalah suatu daerah, yang di dalamnya terdapat beberapa rumah atau
keluarga yang bertempat tinggal di sana; daerah tempat tinggal warga menengah ke bawah di
daerah kota. Kampung merupakan nama alternatif untuk desa atau kelurahan yang merupakan
satuan pem-bagian administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan atau mukim atau
distrik atau banua (benua).

Arti Tukang Bangunan


Tukang Bangunan adalah pekerja yang mempunyai
ketrampilan dalam bidang membangun rumah, membangun ruko dan bangunan yang lain.

Biasanya tukang bangunan disebut juga tukang batu dalam istilah yang umum, untuk
pengupahan tukang bangunan biasanya ada yang harian dan ada yang borong tergantung
persetujuan antara tukang dan pengguna jasanya.

Biasanya tukang bangunan dipimpin oleh seorang yang disebut Pelaksana, yang bekerja sebagai
pengarah dan pengatur pekerjaan dalam proyek.
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan
pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga,
buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi
industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau kapas untuk
penenunan dan pembuatan pakaian.

Anda mungkin juga menyukai