Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat

menyelesaikan Makalah Geografi Regional Indonesia tentang Konsep Wilayah,

Perwilayahan dan Pendekatan Kajian Geografi Refional.

Saya sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Geografi Regional Indonesia. Saya juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan

demi perbaikan Makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat

tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran

yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 latar belakang................................................................................................

1.2 rumusan masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan …………………………………………………………………….

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wilayah.........................................................................................

2.2 Konsep Wilaya Menurut Para Ahli.................................................................

2.3 Perwilayahan...................................................................................................

2.4 Manfaat perwilayahan....................................................................................

2.5 Pendekatan Kajian Geografi Regional.............................................................

BAB III. PENUTUP

3.1 kesimpulan..............................................................................................................

3.2 saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik

muka bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi,

ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk

akibat proses interaksi dan interrelasinya.

Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu

berbeda dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Wilayah Formal (uniform region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang

memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun

sosialnya. Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan

disebut wilayah pegunungan atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam

bidang kegiatan bercocok tanam disebut wilayah pertanian.

Wilayah Fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam banyak

hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan

adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Contoh: Suatu

industri didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi karyawan bekerja menuju pabrik

dan sore hari mereka pulang ke rumah masing-masing.

Perwilayahan berarti membagi wilayah-wilayah tertentu di permukaan bumi

untuk keadaan tujuan tertentu. Untuk menentukan regionalisasi wilayah harus

diperhatikan fisik yang meliputi iklim, morfologi, sumber daya alam, dan keadaan

sosial budaya yang meliputi penduduk dan budayanya.

Kaitan konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan

(Pusat Pertumbuhan) Pusat pertumbuhan (growth center) erat kaitanya dengan


Pertumbuhan wilayah di permukaan Bumi tidak tumbuh bersama-sama secara

terarur,tetapi sengaja atau tidak sengaja, ada bagian yang tumbuh dan maju

berkembang lebih cepat dibanding dengan bagian lain. Berikut ini beberapa teori

pusat pertumbuhan.

1.2 Rumusan Msalah

a. Apa pengertian konsep wilayah ?

b. Konsep Wilayah menurut Para Ahli ?

c. Apa pengertian dari Perwilayahan ?

d. Apa Manfaat dari Perwilayahan ?

e. Bagaimana Pendekatan Kajian Geografi Regional ?

1.3 Tujuan

a. Dapat mengengetahui pengertian konsep wilayah.

b. Dapat mengetahui pengertian wilayah menurut para Ahli.

c. Dapat mengetahiu apa itu wilayah.

d. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.

e. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wilayah

wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang

memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu

keseragaman atau homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari

wilayahwilayah lain di daerah sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat

berupa keadaan alam (kondisi fisik), ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.

Secara umum suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wilayah

formal (formal region) dan wilayah fungsional (functional region atau nodal region).

Pengertian wilayah formal identik dengan definisi wilayah secara umum, yaitu suatu

daerah atau kawasan di muka bumi yang memiliki karakteristik yang khas sehingga

dapat dibedakan dari wilayah lain di sekitarnya.

2.1.1 Wilayah Formal

Wilayah formal adalah kawasan geografis yang melmiliki kritera-

kriteria tertentu yanghomogen atau seragam misalnya kriteria fisik adalah iklim,

vegetasi dan topografi, sedangkan kriteria sosial dan politik adalah partai politik, tipe

pertanian, tipe industri, jumlah pengangguran, tingkat pendapatan dan laju

pertumbuhan ekonomi. Wilayah formal sering jugadisebut uniform regiona.

2.1.2 wilayah fungsional

Wilayah fungsional adalah kawasan Geografis yang di fungsikan menurut

jenis dankekuasaannya atau suatu wulayah yang sering berhubungan antara bagian

satu dengan yang lainnya. Wilayah fungsional sering disebut wilayah nodal atau

Polaried Region. Wilayah inimemiliki bagian-bagian yang Heterogon misalnya desa

dan kota secara fisik berbeda tetapi secara fungsional saling berhubungan.
Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh

kriteria tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal.

Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu; (1) wilayah homogen, (2) wilayah

nodal, (3) wilayah perencanaan, (4) wilayah administrative.

Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria

mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri

kehomogenan ini misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan stuktur

produksi dan kosumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan

rendah/miskin dll.),geografi seperti wilayah yang mempunyai topografiatau iklim

yang sama), agama, suku, dan sebagainya. Richarson (1975) dan Hoover (1977)

mengemukakanbahwa wilayah homogen di batasi berdasarkan keseragamamnya

secara internal (internal uniformity).

Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional

mempunyai ketergantungan antarapusat (inti) dan daerah belakangnya (interland.

Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang

dan jasa, ataupunkomunikasi dan transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa

pengertian wilayah nodal yang paling ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai

ekonomi wilayah,mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai

oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. tersebut sebagai ekonomi.

Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan

berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi,

kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976) menyatakan

bahwa di dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka

pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak

digunakan. Lebih populernya pengunaan pengertian tersebut disebabkan dua factor


yakni: (a) dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan

tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis

apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah

ada; dan (b) wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi

pemerintah lebih mudah dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data diberbagai

bagian wilayah berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.

Namun, dalam kenyataannya, pembangunan tersebut sering kali tidak hanya dalam

suatu wilayah administrasi, sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan

daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan

berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas

batas wilayah administrasi.

Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanan

(planning region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan

koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapt

dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-

perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatankerja, namun cukup

kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapatdipandang

sebagai satu kesatuan.

Berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan

politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan

dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan

tujuan perencanaannya. Sering pula wilayah administratif ini sebagai wilayah

otonomi. Artinya suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan

dan kebijaksanaan sendiri-sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di

dalamnya.
2.2 Konsep Wilaya Menurut Para Ahli

Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis

dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut

satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah

tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-

komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan

(infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.

Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan

sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis

tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam

Rustiadi et al., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah

ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. wilayah homogen (uniform/homogenous region);

2. wilayah nodal (nodal region); dan

3. wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan

fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :

1. fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan

keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang

seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan

politik.

2. fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan

interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah

tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari
satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling

berkaitan.

3. fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau

kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar

bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa

Arab “wālā-yuwālī-wilāyah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong,

saling berdekatan baik secara geometris maupun similarity”. Contohnya: antara

supply dan demand, hulu-hilir.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah

pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas

hubungan fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara

bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah

pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan

pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu:

1. pertumbuhan;

2. penguatan keterkaitan;

3. keberimbangan;

4. kemandirian;

5. keberlanjutan.

2.3 Perwilayahan

Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan atau

mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama. Mengingat lokasi di muka bumi memiliki

jumlah tak terbatas dan cenderung saling berdekatan, maka lokasi-lokasi tersebut

harus disusun dan dikelompokan menurut kriteria tertentu. Dengan demikian


informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara efisien dan ekonomis. Salah satu

prinsip pembuatan suatu region adalah menyederhanakan wilayah tersebut dengan

cara menyatukan tempat-tempat yang memiliki kesamaan atau kedekatan tersebut

menjadi satu kelompok.

Regionalisasi selalu didasarkan pada kriteria dan kepentingan tertentu.

Misalnya, pada pembagian region permukaan bumi berdasarkan iklim maka kriteria

yang digunakan adalah unsur cuaca, seperti temperatur, curah hujan, penguapan,

kelembapan, dan angin. Regionalisasi menurut iklim ini sangat berguna untuk

mengetahui persebaran hewan dan tumbuhan, tetapi mungkin kurang berguna dalam

hal komunikasi atau transportasi. Karena itulah pengelompokkan region dapat

disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, tergantung pada kepentingan atau tujuan

pengelompokkan region tersebut.

Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi memberikan berbagai

manfaat. Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

2.4 Manfaat perwilayahan

a. Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.

b. Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.

c. Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang

sangat beragam.

d. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.

2.5 Pendekatan Kajian Geografi Regional

Dinamika adalah sifat dari kehidupan, temasuk ilmu pengetahuan.

Perkembangan materi, ruang lingkup, metode dan analisis merupakan bagian dari

perkembangan pemikiran manusia untuk mencari suatu kebenaran secara ilmiah.

Geografi sebagai bidang ilmu yang berkaitan, dengan kehidupan manusia dan dalam
analisisnya menyentuh berbagai bidang ilmu lainnya, maka dalam menganalisis fakta

secara total memerlukan integritas semua cabang ilmu geografi. Dalam hal ini

Geografi regional menduduki peranan yang sangat strategis. Karena memang gejala

dan fenomena yang ada di permukaan bumi pada dasarnya selalu saling terkait dan

dalam pemecahannya memerlukan integritas berbagai bidang ilmu. Pemahaman akan

keterkaitan gejala–gejala di permukaan bumi di suatu wilayah tertentu merupakan inti

dari geografi. Dalam mengapresiasikan tempat, beberapa pendekatan dapat

dipergunakan tetapi semuanya harus bersifat korologis, karena itu adalah ciri khas

dari disiplin ilmu geografi. Geografi regional sangatlah memadai untuk hal tersebut.

Geografi regional mengapresiasikan gejala secara total, dimana gejala itu

memberikan ciri yang khas baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya

sendiri.

Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk

mengkaji, yaitu :

2.4.1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan

ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam

mengkaji fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan

keruangan, yaitu :

a. Pendekatan Topik

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari

topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di

suatu wilayah dengan cara mengkaji :

– penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)

– media penyebarannya
– proses penyebaran

– intensitasnya

– interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.

Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah

penyakit yang terjadi.

b. Pendekatan Aktivitas

Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang

terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan

interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.

c. Pendekatan Regional

Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region

sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan

bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.

2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)

Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang

berada di lingkungan tertentu, yaitu :

– hubungan antar makhluk hidup

– hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya

Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan

melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.

3. Pendekatan Kewilayahan

Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan.

Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas

yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan

bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara


manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat

penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah

(regional planning).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang

memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu

keseragaman atau homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari

wilayahwilayah lain di daerah sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat

berupa keadaan alam (kondisi fisik), ekonomi, demografi, dan sosial-

budaya. Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan atau

mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama.

3.2 Saran

Saran dari penulis adalah melakukan perbaikan apa bila terdapat kesalahan-kesalahan

pada makalah ini, sehingga untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
I Made Sandy, 1996. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Penerbit

Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia-PT. Indograph


Bakti.
Burgess, E.W. (1925) ”The Geography of city” dalam R.E. Park et. Al. The City,
Chicago: Chacago University Press.
MAKALAH
KONSEP WILAYAH

OLEH;

ABUL HASAN

MA DLIYAUT THALIBIN

SARIGADING SOGIAN AMBUNTENS

Anda mungkin juga menyukai