Anda di halaman 1dari 110

WILAYAH DAN PEWILAYAHAN

DALAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
Oleh :
TANTI PRASETYATI, M.Pd
KONSEP WILAYAH

WILAYAH DAERAH

Dimaksudkan untuk menunjukkan cakupan teritorial


administrasipamerintah daerah, misalnya:
 Provinsi Kalimantan Utara
 Provinsi Sumatera Barat
 Kabupaten Manokwari
 Kota Riau
 Dengan bentuk pemerintahannya yang disebut sebagai
daerah.
KONSEP WILAYAH

WILAYAH REGION

Yaitu suatu bagian dari ruang permukaan


Bumi yang memiliki karakteristik atau ciri
khas yang dapat dibedakan dengan
kondisi ruang di sekitarnya
KONSEP WILAYAH
• Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai
dari yang paling luas sampai sangat sempit
yang memiliki komponen :

 Komponen biotik
Biotik meliputi manusia,
hewan, dan
tumbuhan
Abiotik

Kultural
KONSEP WILAYAH
• Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai
dari yang paling luar sampai sangat sempit
yang memiliki komponen :

Biotik  Komponen abiotik


meliputi air, tanah, dan
Abiotik udara

Kultural
KONSEP WILAYAH
 Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai
dari yang paling luar sampai sangat sempit
yang memiliki komponen :

 Komponen kultural
Biotik meliputi kebudayaan
dan teknologi
Abiotik

Kultural
KONSEP WILAYAH

• Dengan demikian penggolongan wilayah dapat


dilakukan dengan mengacu pada keadaan
alam dan tingkat kebudayaan

Keadan Alam  Penggolangan dengan


keadaan alam
dibedakan lagi
Tingkat Kultural berdasarkan iklim, releif
dan vegetasi
 Misal Relief : Dt Rendah
Dt Tinggi, dst
KONSEP WILAYAH
• Dengan demikian penggolongan wilayah
dapat dilakukan dengan mengacu pada
keadaan alam dan tingkat kebudayaan

Keadan Alam  Penggolangan dengan


tingkat kultural,
misalnya : negara maju,
Tingkat Kultural pertanian, perkotaan,
pedesaan dst
KONSEP WILAYAH MENURUT
PARA AHLI DAN UNDANG-
UNDANG
1. Hartshorn
2. Bintarto dan
Hadisumarno (1983)
Wilayah adalah suatu
area dengan lokasi
Wilayah adalah bagian
spesifik dan dalam
permukaan bumi yang
aspek tertentu yang
dapat dibedakan dalam
berbeda dengan area
hal-hal tertentu dari
lainnya (yang berupa
daerah di sekitarnya
mozaik)
KONSEP WILAYAH MENURUT
PARA AHLI DAN UNDANG-
UNDANG
3. Rustiadi, dkk (2011) 4. UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataaan Ruang
Wilayah dapat didefinisikan
sebagai unit geografi dengan Wilayah adalah ruang yang
batas-batas spesifik (tertentu) merupakan kesatuan
, dimana komponen- geografis beserta segenap
komponennya memiliki arti di unsur yang terkait yang batas
dalam pendeskripsian dan sistemnya ditentukan
perencanaan dan berdasarkan aspek
pengelolaan sumber daya administratif dan atau aspek
pembangunan. fungsional.
Berdasarkan kekhasannya,
wilayah dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis. yaitu :

A. Wilayah B. Wilayah
Formal Fungsional
Wilayah yang Wilayah yang
didasarkan atas didasarkan atas
konsep konsep
homogenitas heterogenitas
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )

Sering juga disebut


homogen, yaitu suatu
wilayah yg dibentuk oleh
adanya kesamaan
kenampakan, termasuk
ke dalamnya
kenampakan fisik muka
bumi, iklim, vegetasi,
tanah, bentuk lahan, dan Pantai di Sulawesi Tengah ini
penggunaan lahan. dapat dijadikan sebagai
sebuah contoh region yang
Region formal ini bersifat bersifat statis.
statis.
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )

Contoh Wilayah Formal Pada awalnya kriteria


adalah, keseragaman yang digunakan bersifat
bentang alam alamiah, kemudian
pegunungan disebut berkembang
wilayah pegunungan menggunkan kriteria
dan keseragaman ekonomi, industri,
dalam usaha bercocok pemukiman dan
tanam disebut wilayah sebagainya
pertanian.
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )
Dalam kehidupan sehari-hari wilayah formal banyak
dikaitkan dengan keseragaman pemerintahan
sehingga wilayah formal identik dengan wilayah
yang dibatasi oleh administrasi pemerintah.

Berdasarkan konsep ini maka muncul wilayah Dusun,


wilayah Kelurahan atau Desa

Menurut pengertian tersebut, batas wilayah


formal menjadi sangat jelas, yaitu antara
wilayah satu dan wilayah llainnya dengan
dibatasi oleh batas-batas administrasi
pemerintah.
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )
Adalah suatu wilayah yang dicirikan dengan adanya
kegiatan yang saling berhubungan diantara beberapa
pusat kegiatan secara fungsional.

Wilayah Fungsional adalah kecenderungan antara


wilayah yang satu dan yang lain saling terkait dan
menjalin suatu konektivitas.

Ditandai dengan adanya pusat


kegiatan, yang disebut node /
core
Wilayah Fungsional lebih bersifat dinamis dibandingkan
dengan wilayah formal
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )
4 unsur penting dalam suatu Nodal region :
Adanya arus barang, ide/gagasan dan
manusia.
Adanya node (pusat) yang menjadi pusat
pertemuan arus tersebut secara
terorganisir.

Adanya wilayah yang makin meluas.

Adanya jaring-jaring rute tempat


berlangsungnya tukar menukar.
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )

Terkait dengan interaksi yang berlangsung

Bersifat Fisik Bersifat Sosial


meliputi interaksi merupakan interaksi antar
antara kota yang masyarakat yang menghasilkan
perbedaan struktur masyarakat
dikelilingi daerah
sehingga akan kita jumpai
sekitarnya adanya pusat-pusat
pemerintahan yang dikelilingi
oleh daerah sekitarnya

Contoh : wilayah fungsional ialah Kota Jakarta. Kota ini menjadi


core dan node dari Negara Indonesia.
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )

Contoh Wilayah Fungsional :


Suatu wilayah perkotaan
dengan kota-kota kecil atau
desa-desa yang mempunyai
sifat saling bergantung
dengan kota induknya,
misalnya :
 Jakarta dengan
JABODETABEK
 Surabaya dengan
GERBANGKERTOSUSILA
(Gresik–Bangkalan–
Mojokerto–Surabaya–
Sidoarjo–Lamongan)
Perbandingan Antara Wilayah Formal
dengan Wilayah Fungsional

No. Wilayah Formal Wilayah Fungsional

1. Didasarkan atas konsep Didasarkan atas konsep


homogenitas heterogenitas
2. Bersifat Statis Bersifat Dinamis

3. Tidak perlu memiliki core Ditandai dengan adanya


(inti) pusat kegiatan, yang
disebut node / core
4. Batas wilayah formal Adanya wilayah yang
sangat jelas makin meluas
Perbandingan Antara Wilayah Formal
dengan Wilayah Fungsional
Gambar 6.5 (a),
menunjukkan yang menjadi
inti pada wilayah uniform/
Pada gambar 6.5 (b),
formal ialah daerah yang
menunjukkan sebuah
hampir seluruhnya (>75%)
wilayah nodal, di mana garis
digunakan untuk pertanian
yang menghubungkan pusat
padi. Wilayah sekitar inti
dengan daerah sekitarnya,
(periphery), dominasi
dapat diartikan terjadi
pertanian padi mencapai
sebuah gerakan penduduk
50-75%. Daerah yang
dari pedesaan ke kota atau
pertanian padinya sekitar
sebaliknya, misalnya
25% saja, tidak termasuk ke
membawa dan menjual
dalam wilayah yang
hasil-hasil pertanian atau
mempunyai keseragaman
berbelanja.
dalam hal membudidayakan
tanaman padi.
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

KONSEP – KONSEP WILAYAH


Lebih menekankan pada
1. Wilayah Homogen aspek homogenitas dalam
kelompok dan
2. Wilayah Nodal mengoptimalkan
3. Wilayah perbedaan (kompleksitas,
Perencanaan / variasi, ragam)
Pengelolaan Khusus antarkelompok tanpa
4. Wilayah memperhatikan bentuk
Administratif - fungsional antarwilayah di
Politis dalamnya.
5. Wilayah Pesisir Contoh : wilayah homogen
pekerjaan, iklim, cuaca,
topografi, kebudayaan
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

KONSEP – KONSEP WILAYAH


Lebih memfokuskan pada
1. Wilayah Homogen pengendalian pusat dan
ketergantungan terhadap
2. Wilayah Nodal pusat, bila dibandingkan
dengan batas wilayah.
3. Wilayah Pembagian wilayah nodal
berdasarkan fungsi, asal usul,
Perencanaan /
dan perkembangannya.
Pengelolaan Khusus Contoh : kota satelit
4. Wilayah merupakan penamaan
Administratif - perwilayahan secara
Politis fungsional yang berdasarkan
5. Wilayah Pesisir fungsi daerah tersebut sebagai
penyangga agar penduduk dan
kegiatan yang berada di
sekeliling kota utama dapat
berjalan baik.
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

KONSEP – KONSEP WILAYAH

1. Wilayah Homogen Adalah wilayah yang tidak


dibatasi oleh administrasi,
2. Wilayah Nodal namun dibatasi oleh batas
alami seperti DAS. DAS tidak
3. Wilayah mengenal administrasi, jadi
Perencanaan / memungkinkan wilayah DAS
Pengelolaan Khusus terbentuk sebagai wilayah
4. Wilayah perencanaan berdasarkan
sistem ekologi, sehingga
Administratif -
memerlukan perencanaan
Politis atau pengelolaan khusus.
5. Wilayah Pesisir
Contoh : Wilayah Perencanaan / Pengelolaan
Khusus
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Adalah serangkaian siklus hidrologi yang berfungsi untuk
menangkap air, dibatasi oleh pembatas alami (igir atau
punggung bukit) dan mengeluarkan air tersebut pada satu
titik keluaran (outlet)
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

KONSEP – KONSEP WILAYAH

1. Wilayah Homogen

2. Wilayah Nodal
3. Wilayah Merupakan wilayah
Perencanaan / perencanaan yang
Pengelolaan Khusus memiliki landasan yuridis
4. Wilayah – politis yang paling kuat.
Administratif - Contoh : desa, kecamatan,
Politis kabupaten, provinsi
5. Wilayah Pesisir
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

KONSEP – KONSEP WILAYAH

1. Wilayah Homogen

2. Wilayah Nodal
3. Wilayah
Perencanaan /
Pengelolaan Khusus
4. Wilayah Merupakan wilayah
Administratif - interaksi antara daratan
Politis dan lautan, atau dapat
5. Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai
daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut.
PEWILAYAHAN
(REGIONALISASI)

Adalah pembagian wilayah-wilayah


berdasarkan karakteristik tertentu.

Klasifikasi atau penggolongan suatu wilayah


dapat dilakukan secara formal atau dapat juga
dilakukan secara fungsional.
PEWILAYAHAN (REGIONALISASI)
Menurut Hadi Sabar Yunus (2008) Penggolongan wilayah secara garis
besar terdiri dari lima bagian, yaitu sebagai berikut:

• Pengklasifikasian wilayah hanya didasarkan


Natural Region (Wilayah
pada kriteria alamiah, seperti hutan dan
Alamiah atau Fisik)
pegunungan

Single Feature Region • Pengklasifikasian wilayah hanya didasarkan


(Wilayah Ketampakan pada satu jenis kenampakan, seperti jenis
Tunggal) vegetasi, iklim atau hewan

• Pengklasifikasian wilayah yang


Generic Region (Wilayah menekankanpada jenis (kriteria) tertentu,
Berdasarkan Jenisnya) seperti kawasan gurun yang hanya dapat
tumbuh tanaman kaktus.

Spesifik Region (Wilayah • Pengklasifikasian wilayah berdasarkan ciri-ciri


Spesifik atau Khusus) geografis yang khas terutama ditentukan oleh lokasi,
adat-istiadat, dan kependudukan
• Pengklasifikasian wilayah yang didasarkan pada
Factor Analysis Region metode statistik, deskriptif, atau metode statistik
(Wilayah Analisis Faktor) analitik. Penentuan twilayah terkait dengan analisis
faktor untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti
kawasan pertanian, ladang
Manfaat Regionalisasi
1. Membantu memisahkan sesuatu
yang berguna dari yang kurang
berguna.
2. Mengurutkan keanekaragaman
permukaan bumi.
3. Menyederhanakan informasi dari
suatu gejala atau fenomena di
permukaan yang sangat beragam.
4. Memantau perubahan-perubahan
yang terjadi baik gejala alam maupun
manusia.
PEMBANGUNAN
DAN
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PEMBANGUNAN
Adalah upaya yang
Adalah proses
sistematik dan
perubahan yang
berkesinambungan
mencakup seluruh
untuk menciptakan
sistem sosial, seperti
keadaan yang dapat
politik, ekonomi,
menyediakan
infrastruktur,
berbagai alternatif
pertahanan,
yang sah bagi
pendidikan dan
pencapaian aspirasi
teknologi,
setiap warga yang
kelembagaan, dan
paling humanistik
budaya.
(manusiawi).

Rustandi , dkk, Alexander, 1994


2011
PEMBANGUNAN

Pembangunan wilayah dilakukan untuk


mencapai tujuan pembangunan wilayah yang
mencakup :
a) Aspek-aspek pertumbuhan,
b) Pemerataan dan keberlanjutan yang
berdimensi lokasi dalam ruang, dan
c) Berkaitan dengan aspek sosial ekonomi
wilayah.
Fakta-fakta yang didasari masalah
pembangunan

Kawasan Kawasan
Sumber daya
Barat Sumber daya Timur
manusia secara
Indonesia manusia secara Indonesia
kuantitatif adalah 20%
(KBI) kuantitatif (KTI)
adalah 80%
Indeks Pembangunan
Indeks Manusia (IPM) adalah
Pembangunan 62,9
Manusia (IPM)
65,7
Sumber Daya
Alam (SDA) Sumber Daya Alam
sudah (SDA) melimpah
dieksploitasi
secara besar- Kondisi sumber daya
besaran buatan (infrastruktur)
masih sangat
terbatas dan
terkonsentrasi hanya
pada wilayah-wilayah
tertentu
Permasalahan dalam Pembangunan di
Indonesia :

• Aksesbilitas
transportasi susah
dijangkau
• Di beberapa wilayah • Prioritas
tertinggal penduduknya Potensi Yang Ada di pembangunan
rendah dan menyebar Wilayah Belum Pemerintah
• Wilayah yang Dikembangkan adalah kota,
pembangunannya karena kota
• Membutuhkan
tertinggal sulit lebih nyata
penduduk
dijangkau memberikan
yang memiliki
• Sumber daya alam di kemampuan Pendapatan
wilayah tertinggal khusus Anggaran
rendah Daerah (PAD)
• Pemerintah belum Kesenjangan
memaksimalkan
pembangunan di
Pembanguna
Pembangunan n Desa-Kota
wilayah tertinggal
Beberapa Sektor
Belum Merata
PENGEMBANGAN WILAYAH

Adalah sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan


keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber
daya, merekatkan, dan menyeimbangkan
pembangunan nasional dan kesatuan wilayah
nasional, meningkatkan keserasian antarkawasan,
keterpaduan antarsektor pembangunan melalui
proses penataan ruang dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam
wadah NKRI.

Menurut Jenderal Penataan Ruang Departemen


Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003)
Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan
wilayah adalah : 
1) Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah
tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus
diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect)
pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah
sekitarnya, bahkan secara nasional
2) Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama
pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan
utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah
3) Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang
merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup
dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan 

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan


Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002),
PUSAT PERTUMBUHAN
WILAYAH
Adalah suatu wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat, sehingga
dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan
bagi daerah sekitarnya.
Di bidang

Fisik Sosial Ekonomi Budaya


Faktor-faktor Yang mempengaruhi
Timbulnya Pusat Pertumbuhan :
Ketersediaan sarana Meliputi :
pandukung : • Topografi
• Iklim
• Jaringan Fisik • Keadaan tanah
transportasi
• jenis transportasi • Keadaan air
• sarana ekonomi
• Pendidikan
Sarana Kebijakan :
Pengambil
Pendukung • Penggunaan Kebijakan
lahan Setiap wilayah
• Rencana tata memiliki
ruang wilayah kebutuhan dan
• Pengendalian potensi yang
Kondisi : pemanfaaatan berbeda, maka
• Pendidikan lahan akan terjadi
• Pendapatan hubungan
• Kesehatan Sosial Ekonomi timbal balik
yang saling
mempengaruhi
Fungsi Pusat Pertumbuhan :

Memudahkan dalam pengambilan


kebijakan terhadap pembangunan
wilayah.

Memantau perkembangan wilayah

Pemerataan pembangunan Wilayah


Konsep Pusat Pertumbuhan :

1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)


Oleh : Christaller

 Adalah suatu pusat aktivitas yang


senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk.

 Yaitu tempat atau wilayah (kawasan)


pusat dimana sejumlah produsen
mengelompok di lokasi tersebut untuk
menyediakan barang dan jasa bagi
penduduk di sekitarnya
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

RANGE THRESHOLD
(Jangkauan) (Ambang)

Adalah jarak yang Adalah jumlah minimal


harus ditempuh oleh penduduk yang
seseorang untuk diperlukan dalam
memperoleh keseimbangan barang
kebutuhannya di suatu wilayah.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

THRESHOLD
(Ambang)

Threshold Tinggi
Yaitu barang yang ada kecenderungan memiliki tingkat
risiko kerugian yang tinggi.
Barang yang termasuk kategori ini adalah barang
dengan kategori mewah.

Threshold Rendah
Yaitu barang yang cenderung memiliki tingkat risiko
rendah. Supaya tidak mengalami kerugian yang besar,
maka tidak membutuhkan konsumen banyak untuk
menjual barang-barang tersebut.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller
Tempat sentral tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai
kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk
pelayanan tersebut digambarkan dalam segi enam/heksagonal. Teori
ini dapat berlaku apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Wilayahnya datar dan tidak
berbukit
2. Tingkat ekonomi dan daya
beli penduduk relatif sama
3. Penduduk memiliki
kesempatan yang sama
untuk bergerak ke berbagai
arah

Teori pada prinsipnya bersifat statis dan tidak memikirkan pola  pembangunan di
masa yang akan datang akan tetapi dasar tentang hierarki suatu pusat pelayanan
sangat membantu dalam hal perencanaan pembangunan sebuah wilayah/kota.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

Keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh


yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga
terjadilah hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Sebagai contoh,
hierarki kota sebagai pusat pelayanan masyarakat meliputi ibu kota
negara, provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa (kelurahan)

Hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:

1. Tempat Sentral yang


Berhierarki 3 (K=3)

Tempat sentral yang


berhierarki 3 adalah pusat
pelayanan berupa pasar yang
senantiasa menyediakan
barang-barang konsumsi bagi
penduduk yang tinggal di
daerah sekitarnya. Hierarki 3
sering disebut sebagai kasus
pasar optimal yang memiliki
pengaruh 1/3 bagian dari
wilayah tetangga di sekitarnya
yang berbentuk heksagonal,
selain memengaruhi
wilayahnya itu sendiri.
2. Tempat Sentral yang
Berhierarki 4 (K=4)

Tempat sentral yang


berhierarki 4 dinamakan
situasi lalu lintas yang
optimum, artinya di daerah
tersebut dan daerah-daerah di
sekitarnya yang terpengaruh
tempat sentral itu senantiasa
memberikan kemungkinan
rute lalu lintas yang paling
efisien. Situasi lalu lintas
optimum ini memiliki
pengaruh ½ bagian dari
wilayah-wilayah lain di
sekitarnya yang berbentuk
segi enam selain
memengaruhi wilayah itu
sendiri.
3. Tempat Sentral yang
Berhierarki 7 (K=7)

Tempat sentral yang


berhierarki 7 dinamakan
situasi administratif yang
optimum. Tempat sentral ini
memengaruhi seluruh bagian
(satu bagian) wilayah-wilayah
tetangganya, selain
memengaruhi wilayah itu
sendiri. Contoh tempat sentral
berhierarki 7 antara lain kota
yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.
Model Pelayanan Heksagonal Christaller

1. Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap


lingkaran memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran ini
tidak tumpang tindih seperti pada (gb. A)
2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan
tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih (gb. B)
3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan
sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang
tidak lagi tumpang tindih (gb. C).
4. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal sendiri-sendiri.
Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali
heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3
kali heksagonal pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki
pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut.
Heksagona yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara
heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih (gb. D).
2. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole
Theory)
Oleh : Perroux

Menurut Perroux, pada kenyataannya proses pembangunan di


mana pun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang
terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat
tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu
sama lain. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat
pembangunan ini disebut sebagai pusat atau kutub
pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan ini, proses
pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Dengan kata lain, kutub pertumbuhan dapat
memberikan imbas (trickling down effect) bagi wilayah atau
daerah di sekitarnya
WILAYAH PUSAT PEMBANGUNAN DI
INDONESIA
Wilayah Pusat Pembangunan di
Indonesia
Sepuluh Wilayah Pembangunan di Indonesia, dikelompokkan dalam 4
(empat) Wilayah Pembangunan Utama., yaitu :
Wilayah Pusat Subwilayah Kota yang dikembangkan meliputi
Pembangunan Pertumbuhan Pembangunan daerah Provinsi
Utama

A Medan I Aceh dan Sumatera Utara Berpusat


di Medan
II Sumatera Barat, Riau Berpusat di
Pekanbaru

Wilayah Pusat Subwilayah Kota yang dikembangkan meliputi


Pembangunan Pertumbuhan Pembangunan daerah Provinsi
Utama

B Jakarta III Jambi, Sumatera Selatan, dan


Bengkulu
Berpusat di Palembang
IV Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan D.I Yogyakarta
Berpusat di Jakarta

VI Kalimantan Barat
Berpusat di Pontianak
Wilayah Pusat Subwilayah Kota yang dikembangkan meliputi
Pembangunan Pertumbuhan Pembangunan daerah Provinsi
Utama

C Surabaya V Jawa Timur dan Bali


Berpusat di Surabaya

VII Kalimatan Selatan, kalimantan Tengah


dan kalimantan Timur
Berpusat di Balikpapan dan Samarinda

Wilayah Pusat Subwilayah Kota yang dikembangkan meliputi


Pembangunan Pertumbuhan Pembangunan daerah Provinsi
Utama

D Makassar VIII Nusa Tenggara Barat, Nusa


Tenggara Timur Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara.
Berpusat di Makassar
IX Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Utara
Berpusat di Menado
X Maluku dan Papua
Berpusat di Sorong
TATA RUANG
KONSEP RUANG DAN TATA RUANG

RUANG

adalah wadah yang meliputi ruang darat,


ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya.
KONSEP RUANG DAN TATA RUANG

TATA RUANG

adalah wujud struktur ruang dan pola ruang

adalah susunan pusat-pusat adalah distribusi peruntukan


permukiman dan sistem jaringan ruang dalam suatu wilayah
prasarana dan sarana yang berfungsi yang meliputi peruntukan
sebagai pendukung kegiatan sosial ruang untuk fungsi lindung
ekonomi masyarakat yang secara dan peruntukan ruang untuk
hierarkis memiliki hubungan fungsi budi daya.
fungsional.
KONSEP RUANG DAN TATA RUANG

PENATAAN
RUANG

adalah suatu sistem proses


perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
PENATAAN RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN PEMANFAATAN
PERENCANAAN
RUANG RUANG
TATA RUANG
adalah upaya diselenggarakan
adalah suatu
untuk mewujudkan melalui kegiatan
proses untuk
struktur ruang dan pengawasan dan
menentukan
pola ruang sesuai penertiban berupa
struktur ruang dan
dengan rencana penyusunan
pola ruang yang
tata ruang melalui peraturan zonasi,
meliputi
penyusunan dan perijinan,
penyusunan dan
pelaksanaan penyelenggaraan
penetapan
program beserta insentif dan
rencana tata ruang.
pembiayaannya. disinsentif serta
adanya sanksi
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
Menyatakan bahwa negara menyelenggarakan
penataan ruang, yang pelaksanaan
wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan tetap menghormati
hak yang dimiliki oleh setiap orang.

Penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional harus


dilakukan secara komprehensif, holistik, terkoordinasi,
terpadu, efektif, dan efisien dengan memperhatikan
faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup.
PENATAAN RUANG

Didasarkan pada

Pendeka Fungsi Wilayah Nilai


Kegiatan
tan utama Adminis strategis
kawasan
Sistem kawasan tratif kawasan
PENATAAN RUANG

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah,


wewenang penyelenggaraan penataan ruang
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang
mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang,
didasarkan pada pendekatan wilayah dengan
batasan wilayah administratif.
Penataan Ruang dengan pendekatan wilayah
dengan batasan wilayah administratif

Wilayah
Nasiona
l Setiap
wilayah
tersebut
merupakan
Penataan subsistem
Wilayah Wilayah
Ruang Wilayah ruang
Kota Propinsi
NKRI menurut
batasan
administrati
f
Wilayah
Kabupaten
Rencana Umum Tata Ruang

Merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang


disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif yang secara hierarki terdiri atas :

 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional,


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten /
Kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (
RTRW Nasional )

Rencana Umum Tata Ruang Nasional adalah


arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah nasional yang disusun guna
menjaga integritas nasional, keseimbangan
dan keserasian perkembangan antar wilayah
dan antar sektor, serta keharmonisan antar
lingkungan alam dengan lingkungan buatan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan i. pertahanan
dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
menjadi pedoman untuk:

1. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang


nasional;
2. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
nasional;
3. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang di wilayah nasional;
4. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi,
serta keserasian antarsektor;
5. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (
RTRW Provinsi)

Rencana Umum Tata Ruang Provinsi adalah


rencana kebijakan operasional dari RTRW
Nasional yang berisi strategi pengembangan
wilayah provinsi, melalui :
 optimasi pemanfaatan sumber daya,
 sinkronisasi pengembangan sektor,
 koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan
sektor, serta
 pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota
di dalam pengembangan wilayah
secara keseluruhan.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi :

Adalah tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah


daerah provinsi yang merupakan arahan perwujudan
visi dan misi pembangunan jangka panjang provinsi
pada aspek keruangan, yang pada dasarnya
mendukung terwujudnya tujuan penataan ruang
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional
Fungsi RTRW provinsi adalah sebagai :

• Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
• Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah
provinsi;
• Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan
dalam wilayah provinsi;
• Acuan lokasi investasi dalam wilayah provinsi yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
• Pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan
strategis provinsi;
• Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/
pengembangan wilayah provinsi yang meliputi indikasi
arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi; dan
• Acuan dalam administrasi pertanahan
Manfaat RTRW provinsi adalah untuk :

• Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam


wilayah provinsi
• Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah
provinsi dengan sekitarnya
• Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi
yang berkualitas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (
RTRW Kabupaten)

Rencana umum tata ruang kabupaten/kota


adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam
kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan
peranannya di dalam rencana pengembangan
wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi
pengembangan wilayah ini selanjutnya
dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang operasional
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten adalah sebagai :
• Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD).
• Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah
kabupaten;
• Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah kabupaten;
• Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
• Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah
kabupaten;
• Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/
pengembangan wilayah kabupaten yang meliputi penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif,
serta pengenaan sanksi; dan
• Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat RTRW kabupaten adalah untuk:

1) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam


wilayah kabupaten;
2) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah
kabupaten dengan wilayah sekitarnya; dan
3) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah
kabupaten yang berkualitas.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (
RTRW Kota)

Rencana detail tata ruang kabupaten/kota adalah


rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayahkabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.

Lingkup Wilayah : kawasan yang mempunyai ciri


perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan
perkotaan dan/atau kawasan memenuhi kriteria
lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan
pedoman
RDTR kabupaten/kota berikut Peraturan Zonasi
berfungsi sebagai:

• Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/


kota berdasarkan/RTRW
• Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci
dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diamanatkan
dalam RTRW;
• Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
• Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
• Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan dan rencana yang lebih rinci lainnya
RDTR kabupaten/kota berikut Peraturan Zonasi
bermanfaat sebagai :
• Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai
kesamaan fungsi mau-pun lingkungan permukiman dengan
karakteristik tertentu;
• Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan
pengawasan pelak-sanaan pembangunan fisik kabupaten/
kota baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, swasta, dan masyarakat;
• Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap
bagian-bagian wila-yah sesuai dengan fungsinya di dalam
struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan
• Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan
untuk disusun program penanganan dan pengembangan
kawasan dan lingkungan, seperti RTBL atau rencana lain
yang sejenis.
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KOTA

Rencana detail tata ruang kabupaten/kota


adalah rencana secara terperinci tentang tata
ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi
dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.

Lingkup Wilayah : kawasan yang mempunyai ciri


perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan
perkotaan dan/atau kawasan memenuhi kriteria
lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan
pedoman
Kedudukan RDTRK dalam Penataan Ruang Nasional
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (
RTRW Kota)

Berkaitan dengan penataan ruang wilayah


kota Undang-Undang No.26 Th. 2007 tentang
Penataan Ruang secara khusus
mengamanatkan perlunya penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang
proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit
30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota,
yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
Ruang Terbuka Hijau
( RTH )
adalah area
memanjang/jalur dan/
atau mengelompok,
yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh
tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja
ditanam. 
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/
RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan,
dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi :  
• kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis; 
• kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam
retensi; 
• area pengembangan keanekaragaman hayati; 
• area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan
perkotaan; 
• tempat rekreasi dan olahraga masyarakat; 
• tempat pemakaman umum; 
• pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan; 
• pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis; 
• penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan
kepadatan serta kriteria pemanfaatannya; 
• area mitigasi/evakuasi bencana; dan 
• ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan
peraturan perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama
RTH tersebut.
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai