Anda di halaman 1dari 120

KONSEP WILAYAH

• Berbagai konsep nomenklatur kewilayahan seperti


“wilayah”, “kawasan”, “daerah”, “regional”,
“area”, “ruang”, dan istilah-istilah sejenis, banyak
dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan
pengertiannya walaupun masing-masing memiliki
penekanan pemahaman yang berbeda-beda.
• Ketidakkonsistenan istilah tersebut kadang
menyebabkan kerancuan pemahaman dan sering
membingungkan.
Definisi menurut Undang-Undang No.
26/2007 tentang Penataan Ruang
• “Wilayah”: adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional.
• “Kawasan”: adalah wilayah dengan fungsi
utama lindung dan budidaya.
• Daerah: umumnya dipahami sebagai unit wilayah
berdasarkan aspek administratif. (UU 32/2004;
Daerah (Daerah otonom): …kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat …..)
• Kawasan: adanya penekanan fungsional suatu unit
wilayah, yakni adanya karakteristik hubungan dari
fungsi-fungsi dan komponen-komponen di dalam
suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek fungsional.
Pengertian Teoritik
• Secara teoritik tidak ada perbedaan antara istilah
wilayah, kawasan dan daerah.
• Semuanya secara umum dapat diistilahkan
dengan istilah yang lebih umum, yaitu wilayah
(region).
• Setiap kawasan atau sub kawasan memiliki
fungsi-fungsi khusus yang tentunya memerlukan
pendekatan program tertentu sesuai dengan
fungsi yang dikembangkan tersebut.
KONSEP WILAYAH

WILAYAH REGION

Yaitu suatu bagian dari ruang permukaan


Bumi yang memiliki karakteristik atau ciri
khas yang dapat dibedakan dengan kondisi
ruang di sekitarnya
KONSEP WILAYAH
• Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang paling luas sampai sangat sempit yang
memiliki komponen :

 Komponen biotik meliputi


Biotik manusia, hewan, dan tumbuhan

Abiotik

 Komponen kultural meliputi


Kultural kebudayaan dan teknologi
KONSEP WILAYAH
• Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang paling luar sampai sangat sempit yang
memiliki komponen :

Biotik
 Komponen abiotik meliputi air, t
Abiotik udara
Kultural
KONSEP WILAYAH
 Region memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang paling luar sampai sangat sempit yang
memiliki komponen :

 Komponen kultural
Biotik meliputi kebudayaan
dan teknologi
Abiotik

Kultural
KONSEP WILAYAH

• Dengan demikian penggolongan wilayah dapat


dilakukan dengan mengacu pada keadaan alam dan
tingkat kebudayaan
Penggolangan
Penggolangan dengan
dengan
Keadan Alam
keadaan
keadaan alam
alam dibedakan
dibedakan
lagi
lagi berdasarkan
berdasarkan iklim,
iklim,
Tingkat Kultural releif
releif dan
dan vegetasi
vegetasi
Misal
Misal Relief
Relief :: Dt
Dt Rendah
Rendah
Dt
Dt Tinggi,
Tinggi, dst
dst
KONSEP WILAYAH
• Dengan demikian penggolongan wilayah dapat
dilakukan dengan mengacu pada keadaan alam dan
tingkat kebudayaan
Penggolangan
Penggolangan dengan
dengan
Keadan Alam
tingkat
tingkat kultural,
kultural, misalnya
misalnya
:: negara
negara maju,
maju, pertanian,
pertanian,
Tingkat Kultural perkotaan,
perkotaan, pedesaan
pedesaan dst
dst
KONSEP WILAYAH

Menurut Undang-Undang No. 26/2007


tentang Penataan Ruang

“Wilayah”: adalah ruang yang merupakan kesatuan


geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan atau aspek fungsional.
KONSEP WILAYAH
• Menurut Sumaatmadja. • Menurut Paul Vidal de la
Region berarti suatu Blache.
wilayah yang memiliki Wilayah adalah suatu
karakteristik tertentu yang tempat yang di dalamnya
khas, yang membedakan terdapat banyak hal yang
diri dari region-region lain berbeda-beda tetapi dalam
di sekitarnya. Region ini bentuk buatan tergabung
memiliki ukuran yang secara bersama saling
bervariasi, dapat meliputi menyesuaikan untuk
wilayah yang sangat luas membentuk kebersamaan
maupun wilayah terbatas.
KONSEP WILAYAH
• Menurut Taylor. • Menurut A I Herbertson.
Wilayah dapat Wilayah adalah suatu
didefinisikan sebagai kesatuan yang kompleks
suatu satuan area di dan tanah, air, udara,
tumbuhan, hewan, dan
permukaan bumi yang
manusia yang dipandang
dapat dibedakan dengan dari hubungan mereka
area lain melalui sifat- yang khusus yang secara
sifat seragam yang bersama-sama membentuk
terlihat padanya. suatu ciri tertentu di atas
permukaan bumi.
Berdasarkan kekhasannya,
wilayah dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis. yaitu :

A. Wilayah B. Wilayah
Formal Fungsional
Wilayah yang Wilayah yang
didasarkan atas didasarkan atas konsep
konsep homogenitas heterogenitas
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )

Sering juga disebut


homogen, yaitu suatu
wilayah yg dibentuk oleh
adanya kesamaan
kenampakan, termasuk ke
dalamnya kenampakan fisik
muka bumi, iklim, vegetasi,
tanah, bentuk lahan, dan
penggunaan lahan. Pantai di Sulawesi Tengah ini dapat
dijadikan sebagai
Region formal ini bersifat sebuah contoh region yang bersifat
statis. statis.
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )

Contoh Wilayah Formal Pada awalnya kriteria yang


adalah, keseragaman digunakan bersifat alamiah,
bentang alam pegunungan kemudian berkembang
disebut wilayah menggunkan kriteria
pegunungan dan ekonomi, industri,
keseragaman dalam usaha pemukiman dan sebagainya
bercocok tanam disebut
wilayah pertanian.
A. Wilayah Formal
( Uniform Region )
Dalam kehidupan sehari-hari wilayah formal banyak
dikaitkan dengan keseragaman pemerintahan sehingga
wilayah formal identik dengan wilayah yang dibatasi
oleh administrasi pemerintah.

Berdasarkan konsep ini maka muncul wilayah Dusun,


wilayah Kelurahan atau Desa

Menurut pengertian tersebut, batas wilayah


formal menjadi sangat jelas, yaitu antara wilayah
satu dan wilayah llainnya dengan dibatasi oleh
batas-batas administrasi pemerintah.
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )

Merupakan konsep wilayah yang menekankan


kesamaan keterkaitan antar komponen lokasi/tempat.
Wilayah Fungsional adalah kecenderungan antara
wilayah yang satu dan yang lain saling terkait

Ditandai dengan adanya pusat


kegiatan, yang disebut node / core

Wilayah Fungsional lebih bersifat dinamis dibandingkan dengan


wilayah formal
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )
4 unsur penting dalam suatu Nodal
region :
B. Wilayah Fungsional
( Nodal Region )

Terkait dengan interaksi yang berlangsung

Bersifat Fisik Bersifat Sosial


meliputi interaksi antara merupakan interaksi antar
kota yang dikelilingi masyarakat yang menghasilkan
perbedaan struktur masyarakat
daerah sekitarnya sehingga akan kita jumpai adanya
pusat-pusat pemerintahan yang
dikelilingi oleh daerah sekitarnya

Contoh : wilayah fungsional ialah Kota Jakarta. Kota ini menjadi core
dan node dari Negara Indonesia.
Perbandingan Antara Wilayah Formal
dengan Wilayah Fungsional

No. Wilayah Formal Wilayah Fungsional

1. Didasarkan atas konsep Didasarkan atas konsep


homogenitas heterogenitas
2. Bersifat Statis Bersifat Dinamis

3. Tidak perlu memiliki core Ditandai dengan adanya


(inti) pusat kegiatan, yang
disebut node / core
4. Batas wilayah formal Adanya wilayah yang
sangat jelas makin meluas
Perbandingan Antara Wilayah Formal
dengan Wilayah Fungsional
Gambar 6.5 (a), menunjukkan
yang menjadi inti pada wilayah
uniform/ formal ialah daerah
Pada gambar 6.5 (b),
yang hampir seluruhnya
menunjukkan sebuah wilayah
(>75%) digunakan untuk
nodal, di mana garis yang
pertanian padi. Wilayah sekitar
menghubungkan pusat dengan
inti (periphery), dominasi
daerah sekitarnya, dapat
pertanian padi mencapai 50-
diartikan terjadi sebuah
75%. Daerah yang pertanian
gerakan penduduk dari
padinya sekitar 25% saja, tidak
pedesaan ke kota atau
termasuk ke dalam wilayah
sebaliknya, misalnya membawa
yang mempunyai keseragaman
dan menjual hasil-hasil
dalam hal membudidayakan
pertanian atau berbelanja.
tanaman padi.
PEWILAYAHAN
(REGIONALISASI)

Adalah pembagian wilayah-wilayah berdasarkan


karakteristik tertentu.

Klasifikasi atau penggolongan suatu wilayah dapat


dilakukan secara formal atau dapat juga dilakukan
secara fungsional.
KONSEP – KONSEP WILAYAH
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

Lebih menekankan pada


1. Wilayah Homogen aspek homogenitas dalam
kelompok dan
2. Wilayah Nodal mengoptimalkan perbedaan
3. Wilayah Perencanaan / (kompleksitas, variasi,
Pengelolaan Khusus ragam) antarkelompok tanpa
memperhatikan bentuk
4. Wilayah Administratif fungsional antarwilayah di
- Politis dalamnya.
Contoh : wilayah homogen
5. Wilayah Pesisir
pekerjaan, iklim, cuaca,
topografi, kebudayaan
KONSEP – KONSEP WILAYAH
Menurut Rustiadi, dkk (2011)
Lebih memfokuskan pada
1. Wilayah Homogen pengendalian pusat dan
ketergantungan terhadap pusat,
2. Wilayah Nodal bila dibandingkan dengan batas
wilayah. Pembagian wilayah
3. Wilayah Perencanaan / nodal berdasarkan fungsi, asal
usul, dan perkembangannya.
Pengelolaan Khusus Contoh : kota satelit merupakan
penamaan perwilayahan secara
4. Wilayah Administratif fungsional yang berdasarkan
- Politis fungsi daerah tersebut sebagai
penyangga agar penduduk dan
5. Wilayah Pesisir kegiatan yang berada di sekeliling
kota utama dapat berjalan baik.
KONSEP – KONSEP WILAYAH
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

1. Wilayah Homogen Adalah wilayah yang tidak


dibatasi oleh administrasi, namun
2. Wilayah Nodal dibatasi oleh batas alami seperti
DAS. DAS tidak mengenal
3. Wilayah Perencanaan / administrasi, jadi memungkinkan
Pengelolaan Khusus wilayah DAS terbentuk sebagai
wilayah perencanaan berdasarkan
4. Wilayah Administratif sistem ekologi, sehingga
memerlukan perencanaan atau
- Politis pengelolaan khusus.
5. Wilayah Pesisir
Contoh : Wilayah Perencanaan / Pengelolaan Khusus
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Adalah serangkaian siklus hidrologi yang berfungsi untuk
menangkap air, dibatasi oleh pembatas alami (igir atau
punggung bukit) dan mengeluarkan air tersebut pada satu titik
keluaran (outlet)
KONSEP – KONSEP WILAYAH
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

1. Wilayah Homogen

2. Wilayah Nodal
3. Wilayah Perencanaan / Merupakan wilayah
Pengelolaan Khusus perencanaan yang memiliki
landasan yuridis – politis
4. Wilayah Administratif
yang paling kuat.
- Politis
Contoh : desa, kecamatan,
5. Wilayah Pesisir kabupaten, provinsi
KONSEP – KONSEP WILAYAH
Menurut Rustiadi, dkk (2011)

1. Wilayah Homogen

2. Wilayah Nodal
3. Wilayah Perencanaan /
Pengelolaan Khusus

4. Wilayah Administratif Merupakan wilayah


- Politis interaksi antara daratan dan
lautan, atau dapat
5. Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai daerah
peralihan antara ekosistem
darat dan laut.
Metode Pembagian Wilayah :

1. Wilayah
Formal/ Uniform Contoh :
Didasarkan
a)Daerah pertanian atas
Region Contoh :
gejala Nanggroe
merupakan
c)Provinsi atau obyek
perwilayahan
Aceh
2. Wilayah formal berdasarkan pada
yang ada(NAD)
Darussalam
jenis tanaman di
dantempat
merupakan perwilayahan
Fungsional/Nodal tersebut/berdasarka
pengolahan lahan.
formal berdasarkan batas-
b)Daerahn hutan
kepadamerupakan
Region batas yang jelas sesuai
perwilayahan formal
dengan undang-undang
administrasi
berdasarkan pada jenis
3 Fenomena yang berlaku
pemerintahan
vegetasi, seperti hutan
Geografis produksi dan hutan lindung
Metode Pembagian Wilayah :

1. Wilayah
Formal/ Uniform Contoh :
Region Kota Satelit merupakan
penamaan
Misal : perwilayahan
2. Wilayah Didasarkan
secara
Kota-kotafungsional
yang beradaatasdi
yang
berdasarkan
sekitar Jakarta
fungsi
seperti
daerah
Fungsional/Nodal fungsi, asal-usul,
tersebutTangerang,
Depok, sebagai penyangga
dan
Bekasi,
Region perkembangannya
dan
agarBogor
penduduk
yang dan
merupakan
kegiatan
kota satelit
yang
bagiberada
Jakarta.
di
3 Fenomena sekeliling utama dapat
berjalan baik.
Geografis
Metode Pembagian Wilayah :

1. Wilayah
Formal/ Uniform
Region
2. Wilayah
Didasarkan pada
Fungsional/Nodal
fenomena geografis
Region
3 Fenomena
Geografis
PEWILAYAHAN (REGIONALISASI)
Menurut Hadi Sabar Yunus (2008) Penggolongan wilayah secara garis besar
terdiri dari lima bagian, yaitu sebagai berikut:

• Pengklasifikasian wilayah berdasarkan ciri-ciri geografis


yang khas terutama ditentukan oleh lokasi, adat-istiadat,
dan kependudukan
• Pengklasifikasian wilayah yang didasarkan pada metode
statistik, deskriptif, atau metode statistik analitik.
Penentuan twilayah terkait dengan analisis faktor untuk
hal-hal yang bersifat produktif, seperti kawasan pertanian,
ladang
Manfaat Regionalisasi
1. Membantu memisahkan sesuatu yang
berguna dari yang kurang berguna.
2. Mengurutkan keanekaragaman
permukaan bumi.
3. Menyederhanakan informasi dari suatu
gejala atau fenomena di permukaan yang
sangat beragam.
4. Memantau perubahan-perubahan yang
terjadi baik gejala alam maupun manusia.
PEMBANGUNAN
DAN
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PEMBANGUNAN

Adalah upaya yang


sistematik dan
Adalah proses perubahan
berkesinambungan
yang mencakup seluruh
untuk menciptakan
sistem sosial, seperti
keadaan yang dapat
politik, ekonomi,
menyediakan berbagai
infrastruktur, pertahanan,
alternatif yang sah bagi
pendidikan dan
pencapaian aspirasi
teknologi, kelembagaan,
setiap warga yang
dan budaya.
paling humanistik
(manusiawi).

Rustandi , dkk, 2011 Alexander, 1994


PEMBANGUNAN

Pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai


tujuan pembangunan wilayah yang mencakup :
a)Aspek-aspek pertumbuhan,
b)Pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi
lokasi dalam ruang, dan
c)Berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.
Fakta-fakta yang didasari masalah
pembangunan

Kesenjangan
Permasalahan dalam Pembangunan di
Indonesia :
PENGEMBANGAN WILAYAH

Adalah sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan


keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya,
merekatkan, dan menyeimbangkan pembangunan
nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan
keserasian antarkawasan, keterpaduan antarsektor
pembangunan melalui proses penataan ruang dalam
rangka pencapaian tujuan pembangunan yang
berkelanjutan dalam wadah NKRI.

Menurut Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman


dan Prasarana Wilayah (2003)
Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan
wilayah adalah : 
1)Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah tidak
hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan
sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan yang dapat
ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional
2)Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama
pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama
bagi keberhasilan pengembangan wilayah
3)Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang
merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam
wilayah melalui pendekatan kesetaraan 

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang,


Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002),
PUSAT PERTUMBUHAN
WILAYAH
Adalah suatu wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat, sehingga dapat
dijadikan sebagai pusat pembangunan bagi
daerah sekitarnya.
Di bidang
Faktor-faktor Yang mempengaruhi
Timbulnya Pusat Pertumbuhan :
Meliputi :
• Topografi
• Iklim
• Keadaan tanah
• Keadaan air

Ketersediaan Setiap wilayah Kebijakan :


sarana memiliki •Penggunaan lahan
pandukung : Kondisi : kebutuhan dan •Rencana tata ruang
•Jaringan • Pendidikan potensi yang wilayah
transportasi • Pendapatan berbeda •Pengendalian
•jenis • Kesehatan pemanfaaatan lahan
transportasi
•sarana ekonomi
•Pendidikan
Fungsi Pusat Pertumbuhan :

Memudahkan dalam pengambilan


kebijakan terhadap pembangunan
wilayah.

Memantau perkembangan wilayah

Pemerataan pembangunan Wilayah


Konsep Pusat Pertumbuhan :

1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)


Oleh : Christaller

 Adalah suatu pusat aktivitas yang


senantiasa melayani berbagai kebutuhan
penduduk.

 Yaitu tempat atau wilayah (kawasan)


pusat dimana sejumlah produsen
mengelompok di lokasi tersebut untuk
menyediakan barang dan jasa bagi
penduduk di sekitarnya
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

RANGE THRESHOLD
(Jangkauan) (Ambang)

Adalah jarak yang harus Adalah jumlah minimal


ditempuholeh seseorang penduduk yang
untuk memperoleh diperlukan dalam
kebutuhannya keseimbangan barang di
suatu wilayah.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

THRESHOLD
(Ambang)

Threshold Tinggi
Yaitu barang yang ada kecenderungan memiliki tingkat
risiko kerugian yang tinggi.
Barang yang termasuk kategori ini adalah barang dengan
kategori mewah.

Threshold Rendah
Yaitu barang yang cendnerung memiliki tingkat risiko
rendah. Supaya tidak mengalami kerugian yang besar, maka
tidak membutuhkan konsumen banyak untuk menjual
barang-barang tersebut.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller
Tempat sentral tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai
kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk pelayanan
tersebut digambarkan dalam segi enam/heksagonal. Teori ini dapat berlaku
apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Wilayahnya datar dan tidak


berbukit
2. Tingkat ekonomi dan daya beli
penduduk relatif sama
3. Penduduk memiliki kesempatan
yang sama untuk bergerak ke
berbagai arah

Teori pada prinsipnya bersifat statis dan tidak memikirkan pola  pembangunan di masa yang
akan datang akan tetapi dasar tentang hierarki suatu pusat pelayanan sangat membantu
dalam hal perencanaan pembangunan sebuah wilayah/kota.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Oleh : Christaller

Keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh yang


berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah
hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Sebagai contoh, hierarki kota
sebagai pusat pelayanan masyarakat meliputi ibu kota negara, provinsi,
kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa (kelurahan). 
Hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:

1. Tempat Sentral yang


Berhierarki 3 (K=3)

Tempat sentral yang berhierarki 3


adalah pusat pelayanan berupa
pasar yang senantiasa
menyediakan barang-barang
konsumsi bagi penduduk yang
tinggal di daerah sekitarnya.
Hierarki 3 sering disebut sebagai
kasus pasar optimal yang
memiliki pengaruh 1/3 bagian dari
wilayah tetangga di sekitarnya
yang berbentuk heksagonal, selain
memengaruhi wilayahnya itu
sendiri.
2. Tempat Sentral yang
Berhierarki 4 (K=4)

Tempat sentral yang berhierarki 4


dinamakan situasi lalu lintas
yang optimum, artinya di daerah
tersebut dan daerah-daerah di
sekitarnya yang terpengaruh
tempat sentral itu senantiasa
memberikan kemungkinan rute
lalu lintas yang paling efisien.
Situasi lalu lintas optimum ini
memiliki pengaruh ½ bagian dari
wilayah-wilayah lain di
sekitarnya yang berbentuk segi
enam selain memengaruhi
wilayah itu sendiri.
3. Tempat Sentral yang
Berhierarki 7 (K=7)

Tempat sentral yang berhierarki 7


dinamakan situasi administrative
yang optimum. Tempat sentral
ini memengaruhi seluruh bagian
(satu bagian) wilayah-wilayah
tetangganya, selain memengaruhi
wilayah itu sendiri. Contoh
tempat sentral berhierarki 7
antara lain kota yang berfungsi
sebagai pusat pemerintahan.
Model Pelayanan Heksagonal Christaller

1. Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran


memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran ini tidak tumpang
tindih seperti pada (gb. A)
2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang
lingkarannya boleh tumpang tindih (gb. B)
3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga
terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang
tindih (gb. C).
4. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal sendiri-sendiri.
Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali
heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali
heksagonal pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang
besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagona yang sama
besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya
akan terjadi tumpang tindih (gb. D).
2. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole
Theory)
Oleh : Perroux

Menurut Perroux, pada kenyataannya proses pembangunan di mana


pun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara
serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan
dan intensitas yang berbeda satu sama lain. Tempat-tempat atau
kawasan yang menjadi pusat pembangunan ini disebut sebagai
pusat atau kutub pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan
ini, proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Dengan kata lain, kutub pertumbuhan dapat
memberikan imbas (trickling down effect) bagi wilayah atau daerah
di sekitarnya
WILAYAH PUSAT PEMBANGUNAN DI
INDONESIA
DAYA DUKUNG UNTUK
PEMBANGUNAN WILAYAH
APAKAH DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN HIDUP ?
• Adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup
yang lainnya
Apakah pelestarian daya dukung
lingkungan hidup ?
• Rangkaian upaya untuk melindungi
kemampuan lingkungan hidup terhadap
tekanan perubahan dan /atau dampak negatif
yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar
tetap mampu mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya
contohnya
• Pada kawasan hutan lindung tidak
memungkinkan dibangun kawasan
pemukiman
Apakah daya dukung wilayah ?
Adalah kemampuan wilayah dalam
menyediakan, mendukung kegiatan yang ada
di kawasan Wilayah itu sendiri
(Armas dan Syahza)

Daya dukung wilayah meliputi biofisik dan


daya dukung sosial
Faktor yang memengaruhi
perubahan daya dukung wilayah
• Perilaku manusia
• Pengelolaan yang salah
• Tekanan populasi

Penurnan Daya dukung mencapai batas


ambangnya apabila ambang batas toleransi
terlewati sehingga keseimbangan terganggu
dan penurunan kesejahteraan
PRINSIP DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN
• PERBANDINGAN ANATARA KETERSEDIAAN
DAN KEBUTUHAN
• Kesediaan yaitu sumberdaya alam jumlah dan
letaknya terbatas dan sewaktu waktu dapat
meningkat sesuai dengan pertumbuhan
penduduk
7 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
1. KONSEP SOSIAL
• KONSEP EKONOMI
• KONSEP PANGAN
• KONSEP PAPAN KONSEP LINGKUNGAN
• KONSEP MOBILITAS
• KONSEP TATA RUANG
FUNGSI DAYA DUKUNG WILAYAH
• DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN
• DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK
PEMUKIMAN
• DAYA DUKUNG FUNGSI LINDUNG
• DAYA DUKUNG EKONOMI WILAYAH
TATA RUANG
KONSEP RUANG DAN TATA
RUANG

RUANG

adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang


laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
KONSEP RUANG DAN TATA
RUANG
TATA RUANG

adalah wujud struktur ruang dan pola ruang

adalah susunan pusat-pusat permukiman adalah distribusi peruntukan


dan sistem jaringan prasarana dan sarana ruang dalam suatu wilayah yang
yang berfungsi sebagai pendukung meliputi peruntukan ruang
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang untuk fungsi lindung dan
secara hierarkis memiliki hubungan peruntukan ruang untuk fungsi
fungsional. budi daya.
KONSEP RUANG DAN TATA
RUANG
PENATAAN
RUANG

adalah suatu sistem proses perencanaan tata


ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
Menyatakan bahwa negara menyelenggarakan
penataan ruang, yang pelaksanaan wewenangnya
dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh
setiap orang.

Penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional harus


dilakukan secara komprehensif, holistik, terkoordinasi,
terpadu, efektif, dan efisien dengan memperhatikan faktor
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan
kelestarian lingkungan hidup.
PENATAAN RUANG

Didasarkan pada
PENATAAN RUANG

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah,


wewenang penyelenggaraan penataan ruang oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang mencakup
kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang, didasarkan pada
pendekatan wilayah dengan batasan wilayah
administratif.
Penataan Ruang dengan pendekatan wilayah dengan
batasan wilayah administratif

Setiap
wilayah
tersebut
merupakan
subsistem
ruang
menurut
batasan
administratif
Rencana Umum Tata Ruang

Merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang


disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif
yang secara hierarki terdiri atas :

 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional,


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten /
Kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
( RTRW Nasional )

Rencana Umum Tata Ruang Nasional adalah


arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah nasional yang disusun guna menjaga
integritas nasional, keseimbangan dan keserasian
perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta
keharmonisan antar lingkungan alam dengan
lingkungan buatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
1.Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2.Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3.Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4.Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5.Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6.Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7.Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8.Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan i. pertahanan dan
keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
menjadi pedoman untuk:

1.penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;


2.penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
nasional;
3.pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah nasional;
4.pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian
antarsektor;
5.penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6.penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7.penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Bagian
Kedua Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
( RTRW Provinsi)

Rencana Umum Tata Ruang Provinsi adalah rencana


kebijakan operasional dari RTRW Nasional yang
berisi strategi pengembangan wilayah provinsi,
melalui :
optimasi pemanfaatan sumber daya,
sinkronisasi pengembangan sektor,
koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor,
serta
pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di
dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi :

Adalah tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah


provinsi yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang provinsi pada aspek
keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya
tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional
Fungsi RTRW provinsi adalah sebagai :

•Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD);
•Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah provinsi;
•Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah provinsi;
•Acuan lokasi investasi dalam wilayah provinsi yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
•Pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis
provinsi;
•Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam
penataan/pengembangan wilayah provinsi yang meliputi indikasi
arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi; dan
•Acuan dalam administrasi pertanahan
Manfaat RTRW provinsi adalah untuk :

•Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah


provinsi
•Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah provinsi
dengan sekitarnya
•Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi yang
berkualitas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
( RTRW Kabupaten)

Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah


penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan
strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang
sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam
rencana pengembangan wilayah provinsi secara
keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini
selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang operasional
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten adalah sebagai :
•Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
•Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten;
•Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten;
•Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
•Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten;
•Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
•Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat RTRW kabupaten adalah untuk:

1)Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam


wilayah kabupaten;
2)Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah
kabupaten dengan wilayah sekitarnya; dan
3)Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten
yang berkualitas.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
( RTRW Kota)

Rencana detail tata ruang kabupaten/kota adalah rencana


secara terperinci tentang tata ruang
wilayahkabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.

Lingkup Wilayah : kawasan yang mempunyai ciri


perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan perkotaan
dan/atau kawasan memenuhi kriteria lingkup wilayah
perencanaan RDTR yang ditetapkan pedoman
RDTR kabupaten/kota berikut Peraturan Zonasi
berfungsi sebagai:

•Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota


berdasarkan/RTRW
•Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari
kegiatan pemanfaatan ruang yang diamanatkan dalam RTRW;
•Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
•Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
•Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan dan rencana yang lebih rinci lainnya
RDTR kabupaten/kota berikut Peraturan Zonasi
bermanfaat sebagai :
•Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
mau-pun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
•Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelak-sanaan pembangunan fisik kabupaten/kota baik yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan
masyarakat;
•Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian-bagian
wila-yah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang
kabupaten/kota secara keseluruhan; dan
•Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk
disusun program penanganan dan pengembangan kawasan dan
lingkungan, seperti RTBL atau rencana lain yang sejenis.
RENCANA DETAIL TATA RUANG
(RDTR) KOTA

Rencana detail tata ruang kabupaten/kota adalah


rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten/kota.

Lingkup Wilayah : kawasan yang mempunyai ciri


perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan perkotaan
dan/atau kawasan memenuhi kriteria lingkup wilayah
perencanaan RDTR yang ditetapkan pedoman
Kedudukan RDTRK dalam Penataan Ruang Nasional
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Peta :
Lingkup Wilayah dalam RDTR Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
( RTRW Kota)

Berkaitan dengan penataan ruang wilayah kota


Undang-Undang No.26 Th. 2007 tentang Penataan
Ruang secara khusus mengamanatkan perlunya
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau,
yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit
30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, yang
diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang Terbuka Hijau
( RTH )
adalah area
memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang
penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh secara
alamiah maupun yang
sengaja ditanam. 
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR
Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk
menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi :  
•kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis; 
•kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi; 
•area pengembangan keanekaragaman hayati; 
•area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan
perkotaan; 
•tempat rekreasi dan olahraga masyarakat; 
•tempat pemakaman umum; 
•pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan; 
•pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis; 
•penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan
serta kriteria pemanfaatannya; 
•area mitigasi/evakuasi bencana; dan 
•ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan
perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

Anda mungkin juga menyukai