Anda di halaman 1dari 10

KELAS XII LIMIT GEOGRAFI

3.1 WILAYAH DAN TATA RUANG

A. Pengertian Wilayah (Region)


Menurut Taylor, wilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang berbeda dan ditunjukkan oleh
sifat-sifat yang berbeda dari lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkaan administratif dan/ aspek fungsional.
Tabel pengertian wilayah menurut para ahli
No Nama Ahli Pendapat
1. M.M Fenneman Wilayah merupakan daerah tertentu yang
seluruhnya dicirikan oleh fitur permukaan yang
serupa atau terkiat erat serta dapat dibedakan
dengan daerah sekitar.
2. A.J.Herbertson Wilayah merupaansuatu kompleks tanha, air,
udara, tumbuhan, hewan dan manusia yang dilihat
memiliki hubungankhusus dalam membentuk
bagian permukaan bumi yang pasti dan khas.
3. B.A.Botkin Wilayahmerupakan istilah geografi yang mengacu
pada tipe lingkungan di mana unsur-unsur
geografis dikombinasikan dalam hubungan
tertentu yang pasti dan konstan.
4. Richard Hartshorne Wilayah adalah lahan di lokas tertentu yang agak
berbeda dari lahan-lahanyang lain dan
membentang sejauh pembedaaan itu ada.
5. Bintarto dan Hadisomarno Wilayah merupakan permukaan bumi yang dapat
dibedakan dalam hal-hal tertentu dari daerah dis
sekitarnya.
6. Rustiadi,ddk. Wilayah merupakan suatuunit geografis dengan
batas-batas spesifik tertentu. Komponen-
komponenwilayah tersebut salng berinteraksi satu
sama lain secara fungsional. Batasan wilayah
tersebut bersifat dinamis (berubah-ubah).

Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh kenampakan tertentu
yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lainnya. Misalnya, wilayah
hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah kota berbeda dengan perdesaan.

B. Pembagian Wilayah
1. Wilayah Formal (Uniform Region)
Wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau homogenitas tertentu. Misalnya berdasarkan
kriteria fisik atau alam maupun kriteria sosial budaya.
1. Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin,
dan wilayah vegetasi mangrove.
2. Wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya misalnya wilayah suku Banjar, wilayah
industri tekstil, dan wilayah pertanian sawah basah.
2. Wilayah Fungsional (Nodal Region)
Wilayah yang dicirikan dengan kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan
secara fungsional. Misalnya wilayah Jabodetabek secara fisik memang berbeda (heterogen), namun
secara fungsional saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup di setiap wilayah.
Pembagian wilayah menurut Rustiadi sebagai berikut.
a. wilayah homogen
konsep wilayah homogen adalah konsep wilayah yang didasarkan pada kenyataan
bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen. Sementara itu,
faktor-faktor yang tidak dominan mungkin saja beragam (hetergon). Faktor alamiah
antara lain mencakup kemampuan topografi dan iklim. Sedangkan faktor artifisial
antara lain mencakup faktor-faktor sosial seperti suku bangsa, budaya, perilaku sosial,
pandangan politik, dan tingkat pendapatan.
b. wilayah sistem/fungsional
wilayah fungsional merupaan konsep wilayahsebagai suatu yang menekankan
perbedaan dua komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Konsep ini
terdii dari dua hal sebagai berikut.
1) Konsep wilayah sistemm sederhana (dikotomis), konsep ini mengacu pada
wilayah yang bertumpu pada sistem kebergantungan atau keterkaitan anatar
dua bagian wilayah.
2) Konsep wilayah sistem kompleks (nondikotomis), konsep ini
menggambarkan interaksi antarwilayah sebagai suatusistem yang terdiri dari
berbagai komponen-komponen bersifat kompleks.
c. wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region)
wilayah perencanaan/pengelolaan tidak selalu berwujud administratif, melainkan
dapat berupa wilaya yang memiliki sifat-sifat tertentu baik sifat alamiah maupun
nonalamiah. Wilayah perencanaan khusu dapat ditunjukkan untuk percepatan
ertumbuhan wilayah serta produktivitas atau mobilisasi sumber daya dan efisiensi.
Contohnya, kawasan pengembangan ekonomi terpadu (kapet). Kawasan ini
merupakan wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi
untuk seat tumbuh, dan / atau mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakan
pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya, dan / atau memerlukan dana insvestasi
yang besar bagi pengembangnya.
C. Perwilayahan
Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan kriteria tertentu.
Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal maupun fungsional. Dalam
perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu wilayah karena setiap wilayah
memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:
1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan alami, seperti
wilayah pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan pada satu ketampakan,
seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada ketampakan jenis atau
tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan tropis yang ditonjolkan hanyalah flora tertentu
seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis yang khas dalam
hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan kependudukan secara umum. Misalnya
wilayah Asia Tenggara, Eropa Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda statistik-deskriptif
atau dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan analisis faktor terutama
bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah untuk tanaman
jagung dan kentang.

D. Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)


1. Mengurutkan dan menyederhanakan informasi mengenai keanekaragaman dan gejala atau
fenomena di permukaan bumi.
2. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan
antar wilayah.
3. Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun manusia.

E. Pembangunan wilayah

Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan manusia
dapat meningkat.

Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memerhatikan berbagai permasalahan, di antaranya:

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.


2. Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
3. Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan.
4. Pengembangan industri.
5. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.
6. Pembagian Pembangunan Wilayah di Indonesia

Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan
pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan serasi dan
seimbang, baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh
Indonesia.
 

Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.

7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
pembangunan.

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan
ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada
tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan
dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus
dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong
pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan
Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang berbasis
pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.

F. Pertumbuhan wilayah

Merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pusat
pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya
sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat
pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di sekitarnya.
Jakarta, salah satu pusat pertumbuhan di Indonesia. (Sumber: fourseasons.com).

Teori-teori pertumbuhan wilayah, yakni sebagai berikut.

1. Teori tempat sentral (Walter Christaller). Menurut Christaller, kota sentral merupakan pusat
bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya,
Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah
semata-mata hanya bergantung kepada aspek permukiman penduduk. Dalam teori in digambarkan
bahwa tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam.
Daerah segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat
yang sentral tersebut. Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K=3), hirarki 4 (K=4), dan hirarki 7 (K=7).

a. Hirarki 3 (K=3)

Pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan kebutuhan bagi daerah sekitarnya, sering
disebut kasus pasar optimal. Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga
mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi
dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus harus sesedikit
mungkin.

b. Hirarki 4 (k=4)

Wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang
paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas
yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.

Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pengangkutan. Menurut asas pengangkutan,


penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak
pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya berjarak pendek
dan lurus.

c. Hirarki 7 (k=7)

Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-
masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi
administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral
dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.

Menurut Christaller, daerah ini sesuai dengan asas pemerintahan. Asas pemerintahan lebih ditekankan
pada penyatuan dan perlindungan kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh
karena itu, sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar yang berada di
tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kotakota satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.

Ketiga asas yang telah dikemukakan, masing-masing menentukan sistem tempat-tempat sentral
dengan cara yang berbeda-beda. Asas pasar dan pengangkutan dipengaruhi oleh motif ekonomi,
sedangkan asas pemerintahan dipengaruhi oleh kekuasaan negara.

2. Teori Kutub Pertumbuhan / Growth Pole Theory (Francis Perroux)


Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil proses dan
tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan atau pengembangan
dinamakan kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
Dalam teori ini dikenal istilah yang berkaitan dengan timbulnya dampak positif atau dampak negatif
dari interaksi kutub pertumbuhan dengan daerah disekitarnya. Dampak positif dari kemajuan
pembangunan dari pusat pembangunan disebut dengan trickle down effect. Dampak negatif yang
dirasakan oleh wilayah pinggirannya disebut dengan backwash polarization.
Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan
selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan
penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan.

3. Teori Sektoral / Sector Theory (August Losch)


Teori Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan menggunakan konsep
yang sama yaitu ambang dan jangkauan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
sumber: sutartogeo.blogspot.co.id
Gambar di atas mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai barang dan jasa dengan
ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang dan jasa terdapat di berbagai wilayah
pasaran pada bentang lahan yang disusun dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya yang
berbentuk heksagonal.
Daerah dengan penduduk padat akan cepat berkembang (gambar A ditunjukkan dengan titik-titik, B
berupa noda hitam serta di C secara mendetail). Berdasarkan teori sektor oleh Losch dapat
disimpulkan bahwa suatu kota akan lebih cepat berkembang bila penduduknya padat dengan wilayah
yang luas.

G. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur
ruang dan pola ruang.
Struktur ruang wilayah nasional:
1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
dan sumber daya air.
Peta Struktur Ruang Wilayah Nasional (Sumber: bkprn.org)
Pola ruang wilayah nasional:
1. Kawasan lindung.
2. Kawasan budi daya.
3. Kawasan strategis nasional.

Peta Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional (sumber bkprn.org)


Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:


1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Secara lengkap mengenai perencanaan tata ruang wilayah nasional bisa kalian ketahui dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. 
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang
penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten,
penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai