BAGIAN I
KONDISI TRANSPORTASI
1. Umum
Jasa Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat oleh karenanya kesinambungan
ketersediaan pelayanan jasa transportasi dalam memenuhi kebutuhan aktivitas produksi, konsumsi dan
distribusi harus mendapat perhatian secara berkelanjutan. Indonesia memiliki potensi industri maritim
yang besar dilihat luas laut Indonesia kurang lebih 5,8 juta km 2 dengan jumlah pulau sebesar 17.508
pulau, maka pantaslah jika diklaim sebagai negara maritim. Potensi industri maritim di Indonesia
menunjukkan peningkatan selama 3 tahun terakhir, terjadi peningkatan pada sektor perikanan,
pertanian dan sektor pariwisata. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia harus didukung dengan sistem
transportasi yang handal seperti pengadaan transportasi laut, pembangunan dan pemeliharaan kapal
pelabuhan barang, pembangunan tol laut guna penyerataan harga komoditas, menghilangkan pungli di
pelabuhan, serta konektivitas sistem transportasi. Pembangunan moda transportasi yang terintegrasi
contohnya BRT di Jogja, Jakarta, kemudian adanya kapal ro-ro untuk kemudahan akses serta
perubahan paradigma distribusi dari darat ke laut. Sementara itu, dalam rangka reindustrialisasi
Indonesia terdapat empat industri pilihan KEIN diantaranya industri maritim, pertanian (agroindustri),
industri ekonomi kreatif dan digital serta industri pariwisata.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil yang
dipisahkan oleh 12 lautan dan 47 selat seluas 5,8 Juta km 2. Lebih dari 2,8 km2 perairan pedalaman 0,3
Juta km2 laut teritorial dan 2,7 juta km 2 ekonomi eksklusif dengan garis pantai sepanjang 95.181 km.
Pemisahan pulau memiliki konsekuensi kebutuhan akan jasa transportasi laut yang merupakan
komponen penting Pertumbuhan ekonomi regional, nasional dan internasional. Pelabuhan merupakan
infrastruktur penting bagi perkembangan perekonomian daerah khususnya pemerataan pembangunan.
Era pemerintahan Jokowi mencanangkan visi pembangunan nasional yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berpribadi berdasarkan Gotong Royong. Visi tersebut dijabarkan menjadi
tujuh tugas pembangunan dimana revitalisasi kebijakan maritim sebagai poros utamanya. Misi maritim
terebut diantaranya:
1. Mewujudkan keamanan nasional dan menjaga kedaulatan wilayah serta menopang kemandirian
ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim yang mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri bangsa sebagai negara maritim.
3. Mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, yang berbasis pada
kepentingan nasional.
Berdasarkan tugas ini, pemerintah dengan keputusan presiden Nomor 16 Tahun 2017 membuat
rencana aksi kebijakan maritim menjadi lima kelompok program utama yang meliputi (1) batas maritim,
domain maritim dan diplomasi angkatan laut, yang merupakan bagian dari hukum nasional dan
kedaulatan nasional, termasuk dalam Pertahanan dan Keamanan itu; (2) Industri Maritim dan
Komunikasi Maritim;(3) Industri ekstraktif dan jasa kelautan serta pengelolaan lingkungan laut Termasuk
di dalamnya upaya pengembangan perikanan dan potensi sumber daya alam terletak di depan pantai
dan lautan; (4) pertahanan dan keamanan maritim; (5) budaya Pengiriman Rencana aksi yang penting
karena negara Indonesia terdiri dari Ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan adalah industri dan
koneksi maritim laut Sumbu ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi terutama di wilayah
barat dan timur. Poros industri maritim dan koneksi maritim ini memiliki lima kegiatan utama, yaitu (1)
pengiriman; (2) pelabuhan laut; (3) Pengiriman; (4) keamanan maritim; dan (5) insentif perdagangan dan
ikliminvestasi
BAGIAN II
KONDISI SAAT INI
2.1 Kinerja Transportasi
a) Transportasi Darat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor transportasi dan pergudangan berhasil
tumbuh 21,27 persen pada triwulan II-2022 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-
year/yoy). Sebelumnya, pada triwulan 1-2022 juga mengalami pertumbuhan positif mencapai 15,79
persen. Hal ini menunjukkan tren yang terus meningkat di sektor transportasi hingga triwulan kedua
tahun 2022. “Hasil ini bisa menjadi indikator bahwa pemulihan di sektor transportasi yang telah kita
bersama upayakan sudah terjadi. Momentum ini harus kita jaga agar pada triwulan ketiga dan
keempat di tahun 2022 trennya terus meningkat.
Untuk menentukan kinerja jalan perlu menelisik beberapa faktor yaitu misalnya faktor
kemantapan infrastruktur Jalan Raya nya, faktor kenyamanan dan minat masyarakat terhadap moda
transportasinya, tingkat pelayanan kendaraannya, dan efeisiensi energinya. Dirinci menurut jenis
permukaan, jalan beraspal. Dirinci menurut jenis permukaan, jalan beraspal cenderung memiliki
komposisi paling besar dibandingkan jenis permukaan tidak diaspal. Pada tahun 2022, panjang jalan
beraspal sebesar 58,32 persen dari total panjang jalan. Sedangkan tidak diaspal sebesar 41,68 %.
Selanjutnya jika dirinci menurut kondisi jalan 44,27 % panjang jalan di Indonesia berada
dalam kondisi baik, 22.33 % dalam kondisi sedang, dan 15,23 % berada dalam kondisi rusak, dan
18,17 % dalam kondisi rusak berat. ( Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat)
Tingkat Kewenangan
Kondisi Jalan Total Jumlah
Negara Provinsi Kab. Kota
(1) (2) (3) (4) (5)
Baik 19.038 28.998 194.713 242.749
Sedang 23.882 12.908 85.638 122.428
Rusak 2711 6994 73.814 83.519
Rusak Berat 1.393 5.945 92.332 99.670
Jumlah/Total 47.024 54.845 446.497 548.366
Kemudian dilihat menurut kewenangan, jalan negara, provinsi, dan kabupaten/kota secara
umum berada pada kondisi baik. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya komposisi kondisi baik yang
relatif besar dibandingkan kondisi yang lain. Panjang jalan di bawah kewenangan negara yang
memiliki kondisi baik mencapai 40,49% diikuti oleh kondisi sedang 50,79% dan sisanya berada pada
kondisi rusak dan rusak berat. Jalan provinsi dengan kondisi baik mencapai 52,87% diikuti oleh
sedang 23,54% dan sisanya kondisi rusak dan rusak berat. Selanjutnya jalan kabupaten/kota dengan
kondisi baik mencapai 43,61% persen, diikuti sedang dan rusak masing-masing 19,18% dan 16,53%
sisanya kondisi rusak berat.
b) Transportasi Laut
Badan Pengembangan dan Kementerian Perhubungan mengatakan bahwa nilai potensi
ekonomi nasional angkutan laut adalah US$20 miliar per tahun, sementara itu, PDB sektor maritim
mencatatkan hingga tahun 2011 hanya mencapai Rp 18,5 miliar (US$ 1,95 miliar), atau hanya sekitar
9,7 % dari nilai potensi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan sektor maritim belum dilakukan
secara optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi industri angkutan laut nasional. Pengamatan
ini menegaskan bahwa fasilitas transportasi laut tidak dikelola dengan baik.
Data lain menunjukkan, sebanyak 75 persen kapal Indonesia yang beroperasi di perairan
nusantara sudah berumur tua. Masalah lainnya adalah infrastruktur pelabuhan Indonesia belum bisa
melayani Kapal dengan teknologi terkini yang butuh pelabuhan dengan kedalaman lebih, sedangkan
pelabuhan tengah Indonesia rata – rata dangkal. Oleh karena itu, Indonesia National Shipowners
Association (INSA) belum bisa menggunakan Kapal dengan teknologi terkini. Dari uraian di atas jelas
bahwa industri angkutan laut khususnya pelayaran secara nasional dapat dikatakan masih belum ada
good governance di bidang kemaritiman. Hal ini membutuhkan kebijakan tata kelola yang tepat untuk
dapat tumbuh secara efektif dan berdaya saing internasional. Pengelolaan kelautan merupakan
interaksi antar sektor di sektor publik dan swasta untuk menawarkan solusi untuk masalah kelautan
dan meningkatkan potensi kondisi sosial ekonomi di bidang kelautan.
Pengembangan transportasi laut yang tertinggal, berdampak pada rendahnya daya saing
rantai logistik nasional, data world bank tentang Logistic Performance Index (LPI) menunjukkan
Indonesa berada pada peringkat 63 dari 160 negara pada tahun 2016. Peringkat ini menurun
dibandingkan data tahun 2014 dimana Indonesia menempati peringkat 53. Meskipun sudah berada
pada level tengah ke atas, namun masih menempatkan Indonesia di bawah negara tetangga seperti
Singapura (peringkat 5), Malaysia (peringkat 25), Thailand (peringkat 35), dan Vietnam (peringkat
48) , (World Bank, 2016).
Global Rank
Kinerja sistem logistik Indonesia saat ini dapat dikatakan belum optimal yang ditunjukkan dari
keadaan logistik nasional yang selama ini berjalan. Penggerak utama (key commodity factor) sebagai
penggerak aktivitas logistik belum terkoordinasi secara efektif, infrastruktur transportasi belum
memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas diantaranya peran pelabuhan hub yang belum
dikelola secara terintegrasi, efektif dan efisien, serta belum efektifnya intermoda transportasi dan
interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan, transportasi dan wilayah hinterland (Cetak
Biru Sislognas, 2010).Fenomena ini dipertegas kembali dalam laporan Bappenas (2015) bahwa dalam
enam komponen yang diukur di dalam Logistics Performance Index (LPI), menunjukkan sektor
kepelabuhanan memiliki permasalahan yang paling besar dimana komponen custom, infrastruktur dan
international shipments masih berada dibawah rerata LPI.
c) Transportasi Udara
1) Peran Transpot Udara
Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung,
mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan. Transportasi udara menjadi kian penting
akibat luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dipisahkan oleh perairan yang
luas. Transportasi udara merupakan sarana transportasi yang dapat menghubungkan wilayah-
wilayah tersebut dengan waktu tempuh yang lebih cepat. Penataan sistem transportasi udara
nasional yang handal, terpadu dan terarah, memerlukan perencanaan dan pengembangan.
Sejalan dengan hal tersebut, harus didukung dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
statistik transportasi udara yang tepat waktu, dapat dipercaya dan memiliki tingkat akurasi yang
tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan data transportasi udara tersebut, Badan Pusat Statistik
melakukan pengumpulan data transportasi udara dari institusi-institusi yang terkait dalam aktifitas
kedirgantaraan sehingga dapat memberikan gambaran mengenai kondisi transportasi udara di
Indonesia. Permintaan akan jasa transportasi udara terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Kinerja bandar udara untuk
penerbangan dalam negeri mulai dari kedatangan pesawat, penumpang, barang, bagasi, dan
pos/paket yang disajikan pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2020 kedatangan
pesawat dengan penerbangan dalam negeri sebanyak 524,0 ribu unit, dengan jumlah penumpang
35,2 juta orang barang 525,6 ribu ton, bagasi 189,0 ribu ton, dan pos/paket 619 ton. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kedatangan pesawat, penumpang, bongkar barang,
bongkar bagasi, dan pos/paket pada penerbangan dalam negeri mengalami penurunan masing-
masing sebesar 40,50 persen, 56,10 persen, 4,80 persen, 66,84 persen dan 80,53 persen.
Tabel Jumlah Penummpang Setiap Tahun
Kedatangan Penerbangan Dalam Negeri/
Arrivals of Domestik Flight
Tahun/Year Pesawat Penumpang Barang (Ton) Bagasi (Ton) Pos/Paket
(Unit) (Orang) (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 894.104 87.208.889 445.440 735.193 3.384
2017 972.863 95.401.545 557.653 729.283 3.166
2018 1.001.111 101.260.614 642.065 784.283 4.881
2019 880.645 80.108.804 552.076 570.042 3.179
2020 523.960 35.164.959 525.554 189.034 619
Sumber : Laporan Tahunan PT. Angkasa Pura I dan II
Bila diamati perkembangan jumlah pesawat yang datang dari dalam negeri pada lima
tahun terakhir (2016-2020) turun 12,51 persen per tahun. Penurunan jumlah pesawat yang datang
pada periode tersebut diiringi pula oleh penurunan jumlah kedatangan penumpang, bagasi, dan
pos/paket yang dibongkar masing-masing turun 20,31 persen, 28,79 persen, dan 34,50 persen per
tahun. Sedangkan barang yang dibongkar naik 4,22 persen. Pada Tabel 3.2, menunjukkan bahwa
pada tahun 2020 keberangkatan pesawat dengan penerbangan dalam negeri 527,8 ribu unit
dengan jumlah penumpang 33,5 juta orang, barang 544,1 ribu ton, bagasi 188,3 ribu ton, dan
pos/paket 496 ton Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, keberangkatan pesawat
penerbangan dalam negeri mengalami penurunan 39,82 persen dari 877,0 ribu unit menjadi 527,8
ribu unit. Begitu pula penumpang berangkat dengan tujuan dalam negeri mengalami penurunan
55,99 persen. Diikuti barang dan bagasi muat serta pos/paket yang turun masing-masing sebesar
6,15 persen, 58,15 persen, dan 85,51 persen.
Tabel. Jumlah Angkutan Bawaan Pesawat Tiap Tahunnya
Keberangkatan Pesawat, Penumpang, Barang, Bagasi, dan Pos/Paket untuk Penerbangan
Dalam Negeri 2016 - 2020
Tahun/Year Pesawat Penumpang Barang (Ton) Bagasi (Ton) Pos/Paket
(Unit) (Orang) (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 896.489 83.349.974 534.594 712.731 4.274
2017 969.580 90.744.365 603.152 723.180 3.568
2018 1.005.237 94..896.041 709.557 742.747 9.066
2019 876.996 76.156.367 579.789 450.015 3.422
2020 526.761 33.513.741 544.147 188.342 496
Sumber : Laporan tahunan PT. Angkasa Pura I dan II
Bila diamati perkembangan jumlah pesawat yang berangkat untuk penerbangan dalam
negeri pada lima tahun terakhir (2016 - 2020) turun 12,41 persen per tahun. Penurunan jumlah
keberangkatan pesawat pada periode tersebut diiringi pula oleh penurunan jumlah keberangkatan
penumpang, bagasi dan pos/kurir yang dimuat masing-masing sekitar 20,37 persen, 28,30 persen
dan 41,63 persen per tahun. Sedangkan barang yang dimuat naik sebesar 0,44 persen per tahun.
Kinerja bandar udara untuk penerbangan luar negeri dari kedatangan pesawat, penumpang,
barang, bagasi, dan pos/paket periode 2016–2020 disajikan pada tabel 3.3. Di tahun 2020
kedatangan pesawat dengan penerbangan luar negeri sebanyak 34,1 ribu unit dan jumlah
penumpang 3,5 juta orang, barang 171,1 ribu ton, bagasi 44,1 ribu ton, dan pos/paket 608 ton. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kedatangan pesawat pada penerbangan luar negeri ini
mengalami penurunan 71,28 persen dari 118,6 ribu unit menjadi 34,1 ribu unit.
Gambar. Pesawat berangkat tujuan luar dan dalam negeri
2) Kecelakaan Pesawat
Sebanyak 45 kecelakan pesawat fatal telah terjadi dalam dua dekade terakhir di
Indonesia. Sepanjang periode 2002 – 2011 sebanyak 30 kecelakaan fatal pernah terjadi,
sedangkan 15 kecelakaan fatal lainnya yakni pada 2012 – 2021. Salah satu kecelakaan pesawat
terbesar di Indonesia terjadi pada Sriwijaya Air tahun 2021. Pesawat Boeing 737-524 rute Jakarta-
Pontianak dengan nomor penerbangan SJ182 tersebut jatuh di sekitar Pulau Laki, Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta, pada Berdasarkan data Aviation Safety Network, tragedi Sriwijaya Air tersebut
merupakan salah satu dari 3 kecelakaan penerbangan fatal yang terjadi di Indonesia sepanjang
2021. Kecelakaan tersebut menelan 62 korban jiwa, yang terdiri dari 56 penumpang dan 6 kru
pesawat. Pada tahun pertama terjadi pandemi Covid-19, yakni pada 2020, tidak ada kejadian
kecelakaan penerbangan fatal di Tanah Air. Pembatasan kegiatan masyarakat guna meredam
penularan Covid-19 yang diberlakukan dengan ketat sepanjang tahun 2020 membuat
penerbangan pesawat menurun drastis. Adapun dalam dua dekade terakhir kecelakaan pesawat
fatal paling banyak terjadi pada 2009, yakni 7 kali kecelakaan. Salah satunya pesawat Tentara
Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara yang jatuh di dekat lapangan Bandara Iswahyudi,
Madiun, Jawa Timur, pada Rabu (20 Mei 2009). Kecelakaan ini menelan 112 korban jiwa, yang
terdiri dari 98 penumpang serta 14 kru pesawat.
Dalam mengetahui faktor penyebab mengapa pesawat jatuh, biasanya ada
pememeriksaan dan analisis setiap aspek kecelakaan penerbangan. Ini termasuk apa yang terjadi
sebelum penerbangan, apa yang terjadi pada saat-saat menjelang kecelakaan, dan apa yang
terjadi saat kecelakaan itu berlangsung. Bukti yang tersimpan di perekam suara kokpit (CVR),
perekam data penerbangan (FDR) dan sisa-sisa pesawat yang diselamatkan bisa memastikan
semua kemungkinan penyebab kecelakaan udara. Dilansir berbagai sumber, berikut adalah
beberapa penyebab kecelakaan penerbangan yang paling sering dilaporkan.
Faktor Manusia
Menurut Plane Crash Info, kesalahan pilot jadi faktor dalam 53 persen kecelakaan fatal di
seluruh dunia yang melibatkan pesawat komersial antara tahun 1950 dan 2010. Banyak
kecelakaan penerbangan disebabkan pilot salah membaca peralatan penerbangan, salah
menilai kondisi cuaca, atau gagal mengatasi kesalahan mekanis dengan benar. Kesalahan
pilot dianggap sebagai alasan nomor satu mengapa pesawat jatuh.
Kesalahan Anggota Kru
Anggota kru yang gagal menyimpan barang bawaan dengan benar atau melakukan tugas di
dalam pesawat, dapat menyebabkan cedera serius bagi penumpang. Contohnya saat
penerbangan China Eastern Airlines tahun 1993 ke Los Angeles. Saat terbang di atas Alaska,
semua penumpang yang tidak diikat menabrak langit-langit pesawat dan menderita cedera
leher. Beberapa bahkan meninggal.
Kelalaian Perawatan Pesawat
Tren utama dalam industri penerbangan adalah mengambil jalan pintas dan mengalihdayakan
perawatan dan inspeksi pesawat. Alasan mengapa pesawat jatuh biasanya terkait erat dengan
kebijakan perawatan maskapai penerbangan. Jadi, perawatan yang alakadarnya dan tidak
semestinya bisa membahayakan para penumpang.
Cacat Desain dan Manufaktur Pesawat
Studi Boeing tentang mengapa pesawat jatuh menemukan bahwa kegagalan mekanis
merupakan faktor dalam sekitar 20 persen dari semua kecelakaan penerbangan komersial.
Komponen pesawat harus dirancang untuk menahan angin, lepas landas, mendarat dan
tekanan penerbangan. Jika ada bagian yang gagal dalam hal ini, pabrikan harus
bertanggungjawab.
Cuaca
Meskipun diperkirakan bahwa 12 persen dari semua kecelakaan udara terkait dengan cuaca,
cuaca sangat jarang menjadi satu-satunya penyebab yang terlibat. Sebagian besar
penerbangan dihentikan jika kondisi cuaca berbahaya terjadi dan kegagalan untuk
melakukannya mungkin merupakan tanda kelalaian. Bahkan ketika cuaca buruk menyerang
pilot dan pengontrol lalu lintas udara, pilot dan kru harus dapat bekerja secara efektif dalam
keadaan darurat tersebut.
Sabotase
Kecelakaan penerbangan yang disebabkan oleh sabotase menyumbang sekitar 9 persen dari
semua kecelakaan. Pembajakan 11 September 2001, penerbangan EgyptAir 990 dan
kecelakaan penerbangan Germanwings 9525 adalah contohnya. Bisa dibilang itu adalah
beberapa insiden sabotase paling men sejarah.
Kelalaian Perusahaan Maskapai Penerbangan
Industri maskapai penerbangan korporat harusnya menekankan waktu, penyelesaian, dan
jalan pintas di atas keselamatan publik. Pilot dan kru tak boleh didorong kebijakan perusahaan
untuk melakukan pendaratan yang tidak aman guna menghindari dokumen, terbang dengan
jumlah bahan bakar minimum, dan untuk membuat keputusan yang berisiko lainnya. Dalam
beberapa tahun terakhir, perusahaan yang tidak peduli telah menjadi faktor serius penyebab
kecelakaan pesawat.
Kelalaian Pengendali Lalu Lintas Udara
Insiden di Bandara Internasional Los Angeles (LAX), dimana ada kelalaian pengontrol lalu
lintas udara federal, mengakibatkan pesawat US Airways mendarat di pesawat SkyWest pada
tahun 1991. Tabrakan itu menyebabkan kematian 35 orang dan 29 luka-luka. Kasus ini adalah
contoh bagaimana bahkan saat kurangnya perhatian dari seseorang yang terlibat, bahkan dari
jarak jauh dalam operasi pesawat, dapat menyebabkan tragedi.
3) Kecelakaan Pesawat Sriwijaya
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menyebut kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ
182 “sangat bisa dicegah” apabila mengacu pada faktor-faktor penyebabnya, berdasarkan hasil
investigasi Komite Nasional Keselamatan Transporasi (KNKT). Kepala Sub Komite Investigasi
Penerbangan KNKT Nurcahyo juga mengungkap bahwa saat kecelakaan itu terjadi, tidak ada
regulasi yang memandatkan maskapai penerbangan memberi pelatihan upset prevention and
recovery training (UPRT) kepada pilot. Pesawat Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu
pada 9 Januari 2021, 11 menit setelah lepas landas dari Jakarta menuju Tangerang. Sebanyak 62
orang tewas dalam kecelakaan itu, terdiri dari 56 penumpang dan enam kru pesawat.
Hasil investigasi KNKT menemukan ada enam faktor yang berkontribusi pada jatuhnya
pesawat Sriwijaya Air PK-CLC. Pertama, KNKT mengatakan ada masalah pada sistem kemudi
otomatis (autothrottle). Sebelum pesawat itu jatuh, ada sejumlah laporan soal kerusakan throttle
yang ditindaklanjuti dengan memperbaiki dan mengganti komponennya. Dalam penerbangan itu,
gangguan pada sistem throttle ini ternyata tidak dipantau dengan baik oleh pilot. Kemudian faktor
kedua, KNKT meyakini bahwa gangguan pada sistem mekanikal itu menyebabkan tuas dorong
pengatur tenaga mesin (thrust level) di sisi kanan tidak bergerak mundur sesuai permintaan sistem
autopilot. Sebagai kompensasinya, tuas dorong di sisi kiri pun terus bergerak mundur untuk
menghasilkan jumlah tenaga mesin sesuai permintaan sistem autopilot. Perbedaan tenaga mesin
pada sisi kanan dan kiri, yang disebut sebagai asimetri itu, membuat pesawat miring dan berbelok
ke kiri.
Dalam kondisi seperti itu, pesawat Boeing 737-500 sebetulnya memiliki sistem Cruise
Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle untuk mencegah
perbedaan tenaga mesin yang lebih besar. Ini lah yang menjadi faktor ketiga terjadinya
kecelakaan. CTSM semestinya bisa aktif apabila flight spoiler di bagian sayap (perangkat yang
berfungsi mengurangi daya dorong pesawat) membuka lebih dari 2,5 derajat selama minimum satu
detik. Saat itu, CTSM terlambat berfungsi karena spoiler menyampaikan nilai yang lebih rendah
kepada sistem, sehingga asimetri yang terjadi semakin besar. Faktor keempat adalah kepercayaan
pilot kepada sistem otomatis. Pada kondisi itu, pilot tidak menyadari adanya perubahan posisi
thrust level, indikator mesin, dan perubahan sudut putar pesawat. Kemudian faktor keenam adalah
apa yang disebut KNKT sebagai “ confirmation bias”. Ketika pesawat berbelok ke kiri dari yang
semestinya ke kanan, kemudi justru miring ke kanan. Itu menimbulkan asumsi pilot bahwa pesawat
belok ke kanan sesuai yang diharapkan. Setelah itu, pesawat yang tadinya miring ke kanan
berubah menjadi mendatar, dan miring ke kiri. Kemudian muncul peringatan bahwa pesawat sudah
miring lebih dari 35 derajat ke kiri.
Karena sudah berkurang monitoring-nya, posisi kemudi miring ke kanan, ini menimbulkan
persepsi bahwa pesawatnya miring berlebih ke kanan, sehingga tindakan pemulihannya kurang
sesuai, padahal seperti kita lihat tadi, pesawatnya sudah miring ke kiri, kemudinya dimiringkan ke
kiri karena asumsinya pesawat ini miring ke kanan Faktor keenam yang memicu kecelakaan itu
adalah belum adanya upset prevention and recovery training (UPRT). Pelatihan itu semestinya
bisa membekali pilot mencegah pesawat terbang dalam kondisi upset, yakni kondisi di mana
parameter penerbangan tidak lagi normal seperti yang dialami oleh Sriwijaya Air.
c. Transportasi Jalan
Definisi transportasi adalah perpindahan orang, hewan ataupun barang, dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. Sarana atau moda perpindahan itu dapat dilakukan melalui udara, jalan, jalan rel, air
(baik laut maupun sungai dan danau) dan jalur pipa. Tetapi sebagian besar transportasi terbagi
menjadi, transportasi darat (jalan raya, jalan rel, sungai dan danau), transportasi udara, dan
transportasi laut.Transportasi jalan melayani perpindahan kendaraan penumpang dan barang
seperti mobil, truk, sepeda motor maupun sepeda. Transportasi jalan rel melayani kereta api.
Transportasi udara melayani helikopter dan pesawat terbang. Sedangkan transportasi air melayani
kapal laut.
Agar seluruh moda transportasi dapat berjalan dengan baik diperlukan infrastruktur
pendukung transportasi, seperti jalan, jalan rel, jalan sungai maupun kanal, berikut terminal-
terminalnya baik untuk terminal penumpang maupun barang seperti terminal bus, terminal barang
atau gudang, stasiun kereta api, pelabuhan udara, pelabuhan sungai atau pelabuhan laut. Tiap-
tiap moda transportasi tidak dapat berdiri sendiri. Jaringan transportasi yang baik antara ketiga
moda transportasi sangat penting bagi kegiatan ekonomi. Suatu contoh, jika pelabuhan laut tidak
terkoneksi dengan jalan, menyebabkan perpindahan logistik yang berada di pelabuhan tidak dapat
dihantar ke langsung ke masyarakat. Infrastruktur transportasi yang buruk juga akan menyebabkan
biaya ekonomi menjadi tinggi.
Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang penting bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), panjang jalan di Indonesia menurut
kewenangannya baru mencapai 348,08 ribu kilo meter (km) pada 2000. Dalam dua dekade,
panjang jalan tersebut telah bertambah 57,54% menjadi 548,37 ribu kilo meter (km) pada 2020.
Selain untuk jalur transportasi masyarakat, jalan juga merupakan infrastruktur yang sangat vital
untuk mendukung pengiriman barang antar daerah (logistik). Panjang jalan yang merupakan
kewenangan pemerintah kabupaten/kota mencapai 446,5 ribu km (81,42%) dari total panjang jalan
pada 2020. Angka tersebut bertambah 57,83% dibanding posisi pada 2000. Jalan yang merupakan
kewenangan pemerintah provinsi mencapai 54,85 ribu km (10%) pada 2020. Jumlah tersebut
meningkat 40,94% dari posisi 20 tahun sebelumnya. Demikian pula panjang jalan negara yang
merupakan kewenangan pemerintah pusat (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat/PUPR) mencapai 47,02 ribu km (8,58%) pada 2020. Panjang jalan tersebut meningkat 79%
dari posisi 2000.
Tabel. Panjang Jalan Nasional di Indonesia
Tingkat Kewenangan Panjang Jalan Menurut Tingkat Kewengan (km)
Jalan 2018 2019 2020
Jalan Negara 47.017 47.024 47.024
Jalan Provinsi 54.554 54.749 54.845
Jalan Kabupaten/Kota 440.739 442.701 446.497
Jumlah 542.310 544.474 548.366
Kondisi Jalan Nasional di Indonesia secara umum dalam kondisi mantap dengan
persentase 91,27%. Provinsi dengan persentase jalan mantap terbesar adalah Provinsi DI
Yogyakarta yaitu sebesar 99,71%. Sedangkan provinsi dengan persentase kondisi mantap
terendah adalah Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 69,33%. Jalan nasional Provinsi DKI Jakarta
masuk kedalam wilayah kewenangan pemerintah provinsi.
d. Transportasi Kereta Api
Kereta Api (KA) adalah salah satu moda transportasi yang efektif dan efisien untuk
amgkutan barang dan mobilitas orang secara massal. Moda transportasi ini menjadi andalan di
sejumlah negara dan menjadi moda transportasi yang menyatukan masyarakat dari satu kota ke
kota lainnya. Pemanfaatan moda transportasi KA di Indonesia sebagai sarana transportasi,
belakangan ini semakin besar peranannya, seiring dengan semakin panjang jaringan rel kereta api
di negeri ini. Sejak berdirinya PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang awalnya bernama Djawatan
Kereta Api Indonesia (DKARI) baru memiliki jaringan rel (di Jawa dan Sumatera) sepanjang 7.464
km sebagai peninggalan kolonial Belanda. Pada tahun 2020-2021 Kementerian Perhubungan
melakukan pencatatan terhadap jumlah panjang seluruh rel kereta api di Indonesia. Pada kurun
waktu tersebut terdata panjang rel KA sepanjang 6.32 juta meter (632.000 km). Tahun 2020
dilakukan pembangunan jalur rel kereta api baru sepanjang 1.129,83 km. Jumlah itu naik 10,16%
dari tahun sebelumnya 2019 yang panjangnya 1.025,61 km.
Pada tahun 2020, Kemenhub juga melakukan rehabilitasi jalur KA sepanjang 1.354,97 km.
Angka ini meningkat 81,6% dibanding tahun sebelumnya yang sepanjang 745,97 KM. Juga
dilakukan penggantian bantalan KA sebanyak 1.012.984 batang pada 2020, naik 464,3% dari
tahun sebelumnya yang sebanyak 179.501 batang. Bantalan kereta api memiliki beberapa jenis,
antara lain bantalan kayu, beton, baja atau besi, dan slab beton. Mayoritas infrastruktur trasportasi
KA di Indonesia berada di Pulau Jawa, baik untuk angkutan penumpang maupun barang. Data dari
Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat sebanyak 186,1 juta penumpang menggunakan KA di
Indonesia sebelum pandemi Covid-19. Sementara pembangunan dan pengembangan transportasi
KA di luar Pulau Jawa relatif stagnan dan belum ada perkembangan yang berarti. Di tengah arus
dinamika masyarakat yang kian maju dan kebutuhan transportasi antar kota, antar daerah, antar
wilayah kian penting, kebutuhan transportasi KA yang efisien kian diperlukan.
Tahun 2022-2024, Kementerian Perhubungan telah mencanangkan percepatan
pengembangan moda transportasi KA di tanah air. Indonesia juga akan memasuki era kereta api
cepat yang memakai tenaga penggerak magnet (Magnetically Levitated Trains /Maglev), hingga
memiliki kecepatan 400 KM perjam, sebagai awal menuju langkah maju transportasi modern
Indonesia. Presiden Joko Widodo, dalam suatu kesempatan mengungkapkan, saat
penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-67 yang dihelat April 2022 di Bandung,
diharapkan Kereta Cepat Jakarta Bandung ( KCJB) sudah dapat dioperasikan dan menjadi titik
awal transportasi Indonesia menuju transportasi modern yang sejajar dengan negara maju lainnya.
Kerata Api Sebagai Moda Transportasi Masa Depan
Jika melihat ke masa depan, berbagai pilihan yang dibuat haruslah pilihan yang
berkelanjutan. Dikatakan oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, transportasi yang
berkelanjutan haruslah mencakup aspek keselamatan, tarif terjangkau, aksesibilitas tinggi,
terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, tertib, dan rendah polusi. Dari berbagai moda
transportasi, kereta api bisa memenuhi sebagian besar aspek tersebut. Berbicara tentang
masa depan, tentu kita perlu menimbang bagaimana dampak moda transportasi terhadap
lingkungan. Kian hari, isu perubahan iklim mulai menunjukkan bukti-bukti. Meningkatnya suhu
rata-rata di berbagai tempat di dunia disebabkan oleh naiknya kadar karbon dioksida di udara.
Kondisi ini lah yang menyebabkan apa yang kita kenal dengan efek rumah kaca. Sehingga
sudah sepatutnya kita untuk beralih dan lebih fokus untuk mengembangkan moda transportasi
yang menghasilkan emisi paling sedikit. Jika dibandingkan dengan moda transportasi populer
lainnya seperti pesawat terbang, bus, dan kendaraan pribadi, kereta api menghasilkan emisi
yang paling kecil. Hal ini tentu ditinjau dari jumlah penumpang yang bisa diangkut serta emisi
yang dihasilkan. Direktur Jenderal Perkeretaapian, Zulfikri menyebutkan, mobil pribadi dan
pesawat terbang bisa menghasilkan emisi sebanyak lima kali lipat lebih banyak daripada
kereta api setiap 200 mil-nya.
Tabel. Peningkatan Pengguna Transportasi Kereta DKI Indonesia
Jumlah Penumpang Kereta Api (Ribu Orang)
Wilayah Kereta 2022
Api Indonesi Indonesi
Februari April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
a a
1946
Jabodetabek 14484 10499 15735 15890 17075 18326 19388 20587 21807
7
Non Jabodetabek
3015 2358 3398 3546 6039 4834 5805 4532 4580 5336
(Jawa)
Jawa
(Jabodetabek+N 17499 12857 19133 19436 23114 23160 25272 23920 25167 27143
on Jabodetabek)
Sumatera 238 210 305 277 480 452 469 368 400 467
2574
Total 17737 13067 19438 19713 23594 23612 24288 25567 27610
1
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penumpang kereta api yang berangkat
pada Mei 2022 mencapai 23,4 juta orang. Jumlah itu naik 19,26% dibanding bulan sebelumnya
yang tercatat 19,62 juta orang. Berdasarkan wilayahnya, penumpang kereta api di Jawa
(Jabodetabek + non-Jabodetabek) mendominasi, yakni 22,92 juta orang. Jumlah itu setara 97%
dari total penumpang kereta api. Dari jumlah itu, sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek
yang merupakan penumpang pelaju (commuter), yaitu sebanyak 17,1 juta orang. Sementara,
penumpang kereta api Jawa non-Jabodetabek dilaporkan sebanyak 5,85 juta orang. Adapun,
penumpang kereta api di Sumatera pada Mei 2022 sebanyak 480 ribu orang. Jumlah itu naik
73,29% dari bulan sebelumnya yang sebanyak 277 ribu orang. Secara kumulatif, jumlah
penumpang kereta api selama Indonesia–Mei 2022 mencapai 93,3 juta orang atau naik 38,43%
dibanding periode yang sama tahun 2021. Peningkatan jumlah penumpang terjadi di semua
wilayah Jabodetabek, Jawa non-Jabodetabek, dan Sumatera masing-masing sebesar 30,03%,
92,43% dan 14,48%.
e. Transportasi Sungai dan Danau
ASDP adalah singkatan dari Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan, namun
selama ini yang sering kita dengar kabar beritanya adalah penyeberangan saja. Hal ini pernah
diungkapkan oleh Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso pada suatu kesempatan. Ia
mengatakan agar transportasi sungai dan danau jangan dilupakan. Pemerintah pusat yang
berkewajiban membina transportasi sungai dan danau, dalam hal ini Direktorat Lalu Lintas
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) diminta untuk juga memperhatikan
perkembangan dan pengembangan transportasi sungai dan danau di Indonesia. Oleh karena itu
Direktorat LLASDP menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang khusus
membahas Potensi Pengembangan Transportasi Sungai dan Danau.
Sektor transportasi sungai dan danau secara langsung dan tidak langsung sangat penting
dikembangkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di wilayah-wilayah tertentu. Saat ini
transportasi sungai dan danau merupakan bagian integral dari suatu fungsi masyarakat. Adapun
transportasi di pulau Jawa umumnya digunakan di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas jembatan.
Angkutan sungai dan danau bisa dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:
Muara sungai dan bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut seperti Palembang,
Banjarmasin dan beberapa daerah lain dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Dapat
digunakan oleh pelayaran laut sepanjang kedalaman alur mencukupi. Cocok untuk angkutan
barang curah, peti kemas.
Sungai besar yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, bisa dilayari kapal laut sepanjang
dilengkapi dengan pintu/lock yang sesuai dengan ukuran kapal.
Perairan lebar atau danau yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, angkutan dengan kapal
khusus sungai, tongkang selalui pintu/lock, masih bisa digunakan untuk angkutan peti kemas.
Terusan/canal sempit merupakan alur pelayaran buatan digunakan untuk angkutan ukuran
kecil, tidak cocok untuk peti kemas.
Prinsipnya semua perairan bisa dilayari sepanjang kedalaman alur dikendalikan, untuk itu
di berbagai negara maju digunakan pintu/lock yang bisa mengendalikan kedalaman alur pelayaran
sungai dan danau sehingga daerah yang bisa dihubungkan dengan pelayaran pedalaman menjadi
lebih luas.
Tabel. Tujuan dan Manfaat Transportasi Danau
Tujuan Pemanfaatan Manfaat Alur Pelayaran
Sebagai pembangkit kegiatan Sebagai katalisator pembangunan, ekonomi dan hubungan
social masyarakat
Meningkatkan nilai pembangunan dan peluang investasi
akan meningkat
Kontribusi terhadap peningkatan hubungan masyarakat,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Membangkitkan kegiatan ekonomi jangka panjang dan
peluang kesempatan kerja
Diversifikasi pembangunan di pedesaan
Olahraga Merupakan tempat yang penting untuk kegiatan olahraga
air
Meningkatkan kesehatan masyarakat yang berolahraga
Jalur olahraga antara perkotaan dengan pedesaan
Daerah tepi sungai dapat dijadikan lintasan jogging dan
atau bersepeda.
Pariwisata Asset pariwisata yang menarik
Menciptakan hubungan antara daerah wisata yang ada
dengan daerah wisata baru.
Mendukung industri pariwisata
Kebudayaan dan lingkungan Merupakan asset budaya yang telah dikembangkan
alam masyarakat setempat, seperti misalnya Pesta Danau Toba
Berkontribusi terhadap ruang terbuka
Sebagai bagian habitat ikan, hewan atau tanaman tertentu.
Transportasi Merupakan asset budaya yang telah dikembangkan
masyarakat setempat, seperti misalnya Pesta Danau Toba
Berkontribusi terhadap ruang terbuka
Sebagai bagian habitat ikan, hewan atau tanaman tertentu.
Dari daftar di atas bahwa banyak yang bisa dilakukan untuk pemanfaatan angkutan perairan
pedalaman yang di Indonesia belum dikembangkan bahkan ada kegiatan yang belum disentuh
sama sekali. Peningkatan pemanfaatan jalur perairan pedalaman akan mendorong perekonomian,
kegiatan sosial dan budaya daerah yang dapat terhubungkan dengan jaringan pelayaran
pedalaman.
Gambar. Contoh Pelabuhan ASDP di Ternate yang sekaligus sebagai sarana penyeberangan
antar pulau di Maluku Utara.
BAGIAN III
KONDISI YANG DIHARAPKAN MASA MENDATANG
2) Airbus Vehicle
1) Lingkungan Strategis
Angkutan umum adalah kendaraan yang dioperasikan untuk melayani para penumpang yang
memiliki tujuan yang serupa dalam suatu perjalanan. Jenis dari angkutan ini pada umumnya merupakan
jenis jasa transportasi yang mengikuti lintasan tetap. Angkutan umum merupakan jenis angkutan yang
dilakukan dengan sistem pembayaran menggunakan harga yang telah ditentukan oleh pengemudi
angkutan umum atau pihak perusahaan. prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu
sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan, dan sebagai prasarana bagi
pergerakan manusia dan atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
Menurut Andriyansah, Manajemen Perusahaan Transportasi adalah rangkaian sistem atau pengelolaan
terhadap moda transportasi oleh suatu kelompok atau golongan. Karena begitu pentingnya transportasi
bagi kehidupan manusia, maka perlu dilakukan pengelolaan atau manajemen transportasi yang baik.
Pada umumnya, manajemen transportasi menghadapi tiga tugas utama :
a. Menyusun rencana dan progam untuk mencapai tujuan dan misi organisasi secara keseluruhan.
b. Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
c. Mengoperasikan angkutan secara garis besar.
Menurut Nasution bagi perusahaan transportasi umum yang menghasilkan pelayanan jasa
transportasi kepada masyarakat pemakai jasa angkutan (users), maka pada prinsipnya terdapat empat
fungsi produk jasa transportasi yaitu aman (safety), tertib dan teratur (regularity), nyaman (comfort) dan
ekonomis
2) Peluang
Forum Environmentally Sustainable Transport (EST) Indonesia membuat terobosan baru.
Untuk mewujudkan transportasi yang berkelanjutan, EST Indonesia 2013 menggagas transportasi yang
ramah lingkungan dengan menggelontorkan berbagai inisiatif. Wakil Menteri Perhubungan Bambang
Susantono mengungkapkan, EST sebenarnya tidak saja berlaku di transportasi darat tetapi
menginginkan juga bagi transportasi laut dan udara. Jika Anda memiliki niat untuk mulai berbisnis,
sektor transportasi mungkin bisa jadi pilihannya. Apalagi transportasi dalam aktivitas pengiriman logistik.
Prospek bisnis transportasi dan logistik sangatlah menjanjikan karena didukung oleh aktifnya
pembangunan infrastruktur dan ekspansi pabrik perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Namun, ada baiknya Anda melakukan riset terlebih dahulu tentang peluang bisnis transportasi
dan mempelajari cara memulai bisnis di bidang ini. Selain membutuhkan pemahaman yang matang,
bisnis transportasi logistik juga membutuhkan kredibilitas yang baik agar pelanggan merasa puas dan
ingin menggunakan jasa Anda kembali.
a. Peluang Bisnis Transportasi dan Logistik
Diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan populasi jumlah angkutan barang
nasional akan tumbuh hingga 50% setiap tahunnya. Pemerintah juga telah meresmikan beberapa
jalan tol baru, salah satunya adalah jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan lebih dari 10 cabang
ruas jalan tol yang sudah ada. Dari segi fasilitas, pemerintah Indonesia sendiri sudah memberikan
yang memadai untuk melancarkan kegiatan bisnis transportasi jalur darat seperti menggunakan
truk. Kemudian dari sisi pasar, kebutuhan dan konsumsi ritel terus tumbuh sebesar 5 % - 6 % per
tahun dibarengi oleh proyek pembangunan pemerintah. Hal ini tentunya mampu meningkatkan
permintaan layanan jasa dan barang. Sesuai dengan misi awal pemerintah yaitu untuk
menuntaskan infrastruktur yang memadai yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan ekonomi.
Dengan begitu, kedua hal ini bisa saling menguntungkan dan melengkapi untuk para pebisnis
maupun calon pebisnis transportasi.
Walaupun dunia sempat diterpa pandemi Covid-19, situasi bisnis logistik justru makin
berkembang. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyatakan bahwa arus pengiriman barang
meningkat hingga 40% selama pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan semakin banyak pelaku
bisnis yang menjual barang mereka secara online. Tren berjualan di platform online ini juga
sepertinya tidak akan menurun dalam waktu dekat, walaupun kondisi pandemi Covid-19 sudah lebih
membaik dibandingkan dua tahun terakhir.
b. Peluang Bisnis Logistik di Tengah Pandemi
Sejumlah peluang masih dimiliki Indonesia utamanya di sektor transportasi untuk bisa
memberikan sentimen positif pada pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Head of Economic
Research PT Samudera Indonesia Ibrahim Kholilul Rohman menuturkan dibalik bencana selalu
terdapat peluang pertumbuhan yang masih dapat diraup oleh sektor transportasi, khususnya terkait
dengan perdagangan global. Pertama, kata dia, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden
Baru Amerika Serikat berpotensi meredakan tensi perdagangan global. Hal ini, sebutnya, akan
berdampak positif bagi Indonesia yang memiliki korelasi kuat dengan volume perdagangan di China.
Pasalnya setiap satu persen pertumbuhan di China akan diterjemahkan ke dalam 0,1 persen
pertumbuhan di Indonesia. Kedua, meningkatnya potensi dagang daring dan ekonomi digital
dengan potensi di pasar domestik yang besar. Hal ini ditandai masuknya investor Softbank dan
Tencent. Kemudian adanya resistensi dari sejumlah komoditas selama pandemi covid-19
Bergabungnya Indonesia ke dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP
merupakan suatu prospek jangka panjang rute perdagangan yang lebih besar yang sebelumnya
tidak terjamah al ini membuat Indonesia membuka pasar baru ke Selandia Baru, Asia Selatan dan
ke utara. Di luar itu, alokasi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk
postur transportasi menunjukkan sektor ini akan tetap memperoleh donor darah dan kesegaran
dibalik proyeksi yang muram.
Berdasarkan data yang dirilis oleh lemnbaga survey Redsheer pada November 2020,
secara skala nasional bisnis jasa logistik mengalami pertumbuhan drastis hingga 400% kurang dari
setahun setelah pandemi pertama kali merebak. Adapun model bisnis yang paling menguntungkan
adalah jasa pengiriman (courier service) dan layanan logistik e-commerce. Selama periode libur
lebaran tahun ini misalnya. Jasa pengiriman mengalami peningkatan sebesar 60% dari volume
normal. Yang merupakan kejutan adalah, peningkatan ini juga dirasakan oleh jasa pengiriman ojol
yang notabene bukan merupakan tandingan dari perusahan pengiriman besar di tanah air. Ini
berarti peluang bisnis di sektor angkutan logistik tidak melulu didominasi oleh para pemain lama,
melainkan bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tertarik untuk bergerak di sektor bisnis transportasi.
Menurut data yang dirangkum ResearchAndMarkets.com, pasar logistik Indonesia
diproyeksikan akan mencapai US$240 miliar pada 2021, angka ini hampir sama dengan estimasi
pasar logistik di India sebesar US$215 miliar di 2020. Salah satunya didorong oleh pertumbuhan
bisnis e-commerce, terutama digerakkan sektor UKM. Menangkap peluang bisnis ini, kini mulai
muncul perusahaan rintisan (startup) di bidang transportasi logistik, yang mengandalkan aplikasi
dalam operasional sehari-hari.
c. Beberapa peluang Bisnis di Sektor Logistik
Logisly adalah contoh startup di bidang transportasi logistik yang meraup untung selama
pandemi. Co-Founder & CEO Logisly Roolin Njotosetiadi menegaskan bahwa bisnis besutannya
mengalami keuntungan karena cara pendekatan yang ramping, gesit dan terdiversifikasi. Logisly
saat ini telah melayani lebih dari 300 pengirim perusahaan dari berbagai sektor, termasuk FMCG,
bahan kimia, konstruksi, dan platform e-commerce. Dengan jaringan lebih dari 40 ribu truk, Logisly
menyediakan 100% ketersediaan truk dengan harga terjangkau untuk pengguna. Lalu ada juga
Shipper yang didirikan oleh Budi Handoko dan Phil Opamuratawongse. Perusahan transportasi
logistik ini kabarnya baru saja menerima pendanaan sebesar US$ 20 juta dari investor luar,
meskipun tidak secara terang-terangan mengkonfirmasi nominal tersebut. Adapun Shipper saat ini
telah membangun kemitraan dengan kurang lebih 100 perusahaan kurir ekspres di seluruh
Indonesia.
Wetruck, yang didirikan oleh Hilman Kamil juga merupakan perusahaan logistik yang
menyediakan kebutuhan logistik pasar dengan pilihan harga yang terjangkau dan transparan.
Melalui dashboard terpadu, klien dengan mudah bisa mengakses berbagai layanan pengiriman
didukung dengan pembayaran yang fleksibel. Hingga saat ini Wetruck telah memiliki ekosistem
2500 mitra kurir dan 1500 truk di area Jabodetabek. Adapun teknologi yang diusung adalah konsep
blockchain delivery untuk dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Konsep blockchain delivery sendiri
yang diterapkan oleh Wetruck adalah, konsep mempersatukan ekosistem logistik sehingga
siapapun bisa menjadi delivery man atau logistics man. Jika dirunut, daftar bisnis transportasi
logistik di Tanah Air yang sukses meraup cuan saat pandemi, akan terus bertambah panjang. Itu
artinya kesempatan di sektor Supply Chain Management ini masih terbuka lebar. Hanya saja
diperlukan pengetahuan yang tepat untuk “nyangkul” di sektor ini. Pemanfaatan platform teknologi
harus dikedepankan, karena bagaimanapun juga bisnis harus dijalankan berbasis teknologi.
Pemerintah sendiri sangat mendukung majunya sektor transportasi logistik, karena sadar
betapa krusialnya peranan bidang ini untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi. Menurut
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, di masa pandemi aktivitas sektor logistik harus berjalan
stabil. Hal itu tentunya perlu didukung oleh jaringan transportasi yang memadai agar dapat berjalan
lebih baik lagi. Untuk itu, Kemenhub berkomitmen akan terus melakukan pembangunan infrastruktur
di tengah pandemi agar pasokan distribusi logistik untuk melayani masyarakat dapat dilakukan lebih
efektif dan efisien.
3) Kendala pada Transportasi
Transportasi Darat
Moda transportasi angkutan darat di Indonesia mempunyai banyak masalah. Setidaknya
dalam catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terdapat lima masalah besar yang tengah
melilit sektor transportasi darat Indonesia saat ini. Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi membeberkan, masalah pertama adalah belum efisien
dan efektif. Permasalahan ini terutama banyak terjadi di daerah tertinggal, terluar dan terdalam (3T).
Akibatnya sejumlah siswa di Kubu Raya, Kalimantan Barat menjadikan motor air sebagai
transportasi utama untuk mengakses sekolah yang terpisah aliran sungai Kapuas. Ada beberapa
permasalahan transportasi umum yang terjadi di Indonesia, teman-teman, antara lain:
1. Jumlah Transportasi yang Tidak Seimbang dengan Pengguna
Di kota-kota besar, ada banyak penduduk yang sama-sama ingin menggunakan transportasi
umum antar kota maupun dalam kota. Namun, jumlah transportasi yang terbatas membuat
transportasi umum selalu penuh penumpang. Hal ini bisa memengaruhi keamanan dan
kenyamanan penumpang transportasi umum.
2. Transportasi Umum yang Kurang Tertib
Beberapa transportasi umum ada yang kurang tertib dalam membawa penumpang, teman-
teman. Misalnya, ada transportasi umum yang berhenti sembarangan untuk mengangkut
penumpang, menunggu penumpang terlalu lama di tepi jalan, atau mengangkut penumpang
yang lebih banyak dibandingkan kapasitas seharusnya. Ini membuat penumpang tidak nyaman
dalam menggunakan alat transportasi umum.
3. Pendukung Transportasi Umum yang Kurang Memadai
Permasalahan transportasi ini misalnya terjadi di daerah yang masih belum dijangkau oleh
transportasi umum. Sebabnya tidak ada akses transportasi seperti jalan raya, rel, atau
pelabuhan yang memungkinkan transportasi umum mencapai daerah itu. Ini membuat
masyarakat di daerah itu tidak memiliki banyak pilihan transportasi umum. Di perkotaan, tidak
semua wilayah bisa membangun jalur khusus transportasi umum, sehingga pengguna
transportasi umum juga tidak bisa sampai tujuan tepat waktu.
4. Fasilitas Pejalan Kaki yang Kurang Memadai
Setelah naik transportasi umum, biasanya kita masih perlu berjalan kaki untuk sampai ke
tempat tujuan. Di beberapa tempat, fasilitas untuk pejalan kaki belum memadai, seperti
jembatan penyeberangan atau jalan khusus pejalan kaki.
Transportasi Laut
Sistem transportasi laut Indonesia menurut beberapa pakar kurang bagus. Hal ini dapat
mengakibatkan, pertama mahalnya produk – produk dalam negeri, karena pengiriman barang dari
pulau satu ke pulau lainnya memakan waktu cukup lama, begitu pula dengan proses bongkar
muatnya. Kedua masalah kapal. Kebanyakan kapal yang dimiliki perusahaan Indonesia berumur
tua. Hal ini dapat membuat cost untuk pemeliharaan tinggi, sehingga total cost untuk meneransfer
barang menjadi lebih mahal. Ketiga masalah permodalanan yang terkait investasi. Kapal merupakan
barang mahal, tetapi sulit untuk recovery investasi. Pasalnya perusahaan harus membayar
kewajiban kapal ke pengelola pelabuhan, komponen biaya di laut dan BBM tinggi. Biaya tinggi ini
karena diferensiasi, seperti waktu tunggu kapal terlalu lama yang juga mengarugi total cost, karena
mahal. Indonesia adalah negara maritim yang dikelilingi 17.500 pulau, letak geografis Indonesia
berada pada tiga alur laut kepulauan.
Kita ambil contoh beberapa hari lalu, jeruk dari Papolo membawa 16 ton ke Jakarta, biaya
transportasi bisa Rp 10 juta lebih, berarti satu kilogram lebih mahal dari jeruk Cina, lama-kelamaan
produk kita tidak laku di negara sendiri. Keempat, pelabuhan di Indonesia mempunyai
permasalahan, akses laut banyak mengalamai pendangkalan kolam dermaga yang mengakibatkan
perbatasan ruang gerak, serta kapal yang bertandang. Kelima, akses darat. Indonesia memiliki
kontainer menumpuk di pelabuhan. Padahal seharusnya barang di dalam kontainer didistribusikan
ke tujuan atau sumber produksi. Tetapi permasalahan pelabuhan ke jalan darat bermasalah.
Pelabuhan laut mempunyai kedudukan yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi dari suatu
negara, mengingat:
1. Pelabuhan laut dapat menyediakan suatu akses langsung ke pasaran dunia yang merupakan
kesempatan baik bagi negara sedang berkembang untuk berdagang dengan banyak negara
tanpa biaya perantara;
2. Pelabuhan laut juga dapat merupakan sumber untuk mendapatkan mata uang asing (devisa)
melalui barang atau komoditi yang diekspor;
3. Suatu pelabuhan laut yang besar dapat menjamin ketidaktergantungan ekonomi atau politik
kepada negara lain; dan
4. Kegiatan mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku, dan modal dari negara industri
(negara maju) melalui pelabuhan laut.
Efisiensi dan efektivitas kegiatan kepelabuhanan masih terkendala oleh beberapa permasalahan
yang ada. Masalah kepelabuhanan adalah hal-hal yang menyangkut hubungan antara kapal,
muatan, dan jasa pelabuhan. Kapal memerlukan tempat bersandar di dermaga dan memerlukan
berbagai pelayanan selama di pelabuhan. Muatan memerlukan jasa terminal di pelabuhan dalam
proses peralihan dari kapal ke angkutan darat. Pelabuhan menyediakan jasa-jasa bagi kapal dan
muatan agar tidak terjadi hambatan dalam pelayaran kapal dan arus barang serta arus penumpang.
Beberapa permasalahan dalam aktivitas di pelabuhan di antaranya:
1. Dwelling Time dan Waiting Time
Dwelling time merupakan sebuah proses yang dibutuhkan sejak barang/petikemas
turun dari kapal atau barang/petikemas ditumpuk di lapangan penumpukan hingga
barang/petikemas keluar dari terminal/pelabuhan. Terdapat tiga proses utama yang terjadi
saat dwelling time di antaranya adalah pre-clearance, customs-clearance dan post-
clearance. Dwelling time pada proses ekspor barang/petikemas terhitung lebih cepat
dibandingkan kegiatan impor.
Waiting time adalah waktu tunggu kapal untuk dapat bersandar di dermaga dan
melakukan proses bongkar-muat barang. Semakin kecil atau nol waiting time-nya maka
kinerja bongkar muat di terminal/pelabuhan semakin baik. Sebaliknya, jika waiting time-nya
semakin besar, maka akan berdampak pula pada kinerja terminal/pelabuhan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi waiting time di antaranya adalah ketersediaan fasilitas (kecukupan)
dermaga, peralatan bongkar muat yang memadai serta fasilitas pendukung lainnya seperti
lapangan penumpukan dan peralatan angkat dan angkut yang digunakan untuk
kegiatan trucking, serta lift on dan lift off di lapangan penumpukan. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah kinerja atau produktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh crane di
dermaga
2. Demurrage
Salah satu permasalahan yang terjadi di Pelabuhan Indonesia adalah adanya
demurrage. Demurrage adalah batas waktu pemakaian peti kemas di dalam pelabuhan
(container yard). Batas waktu untuk barang impor dihitung sejak proses bongkar peti kemas
(discharges) dari sarana pengangkut/kapal hingga peti kemas keluar dari pintu pelabuhan
(get out), sedangkan untuk barang ekspor, batas waktu pemakaian peti kemas dihitung
mulai dari pintu masuk pelabuhan (get in) sampai peti kemas dimuat (loading) ke atas
sarana pengangkut/kapal. Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama daripada
waktu untuk berlayar. Free time demurrage diberikan kepada penyewa apabila dapat
mengembalikan peti kemas yang sudah dalam keadaan kosong kepada pihak pelayaran
(shipping line) selama berada dalam batas waktu yang diberikan, jika terlambat maka
penyewa harus membayar denda kepada perusahaan pelayaran.
3. Peralatan penunjang aktivitas pelabuhan
Fasilitas pelabuhan di Indonesia masih kurang baik jika dibandingkan dengan
pelabuhan internasional lain, seperti di Singapura, Indonesia masih tertinggal jauh.
perbandingan lebih baiknya, fasilitas pelabuhan di negara yang hanya berjarak 1 jam
dengan Indonesia itu adalah dari segi kedalaman dermaga atau pelabuhannya. Singapura
sudah mencapai 16 meter kedalaman pelabuhannya. Sedangkan Indonesia masih berkisar
di angka 12 – 13 meter. produktivitas pelabuhan di Singapura bisa menampung kapal -
kapal besar dengan kapasitas hingga 16 ribu teuz. Indonesia bahkan tidak sampai
setengahnya, hanya sampai 6 ribu teuz. Dampaknya itu economic skill. Makin punya
fasilitas bagus maka akan meng-encourage kapal besar datang, kapal besar untuk datang.
Kemudian fasilitas pelabuhan yang bagus juga bisa berdampak pada biaya logistik. Biaya
logistik dapat ditekan dengan semakin banyaknya kapal -kapal besar yang berlabuh di
pelabuhan Indonesia.
Peralatan bongkar muat sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan di pelabuhan.
Permasalahan yang kerap terjadi adalah minimnya peralatan sehingga mengakibatkan
terlambatnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Hal tersebut menyebabkan
keterlambatan kapal yang bersandar di pelabuhan sehingga harga sewa yang dibayarkan
oleh pihak ekspedisi akan lebih besar dan akan berdampak pada harga jual barang yang
ditawarkan. Permasalahan kekurangan peralatan seperti crane dan forklift masih terjadi di
beberapa pelabuhan Indonesia, salah satunya di pelabuhan Nusantara Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktivitas bongkar muat di
pelabuhan Waingapu untuk satu kapal peti kemas membutuhkan waktu dua sampai tiga
hari, sementara kapal barang curah tanpa peti kemas membutuhkan waktu tiga hingga
empat hari. Jika ada tambahan peralatan, maka waktu yang dibutuhkan untuk bongkar
muat berpotensi dapat diselesaikan dalam waktu hanya satu hari
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Meningkatnya kegiatan bongkar muat dan aktivitas perdagangan baik luar negeri
maupun domestik berkorelasi dengan peningkatan kualitas pelayanan pelabuhan agar
semakin efektif dan efisien. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan tersebut
salah satunya ditunjang oleh ketersediaan SDM yang andal dan memiliki keterampilan
teknis dalam kegiatan operasional pelabuhan.
4) Strategi
Untuk mencapai kesuksesan, sebuah perusahaan harus memiliki strategi bisnis. Strategi
bisnis dapat diartikan sebagai upaya perusahaan dalam mengambil kebijakan dan pedoman yang
memiliki komitmen dan tindakan yang terintegrasi serta dirancang untuk membangun keunggulan
dalam persaingan bisnis untuk memenuhi dan mencapai tujuan bisnis.
Sebelum menentukan detail strategi bisnis yang diaplikasikan, sebaiknya Anda melakukan analisis
lingkungan operasi internal dan eksternal perusahaan. Tujuan analisis adalah untuk menilai
lingkungan perusahaan secara keseluruhan, baik faktor-faktor yang berada di luar maupun di dalam
perusahaan yang semuanya mempengaruhi perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Selain itu analisis lingkungan memiliki beberapa peran atau fungsi
antara lain:
Policy – Oriented Role
Bertujuan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan memberikan informasi bagi
manajemen level atas mengenai kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan
perusahaan.
Integrated Strategic Planning Role
Bertujuan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan cara membuat manajemen level atas
memahami dan menyadari semua isu yang terjadi di lingkungan perusahaan yang berdampak
langsung pada proses perencanaan perusahaan.
Functional – Oriented Role
Bertujuan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi lingkungan
yang mempengaruhi efektivitas kinerja fungsi tertentu dalam perusahaan.
Analisis lingkungan eksternal
Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasikan posisi perusahaan terhadap persaingan dari
pesaing-pesaing yang ada, ancaman pesaing-pesaing baru, ancaman produk-produk atau jasa-
jasa substitusi, kekuatan menawar dari pelanggan-pelanggan dan kekuatan menawar dari
pemasok –pemasok (Gambar 1.3).
Gambar. Kekuatan-keuatan yang mempengaruhi persaingan industri
B. Transportasi Udara
Berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang dimaksud
dengan angkutan udara perintis adalah kegiatan angkutan udara niaga dalam negeri yang melayani
jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang
belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan.
Penyelenggaraan angkutan udara perintis di Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan acuan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan
Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Pada peraturan ini
penyelenggaraan angkutan udara perintis dibedakan menjadi angkutan udara perintis kargo dan
penumpang. Tujuan paling penting penyelenggaraan angkutan udara perintis adalah untuk menekan
kesenjangan harga komoditas akibat biaya logistik yang tinggi (Yuliana dkk., 2018) dan menjamin
aksesibilitas masyarakat (Yarlina dan Lindasari, 2015). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Yuliana
dkk. (2018) penyelenggaraan angkutan udara perintis kargo diprioritaskan untuk daerah – daerah
tertentu dengan mempertimbangkan kesesuaian tipe pesawat, karakteristik lapangan terbang, pola
subsidi yang tepat untuk menjamin penurunan kesenjangan harga serta mekanisme pelaksanaan dan
pengawasan program angkutan udara perintis. Angkutan udara perintis juga sangat diperlukan untuk
menjamin aksesibilitas masyarakat (Yarlina dan Lindasari, 2015). Berdasarkan penelitian ini, strategi
yang paling sesuai untuk pengembangan daerah adalah dengan meningkatkan potensi sumber daya
alam dan pariwisata. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik dengan dukungan transportasi
yang baik, khususnya transportasi udara. Angkutan udara perintis diselenggarakan oleh pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional berdasarkan perjanjian
dengan pemerintah. Dalam penyelenggaraan angkutan udara perintis, pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya lahan, prasarana angkutan udara, keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta kompensasi lainnya. Angkutan udara perintis dilaksanakan secara terpadu dengan sektor lain
berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah.
Data di atas sangat mencerminkan bahwa kecelakaan transportasi jalan darat sangat merugikan
negara, karena berdasarakan riset dari berbagai sumber kebanyakan korban berusia produktif, dengan
semakin bertambahnya korban usia produktif maka roda perekonomian negara tentu akan terus tergerus
hingga pada akhirnya bukan hanya membahayakan kehidupan tiap pribadi namun juga membahayakan
mobilitas dan laju perekonomian bangsa Indonesia. Kecelakaan transportasi jalan telah menjadi masalah
yang serius di banyak negara, termasuk di Indonesia. Di seluruh dunia, kurang lebih 95% kecelakaan terjadi
pada moda transportasi jalan, dan sisanya pada moda transportasi lainnya (Miaou et al, 2003). Di Indonesia,
sepanjang tahun 2005, Departemen Perhubungan Republik Indonesia (Departemen Perhubungan, 2006)
mencatat bahwa dari 20.928 kecelakaan transportasi, 98,54% terjadi pada moda transportasi jalan (tidak
termasuk kecelakaan kereta api). Organisasi kesehatan dunia (WHO, 2004) menyatakan bahwa kurang
lebih lebih 1,2 juta orang di seluruh dunia telah meninggal dan 23 juta terluka akibat kecelakaan transportasi
jalan setiap tahun. Jumlah ini setara dengan 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia (global mortality)
dan menempati urutan kesembilan dari sepuluh penyebab kematian, di bawah kematian akibat penyakit
malaria. Dari jumlah ini, 88% (1.029.038) kematian terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah
sampai sedang (low-middle-income countries) dan sisanya 12% (141.656) terjadi di negara-negara
berpendapatan tinggi (high-income countries) (Mackay, 2003). Pada tahun 2020, WHO memperkirakan
jumlah kematian di seluruh dunia akibat kecelakaan naik menjadi 2,3 juta setiap tahun, dan berada di urutan
ketiga setelah Ischemic heart disease dan Unipolar major depression (Krug, 2000).
B. Transportasi Udara
Sepanjang Abad 20 lalu tercatat hampir 11000 kecelakaan pesawat udara terjadi. Berdasarkan
data statistik kecelakaan pesawat, kebanyakan pesawat udara mengalami kecelakaan karena faktor
manusia. Faktor kesalahan manusia (human error) umumnya sering terjadi dikarenakan beberapa hal
seperti kondisi pilot yang kurang memiliki keahlian dalam menerbangkan pesawat atau pilot yang terus
menerus mendapatkan tekanan dari perusahaan penerbangan untuk terbang melebihi batas waktu yang
ditentukan, kesalahan dalam pelayanan navigasi penerbangan, dan lain-lain. Hal tersebut umumnya
terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran berbagai pihak mulai dari penumpang pesawat udara,
perusahaan maskapai penerbangan, pengelola bandara dan pihak lain yang terkait untuk mematuhi dan
melaksanakan peraturan-peraturan teknis terkait keselamatan penerbangan, sebab dalam kegiatan
penerbangan setiap pihak harus menerapkan prinsip zero risk untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan
penerbangan. Namun, hal tersebut bukan merupakan faktor utama sebab dapat juga kecelakaan
penerbangan terjadi karena kesalahan teknis pesawat. Hal ini diindikasi dengan faktor sistem pesawat
yang rusak.9Technical error adalah penyebab kecelakaan pesawat udara karena faktor teknis, walaupun
persentase dari kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor ini relatif kecil, akan tetapi seringkali berakibat
fatal. Salah satu faktor lain adalahorganization error (kesalahan pengelolaan) yaitu pemeliharaan
pesawat yang tidak sepenuhnya mengikuti aturan, guna mengurangi maintenance cost (biaya perawatan)
yang sewaktu waktu juga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Agar kegiatan penerbangan
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka terdapat pihak-pihak yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam mendukung terlaksananya kegiatan penerbangan tersebut dengan baik yaitu:
1. Maskapai penerbangan
Maskapai penerbangan adalah sebagai penyedia layanan pengangkutan melalui
udara memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan penerbangan. Sebagai salah
satu stakeholders dalam kegiatan penerbangan, pengaturan tangung jawab maskapai
penerbangan dalam kecelakaan diatur secara spesifik. Pasal 24 Ordonansi Pengangkutan Udara
menentukan bahwa:
(1) ”Pengangkut bertanggungjawab atas kerugian sebagai akibat luka atau bekas- bekas lain pada
tubuh, yang diderita oleh penumpang, bila kecelakaan yang menimbulkan kerugian ini ada
hubungannya dengan pengangkutan udara dan terjadi di atas pesawat udara atau sewaktu
melaksanakan suatu tindakan dalam hubungan dengan naik ke atau turun dari pesawat;
(2) Apabila luka tersebut menimbulkan kematian, maka suami atau istri dari simati,
anak-anaknya, atau orang yang menjadi tanggungan simati tadi semasa hidupnya
dapat menuntut ganti kerugian yang dinilai sesuai dengan kedudukan dan
kekayaan mereka yang bersangkutan sesuai dengan keadaan.
2. Pihak Produsen Pesawat Udara
Dalam sistem perlindungan hukum bagi penumpang (konsumen) penerbangan, suatu
pengawasan terhadap industry pembuatan pesawat udara perlu dilakukan. Oleh karena itu standar
pengaturan kelaikan udara harus diatur secara tegas. Masalah standar kelaikan udara dalam hukum
Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.3 tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan, dimana dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah tersebut menyebutkan:
(1) Penetapan standar kelaikan udara untuk pesawat udara dan/atau mesin pesawat udara,
dan/atau baling-baling pesawat udara yang didaftarkan di Indonesia dilakukan dengan
memperhatikan sekurang - kurangnya:
a. Rancangan bangun dan konstruksi
b. Komponen utama;
c. Instalasi tenaga penggerak;
d. Stabilitas dan kemampuan;
e. Kelelahan struktur;
f. Perlengkapan;
g. Batas pengoperasian; dan
h. Pencegahan pencemaran lingkungan
Jika diperhatikan persyaratan yang diatur di atas, ditegaskan bahwa persyaratan
tersebut adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi. Walaupun peraturan perundang-
undangan hanya menetapkan standar minimal, namun seyogyanya pihak produsen pesawat
udara harus selalu berusaha meningkatkan kualitas produksinya di atas peraturan tersebut.
3. Pengelola Bandar Udara
Salah satu subjek yang terkait dalam kegiatan penerbangan adalah prasarana
penerbangan yaitu Bandar udara (bandara) dengan alat bantu dan fasilitasnya mulai dari alat bantu
navigasi penerbangan yang paling mutakhir sampai ruang tunggu yang cukup. engoperasian Bandar
udara sesuai ketentuan keselamatan penerbangan dimaksudkan untuk menjamin keselamatan
pengoperasian pesawat udara di Bandar udara. Berkaitan dengan hal tersebut pengelola Bandar
udara mempunyai kewajiban, sesuai ketentuan dalam Civil Aviation Safety Regulation (CASR)139,
Aerodome yaitu:
a. Memenuhi standar dan ketentuan terkait pengoperasian Bandar Udara yang disampaikan secara
tertulis;
b. Memperkerjakan personil pengoperasian Bandar udara yang memiliki kwalifikasi dan kompetensi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam jumlah yang memedai;
c. Menjamin Bandar udara (aerodome) dioperasikan dan dipelihara dengan tingkat perhatian
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Mengoperasikan dan memelihara Bandar udara sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam
aerodome manual.
Ditjen Perhubungan Udara melakukan pengawasan dan pembinaan dan pengoperasian Bandar
udara berupa pemberian sertifikat operasi Bandar udara bagi Bandar udara yang telah memenuhi
kewajiban tersebut, serta melaksanakan audit dan inspeksi secara berkala Ditjen Perhubungan
Udara melakukan pengawasan dan pembinaan dan pengoperasian Bandar udara berupa pemberian
sertifikat operasi Bandar udara bagi Bandar udara yang telah memenuhi kewajiban tersebut, serta
melaksanakan audit dan inspeksi secara berkala
4. Pilot dan Awak Pesawat Udara
Suatu unsur utama dalam kegiatan penerbangan adalah kapten penerbang /pilot
pesawat udara, Karena sebagai awak pesawat udara, pilot sangat menentukan jaminan
keselamatan dan kualitas layanan penerbangan. Seorang pilot jika ditinjau dari beberapa
aspek adalah orang pilhan yang tidak boleh memiliki cacat rohani dan jasmani.26 Dalam
Pasal 1 angka 11 Undang - Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan meyebutkan bahwa
Kapten Penerbang adalah penerbang yang ditugaskan oleh perusahaan atau pemilik pesawat udara
untuk memimpin penerbangan dan bertanggungjawab penuh terhadap keselamatan penerbangan
selama pengoperasian pesawat udara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam
tugasnya di dalam kokpit pesawat, pilot dibantu oleh seorang ko-pilot. Selama penerbangan
berlangsung semenjak pintu terakhir ditutup untuk Take Off hingga pintu pertama dibuka setelah
landing, pilot dan ko-pilot akan mengikuti jalur-jalur penerbangan yang telah didaftarkan dan
terprogram melalui bantuan sistim navigasi pesawat serta mengikuti informasi yang diberikan oleh
menara kontrol lalu-lintas di bandar udara maupun petugas pelayanan lalu lintas penerbangan di
sepanjang perjalanan.
C. Transportasi Laut
Keselamatan dan keamanan maritim adalah kebijakan utama yang harus mendapatkan prioritas
pada pelayaran dalam menunjang kelancaran transportasi laut Indonesia sebagai negara kepulauan.
Indonesia memiliki kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia, sehingga laut memiliki peran
cukup berarti baik bagi sarana pemersatu bangsa dan wilayah Republik lndonesia, mau pun laut sebagai
asset bangsa yang tidak ternilai serta masa depan Indonesia. Tingkat kecelakaan per tahun kapal
pengangkut kargo dianggap sebagai konsekuensi dari proses kontrol homeostatik di mana tingkat kehati-
hatian mereka yang terlibat dalam transportasi laut menentukan tingkat kecelakaan. Jaminan
keselamatan dan keamanan kegiatan pelayaran, hasil FGD menegaskan bahwa keselamatan pelayaran
di sini adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan pelayaran secara lancar, sesuai dengan
prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana beserta penunjangnya.
Sedangkan keamanan pelayaran adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan pelayaran yang
bebas dari gangguan dan/atau tindakan yang melawan hukum. Hal yang perlu dielaborasi lebih dalam,
bahwa untuk menghindari kesenjangan sistem manajemen ini, diterapkan ISM Code. Kebijakan
pemerintah di bidang kemaritiman, baik industri perikanan mau pun industri pelayaran belum
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
4.3 Pengusahaan Transportasi
A. Transportasi Darat
1. Gojek
PT. Gojek Indonesia merupakan karya anak bangsa yang berdiri pada tahun 2010 di
Jakarta. Perusahaan ini kali pertama lahir dengan niat baik untuk memberikan solusi memudahkan
kehidupan sehari-hari di tengah kemacetan perkotaan. Kala itu seorang pemuda kreatif Nadiem
Makarim mempunyai pemikiran untuk membuat bisnis transportasi ojek yang dikarenakan ia sering
menggunakan jasa ojek. Karena kebiasaannya tersebut, Nadiem Makarim menemukan ide untuk
dapat menciptakan sarana agar jasa transportasi ojek lebih efektif dan efisien. Perusahaan ini
bekerja dengan menghubungkan ojek dengan penumpang ojek, dimana sebelumnya tukang ojek
lebih banyak menghabiskan waktu di pangkalan menunggu penumpang.
Struktur Organisasi PT. Gojek Indonesia
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Gojek Indonesia adalah Struktur Organisasi
Fungsional, yaitu pembagian tugas yang dibagi kedalam kelompok fungsional yang terpisah.
Berikut ini akan digambarkan struktur organisasi PT. Gojek Indonesia.
Tabel. Struktur Organisasi PT. Gojek Indonesia
Direktur Utama
Wakil Direktur
Go-Auto adalah layanan perawatan cuci, servis, dan layanan darurat untuk kendaraan baik
mobil maupun motor kapanpun dan dimana pun.
13. Go-Busway
Go-Busway adalah layanan untuk memonitor jadwal layanan bus Transjakarta dan memesan
Go-Ride untuk mengantar Anda kesana.
14. Go-Pulsa
Go-Pulsa merupakan layanan untuk membeli pulsa atau internet dengan sistem pembayaran
menggunakan saldo Go-Pay.
15. Go-Bills
Go-Bills merupakan layanan pembayaran tagihan seperti tagihan listrik, membeli token listrik
hingga BPJS dengan sistem pembayaran menggunakan saldo Go-Pay.
16. Go-Points
Go-Points adalah program loyalty dari Go-Jek khusus untuk pengguna Go-Pay. Setiap transaksi
menggunakan Go-Pay akan mendapatkan 1 token, mainkan token, kumpulkan poin dan
dapatkan reward menarik.
17. Go-Pay
Go-Pay adalah layanan dompet virtual untuk memudahkan transaksi Anda di dalam aplikasi Go-
Jek.
Usia Responden
Usia merupakan suatu hal yang berpengaruh dalam tingkat kematangan seseorang dan
mencerminkan masa produktif responden dalam bekerja dan usia responden akan
mempengaruhi jawaban di dalam sebuah penelitian. Tabel 2.1 adalah data responden
berdasarkan golongan usia.
Tabel. Identitas Responden Berdasarkan Usia
No Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1 Usia 18 12 12%
2 Usia 19 21 21%
3 Usia 20 16 16%
4 Usia 21 19 19%
5 Usia 22 23 23%
6 Usia 23 4 4%
7 Usia 24 5 5%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 23% berusia
22 tahun, diikuti dengan kelompok usia 19 tahun sebesar 21% dan kelompok usia 21 tahun
sebesar 19%. Dari data tersebut dapat diketahui kebanyakan pengguna layanan Go-Jek pada
umur 22 tahun, dimana kelompok usia tersebut membutuhkan mobilitas yang tinggi untuk
keperluan kuliah ataupun skripsi.
2. Grab
Grab adalah Perusahaan teknologi asal Malaysia yang berkantor di Singapura yang menyediakan
aplikasi layanan transportasi angkutan umum meliputi kendaraan bermotor roda 2 maupun roda 4.
Perusahaan Grab hanya perusahaan teknologi yang meluncurkan Aplikasi saja dan untuk
kendaraannya sendiri adalah kendaraan milik mitra yang sudah bergabung di PT Grab Indonesia.
Grab atau yang sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi adalah sebuah perusahaan yang berasal
Singapura yang melayani aplikasi penyedia transportasi dan tersedia di enam negara di Asia
Tenggara, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina. Grab memiliki visi
untuk merevolusi industri pertaksian di Asia Tenggara, sehingga dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna kendaraan seantero Asia Tenggara.
3. Blue Bird
Dari taksi, kontainer dan alat berat, hingga logistik, Blue Bird Group adalah kelompok usaha
yang siap melayani segala kebutuhan Anda. Bagi banyak warga Jakarta dan kota-kota besar di
Indonesia, Blue Bird Group bukan hanya sekadar perusahaan taksi tapi menjadi bagian dari gaya
hidup. Jika New York terkenal dengan yellow taxi dan London dengan black cab, maka Jakarta
dengan Blue Bird: armada taksi biru yang selalu menghiasi jalan-jalan Ibukota yang sibuk setiap
waktu.
Sekitar tahun 1965, Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono, Alm. Dr. Chandra Suharto
(anak laki-laki pertama Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono) dan dr. Purnomo Prawiro (anak
laki-laki termuda Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono) menjalankan taksi tanpa argo yaitu
Chandra Taxi, yang merupakan nama dari Alm. Dr. Chandra Suharto. Selanjutnya, pada tahun
1972, Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono bersama-sama dengan dr. Purnomo Prawiro dan dr.
Chandra Suharto, dan juga mitra bisnis lainnya, secara resmi memulai bisnis transportasi dengan
25 armada taksi. Seiring perjalanannya, Blue Bird selalu menjadi pelopor dalam mengubah industri
taksi di Indonesia. Beberapa inovasi tersebut diantaranya adalah pengenaan tarif berdasarkan
sistem argometer, serta melengkapi seluruh armadanya yang ber-AC dengan radio komunikasi.
Selain itu, penggunaan sistem GPS pada armada kami juga memberikan rasa aman kepada para
pelanggan kami. Pada tahun 2011, Blue Bird juga menjadi perusahaan taksi pertama di Indonesia
yang memberikan layanan mobile reservation melalui BlackBerry. Kini, Blue Bird Group telah
mengembangkan bisnisnya. Selain tetap fokus di bisnis passenger transportation, kami juga
mengembangkan bisnis lain di bidang logistik, properti, industri dan alat-alat berat, sampai
menyediakan layanan konsultasi. IT. Pada tahun 2014, PT Blue Bird Tbk, salah satu anak
perusahaan Blue Bird Group yang meliputi bisnis taksi, rental mobil, dan charter bus, resmi Go
Public di Bursa Efek Indonesia.
4. Perum Damri
Perusahaan Umum DAMRI (PERUM DAMRI) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bisnis jasa public yang bertujuan untuk mencari laba dan melayani kepentingan
umum atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang berada dilingkungan Departemen
Perhubungan dimana dalam penyempurnaan Pemerintah Nomor : 31 tahun 2002 dalam bab III
pasal 3 ayat 1 menyebutkan perusahaan yang diberi tugas wewenang untuk menyelenggarakan
jasa angkutan umum untuk penumpang orang dana tau barang diatas jalan dengan kendaraan
bermotor.
Pelayanan PERUM DAMRI
Angkutan Bus Kota
Angkutan Antar Kota
Angkutan Travel / Pariwisata
Angkutan Bandara
Angkutan Barang
Angkutan Antar Negara
Angkutan Keperintisan
5. PT. KAI
PT Kereta Api Indonesia (Persero), selanjutnya disebut sebagai KAI atau ‘Perusahaan’ adalah
Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api
di Indonesia. KAI didirikan sesuai dengan akta tanggal 1 Juni 1999 No. 2 yang dibuat dihadapan
Imas Fatimah, S.H., Sp.N., Notaris di Jakarta, dan kemudian diperbaiki kembali sesuai dengan akta
tanggal 13 September 1999 No. 14. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan tanggal 1 Oktober 1999 No. C-
17171 HT.01.01.TH.99 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 14
Januari 2000 No. 4 Tambahan No. 240/2000. Pemegang saham mayoritas Perseroan 100% milik
Pemerintah Republik Indonesia.
Dan Masih banyak jenis perusahaan transportasi yang tidak dapat kami jelaskam satu persatu.