Anda di halaman 1dari 24

Aplikasi Interaksi Keruangan

menentukan pemilihan lokasi dengan metode


GRAVITY MODEL
FADHILA ALMAPUSPITA 08211740000087
FILDZA DESTRI SAFIRA 08211740000092
WHAT'S INSIDE
TOPIC OUTLINE

1. Konsep Interaksi Keruangan


2. Analisis Interaksi Keruangan:
Gravity Model
3. Study Case
Interaksi Keruangan
Hubungan antar dua kota yang dapat menunjukkan
keterkaitan keduannya dalam hal sosial, ekonomi
maupun akses terhadap fasilitas umum atau dapat
diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua
wilayah yang menimbulkan aktivitas baru yang disebut
zona interaksi
Prinsip Interaksi Keruangan

1
Adanya hubungan
timbal balik antara dua
daerah atau lebih

2
Terdapat pergerakan manusia (mobilitas),
gagasan dan informasi komunikasi,
sertamateri atau benda yang dinamakan
transportasi
Faktor Pendorong
Interaksi Keruangan
Wilayah A
Surplus barang A
Minus barang B
Minus barang C

Wilayah C Wilayah B
Regional Complementarity
Surplus barang C Surplus barang B
Minus barang A Minus barang A
Minus barang B Minus barang C
Wilayah-wilayah yang saling melengkapi,
yaitu terdapat kebutuhan timbal balik antar
wilayah sebagai akibat adanya perbedaan
potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah.
Kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan
timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang
membatasi kesempatan itu. Dengan adanya campur
tangan pihak ketiga (wilayah ketiga), maka dapat
Wilayah C menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antar
Surplus barang X dua wilayah.
Surplus barang Y

Interventing Opportunity
Wilayah A Wilayah B
Surplus barang X Surplus barang Y
Minus barang Y Minus barang X
Kemampuan suatu wilayah dalam mencapai wilayah
lainnya dalam perpindahan ruang, baik manusia,
informasi, atau barang. Jarak, biaya, dan kelancaran
transportasi yang tersedia juga menjadi faktor
penentu.

Spatial Transfer Ability

Sumber : Hanik Listyaningrum, dkk: Perspektif Analisis Keruangan dan Analisis Interaksi Keruangan, 2016
Zona Interaksi

CITY SUBURBAN SUBURBAN URBAN RU R A L RU R A L


FRINGE FRINGE URBAN FRINGE
GRAVITY MODEL
Teori gravity model adalah permodelan yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis terhadap pola interaksi atau keterkaitan antar
daerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah lainnya. Model
gravitasi merupakan model yang paling banyak digunakan untuk melihat
besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.

Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika


oleh Sir Issac Newton (1687).
Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa
tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang
dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan
berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda
tersebut
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh
W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat


bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda
dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk
dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
• Kesamaan dalam hal sosial-ekonomi
dan sosial-budaya antar wilayah.
• Kesamaan topografi antar wilayah.
• Kesamaan sarana dan prasarana
yang menghubungkan antar wilayah.

syarat karakteristik
• Setiap lokasi mempunyai daya tarik tertentu tergantung pada
potensi yang terdapat pada suatu lokasi.

• Adanya daya tarik mendorong berbagai kegiatan lain untuk


berlokasi di dekat kegiatan yang telah ada terlebih dahulu.

• Model gravitasi digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu


lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

• Daya tarik suatu lokasi (kota atau wilayah) dapat diukur dari
jumlah penduduk, lapangan kerja, total pendapatan, fasilitas
pelayanan publik, dan lain-lain.
Gravity model juga dapat digunakan untuk mengukur
potensi atau kekuatan tarik-menarik antar wilayah
yang satu dengan yang lainnya dengan
mempertimbangkan hubungan sebagai berikut.

• Masalah interaksi
• Masalah perpindahan penduduk
• Masalah potensi penduduk

Masalah pemilihan lokasi Model Gravitasi juga


dapat digunakan untuk merencanakan prasarana
perhubungan untuk tempat-tempat dengan interaksi
yang rendah dan digunakan untuk merencanakan
pusat-pusat pelayanan
Berdasarkan perhitungan tersebut, potensi penduduk
untuk mengadakan interaksi terjadi lebih kuat antara
wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B
dan C. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
jarak antar wilayah yang satu dengan lainnya. Namun,
dapat terjadi hal yang sebaliknya jika kondisi
prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah
B dan C jauh lebih baik jika dibandingkan antara A
dan B, maka potensi interaksi antara B dan C
akan jauh lebih besar.
STUDY CASE
Analisis Konektivitas
Wilayah di Kota
Denpasar
Tujuan praktis dalam paper ini adalah untuk mengetahui
hirarki wilayah, pusat-pusat pelayanan, dan interaksi antar
wilayah pada masing-masing kecamtan di Kota Denpasar
sehingga dapat dilakukan upaya untuk menentukan kebijakan
pengembangan wilayah lebih lanjut.
untuk mengetahui indeks sentralitas Kota Denpasar, berikut disajikan data hasil
perhitungan struktur ruang Kota Denpasar dengan menggunakan rumus indeks
sentralitas yang terdapat pada Tabel berikut.

mengacu pada keberadaan sarana dan prasarana di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar.
Semakin banyak dan lengkapnya fasilitas di suatu wilayah, juga dapat menjadi tolak ukur perkembangan
wilayah bersangkutan (diluar pertimbangan jumlah penduduk di masing-masing kecamatan
Hasil analisis terhadap model gravitasi Kota Denpasar
Nilai interaksi tertinggi di Kota Denpasar terdapat di Sementara itu, selain menunjukkan nilai interaksi
Kecamatan Denpasar Barat dengan nilai total interakasi tertinggi di suatu wilayah, hasil penghitungan
mencapai 41.404.680.725. Berdasarkan letaknya, secara model gravitasi ini juga dapat menunjukkan
hirarki Kecamatan Denpasar Barat terhubung dengan seluruh wilayah mana yang memiliki kedudukan
kecamatan lain di Kota Denpasar, begitu pula sebaliknya. sebagai pusat dan wilayah mana yang memiliki
Oleh karena jumlah kecamatan hanya terdiri dari empat kedudukan sebagai hinterland. Berikut adalah
kecamatan, maka jarak antar satu kecamatan tidak saling
tabel yang menunjukkan kedudukan pusat
berjauhan (rata-rata hanya berjarak 2 km). Ditunjang
dengan akses yang mudah, maka untuk melakukan mobilisas
hinterland di Kota Denpasar yang disajikan
antar kecamatan juga tidak mengalami kendala berarti. dalam Tabel 3.
menjadi penentu dalam hubungannya status sebagai pusat-
hinterland adalah bukan disebabkan faktor jarak antara wilayah.
Apabila berdasarkan jarak, seluruh kecamatan saling terhubung
dan rata-rata hanya berjarak 2 km antar satu kecamatan dengan
kecamatan lainnya. Penentuan pusat-hinterland untuk Kota
Denpasar lebih didasari pada faktor ketersediaan sarana-prasarana
di masingmasing kecamatan.
Selatan
Barat
Utara
Selatan
Utara
Timur
• Berdasarkan indeks sentralitas, dapat diklasifikasikan bahwa
Kecamatan Denpasar Barat sebagai kecamatan dengan hirarki
I, Kecamatan Denpasar Utara dan Kecamatan Denpasar Selatan
sebagai hirarki II, dan Kecamatan Denpasar Timur sebagai
hirarki III.

• Kecamatan Denpasar Barat memiliki pegaruh yang paling kuat


diantara kecamatan-kecamatan lain di Kota Denpasar. Hal ini
Kesimpulan
dipengaruhi oleh terpusatnya berbagai fasilitas dan pelayanan
publik di Kecamatan Denpasar Barat.

• Berdasarkan nilai model gravitasi, nilai tertinggi secara


berurutan diperoleh Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar
Selatan, Denpasar Timur, dan terakhir Denpasar Utara.
Hal yang menyebabkan Kecamatan Denpasar
Utara memiliki nilai terendah bukanlah
disebabkan oleh akses yang sulit, tetapi hal ini
dapat disebabkan antara lain dari faktor
jumlah penduduk. Tentu dengan jumlah
penduduk yang lebih sedikit, maka proporsi
interaksi juga kecil.

Sesuai kasus Denpasar, yang menjadi penentu dalam


hubungannya status sebagai pusathinterland adalah bukan
disebabkan faktor jarak antara wilayah. Apabila
berdasarkan jarak, seluruh kecamatan saling terhubung dan
rata-rata hanya berjarak 2 km antar satu kecamatan dengan
kecamatan lainnya. Penentuan pusat-hinterland untuk Kota
Denpasar lebih didasari pada faktor ketersediaan
saranaprasarana di masing-masing kecamatan

Anda mungkin juga menyukai