Anda di halaman 1dari 38

Executive Summary

A. Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi.
Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu
menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan
diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan
sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas
manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta
mendukung pengembangan wilayah.
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 tahun terhitung sejak
tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan
melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah diidentifikasi lokasi
kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah
kabupaten/kota.
Suksesnya pelaksanaan MP3EI tersebut sangat tergantung pada kuatnya
derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun
konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia.
Dengan pertimbangan MP3EI menetapkan penguatan konektivitas
nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen
kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas),
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah
(RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya
ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang
efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas
nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh
karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu
mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-
pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka
meningkatkan daya saing nasional.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya merupakan
suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman
yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya
untuk mencapai tujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk
secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan
aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung dengan
penyelenggaraan transportasi baik pada Tatranas, Tatrawil, maupun
Tatralok.
Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalam
Mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran
Nasional, Propinsi dan Lokal Kota agar tercipta harmonisasi dan
sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah provinsi

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 1


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

(Tatrawil) telah disusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di
tindak lanjuti dengan penyusunan Tatralok Kabupaten Kepulauan Aru.
Dengan demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan
jaringan prasarana yang dapat berperan dalam mendukung
perekonomian wilayah (MP3EI) dan mendorong pertumbuhan wilayah
yang belum berkembang baik pada tataran local, provinsi hingga
nasional/internasional.
B. Pendekatan Studi
Dalam rangka penyusunan kebijakan, strategi dan upaya perlu
dipertimbangkan berbagai instrumental dan environmental input secara
komprehensif. Aspek legalitas yang berpengaruh antara lain; Peraturan
perundangan transportasi, tata ruang dan otonomi daerah, Sistranas,
MP3EI dan Draft MP3KI. Lingkungan strategis yang mempengaruhi
meliputi aspek-aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan berperan sebagai peluang dan kendala, baik dalam lingkup
lokal, regional, nasional maupun internasional. Adapun pola pikir yang
dikembangkan dalam melakukan kajian Studi Sistranas pada Tatralok
Kabupaten Kepulauan Aru yang bertolak dari struktur dan pola
pemanfaatan ruang (RTRW dan Kebijakan MP3EI) sebagaimana dalam
Gambar 1

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 2


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

TATRANAS RTRW Provinsi Maluku


(Kebijakan Sistem
Transportasi Nasional

Tatrawil Provinsi
MP3EI Maluku

RTRW & Tatralok Kab


yg berbatasan

Visi, Misi Daerah Kab.


Kepulauan Aru

Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

Isue-isue
Strategis Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah

Pembangunan Daerah Potensi Wilayah

Kebutuhan
Sistem Tata Ruang Wilayah Pergerakan

Angkutan Jalan & Rel


Angkutan Sungai & Sistem Sistem Sistem Pola
Danau Kewilayahan Hierarki Interaksi Pergerakan
Angkutan Udara

Kebutuhan Jaringan Transportasi (Darat, Laut dan Udara)

Pengembangan Sistem Transportasi


Rekomendasi Penanganan Sistem Jaringan Prasarana
Rekomendasi Penanganan Sistem Jaringan Pelayanan
Rekomendasi Kebijakan Transportasi dan Tata Ruang
Wilayah

Gambar 1. Konsep Pengembangan Jaringan Transportasi Lokal

C. Metodologi Penelitian
Teknik analisis yang dilakukan untuk mendapatkan konsep
pengembangan jaringan transportasi yang optimal dan
terpadu/terintegrasi adalah:
1. Analisis Pertumbuhan Penduduk, Memprediksi pertumbuhan
penduduk sebagai pelaku pergerakan dan pembangkit lalulintas
sehingga diketahui kecenderungan penggunaan moda untuk setiap
rute pergerakan, dapat memperkirakan proporsi jenis angkutannya
dan jumlah penduduk dimasa yang akan datang sehingga dapat
direncanakan sistem jaringan transportasi yang diperkirakan sesuai
kebutuhan.
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 3
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sumber Daya Wilayah,


Pertumbuhan ekonomi dilihat dari sektor PDRB. Peningkatan PDRB
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi, Identifikasi
sumber daya potensial dilakukan secara deskriptif dengan melihat
kondisi eksisting serta mengkombinasikan dengan arahan MP3EI.
3. Analisis Kinerja Pelayanan Transportasi (IPA dan CSI),
Pelayanan transportasi yang dirasakan masyarakat saat ini,
merupakan hasil kebijakan masa lalu. Oleh sebab itu diperlukan
penilaian terhadap kinerja tersebut, untuk memberikan gambaran
indikator apa yang perlu ditingkatkan.
4. Analisis Peramalan Permintaan Transportasi, Analisis ini
didasarkan pada identifikasi pergerakan orang yang dilakukan
mengacu pada pendekatan terhadap pendapat responden
(masyarakat) dalam menghadapi berbagai pilihan alternatif kondisi.
Sedangkan untuk jumlah pergerakan barang didasarkan pada
identifikasi arus barang yang bergerak dari satu zona ke zona lainnya
dengan satuan tertentu.
5. Analisis Perencanaan Strategis (SWOT dan QSPM), Arahan
kebijakan dan strategi pengembangan transportasi dilakukan dengan
pendekatan analisis SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix). SWOT merupakan metode perencanaan strategis,
mengidentifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.
6. Analisis Prioritas Pengembangan (SMART Analysis), Setelah
kebijakan dan strategi pengembangan sistem transportasi diketahui,
maka selanjutnya adalah menentukan prioritas pengembangan untuk
setiap sektor transportasi pada setiap tahun rencana (pendek,
menengah, panjang).

D. Kondisi Wilayah dan Jaringan Transportasi Saat Ini


1. Sosial Ekonomi Kab. Kepulauan Aru
Kabupaten Kepulauan Aru berada antara 5 o sampai 8o LS dan 133,5o
dan 136,5o BT. Merupakan wilayah kepulauan yang tersusun atas
187 pulau dan hanya 89 pulau yang didiami dan sebanyak 98 pulau
yang tidak berpenghuni. Batas-batas administrasi, Kabupaten
Kepulauan Aru dibatasi antara lain oleh Sebelah Selatan Laut Arafura,
Sebelah Utara Bagian Selatan Papua, Sebelah Timur Bagian Selatan
Papua, Sebelah Barat Bagian Timur Pulau Kei Besar dan Laut Arafura
Lokasi/posisi setiap pusat-pusat desa dan kecamatan umumnya
terletak disepanjang pantai dan/atau sungai sehingga interaksi antar
desa - desa, desa - kecamatan, dan kecamatan - kecamatan hanya
dapat dijangkau melalui jalur jaringan transportasi perairan, baik
perairan laut maupun sungai/pedalaman. Wilayah hinterland memiliki
pengaruh langsung dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Aru adalah
Papua (Kabupaten Kaimana, Mimika, dan Asmat) dan Pulau Kei Besar.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 4


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru adalah 88.739 jiwa


(2013), yang terdiri dari laki-laki 45.007 jiwa atau 51,37% dan
perempuan 42.832 jiwa atau 48,63%. Distribusi per kecamatan
adalah Kecamatan Pulau-Pulau Aru sebanyak 38.123 jiwa atau
42,96%, Kecamatan Aru Utara sebanyak 5.392 jiwa atau 6,08%,
Kecamatan Aru Utara Timur Batuley sebanyak 4.455 jiwa atau 5,02%,
Kecamatan Sir-Sir sebanyak 2.796 jiwa atau 3,15%, Kecamatan Aru
Tengah sebanyak 13.306 jiwa atau 14,99%, Kecamatan Aru Tengah
Timur sebanyak 4.551 jiwa atau 5,13%, Kecamatan Aru Tengah
Selatan sebanyak 5.364 jiwa atau 6,04%, Kecamatan Aru Selatan
sebanyak 7.097 jiwa atau 8%, Kecamatan Aru Selatan Utara
sebanyak 3.550 jiwa atau 4% dan Kecamatan Aru Selatan Timur
sebanyak 4.105 jiwa atau 4,63%.
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah & Kepadatan Penduduk
Luas Jumlah Kepadatan
Kecamatan
(Km2) Penduduk (jiwa/km2)
P. P. Aru 907,39 38.123 42
Aru Utara 531,28 5.392 10
Aru Utara Timur Batuley 304,78 4.455 15
Sir-Sir 528,39 2.796 5
Aru Tengah 1372,06 13.306 10
Aru Tengah Timur 659,75 4.551 7
Aru Tengah Selatan 295,11 5.364 18
Aru Selatan 833,12 7.097 9
Aru Selatan Utara 478,31 3.550 7
Aru Selatan Timur 516,58 4.105 8
2013 6426,77 88.692 14
Sumber: BPS Kep. Aru, 2013

Distribusi Persentase ADHB menunjukkan bahwa Sektor Pertanian


masih mendominasi perekonomian Kabupaten Kepulauan Aru dengan
kontribusinya sebesar 57,40% diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran 29,95%, Sektor Jasa-Jasa 6,83%, Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,71% sedangkan kontribusi terkecil
dari Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 0,24%.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru selama tahun 2011
sebesar 5,65 % yang merupakan interaksi dari tiap-tiap sektor
ekonomi sebagai berikut: Sektor Pertanian 6,25%, Sektor
Pertambangan & Penggalian 12,87%, Sektor Industri Pengolahan
2,32%, Sektor Listrik dan Air Bersih 2,80%, Sektor Bangunan
27,84%, Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran 4,74%, Sektor
Pengangkutan & Komunikasi 5,36%, Sektor Keuangan, sewa, Jasa
Perusahaan. 2,62% dan sektor Jasa - jasa 3,84%.
Tabel 2. PDRB ADHB Kab. Kepulauan Aru (juta rupiah)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011
Pertanian 215.840 232.116 253.130
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 5
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Lapangan Usaha 2009 2010 2011


Pertambangan & Penggalian 2.920 3.521 4.413
Industri Pengolahan 1.068 1.193 1.379
Listrik, Gas dan Air Bersih 916 986 1.051
Bangunan 4.103 5.905 7.201
Perdagangan, Hotel & 105.163 121.098 142.485
Restoran
Transportasi & komunikasi 4.343 5.026 6.172
Keuangan, Persewaan & Jasa 6.342 6.899 7.728
Perusahaan
Jasa-jasa 23.916 27.617 35.409
PDRB 364.612 404.363 458.766
Sumber: BPS, Kab. Kepulauan Aru, 2013

Salah satu indikator ekonomi yang, digunakan untuk mengukur


kemakmuran, suatu daerah atau region adalah Pendapatan Perkapita.
Perdapatan Perkapita Penduduk Kabupaten Kepulauan Aru tahun
2010 tercatat sebesar 4.805.844 rupiah naik menjadi 5.305.618
rupiah pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 10,40 persen.
Pendapatan Perkapita menurut harga konstan 2000 tahun 2011
tercatat sebesar 2.550.728 rupiah, naik sebesar 69.728 rupiah dari
tahun 2010 atau naik sebesar 2,81%.
2. Kondisi Pola Aktifitas
Penataan hubungan antar pusat-pusat permukiman perkotaan dan
dengan outlet-outlet utama kegiatan transportasi wilayah merupakan
hal yang sangat penting dalam rangka menciptakan arus pergerakan
barang dan penumpang yang efisien, efektif dan menerus dari
kawasan-kawasan produksi ke lokasi-lokasi pasar di dalam wilayah
maupun di luar wilayah (dan sebaliknya). Penataan hubungan
tersebut dilakukan melalui pengembangan sistem dan fasilitas
kegiatan transportasi secara terpadu inter dan intra moda (darat, laut
dan udara) sehingga mampu menghasilkan layanan angkutan yang
cepat, aman dan berbiaya murah.
Dengan memperhatikan faktor-faktor aglomerasi pusat-pusat
permukiman perkotaan, sebaran wilayah hinterland, serta jaringan
prasarana dan fasilitas kegiatan transportasi darat, sungai,
penyeberangan, laut dan udara yang sudah ada maupun yang
direncanakan untuk dikembangkan, dapat diarahkan hubungan antar
pusat dan orientasi pergerakan barang dan penumpang di wilayah
Kabupaten Kepulauan Aru. Dapat dikemukakan bahwa arahan dan
orientasi pergerakan ini bersifat agak disederhanakan dan ideal,
mengingat dalam kenyataannya orientasi pergerakan barang dan
penumpang sangat kompleks dapat berasal dan menuju ke segala
arah sesuai dengan lokasi supply dan demand yang sepenuhnya
mengikuti mekanisme pasar.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 6


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Dengan memperhatikan hirarki sistem perkotaan yang ada di


Kabupaten Kepulauan Aru, maka dapat diperoleh gambaran
pergerakan barang dan penumpang secara sederhana.
Selanjutnya hirarki perkotaan di Kabupaten Kepulauan Aru terdiri
atas:
a. Kota Korpuy sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
b. Kota Marlasi, Kota Benjina, Kota Koijabi, Kota Longgar, Kota
Korpuy dan Kota Meror sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
c. Kobamar, Batuley, Wokam, Kolaha, Kobraur, Basada, Koba
Seltimur, Fatlabata, Mesiang, Warabal, Lorang, Tabarfane,
Ngaibor, Batugoyang sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);
dan
d. Kota Dobo sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

3. Kondisi Jaringan Transportasi


a. Transportasi Jalan
Pelayanan transportasi jalan di Kabupaten Kepulauan Aru masih
terpusat di Kota Dobo Kecamatan Pulau-Pulau Aru. Pada
pengamatan beberapa ruas jalan yang dilayani angkutan kota
jarang dijumpai mencapai load factor di atas 80% meskipun pada
jam sibuk, itupun yang dimuat adalah murid atau pelajar.
Beberapa ruas yang dilayani angkutan kota termasuk cukup tinggi
frekuensinya adalah Tugu - Pelabuhan/Pasar, Tugu - Bandar
Udara, hal ini disebabkan karena kedua lokasi ruas tersebut
terdapat pusat tarikan pergerakan yaitu pasar, pelabuhan dan
kawasan Kantor Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.
Jumlah kendaraan yang beroperasi pada tahun 2013 adalah 3.686
unit dan 3.340 unit terdiri atas plat hitam atau 90,61%, artinya
masyarakat mampu memiliki kendaraan baik roda dua maupun
roda empat untuk menunjang aktivitasnya. Jumlah kendaraan plat
kuning sebanyak 167 unit atau 4,53%, artinya keberadaan
angkutan kota yang digunakan untuk memberikan pelayanan
dalam Kota Dobo perlu dibatasi karena akan berdampak terhadap
pengembalian investasi dan dikhawatirkan terjadi kredit macet
apabila load faktor tidak dapat mencapai diatas 70% pada saat
jam sibuk.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 7


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Gambar 2. Persentase Jenis Kendaraan

Panjang jalan pada tahun 2013 adalah 213,7 km dengan rata-rata


pertumbuhan 2,65% per tahun dengan kondisi permukaan 53,53
km diaspal atau 25,04%, 20,32 km dengan kerikil atau 9,50%,
dan jalan tanah 139,85 km atau 65,44%. Data ini mencerminkan
kondisi jaringan jalan cukup memprihatinkan, selain kuantitasnya
terbatas kualitas konstruksinya pun terbatas. Sangat ironis
bilamana dibandingkan dengan jaringan jalan yang terdapat di
Kawasan Barat Indonesia, apalagi jika dikaitkan dengan Standar
Pelayanan Minimum (SPM) jaringan jalan berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2004 tanggal 24
Pebruari 2004 yang menyatakan bahwa indikator ketersediaan
jaringan jalan kabupaten adalah terjadinya konektivitas wilayah
yang menghubungkan pusat kegiatan dan pusat produksi. Pusat-
pusat produksi minimal berada di ibukota kecamatan, namun
belum satu pun ibukota kecamatan dengan ibukota kecamatan
lainnya yang dapat dihubungkan melalui jaringan jalan.

Gambar 3. Persentase Jaringan Jalan berdasarkan


Permukaan

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 8


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Kondisi jaringan jalan pada tahun 2013 menunjukkan panjang


jalan dengan kondisi baik adalah 23,5 km atau 11,54%, kondisi
sedang sebesar 34,00 km atau 16,70%, kondisi rusak ringan
sebesar 56,90 km atau 27,95% dan kondisi rusak berat sebesar
89,20 atau 43,81%. Kota Dobo sampai saat ini belum tersedia
terminal penumpang yang berfungsi sebagai awal dan akhir dalam
suatu perjalanan. Tipe terminal yang dibutuhkan adalah tipe C
yang berfungsi untuk menghubungkan suatu titik simpul sebagai
pusat tarikan dan bangkitan pergerakan.
b. Transportasi Penyeberangan dan Perairan
Jumlah armada atau kapal motor ≤ 7 GT yang beroperasi di
Kabupaten Kepulauan Aru tahun 2014 adalah 298 unit, 113 unit
berlokasi di Kecamatan Pulau-Pulau Aru atau 37,92%, 17 unit di
Kecamatan Aru Selatan atau 5,70%, 92 unit di Kecamatan Aru
Selatan Utara atau 30,87%, 14 unit di Kecamatan Aru Tengah
atau 7,38%, 5 unit di Kecamatan Aru Timur atau 1,67% dan 35
unit di Kecamatan Aru Selatan atau 11,77%. Dua titik simpul yang
dilayani trayek secara tetap setiap hari yaitu Dobo - Benjina
Kecamatan Aru Tengah dengan rata-rata 8 unit per hari, Dobo -
Marlasi Kecamatan Aru Utara dengan rata-rata 6 unit per hari.
Kegiatan operasional kapal motor ini mengangkut penumpang dan
barang dari Benjina dan Marlasi dan pada saat balik, selain
penumpang kadang mengangkut kebutuhan pokok dan bahan
bangunan.
Pelayanan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Lobster dari Dobo
melayani tujuan Dobo - Tual dan Dobo - Benjina - Tabarfane
dengan trip 2 kali seminggu yaitu pada hari kamis dan sabtu.
Pelayanan ini sudah berlangsung sejak tahun 2000-an.
Jika dilihat dari pertumbuhan penumpang pada ketiga lintas
tersebut menunjukkan frekuensi bahkan cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun, kecuali tujuan Dobo - Tabarfane
pada 2 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 53,43%,
namun sebelumnya menurun 49,22%. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Penumpang Kapal Penyeberangan
Lintas 2009 2010 2011 2012 2013
Dobo - Tual 22.790 19.526 15.957 13.898 9.886
Dobo - Benjina 1.936 983 540 671 422
Dobo - Tabarfane 507 258 131 201
Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Aru 2013

Berbeda halnya dengan angkutan barang dengan kendaraan,


cukup baik karena pernah terjadi pertumbuhan yang cukup tinggi
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 9
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

dati tahun 2011 ke tahun 2012 yang mencapai 131%, selanjutnya


pada tahun 2013 mengalami penurunan lagi sebesar 8,76%.
Tabel 4. Jumlah Barang dan Kendaraan Lintas Dobo - Tual
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
Barang (ton) 522 560 952 2.203 2.010
Roda 4 19 45 82 39 35
Roda 2 225 341 316 492 487
Trip 88 132 128 112 124

Pelayanan embarkasi dan embarkasi kapal motor penyeberangan


masih menggunakan dermaga pelabuhan laut, sehingga kegiatan
relatif mengganggu operasional kegiatan bongkar muat kapal
curah di dermaga. Hal ini disebabkan karena dengan panjang
dermaga 240 m tidak mampu melayani 5 kapal secara bersamaan,
apalagi jika pada saat bersamaan bersandar kapal putih KM
Kelimutu atau KM Tidar.
Prasarana transportasi perairan yang tersedia hanya di Dobo
dalam bentuk talud, sedangkan di kecamatan lainnya di Pulau
Wokam, Kobror dan Trangan belum tersedia. Begitu pula dermaga
pelabuhan penyeberangan yang telah terbangun terdapat di
Dobo, itupun belum diberdayakan dengan alasan kolam
pelabuhan relatif dangkal sehingga tidak dapat melayani olah
gerak kapal jika akan sandar. Selain itu, dalam pelabuhan
penyeberangan yang sedang dalam proses pembangunan
terdapat di Lamera sebagai pasangan lintas penyeberangan
pelabuhan penyeberangan Dobo, meskipun kedepannya
pelabuhan penyeberangan ini diarahkan untuk direlokasi ke Batu
Meja dalam mengantisipasi pelayanan lintas penyeberangan Trans
Aru dengan Kota Dobo.
c. Transportasi Laut
Untuk pelayanan moda transportasi laut, pelayanan kapal
penumpang dilakukan oleh kapal perintis Prima Nusantara dengan
trayek Ambon - Tual - Dobo - Benjina - Tabarfane - Meror dengan
voyage 2 kali sebulan. Kapal putih atau kapal ekspres milik PT.
PELNI yang melayani Kabupaten Kepulauan Aru terdapat 2 unit
yaitu KM Tidar dengan trayek Makassar - Bau-Bau - Ambon -
Banda - Tual - Dobo - Kaimana - Fak-Fak PP, sedangkan KM
Kelimutu melayani trayek Surabaya - Makassar - Bau-Bau - Ambon
- Banda - Saumlaki - Tual - Dobo - Timika - Agats - Merauke PP.
Kedua kapal ini cukup memberikan kontribusi dalam pelayanan
penumpang antar provinsi, bahkan pada musim libur penumpang
yang turun dan naik antara 500 - 1000 orang, sedangkan pada
saat hari-hari biasa berkisar antara 200 - 400 orang.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 10


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Jumlah call kapal di Pelabuhan Dobo selama 5 tahun terakhir


mengalami fluktuasi, namun pada 2 tahun terakhir mengalami
peningkatan sebesar 10,43%, sedangkan rata-rata selama 5
tahun terakhir pertumbuhannya rata-rata 10,95%. Untuk kegiatan
embarkasi dan debarkasi penumpang selama 5 tahun terakhir
juga terjadi fluktuasi, khususnya selama 3 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan karena terjadi moda splitdari moda transportasi laut
ke moda transportasi udara. Penumpang tujuan Makassar,
Surabaya atau Ambon lebih condong menggunakan transportasi
udara karena perbedaan tarif tidak terlalu besar sedangkan waktu
relatif singkat, apalagi sejak dilayani dengan menggunakan
pesawat tipe lebih besar yaitu ATR 42 seri 300. Pada 2 tahun
terakhir terjadi peningkatan sebesar 27,57% dan jika dirata-
ratakan selama 5 tahun terakhir terjadi peningkatan 15,59%.
Tabel 5. Jumlah penumpang di Pelabuhan Dobo
No Tahun Turun Naik Jumlah
1 2009 12,988 15,645 28,633
2 2010 26,733 10,655 37,388
3 2011 26,078 14,591 40,669
4 2012 24,476 14,355 38,831
5 2013 37,548 11,989 49,537
Sumber: Pelabuhan Dobo, 2014

Kondisi bongkar muat selama 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi,


bahkan sejak tahun 2010 terjadi penurunan. Karakterisitik
bongkar muat barang di Pelabuhan Dobo masih didominasi
barang yang dibongkar dari Surabaya berupa barang kebutuhan
pokok dan bahan bangunan sedangkan barang yang dimuat
adalah hasil perkebunan seperti kopra dan rumput laut.
Perbandingan antara barang yang dibongkar dengan barang yang
dimuat dapat mencapai 1 : 5, bahkan paling rendah 1 : 1,5.
Kondisi ini membutuhkan perhatian agar muatan balik kapal dapat
meningkat melalui peningkatan produksi potensi wilayah
Kabupaten Kepuauan Aru. Untuk mengetahui pertumbuhan
produksi dan operasional kapal dapat dilihat pada gambar 4 dan
gambar 5.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 11


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Gambar 4. Produksi B/M Barang di Pelabuhan Dobo

Gambar 5. Truck Loosing Kegiatan B/M di Pelabuhan Dobo


Fasilitas dermaga di lingkungan kerja (DLKr) Pelabuhan Dobo
terdiri atas dermaga penyeberangan yang belum dioperasikan,
dermaga pelabuhan rakyat yang dibangun oleh pemerintah
daerah, dermaga Pelabuhan Dobo serta pelengsengan yang
digunakan untuk kapal motor dengan bobot ≤ 7 GT. Selain itu
beberapa fasilitas dermaga yang terdapat di wilayah Kecamatan
Aru Tengah, Aru Selatan Utara, Aru Selatan Timur, serta Aru
Utara.
Dermaga Pelabuhan Dobo berdimensi 240 x 12 m yang dilengkapi
dengan trestle, sedangkan dermaga penyeberangan dilengkapi
dengan movable bridge tetapi sudah tidak berfungsi lagi.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 12


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Selain itu terdapat pelabuhan rakyat yang dibangun oleh


pemerintah daerah yang berlokasi antara dermaga pelabuhan laut
dengan dermaga pelabuhan penyeberangan, namun aksesibilitas
yang terbangun serta tinggi dermaga yang kurang mampu
melayani armada semut atau kapal motor berbobot ≤7 GT,
sehingga saat ini belum dapat dioperasikan.
d. Transportasi Udara
Bandar Udara Rar Gwamar Dobo dilayani oleh operator
penerbangan Trigana Air dengan Pesawat ATR 42 seri 300 dengan
rute Ambon - Saumlaki - Tual - Dobo, atau Ambon - Tual - Dobo
atau Ambon - Dobo - Tual PP. Jumlah frekuensi penerbangan
dilakukan 1 kali sehari.

Gambar 6. Pesawat ATR 42 seri 300 milik Trigana Air

Pertumbuhan pergerakan pesawat selama 5 tahun terakhir


mengalami peningkatan rata-rata 13,64%, bahkan pada tahun
2009 jumlah pergerakan pesawat sebesar 142 meningkat menjadi
500 pergerakan pada tahun 2010 atau mengalami peningatan
sebesar 76,05%, hal ini disebabkan karena sejak tahun 2010
mengalami peningkatan frekuensi dari 3 kali seminggu menjadi 4
kali seminggu, dan selanjutnya pada tahun 2011 meningkat lagi
menjadi 6 kali seminggu dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
1 kali sehari bahkan kadang 2 kali tergantung permintaan
penumpang.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 13


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Tabel 6. Jumlah pergerakan pesawat


No Tahun Jumlah Pertumbuhan
1. 2009 142 -
2. 2010 500 76,05
3. 2011 639 27,80
4. 2012 750 17,37
5. 2013 718 -4,26
Rata-rata 13,64
Sumber: Bandar Udara Rar Gwamar Dobo, 2014

Antara tahun 2009 dan 2010 terjadi lonjakan penumpang yaitu


2.277 orang menjadi 15.097 orang atau mengalami peningkatan
sebesar 563%, pada tahun berikutnya mengalami pertumbuhan
rata-rata 22,70%. Pada tahun 2011 jumlah penumpang terangkut
sebanyak 26.644 orang atau mengalami peningkatan sebesar
76,48% jika dibandingkan pada tahun 2010, sedangkan pada
tahun 2012 meningkat lagi sebesar 28.834 orang atau tumbuh
8,22%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 16,60% karena realisasi yang terangkut sebesar 22.221
orang
Pertumbuhan kargo selama 5 tahun terakhir mengalami
peningkatan. Tahun 2010 jumlah angkutan kargo mencapai 7,30
ton atau menurun 42,85% dibandingkan pada tahun 2009 sebesar
10,74 ton, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 17,60
ton atau mengalami peningkatan 142,85%, dan tahun 2012
meningkat menjadi 24,27 ton dan tumbuh 41,17% dan tahun
2013 meningkat menjadi 73,14 ton atau tumbuh 200%, sehingga
jika dirata-ratakan selama 5 tahun terakhir adalah 85,30%.

Gambar 7. Kargo Komoditas Hasil Perikanan

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 14


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Bandar udara Rar Gwamar Dobo saat ini memiliki panjang


landasan pacu 1300 m x 23 m yang opersional, namun telah
terbangun 1600 m x 23 m, hal ini untuk memenuhi target
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 2013
Tentang Kebandarudaraan yaitu dari klasifikasi 2C menjadi 3C.
Bandar udara ini berperan sebagai titik simpul, gerbang ekonomi,
alih moda transportasi, menunjang perindustrian dan pariwisata,
serta penyanggah rawan bencana, berfungsi mendukung
pemerintahan dengan penggunaan domestik dan dari hirarki
adalah sebagai pengumpan.
4. Kinerja Transportasi Kab. Kepulauan Aru
a. Transportasi Jalan
Indek aksesibilitas, mobilitas dan kondisi jaringan jalan dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Indeks Aksesibilitas dan Mobilitas Jaringan Jalan Kabupaten
Kepulauan Aru tahun 2014
Luas Panjang Indeks aksesibilitas Indeks Mobilitas (km/1,000
Jumlah
wilayah jalan (km/km2) jiwa)
penduduk
(km2) (km) eksisting minimal +/- eksisting minimal +/-
88,737 6,426.77 213.7 0.03 0.05 - 2.41 5 -
Sumber: Hasil Analisis
Keterangan: - : di bawah SPM
+ : di atas SPM

Tabel 8. Kondisi permukaan jaringan jalan tahun 2014


Kondisi Panjang (km) % Penilaian Keterangan
Baik 70.70 Tidak
Sedang 62.14 132.84 62.16 Lebih kecil 80% memenuhi
Rusak ringan 62.24 SPM
Rusak Berat 18.62 80.86 37.84 Lebih besar 20%
Sumber: Hasil Analisis

b. Transportasi Penyeberangan
Kinerja jaringan pelayanan dan prasarana transportasi sungai dan
penyeberangan yang dapat diukur adalah indikator kapasitas dan
keselamatan. Mengingat kedua indikator ini memiliki nilai tertenu
dalam pengukurannya.
Untuk kapasitas kapal dan dermaga dapat dilihat dari aspek load
factor dan bearth occupancy ratio, sedangkan untuk keselamatan
dapat diukur dari tingkat kecelakaan atau kesiapan pelampung
dan alat keselamatan pelayaran.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 15


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa kapasitas moda


transportasi sungai relatif mencukupi mengingat rata-rata setiap
kecamatan memiliki kapal ≤7 GT seperti yang dibahas pada
bagian sebelumnya, namun yang menjadi masalah adalah tidak
tersedianya fasilitas dermaga sungai atau fasilitas tambat pada
titik simpul sungai atau pantai, kecuali di Dobo yang berlokasi di
sebelah dermaga pelabuhan penyeberangan.
Selanjutnya untuk kinerja kapal dan pelabuhan penyeberangan
dari segi kapasitas relatif masih baik, load factor rata-rata
dibawah 70% pada seluruh lintas yang dilayani yaitu Dobo-Tual,
Dobo-Benjina-Tabarfame. Khusus kinerja kapasitas dermaga
sungai saat ini dengan dikatakan nihil karena belum
dimanfaatkannya dermaga penyeberangan Dobo dengan alasan
pendangkalan kolam pelabuhan, sehingga kapal bersandar di
dermaga pelabuhan laut yang berdampak terhadap berth
occupancy rasio dermaga. Selain itu, beberapa titik simpul yang
dilayani belum tersedia dermaga pelabuhan penyeberangan dan
saat ini sedang dibangun dermaga pelabuhan penyeberangan di
Lamerang Wokam untuk melayani lintas penyeberangan Dobo-
Wokam.
c. Transportasi Laut
Kinerja transportasi laut yang perlu menjadi perhatian adalah
kapasitas dermaga Pelabuhan Dobo dengan panjang 240 x 12
meter, hal ini terjadi karena dermaga ini selain digunakan untuk
kegiatan bongkar muat barang dan penumpang untuk kapal
penumpang milik PT. PELNI, kapal perintis dan kapal barang, juga
digunakan kapal penyeberangan bersandar pada setiap hari Kamis
dan Sabtu, dan kalau ini terjadi Berth Occupancy Rasionya bisa
mencapai > 100%, sehingga salah satu kapal barang yang dalam
proses bongkar muat harus keluar agar kapal penyeberangan
dapat sandar mengingat tingkat prioritas pelayanan kapal di
dermaga adalah kapal penumpang, menyusul kapal yang memuat
bahan pokok dan selanjutnya kapal yang memuat bahan pokok
atau bangunan.
d. Transportasi Udara
Penilaian tingkat kinerja transportasi udara yang dapat diukur
adalah kapasitas landasan pacu dari segi jenis pesawat, kapasitas
terminal dan kapasitas pesawat per pergerakan pesawat.
Panjang dan lebar landasan pacu masih membutuhkan
peningkatan yaitu lebar dari 23 meter menjadi 30 meter, tebal
perkerasan agar mampu didarati pesawat ATR 72 seri 600,
terminal penumpang dan kapasitas pesawat. Jika pelayanan masih
mengandalkan 1 kali pergerakan per hari yaitu tiba dan
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 16
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

berangkat, maka akan terjadi daftar tunggu penumpang apabila


pesawat mengalami gangguan teknis atau karena faktor cuaca.
Oleh sebab itu dibutuhkan peningkatan frekuensi penerbangan
dari Dobo-Ambon minimal 2 kali sehari.

E. Perkiraan Kondisi Mendatang


1. Struktur dan Pola Ruang Wilayah
Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan, serta pelayanan prasarana
wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan sistem
interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan pedesaan yang berdaya
guna besar.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru telah menetapkan kebijakan
penataan ruang wilayah, meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki hingga ke pulau-
pulau kecil terluar yang merupakan wilayah-wilayah yang
berbatasan dengn negara lain;
b. Peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru
dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi;
c. Peningkatan fasilitas transportasi hingga ke pulau-pulau kecil
terluar;
d. Peningkatan pelayanan prasarana lingkungan hingga ke wilayah
pulau-pulau kecil terluar;
e. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan
lindung, kawasan resapan air, dan kawasan cagar alam yang
memberikan perlindungan bagi habitat satwa asli daerah;
f. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten
Kepulauan Aru, khususnya kawasan budidaya perikanan,
pertanian, dan permukiman;
g. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial
budaya pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi
tinggi serta daya dukung lingkungan hidup
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

2. Pola Aktifitas
a. Proyeksi Penduduk
Pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir rata-rata 2.09%,
pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan tertinggi sebesar 2.97%,
dan pada tahun 2013 terjadi pertumbuhan terendah sebesar
0.05%. Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk di masa
yang akan datang dilakukan peramalan atau proyeksi yang
didasarkan pada pertumbuhan rata-rata sebelumnya, namun tetap

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 17


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

didasari asumsi pertumbuhan. Pada perencanaan asumsi


pertumbuhan ditetapkan sebesar 2.09% per tahun. Untuk
mengetahui hasil proyeksi jumlah penduduk pada program jangka
pendek, menengah dan panjang dapat dilihat pada tabel berikuti
ini.
Tabel 9. Proyeksi jumlah penduduk Tahun 2015-2030
No Program Tahun Proyeksi penduduk
2015 92,487
2016 94,420
1 Jangka pendek 2017 96,399
2018 98,408
2019 100,464
2 Jangka menengah 2020-2025 111,411
3 Jangka panjang 2026-2030 123,550
Sumber: Hasil Analisis, 2014

b. Proyeksi Pergerakan Penumpang dan Barang


Prediksi pergerakan penumpang antar kecamatan pada tahun
2019, Dobo tetap menjadi Asal dan Tujuan tertinggi apalagi
dengan asumsi bahwa lintas penyeberangan antara Dobo -
Lamerang Wokam sudah terwujud ditunjang jaringan jalan dari
Lamerang ke Kobamar sudah terwujud. Beberapa asumsi
peningkatan pergerakan antar kecamatan meningkat jika fasilitas
jaringan jalan dapat dibangun lebih awal. Untuk pola pergerakan
barang pada tahun 2019 diproyeksikan terjadi peningkatan
persentase barang keluar dari Dobo dari 15% menjadi 20%, hal
ini dimungkinkan mengingat beberapa potensi daerah relatif
berkembang baik yang bersumber dari alam maupun budidaya.
Selanjutnya pergerakan penumpang pada tahun 2025 telah terjadi
keseimbangan antar kecamatan mengingat jaringan jalan yang
menghubungkan antar kecamatan sebagian besar sudah terwujud
meskipun permukaannya masih perkerasan. Selain itu,beberapa
jaringan sungai, lintas penyeberangan, bahkan transportasi udara
dari Benjina sudah dapat dioperasikan. Untuk pergerakan asal
tujuan barang pada tahun 2025 diharapkan semakin terjadi
keseimbangan antar kecamatan berdasarkan potensi masing-
masing. Selain itu, antisipasi terwujudnya industri pabrik gula di
Kecamatan Aru Selatan. Beberapa pengelolaan potensi daerah
yang menghasilkan barang jadi atau setengah jadi. Selengkapnya
diserline pergerakan orang dan barang dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 18


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Gambar 8. Desire Line Asal Tujuan Penumpang (Kiri) dan Barang (Kanan) Tahun 2019

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 19


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Gambar 9. Desire Line Asal Tujuan Orang (Kiri) dan Barang (Kanan) Tahun 2025

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 20


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Gambar 10. Desire Line Asal Tujuan Orang (Kiri) dan Barang (Kanan) Tahun 2030

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 21


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

F. Arah Pengembangan Jaringan Transportasi


Untuk menetapkan arahan pengembangan sistem transportasi Kabupaten
Kepulauan Aru tetap mengacu pada Visi dan Misi serta kebijakan
pengembangan sistem transportasi Provinsi Maluku yang pada intinya
diarahkan untuk mengatasi permasalahan transportasi pada saat ini dan
masa yang akan datang serta mendukung strategi pembangunan daerah
Kabupaten Kepulauan Aru dalam rangka mempercepat dan memperluas
jaringan pelayanan dan prasarana transportasi sebagai pendukung
pembangunan ekonomi.
Visi: Terwujudnya tingkat kecukupan sarana, prasarana dan jaringan
transportasi penghubung secara terpadu
Misi:
1) Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang
menunjang pembangunan daerah dan nasional
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
perhubungan serta mengembangkan manajemen keselamatan
penerbanagan
3) Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia yang kreatif dan
inovatif untuk mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi
4) Mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan kepada
masyarakat
5) Mengembangkan budaya rasa memiliki pada masyarakat akan arti
pentingnya keselamatan dan pemeliharaan fasilitas perhubungan.
Berdasarkan visi misi pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten
Kepulauan Aru, maka ditetapkan beberapa arahan sebagai berikut:
1. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Jalan
a. Pengembangan dan pembangunan jaringan transportasi jalan
diarahkan pada peningkatan jaringan jalan yang sudah tersedia di
Dobo dan pembangunan jaringan jalan di Pulau Wokam, Pulau
Kobror, Pulau Maekor, Pulau Koba dan Pulau Trangan.
b. Pembangunan jalan lingkar Pulau Wokam dan pembangunan jalan
lintas Aru-Wokam-Jabalenga-kobamar-kobram-Seli bata-bata-
Jirlai-Benjina-Algadom-Maekor Utara-Maekor Selatan- Trangan
Utara-Trangan Selatan-Fatlabata-Popjetar-Batu goyang.
c. Pembangunan jalan lokal sekunder yang menghubungkan jalan
lingkar Pulau Wokam, jalan lintas Pulau Aru dengan ibukota
kecamatan serta pusat pelayanan kawasan (PPK) dan pusat
pelayanan lingkungan (PPL)

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 22


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

d. Pembangunan pengujian kendaraan bermotor (PKB) di Dobo dan


pengadaan pengujian kendaraan bermotor mobile di luar Dobo
e. Pembangunan terminal tipe B di Dobo dan tipe C di seluruh
kecamatan serta diusahakan jaraknya berdekatan dengan pasar.
f. Pengadaan dan instalasi sarana lalu lintas seperti lampu pengatur
lalu lintas di Dobo serta pagar pengaman jalan, delinator di ruas
jalan lintas Pulau Aru dan jalan lingkar Pulau Kabier pada ruas
jalan rawan kecelakaan.
g. Melakukan studi kelayakan atau kajian akademik terhadap
pembangunan terminal penumpang tipe B di Dobo, studi rencana
induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai yang
diamanahkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013, studi
analisis dampak lalu lintas pada lokasi pembangunan prasarana
yang berpotensi sebagai pusat bangkitan dan tarikan pergerakan
lalu lintas.
h. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan sumber daya manusia
perhubungan melalui pendidikan dan latihan pada instansi terkait
khususnya bidang transportasi jalan, sungai dan danau,
penyeberangan, laut dan udara.
i. Menata sistem trayek angkutan kota di Pulau Dobo dan angkutan
pedesaan di Pulau Wokam, Pulau Kobror, Pulau Maekor, Pulau
Koba, dan Pulau Trangan
j. Mengusulkan pengadaan bus sekolah dan angkutan perintis
transportasi jalan.
k. Membuka trayek angkutan kota dan provinsi (AKDP) antara
Kabupaten Kepulauan Aru dengan kabupaten Maluku Tenggara,
jika lintas penyeberangan Wokam-Tual dan Dobo-Tual dapat
melayani dengan sistem movable bridge pada pelabuhan
penyeberangan.
2. Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi
keairan
a. Transportasi perairan dan sungai
1) Pembangunan fasilitas tambat pada pantai/pulau yang
memiliki komunitas masyarakat yang jumlah penduduknya
mencapai 250 orang serta memiliki potensi pedesaan yang
harus dipasarkan melalui antar pulau.
2) Pembangunan fasilitas dermaga pada sungai yang
memisahkan Pulau Wokam, Pulau Kobror, Pulau Maekor, Pulau
Koba dan Pulau Trangan.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 23


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

3) Pengadaan bus dan truk air untuk melayani trayek tetap pada
trayek potensial yang berperan untuk menghubungkan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) dengan Kota Dobo.
b. Transportasi Penyeberangan
1) Melakukan studi kelayakan, studi investigasi dan Design,
rencana induk pada keenam lokasi pelabuhan penyeberangan
yang cukup tepat dari segi teknis dan operasional mengingat
pertimbangan kondisi cuaca dan angin Timur Barat mutlak
dipertimbangkan
2) Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan dengan konstruksi
Movable Bridge yang menghubungkan lintas penyeberangan
potensial dan telah dilakukan studi kelayakan
3) Pembangunan kapal penyeberangan 250-1000 GT untuk
melayani lintas penyeberangan antar kecamatan dan provinsi
c. Transportasi Laut
1) Melakukan studi kelayakan, studi investigasi dan design dan
rencana induk pelabuhan pada lokasi pelabuhan yang cukup
tepat dari segi teknis dan operasional menyangkut
pertimbangan kondisi cuaca dan angin Timur dan Barat
2) Melakukan relokasi Pelabuhan Dobo untuk mengantisipasi
perkembangan teknologi pelayanan transportasi laut,
khususnya dengan sistem peti kemas
3) Pembagunan pelabuhan pada titik simpul yang sifatnya
strategis dan memiliki potensi wilayah yang dapat diantar
pulaukan
4) Meningkatkan frekuensi pelayanan kapal putih dari dan ke
Dobo untuk arah Selatan (NTT), arah Papua dan Ambon-
Makassar
5) Meningkatkan jumlah voyage kapal perintis yang melayani
Pelabuhan Dobo, Benjina, Kalar-Kalar dan Meror
6) Melakukan pembinaan dan sosialisasi keselamatan pelayaran
pada pemilik kapal ≤ 7 GT
d. Transportasi Udara
1) Melakukan revisi Rencana Induk Bandar Udara Rar Gwamar
Dobo, bilamana dari kalkulasi ekonomi lebih efisien bilamana
dilakukan reposisi fasilitas darat daripada merealisasikan
rencana induk, apalagi sebagian fasilitas terbangun sudah
terjadi deviasi terhadap Rencana Teknik Terinci (RTT) Bandar
udara

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 24


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

2) Melakukan peningkatan Pavement Classification Number (PCN)


pada Runway untuk mendukung pengoperasian pesawat ATR
72 seri 500/600 di Bandar Udara Rar Gwamar Dobo
3) Pembangunan fasilitas sisi udara dan fasilitas sisi darat
berdasarkan rencana induk yang telah ditetapkan.
4) Melakukan sosialisasi tentang kawasan Keselamatan operasi
penerbangan di Kota Dobo
5) Menghidupkan kembali Bandar Udara di Benjina dan eks air
strip Jepang di Marafenfen di Kecamatan Aru Selatan
6) Meningkatkan frekuensi penerbangan dari Dobo-Tual, Dobo-
Ambon dan membuka Rute dari Dobo ke Provinsi Papua Barat
atau Provinsi Papua.
G. Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Jaringan
Transportasi
Kebijakan dan strategi pengembangan transportasi di Kabupaten
Kepulauan Aru dibagi kedalam 4 kuadran seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 11. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Jaringan


Pelayanan dan Prasarana Transportasi

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 25


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Strategi Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Pelayanan dan


Prasarana Transportasi Kabupaten Kepulauan Aru
1. Meningkatkan kapasitas dan jaringan prasarana transportasi;
 Melakukan pembangunan prasarana transportasi jalan, sungai dan
penyeberangan, dermaga pelabuhan laut dan bandar udara
 Melakukan peningkatan dan pengembangan prasarana yang
tersedia sejalan dengan tuntutan pemakai jasa transportasi
 Melakukan rekayasa lalu lintas di jalan, manajemen kepelabuhanan
dan bandar udara
 Memanfaatkan teknologi informasi dengan sistem keterpaduan
antar dan intra moda transportasi.
2. Meningkatkan keselamatan transportasi;
 Melakukan pembangunan dan pengembangan fasilitas dan sarana
keselamatan di jalan, sungai, alur pelayaran, serta fasilitas
keselamatan penerbangan
 Memperketat pengoperasian sarana transportasi yang memiliki
umur teknis lebih dari 10 tahun
 Mensosialisasikan keselamatan penerbangan disekitar bandara
3. Meningkatkan pelayanan transportasi;
 Membuka trayek, rute baru pada wilayah yang membutuhkan
pelayanan transportasi
 Meningkatkan frekuensi pelayanan
 Mengurangi tingkat tundaan keberangkatan dan kedatangan kapal
dan pesawat udara
 Memberikan kemudahan dalam mendapatkan tiket
 Melakukan penjualan tiket terusan intra dan antar moda
transportasi
 Menyiapkan sarana pendukung untuk penyandang cacat di
terminal dari setiap moda transportasi
 Menambah armada kapal dan pesawat udara pada trayek dan rute
padat.
4. Meningkatkan perencanaan dan studi transportasi;
 Membuat studi kelayakan perencanaan pengembangan dan
pembangunan prasarana pelabuhan dan bandar udara
 Menyusun Rencana Induk, Rencana Teknik Terinci pada pelabuhan
dan bandar udara
 Melakukan studi kelayakan pengembangan terminal penumpang
dan barang (dry port)
 Menyusun Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Menyusun Analisis Dampak Lalu Lintas pada lokasi bangkitan dan
tarikan yang berpotensi berdampak terhadap kelancaran lalu lintas.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 26


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

5. Mengembangkan jaringan pelayanan transportasi;


 Mengembangkan trayek dan rute angkutan pedesaan
 Memberikan kemudahan izin trayek AKDP dan usaha layanan
 Membuka jaringan penyeberangan lintas provinsi
 Mengembangkan trayek dan rute deret untuk kapal laut dan
pesawat udara.
6. Mengembangkan keterpaduan antar dan intra moda transportasi;
 Melakukan kerjasama operasi (KSO) antar operator.
7. Menignkatkan peran serta masyarakat dan swasta;
 Melakukan regulasi dalam bidang investasi pengadaan moda
transportasi
 Membuka peluang kerjasama investasi pada pembangunan
pelabuhan dan bandar udara
 Mengurangi pajak dan retribusi bagi operator pemula dalam bidang
transportasi darat dan laut.
8. Sinergi alokasi sumber dana pemerintah;
 Menyusun program pemberdayaan alokasi sumber daya, bantuan
luar negeri, (APBN dan APBD), swasta dan masyarakat
 Menyusun skala prioritas pembangunan prasarana transportasi dan
sumber dan penunjangnya.
9. Meningkatkan sumber dana APBD dari transportasi;
 Mengoptimalkan retribusi lahan parkir di wilayah tertentu
 Mengoptimalkan PKB yang tersedia
 Memudahkan izin trayek
 Menarik biaya uji emisi gas buang di jalan.
10. Meningkatkan SDM Transportasi;
 Mengikutkan staf pada pendidikan S2 dan S1 bidang transportasi
 Mengikutkan pendidikan khusus pad staf yang bertugas di
operasional (terminal, PKB, jembatan timbang, traffic light dan
Pelabuhan)
 Mengikutkan magang bagi staf dalam bidang transportasi.
11. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan antar wilayah;
 Melakukan pertemuan rutin antar sektor dalam pemecahan
masalah transportasi
 Mengikuti rapat koordinasi regional antar wilayah kabupaten
12. Mengembangkan manajemen IT transportasi;
 Memiliki database transportasi yang dapat diakses melalui internet,
misalnya data base jalan, jembatan, pelabuhan dan bandar udara

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 27


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

 Memiliki website atau e-mail pada setiap lembaga pengelola dan


pengusaha transportasi (pelabuhan dan bandar udara)
Program Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Pelayanan dan
Prasarana Transportasi Kabupaten Kepulauan Aru yang dibagi dalam
jangka waktu tertentu dapat (pendek, menengah dan panjang) dilihat
pada lampiran.

H. Kesimpulan dan Rekomendasi


Kesimpulan dari studi ini adalah
1. Pemilihan moda transportasi unggulan untuk melayani pergerakan
internal Kabupaten Kepulauan Aru masih bertumpu pada transportasi
keairan (perairan, sungai, penyeberangan dan laut), sedangkan pola
pergerakan di Kota Dobo mengandalkan transportasi jalan.
2. Indeks aksesibilitas transportasi jalan masih lebih rendah dari Standar
Pelayanan Minimal yaitu 0,03 dari yang seharusnya minimal 0,05,
sedangkan indeks mobilitas juga masih lebih rendah dari Standar
Pelayanan Minimal yaitu 2,41 dari yang seharusnya 5. Begitupula
tingkat kondisi jalan yang baik dan sedang sebesar 62,16% lebih
rendah dari Standar Pelayanan Minimal yaitu 80%.
3. Rasio pola pergerakan barang masuk dan keluar Kabupaten
Kepulauan Aru mencapai 85:15 sehingga menimbulkan disparitas
harga barang antar wilayah cukup tinggi.
4. Potensi 3 aliran sungai yaitu Sungai Marumbai, Sungai Warkai dan
Sungai Maekor belum diberdayakan sebagai media transportasi antar
wilayah karena keterbatasan jaringan pelayanan dan prasarana
transportasi sungai.
5. Jumlah lintas penyeberangan internal Kabupaten Kepulauan Aru
relatif terbatas, begitu pula lintas antar kabupaten dan provinsi,
meskipun wilayah ini terdiri atas gugusan kepulauan termasuk
pemanfaatan dermaga pelabuhan penyeberangan Dobo yang sampai
saat ini terkendala faktor pendangkalan kolam pelabuhan.
6. Fasilitas dermaga Pelabuhan Dobo tidak mampu melayani sandar
kapal pada saat jam puncak, khusunya kedatangan kapal putih, kapal
penyeberangan dan kapal perintis. Untuk pengembangannya
mengalami kesulitan pada sisi darat dan aksesibilitas dikaitkan dengan
operasional kapal barang yang berorientasi pada jenis peti kemas.
7. Belum terbangunnya fasilitas dermaga atau belum dilakukan studi
kelayakan pada titik simpul pelabuhan yang memiliki potensi daerah
belakang, khususnya dalam mengantisipasi pergerakan potensi
daerah seperti industri gula, rumput laut, ikan, kopra dan pariwisata.
8. Bandar Udara Rar Gwamar Dobo belum mampu melayani kapsitas
pesawat Air Transport Regional (ATR) seri 600, karena tingkat
Pavement Classification Number masih lebih rendah dari yang
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 28
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

disyaratkan, termasuk dimensi lebar dan panjang runway. Selain itu,


tingkat frekuensi penerbangan rute Dobo - Tual - Ambon rata-rata
hanya 1 kali per hari.

Sedangkan rekomendasi yang dihasilkan antara lain:


1. Pemilihan moda transportasi unggulan kedepan diarahkan pada moda
transportasi jalan melalui interkoneksi jaringan pelayanan dan
prasarana moda transportasi jalan, sungai, penyeberangan, lautdan
udara.
2. Percepatan pembangunan jaringan jalan trans Aru, pembangunan
jalan lingkar Kobror dan jaringan jalan lokal sekunder yang
menghubungkan Pusat Kegiatan Strategi Nasional (PKSN) Dobo
dengan Pusat Kegiatan Lokal di ibukota kecamatan
3. Pembangunan dermaga sungai atau fasilitas tambat pada titik simpul
di Sungai Marumbai, Sungai Warkai dan Sungai Maekor, serta
pengadaan bus air untuk mendukung mobilitas masyarakat pantai
barat dan timur Kabupaten Kepulauan Aru
4. Meningkatkan produksi komoditi asli daerah agar terjadi
keseimbangan antara barang masuk dan keluar melalui pengolahan
potensi daerah dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi
5. Pembangunan dermaga pelabuhan penyeberangan yang tepat pada
lokasi titik simpul lintas penyeberangan antar wilayah kecamatan,
kabupaten, bahkan antar provinsi, serta pengadaan kapal motor
penyeberangan untuk mrelayani lintas strategis
6. Pengembangan Pelabuhan Dobo yang mampu melayani kegiatan
bongkar muat peti kemas dan pengembangan dermaga/fasilitas
tambat pelabuhan kecil pada wilayah kecamatan yang memiliki
daerah belakang potensial serta komunitas masyarakatnya
7. Melakukan studi kelayakan dan pembuatan Studi Investigasi dan
Desain (SID) pada lokasi dermaga/pelabuhan laut yang strategis
untuk mendukung pengelolaan potensi wilayah, serta pembuatan
Rencana Induk Bandar Udara Benjina dan Dika Barat
8. Meningkatkan Pavement Classification Number (PCN), pelebaran dan
perpanjangan landasan pacu Bandar Udara Rar Gwamar Dobo agar
mampu melayani pesawat ATR 72 seri 600 dan meningkatkan
frekuensi penerbangan Dobo - Ambon, serta membuka rute
penerbangan ke Papua Barat.

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 29


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2014. Kepulauan Aru Dalam Angka 2014


Bruton. 1985. Introduction to Transportation Planning . Hutchinson Technical
Education: London.
Glig, A.W. 1995. Rural Policy and Planning. John Wiley & Sons: New York.
Hirschman, A.O.1975. Interregional and International Transmission of
economic growth. In Regional policy, reading in theory and
applications, MIT Press: London.
Kadir, A. 2006. Transportasi: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan
Ekonomi Nasional. Jurnal Perencanaan Pengembangan Wilayah.
McNally, M. 2007. The Four step model. University of California, Irvine, USA,
(Online), (http://www.mmcnally@uci.edu)
Miro, F 1997. Perencanaan Transportasi. Universitas Bung Hatta,: Padang.
Misra, R.P. 1981. Rural Development: National Policies and Experiences . The
United Nations Centre for Regional Development (UNCRD): Singapore.
Riady, J. 2011. Pertumbuhan ekonomi bergantung pada Sumber Daya
Manusia, (http://www.gatra.com, diakses 19 Mei 2012).
Singh, K. 1996. Integrated Urban Infrastructure Development in Asia. Oxford
& IBH Publishing: New Delhi & Calcutta
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. ITB. Bandung
Tolley, R.S. & Turton, B.J. 1995. Transport Systems, Policy and Planning. A
Geographical Approach. Longman Scientific & Technical: New York
Williams, F. 2004. Asia Puse Analyst, (http://www.wwf.or.id, 30 april 2012).
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Konsep Akhir Cetak Biru
Transportasi Udara 2005-2024.
Keputusan menteri perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang tatanan
kebandarudaraan nasional
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 15 tahun 2010 tentang Cetak Biru
Transportasi Antarmoda/Multi Moda Tahun 2010-2030.
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 6 tahun 2010 tentang Cetak Biru
Transportasi Penyeberangan Tahun 2010-2030.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda .
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan .
Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
Sistranas.
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 8 Tahun 2010 Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Multimoda.
Tataran Transportasi Nasional. 2006. Jakarta.
Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Klasifikasi Jalan.
Undang-Undang RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas Dan Angkutan
Jalan.
Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 30
Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Lampiran 1. Program Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Pelayanan dan Prasarana Transportasi
Kabupaten Kepulauan Aru
Instansi Tahapan Pengembangan
Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
A JARINGAN PELAYANAN
1 Transportasi Antar Moda
 Menata trayek angkutan kota yang melewati
3,5 10
Bandar Udara Rar Gwamar Dobo
 Menata trayek angkutan kota yang melewati
3,6 10
Pelabuhan Dobo
 Menetapkan izin trayek pemadu moda di
3,5 10
Bandar Udara Rar Gwamar Dobo
 Menetapkan izin trayek pemadu moda di
3,6 10
Pelabuhan Dobo
 Menetapkan izin trayek pemadu moda di
Bandar Udara Benjina, Doka Barat dan
3,5,6 10
Pelabuhan Benjina, Kalar-Kalar, Marlasi dan
Meror
2 Transportasi Jalan
 Menata dan menetapkan trayek angkutan kota
3 10
di Dobo (minimal 2 trayek)
 Menata dan menetapkan trayek angkutan
pedesaan di Benjina, Korpuy, Meror, Marlasi, 3 10
Wokam dan Kojabi
 Membuka trayek angkutan perintis Wokam -
3 9
Tunguwatu - Kobamar
 Membuka trayek angkutan perintis Wokam -
3 9
Tunguwatu - Napar
 Membuka trayek angkutan perintis Benjina - 3 9

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 31


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
Koijabi
 Membuka trayek angkutan perintis Korpuy -
3 9
Ngaibor
 Membuka trayek angkutan perintis Meror -
3 9
Doka Barat
 Pengadaan Bus sekolah 3 1
 Sosialisasi kampanye tertib lalu lintas
3 3
angkutan perkotaan di Dobo
 Pembuatan data base transportasi Kabupaten
3 3
Kepaulauan Aru
 Pembukaan trayek AKDP Benjina - Tual, Dobo
3 10
- Tual
3 Transportasi Sungai
 Menetapkan trayek angkutan sungai yang 3 8
menghubungkan Benjina - Selilau - Gulili -
Maririmar - Wakua - Dosinamalau di Sungai
Marumbai
 Menetapkan trayek angkutan sungai yang 3 8
menghubungkan Benjina - Papakula Kecil -
Gardakau - Irloy - Lorang - Manjau - Kwarbola
- Ponom di Sungai Warkai
 Menetapkan trayek angkutan sungai yang 3 8
menghubungkan Tabarfane - Juring - Sungai
Maekor
 Pengadaan Bus Air perintis kapasitas 40 seat 1,2,3 1
(6 unit)
4 Transportasi Penyeberangan
 Peningkatan frekuensi lintas penyeberangan:

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 32


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
Dobo - Tual 3 11
Dobo - Benjina 3 11
 Pembukaan lintas penyeb. Dobo - 3 11
Wokam/Lamerang
 Pembukaan lintas penyeberangan perintis:
Benjina - Gardakau 1,2,3 11
Maekor - Tabarfane 1,2,3 11
Rebi - Kalar-Kalar 1,2,3 11
Meror - Longgar 1,2,3 11
 Pembukaan lintas penyeberangan perintis
antar kabupaten dan provinsi:
Dobo - Timika 1,2,3 11
Benjina - Tual 1,2,3 11
Benjina - Saumlaki 1,2,3 11
Benjina - Larat 1,2,3 11
Marlasi - Kaimana 1,2,3 11
Basada - Timika 1,2,3 11
Marlasi - Timika 1,2,3 11
 Pengadaan Kapal
250 GT 4 unit 1,2,3 1
250 GT 4 unit 1,2,3 1
500 GT 4 unit 1,2,3 1
1000 GT 2 unit 1,2,3 1
5 Transportasi Laut
 Peningkatan frekuensi kapal yang
menghubungkan:
Ambon - Tual - Dobo - Benjina - Tabarfane -
3,6 8
Kalar-Kalar - Meror - Longgar PP

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 33


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
Ambon - Tual - Dobo - Marlasi - Kobamar -
3,6 8
Koijabi PP
 Pelayanan frekuensi kapal putih yang
menghubungkan
Dobo - Ambon 3,6 8
Dobo - Kaimana 3,6 8
Dobo - Kalabahi 3,6 8
6 Transportasi Udara
 Peningkatan frekuensi rute penerbangan:
Dobo - Ambon 3,1,5 7
Dobo - Tual 3,1,5 7
Dobo - Saumlaki 3,1,5 7
 Pembukaan rute penerbangan perintis:
Benjina - Dobo 3,1,5 7
Benjina - Tual 3,1,5 7
Benjina - Saumlaki 3,1,5 7
Dobo - Kaimana 3,1,5 7
Dobo - Timika 3,1,5 7
Dobo - Fakfak 3,1,5 7
Doka Barat - Dobo 3,1,5 7
Doka Barat - Tual 3,1,5 7
 Peningkatan pelayanan lalu lintas udara dari
AFIS menjadi ADC di Bandar Udara Rar 1,3 5
Gwamar Dobo
B JARINGAN PRASARANA
1 Transportasi Jalan
 Peningkatan jaringan jalan Kota Dobo 2,4 4
 Peningkatan dan pembukaan jalan lingkar 2,4 4

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 34


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
Pulau Kobror
 Peningkatan dan pembangunan ruas jalan:
Wokam - Tunguwatu 2,4 4
Tunguwatu - Benjina 2,4 4
Tunguwatu - Kobamar 2,4 4
Kobamar - Marlasi 2,4 4
Marlasi - Kolaha 2,4 4
Wokam - Goda-Goda 2,4 4
Maekor - Gardakau 2,4 4
Tabarfane - Rebi 2,4 4
Kabalukin - Ngaibor 2,4 4
Laininir - Batugoyang 2,4 4
Batugoyang - Meror 2,4 4
Meror - Gomar Sungai 2,4 4
Longgar - Gomo-Gomo 2,4 4
Juring - Erersin 2,4 4
 Pengadaan fasilitas sarana keselamatan lalu
lintas jalan Rambu/RPPJ, Delinator, Pagar 2,3 3
pengaman jalan
 Pemasangan lampu projector lalu
2,3 3
lintas/flashing light di beberapa simpang
 Pengadaan pengujian kendaraan bermotor
basis di Dobo dan pengujian kendaraan 2,3 3
bermotor mobile di Benjina
 Pembangunan terminal tipe B di Dobo dan
tipe C di Benjina, Marlasi, Korpuy, Meror, 2,3 3
Wokam dan Koijabi
 Studi kelayakan pembangunan terminal tipe B 2,3 3

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 35


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
di Dobo
 Studi rencana induk jaringan lalu lintas dan
2,3 3
angkutan jalan (PP 79 Tahun 2013)
 Pendidikan dan pelatihan SDM (perencanaan,
PKB, Traffic light, kesyahbandaran,
2,3 1
keudaraan, Amdal lalu lintas, keselamatan
transportasi)
2 Transportasi Sungai
 Pembuatan design Dermaga Sungai Selilau,
Gulili, Maririmar, Wakua, Dosinamalau,
2,3 3
Papakula Kecil, Gardakau, Irloy, Lorang,
Ponom dan Juring
 Pembangunan dermaga Sungai di Selilau,
Gulili, Maririmar, Wakua, Dosinamalau,
2,3 3
Papakula Kecil, Gardakau, Irloy, Lorang,
Ponom dan Juring
3 Transportasi Penyeberangan
 Studi kelayakan/SID di Batu Meja, Benjina,
Gardakau, Maekor, Tabarfane, Rebi, Kalar- 2,3 1
Kalar, Meror, Longgar, Marlasi dan Basada
 Pembangunan pelabuhan
penyeberangan/dermaga penyeberangan
2,3 1
Movable Bridge di Batu Meja, Benjina, Marlasi,
Basada
 Pembangunan Pelabuhan penyeberangan/
dermaga Penyeberangan Gardakau, Maekor, 2,3 1
Tabarfane, Rebi, Kalar-Kalar, Meror, Longgar
4 Transportasi Laut

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 36


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
 Perpanjangan dermaga Pelabuhan Dobo dari
1,2,3 1
240 m menjadi 360 m
 Pembangunan dermaga Pelabuhan Benjina,
1,2,3 1
Kalar-Kalar dan Batu Goyang
 Pembangunan dermaga/ Fasilitas tambat di
Serwatu, Tabarfane, Meror, Basada, Marlasi,
Mesiang, Koijabi, Longgar, Kabalsiang, 2,3 1,3
Batuley, Kobamar, P. Karawai, P. Barakan, P.
Ujir
 Studi kelayakan/SID pembangunan pelabuhan
2,3 1,3
di Batu Meja, Dobo
5 Transportasi Udara
a. Bandar Udara Rar Gwamar Dobo
 Pelebaran RWY dari 23 menjadi 30 2,3 1,5
 Peningkatan pavement classification number
2,3 1,5
(PCN) RWY untuk kapasitas ATR 72 - 600
 Pemantapan shoulder 2,3 1,5
 Pembangunan apron, taxi way berdasarkan
2,3 1,5
rencana induk
 Pembangunan terminal, gedung operasional,
2,3 1,5
tower, fasilitas genset, air bersih
 Instalasi fasilitas alat bantu pendaratan
2,3 1,5
(visual Aids)
 Instalasi fasilitas komunikasi dan navigasi
2,3 1,5
penerbangan
 Tinjau ulang rencana induk bandar udara 2,3 1,5
b. Bandar Udara Benjina
 Rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas sisi 2,3 1,5

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 37


Kabupaten Kepulauan Aru
Executive Summary

Instansi Tahapan Pengembangan


Jangka Jangka
Jangka Pendek
No Program/Kegiatan Ter- Pelak- Menengah Panjang
libat sana 2020 -
2015 2016 2017 2018 2019 2026 - 2030
2025
udara bandar udara
 Pembangunan fasilitas sisi udara dan darat 2,3 1,5
 Studi kelayakan dan rencana induk bandar
2,3 1,5
udara
c. Bandar Udara Doka Barat
 Studi kelayakan dan rencana induk bandar
2,3 1,5
udara
 Rehabilitasi dan konstruksi fasilitas sisi udara 2,3 1,5
 Pembangunan fasilitas sisi udara dan darat
Keterangan: 1. Kementerian Perhubungan
2. Bappeda Kab. Kepulauan Aru
3. Dishub Kab. Kepulauan Aru
4. Dinas Pekerjaan Umum
5. Unit Penyelenggara Bandar Udara
6. Administrasi Pelabuhan
7. Operator Penerbangan
8. Operator Pelayaran/PELNI
9. Perum Damri
10. Pengusaha Oto Bus (PO)
11. PT. (Persero) ASDP

Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Hal. 38


Kabupaten Kepulauan Aru

Anda mungkin juga menyukai