Anda di halaman 1dari 20

Analisis Pengaruh Jalan Tol Terhadap Kelurahan Siwalan Kecamatan Gayamsari

Kota Semarang
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi Kota
(TPW 21243)

Dosen Pengampu :
Retno Susanti, ST.,MT
Prof. Dr.Ir. Sugiono Soetomo, CES., DEA
Dr. Mussadun, ST.,M.Si
Diah Intan Kusumo Dewi, ST, M.Eng

Kelompok 4C

Merlyn Salsabela 21040117120039


Zulfa Laili Widya Nastiti 21040117130104
M. Prawira Utama Amdan 21040117130115
B. Aldo Enzo Saputra 21040117140074
Ahmad Fauzi Aksan 21040117140079

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................. ii


DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan ............................................................................................................................................. 4
1.3.2 Sasaran ........................................................................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................................................................................... 5
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah .......................................................................................................... 5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi.............................................................................................................. 6
1.5 Metode ..................................................................................................................................................... 6
1.6 Kerangka Pikir ...................................................................................................................................... 7
1.7 Sistematika Pembahasan.................................................................................................................. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................................................. 9
2.1 Teori Pertumbuhan Perkembangan Kota.................................................................................. 9
2.2 Teori Figure Ground ......................................................................................................................... 10
2.3 Teori Linkage ...................................................................................................................................... 10
2.4 Teori Place ........................................................................................................................................... 11
2.5 Teori Citra Kota ................................................................................................................................. 11
2.6 Teori Townscape ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................ 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kecamatan Gayamsari .......................................................................... 5


Gambar 1.2 Peta Administrasi Kelurahan Siwalan ................................................................................. 6
Gambar 2.1 Ilustrasi Path ............................................................................................................................... 12
Gambar 2.2 Ilustrasi Edge .............................................................................................................................. 12
Gambar 2.3 Ilustasi District ........................................................................................................................... 12
Gambar 2.4 Ilustrasi Nodes ........................................................................................................................... 13
Gambar 2.5 Ilustrasi Landmark ................................................................................................................... 13

iii
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan pusat aktivitas penduduk baik penduduk yang berdomisili di
kota tersebut maupun penduduk yang berdomisili di luar kota namun
aksesbilitas menuju kota tersebut cukup tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan
suatu kota harus disertai dengan perencanaan yang terpadu dan berkelanjutan
agar tidak menciptakan ketimpangan antara suatu kota dengan wilayah lainnya.
Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan dan perkembangan kota turut disertai
dengan meningkatnya kebutuhan ruang pada wilayah tersebut yang dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan hidup dalam aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang tiap tahunnya berkembang.
Morfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah
terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang perkembangan
suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut hingga munculnya daerah-
daerah hasil ekspansi kota tersebut dan dalam proses perencanaan. Morfologi
suatu kota atau wilayah memegang peran sangat penting dalam proses
perencanaan karena perkembangan kota tentu mempengaruhi sosial, ekonomi,
dan budaya daerah tersebut sehingga perlu adanya analisis morfologi suatu
wilayah agar perencanaan yang telah disusun dapat diterapkan dengan baik.
Studi kasus yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Kelurahan Siwalan,
Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Seiring dengan proses
pembentukan suatu kawasan turut terbentuk juga suatu struktur fisik
permukiman yang merupakan penggabungan elemen-elemen primer dengan
unsur – unsur lain, seperti daerah, lokasi dan konstruksi, konsep perencanaan
dan bangunan, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan struktur fisik
permukiman yang utuh. Maka suatu kawasan akan memiliki bentuk morfologi
kota yang berbeda-beda dengan kawasan lainnya. Oleh karena itu pada laporan
Analisis Morfologi wilayah Kelurahan Siwalan ini akan dibahas mengenai
bagaimana bentuk morfologi permukiman yang ada di studi wilayah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi perubahan morfologi yang
ada di Kelurahan Siwalan
2. Bagaimana perubahan morfologi yang terjadi di Kelurahan Siwalan
1.3 Tujuan dan Sasaran
Laporan Analisis Pengaruh Jalan Tol terhadap Kelurahan Siwalan memiliki
tujuan dan sasaran sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang
terjadi pada morfologi Kelurahan Siwalan akibat pembangunan Jalan Tol.

1.3.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan tersebut, didapatkan sasaran sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi umum Kelurahan Siwalan.
2. Mengidentifikasi kondisi eksisting dan morfologi ruang wilayah studi
di Kelurahan Siwalan.
3. Mengidentifikasi dan menganalisa morfologi kawasan permukiman
disekitar wilayah Kelurahan Siwalan.
4. Mengidentifikasi aspek historis kawasan wilayah Kelurahan Siwalan.
5. Melakukan pendataan dan analisis proses yang berpengaruh pada
pertumbuhan, perkembangan serta terbentuknya Kelurahan Siwalan.

4
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup menjelaskan batas-batasan yang akan dikaji dalam laporan ini.
Ruang lingkup terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
Ruang lingkup wilayah terbagi lagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang
lingkup mikro. Sedangkan ruang lingkup materi terdiri dari ruang lingkup materi
fisik.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah terbagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup wilayah makro
dan mikro:
A. Ruang Lingkup Makro
Ruang lingkup wilayah secara makro adalah Kecamatan Gayamsari.
Kecamatan Gayamsari memiliki luas wilayah 526,33 hektar yang terletak +
5 kilometer disebelah timur pusat Kota Semarang dengan ketinggian 3,4
meter dari permukaan air laut. Sesuai dengan Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
1 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang,
Kecamatan Gayamsari termasuk sebagai Bagian Wilayah Kota (BWK) V
yang pemanfaatannya sebagai pemukiman campuran (perdagangan dan
jasa perkantoran) serta agrobase industri. Sehingga merupakan salah satu
pendukung utama aktivitas perekonomian Kota Semarang. Dimana batas –
batas wilayah administratif Kecamatan Gayamsari :
Utara : Kecamatan Genuk
Barat : Kecamatan Semarang Timur
Selatan : Kecamatan Semarang Selatan
Timur : Kecamatan Pedurungan
Gambaran tersebut dapat dilihat berdasarkan peta berikut :

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kecamatan Gayamsari

5
B. Ruang Lingkup Mikro
Ruang Lingkup secara mikro adalah Kelurahan Siwalan yang ada di
Kecamatan Gayamsari. Kelurahan Siwalan memiliki luas wilayah 30 km2
dengan jumlah penduduk sebanyak 8.032 orang dengan pembagian jumlah
lelaki sebanyak 4.010 orang dan perempuan sebanyak 3.995 orang. Berikut
batas-batas wilayah administratif Kelurahan Siwalan :
Utara : Kelurahan Sawah Besar
Barat : Kelurahan Sambirejo
Selatan : Kelurahan Gayamsari
Timur : Jalan Tol
Gambaran tersebut dapat dilihat berdasarkan peta berikut :

Gambar 1.2 Peta Administrasi Kelurahan Siwalan

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi terdiri dari ruang lingkup materi fisik, kependudukan
dan sosial budaya. Ruang lingkup materi fisik mencakup orientasi lokasi,
gambaran fisik alamiah, gambaran ruang terbangun dan terbuka, dan sarana dan
prasarana. Ruang lingkup kependudukan mencakup jumlah penduduk, dan
kepadatan penduduk. Ruang lingkup sosial budaya mencakup aktivitas
masyarakat.

1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun laporan terbagi atas 2, yaitu metode
pengumpulan data dan metode analisis. Metode pengumpulan data merupakan
cara-cara yang digunakan untuk mendukung analisis yang akan dilakukan.
Pengumpulan data ini terbagi atas pengumpulan data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei dan membagikan
kuesioner ke masyarakat sekitar, observasi lapangan dengan mengamati
wilayah studi dan dokumentasi beberapa aspek yang ditemui di lapangan.
Pengumpulan data sekunder berupa mencari kajian literatur sebagai bahan
pengetahuan awal sebelum terjun ke lapangan. Metode analisis merupakan
metode yang digunakan untuk menganalisis data yang telah didapatkan.

6
1.6 Kerangka Pikir

1.7 Sistematika Pembahasan


Sistematika dari penulisan Laporan Analisis Pengaruh Jalan Tol Terhadap
Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang adalah sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang wilayah studi, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup wilayah, metode, kerangka pikir dan sistematika
pembahasan.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisikan sumber pustaka yang akan dipergunakan untuk menjelaskan
secara substansi dan analisa.
BAB III. GAMBARAN WILAYAH STUDI
Bab ini berisikan orientasi lokasi, sejarah perkembangan wilayah studi, gambaran
fisik alamiah, gambaran ruang terbangun, gambaran ruang terbuka,
sarana/fasilitas, jaringan pergerakan, kependudukan, aktivitas masyarakat, sosial
dan budaya, dan permasalahan ruang perkotaan.

7
BAB IV. ANALISA MORFOLOGI
Bab ini membahas tentang analisis morfologi yang meliputi pola pertumbuhan
dan perkembangan kawasan, analisa figure ground theory, analisa linkage theory,
analisa place theory, analisa citra kawasan, dan analisa townscape.
BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan tentang pengaruh jalan tol terhadap kondisi fisik
dan sosial terhadap daerah wilayah studi.

8
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Perkembangan Kota


Perkembangan kota dapat diartikan perubahan menyeluruh, yaitu yang
menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh,
baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya maupun perubahan fisik. Dinamika
perkembangan kota dapat ditinjau dari peningkatan aktivitas kegiatan sosial
ekonomi dan pergerakan arus mobilitas penduduk, yang pada akhirnya menuntut
kebutuhan ruang bagi pemukiman (Koestoer, 2001).
Perkembangan kota akan sangat dipengaruhi oleh pertambahan penduduk
dan aktivitas perekonomian yang ada di dalamnya serta perkembangan
penggunaan lahan. Terjadinya perubahan pada aspek fisik dan non fisik dalam
tata ruang perkotaan karena adanya dukungan dari faktor eksternal dan internal.
Sebagai faktor eksternal adalah lokasi alam dan letak dari kota dengan
sekitarnya, sedangkan faktor internal adalah kependudukan, pelayanan sosial
ekonomi dan kemampuan mengelola pembangunan dalam menciptakan suatu
iklim yang dapat merangsang pertumbuhan.
Richardson (1978) dalam Sjafrizal (2012) menyebutkan bahwa konsentrasi
spasial yang diakibatkan adanya keuntungan ekonomi eksternal seperti
keuntungan lokasional, keuntungan aglomerasi atau urbanisasi, juga merupakan
faktor penting yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan kota.
Perkembangan perkotaan merupakan gabungan bekerjanya faktor-faktor
struktural pada tingkat internasional maupun nasional/ regional serta faktor
sosial demografi. Disebutkan pula, Sukirno (1976) dalam Sjafrizal (2012) bahwa
urbanisasi dan pembangunan ekonomi merupakan faktor penting dalam
menciptakan perkembangan kota. Untuk menentukan laju pembangunan suatu
kota digunakan ukuran laju perkembangan penduduknya.
Menurut Branch (1985) dalam Widyastuti (2002) terdapat unsur-unsur yang
mempengaruhi perkembangan kota yaitu keadaan geografis, tapak (site), fungsi
kota, sejarah dan kebudayaan kota, serta tahapan perkembangan kota. Keadaan
geografis dan tapak kota mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota dikemudian
hari.
Terdapat tiga faktor utama yang menentukan perkembangan dan
pertumbuhan kota yaitu manusia, kegiatan manusia, pola pergerakan antara
pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia lainnya. Faktor
manusia menyangkut segi-segi perkembangan tempat kerja, status sosial dan
perkembangan kemampuan dan teknologi. Faktor kegiatan manusia menyangkut
segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan
kegiatan hubungan regional yang lebih luas. Faktor pola pergerakan adalah
sebagai aktivitas dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua faktor
perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatan
yang akan memacu pola perkembangan antara pusat-pusat kegiatan.
Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan
dan suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda (Yunus,
1978) dalam Widyastuti (2002). Proses perubahan tersebut menyangkut
perubahan secara alami maupun perubahan secara artifisial dimana campur
tangan manusia mengatur arah perubahan tersebut. Perkembangan perkotaan
mempunyai titik berat dalam hal perubahan keadaan dari periode waktu yang
lain. Tinjauan perkembangan perkotaan meliputi berbagai macam aspek
kehidupan perkotaan seperti kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.

9
2.2 Teori Figure Ground
Kota secara fisik merupakan hasil bentukan antara bangunan dengan ruang
terbuka yang mendukung identifikasi tekstur dan pola bentukan ruang kota.
Teori figure ground dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara
bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang terbuka (open space). Analisis
figure ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah
tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta
mengidentifikasikan masalah ketidakteraturan massa/ruang perkotaan.
Teori Figure Ground untuk menunjukan tekstur kota melalui bentuk massa
bangunan (building mass) sebagai solid dan ruang terbuka (open space) sebagai
void. Hubungan massa dan ruang dibentuk oleh bentuk dan lokasi bangunan,
perancangan unsur-unsur tapak, dan terusan pergerakan menghasilkan 6 pola
yaitu : grid, angular, curvilinear, radial /concentric, axial, dan organic
(Trancik,1986).
Analisis Figure Ground adalah alat yang baik untuk :
• Mengidentifikasi sebuah tekstur dan pola-pola ruang perkotaan (urban
fabric).
• Mengidentifikasi masalah keteraturan massa atau ruang perkotaan. Pola-
pola kawasan secara tekstural dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yang meliputi:
- Homogen, adalah susunan kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada
satu pola penataan.
- Heterogen, susunan kawasan yang bersifat beberapa jenis dimana ada dua
atau lebih pola berbenturan.
- Menyebar, susunan kawasan yang bersifat menyebar dan kecenderungan
kacau.

2.3 Teori Linkage


Teori Linkage, adalah teori ruang kota yang menekankan pada hubungan dan
pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian kawasan kota. Linkage merupakan
pendekatan dari jaring-jaring sirkulasi (network circulation) yang menjadi motor
penggerak atau generator bentuk kota dan sebagai pengikat serta memadukan
berbagai aktivitas bentukan kota. Jaring-jaring tersebut dapat berupa jalan, gang,
jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk linier, maupun bentuk yang
secara fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau kawasan.
Dalam teori perancangan, jejaring ini berfungsi sebagai salah satu titik acuan
dalam mengorganisasi sistem pergerakan. Linkage dapat digunakan untuk
melihat dinamika suatu kawasan/kota dan memperhatikan inti dan arah
pertumbuhan kota melalui pola pergerakan dan sirkulasi yang memberi image
atau citra pada kota tersebut. Teori ini menunjukkan adanya suatu hubungan dari
pergerakan aktivitas yang terjadi pada beberapa zona makro maupun mikro
dengan keragaman fungsi yang berkaitan dengan aspek-aspek fisik, historis,
ekonomi, sosial, budaya dan politik. Aspek-aspek yang terkait adalah : jalur
pedestrian, transportasi dan parkir. Dalam suatu kawasan, linkage dapat diamati
dengan pendekatan yang berbeda: linkage visual, linkage stuktural dan linkage
bentuk yang kolektif.
Linkage visual pada dasarnya terdapat dua perbedaan, yaitu: linkage yang
menghubungkan dua daerah yang netral atau linkage yang menghubungkan dua
daerah dengan mengutamakan satu daerah. Dalam linkage visual ini dapat
menghasilkan lima jenis elemen hubungan visual, berupa garis, koridor, sisi,
sumbu dan irama. Sedangkan dalam linkage struktural terdapat dua perbedaan
seperti halnya pada linkage visual. Elemen linkage struktural yaitu: tambahan,
sambungan dan tembusan. Adapun dalam linkage bentuk kolektif, terdapat dua
perbedaan juga yaitu: bentuk kolektif yang berbeda dengan lingkungannya dan

10
bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya. Elemen linkage bentuk
kolektif yaitu: bentuk komposisi, bentuk mega, dan bentuk kelompok.
(Trancik,1986)

2.4 Teori Place


Teori place adalah suatu ruang yang memiliki ciri khas tertentu. Dalam teori
place menambah komponen kebutuhan manusia dan konteks budaya, sejarah dan
alam (Trancik, 1986). Dalam teori place nilai-nilai sosial dan budaya, persepsi
visual dari pengguna, dan kontrol individu atas lingkungan publik langsung
merupakan prinsip-prinsip penting.
Manusia memerlukan suatu tempat untuk mengembangkan kehidupan dan
budayanya, tidak hanya sekedar space tetapi lebih dirasakan sebagai place.
Kebutuhan itu timbul karena adanya kesadaran orang terhadap suatu tempat
yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah fisik saja.
Teori Place menekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada
konfigurasi fisik morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang
dengan masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan utama dari teori ini,
melalui pandangan bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang kota baik
publik maupun privat.
Menurut Trancik, teori place membagi karakter kota menjadi 2 yaitu,
karakter fisik dan karakter non fisik.
1. Karakter fisik
Ditujukan kepada penampilan bentukan fisik bangunan dalam sebuah kota
yang dibentuk oleh komposisi massa dan ruang dalam skala tertentu.
2. Karakter non fisik
Merupakan karakter yg ditinjau dari hubungan antara manusia dengan
lingkungan sosial budayanya, dan digunakan sebagai background dalam
membentuk lingkungan fisik tertentu.

2.5 Teori Citra Kota


Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat
dengan lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari
kemampuan beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga
lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan dan keterhubungan.
Persepsi dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara langsung
dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut
pengamatan, dan lain-lain.
Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat secara
instan, sedangkan identitas membutuhkan waktu yang lama untuk
membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan ritme sejarah yang telah melalui
proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan begitu saja
berbeda dengan citra kota.
Elemen pembentuk citra kota menurut Kevin Lynch adalah:
1. Paths
Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau
berpindah tempat. Menjadi elemen utama karena pengamat bergerak melaluinya
pada saat mengamati kota dan disepanjang jalur tersebut elemen-elemen
lingkungan lainnya tersusun dan dihubungkan. Path merupakan elemen yang
paling penting dalam image kota yang menunjukkan rute-rute sirkulasi yang
biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni
jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran dan sebagainya.
Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki identitas yang besar

11
(misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun,dan lain-lain), serta ada/ penampakan yang
kuat (misalnya fasade, pohon, dan lain-lain), atau belokan yang jelas.

Gambar 2.1 Ilustrasi Path


Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand

2. Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge
memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge
merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk yang
merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan
yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak
jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas. Contoh : adanya jalan
tol yang membatasi dua wilayah yaitu pelabuhan dan kawasan perdagangan.

Gambar 2.2 Ilustrasi Edge


Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
3. Districts
Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus
yang dapat dikenali oleh pengamatnya. District memiliki bentuk pola dan wujud
yang khas begitu juga pada batas district sehingga orang tahu akhir atau awal
kawasan tersebut. District memiliki ciri dan karakteristik kawasan yang berbeda
dengan kawasan disekitarnya. District juga mempunyai identitas yang lebih baik
jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,
serta fungsi dan komposisinya jelas. Contoh: kawasan perdagangan, kawasan
permukiman, daerah pinggiran kota, daerah pusat kota.

Gambar 2.3 Ilustasi District


Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand

12
4.Nodes
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota
secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat suatu
bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Node juga merupakan suatu
tempat di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat
yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki
bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk). Contoh: persimpangan jalan

Gambar 2.4 Ilustrasi Nodes


Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
5. Landmark
Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang
menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta
terdapat perbedaan skala dalam lingkungannya. Beberapa landmark hanya
mempunyai arti di daerah kecil dan hanya dapat dilihat di daerah itu, sedangkan
landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari
mana-mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena
membantu orang mengenali suatu daerah. Selain itu landmark bisa juga
merupakan titik yang menjadi ciri dari suatu kawasan. Contoh: patung Lion di
Singapura, menara Kudus, Kubah gereja Blenduk.

Gambar 2.5 Ilustrasi Landmark

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
2.6 Teori Townscape
Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan
bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan.
Definisi lain dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari
segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape
juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-
bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional
masing-masing pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek,
perencana, dan pihak-pihak yang memperhatikan wajah kota. Bentuk fisik ruang

13
kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa bangunan. Keterkaitan
itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh pengamat bentuk fisik
ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu, keterkaitan
juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh
bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya.
Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-
nilai yang harus ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota
tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan perkotaan yang baik
melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen pada
bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition.
a. Serial Vision
Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh
pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu
kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan
gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan
bagi pengamat.
b. Place
Place merupakan perasaan yang didapatkan secara emosional ketika berada
di suatu tempat tertentu.
c. Content
Content merupakan isi dari kawasan yang mempengaruhi emosi (perasaan)
seseorang terhadap lingkungan yang bergantung kepada dua faktor, kesesuaian
dan kreativitas.
d. Functional Tradition
Functional tradition adalah kualitas yang terdapat didalam elemen yang
membentuk perkotaan yang memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.
Berdasarkan uraiannya dalam buku The Concise Townscape, Cullen
menyimpulkan tiga hal di akhir bukunya, yaitu:
• Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama,
kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota
yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya
merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini
adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas
manusia tersebut.
• Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada
masyarakat yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi
perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu,
art of environment perlu ditekankan dalam urban design.
• Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam
lingkungan Atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi
waktu.
Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di
dalam urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu
kawasan baik secara fisik maupun secara emosional. Townscape sebaiknya
tertata secara baik karena pengaruhnya yang cukup berdampak pada
perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan tersebut. Selain itu,
dengan townscape, maka tercipta the art of environment yang penting bagi suatu
kota.

14
BAB III.
GAMBARAN WILAYAH STUDI

3.1 Orientasi Lokasi


Kelurahan Siwalan merupakan kelurahan yang ada di Kecamatan Gayamsari,
Kota Semarang. Kelurahan Siwalan memiliki luas sebesar 1,25 km2 dengan lokasi
dekat dengan jalan tol di beberapa RW yang ada disana. Terdapat 38 RT dan 4 RW
dengan akses utama Jalan Gajah Raya, jarak dari pusat kota 3,9 km. Kelurahan
Siwalan berbatasan dengan Kelurahan Gayamsari (Selatan), Kelurahan Sawah
Besar (Utara), Kelurahan Pandean Lamper dan Sambirejo (Barat) dan Muktiharjo
Kidul, Kalicari, Tlogosari Kulon (Timur). Akses dari Simpang Lima menuju ke
Kelurahan Siwalan dapat di tempuh melalui Jalan Gajahmada di sebelah utara
Simpang Lima lalu menuju menuju ke arah timur melalui Jalan Mayor Jend. D.I.
Panjaitan lalu melewati Jalan RA. Kartini dan Jalan Jolotundo sejauh 2,85 km lalu
kea rah utara melewati Jalan Gajah Raya.
3.2 Sejarah Perkembangan Wilayah

3.3 Gambaran Fisik Alamiah


Kelurahan Siwalan memiliki ketinggian 0.50 m dpl diatas permukaan laut.

15
3.4 Gambaran Ruang Terbangun

Rumah Menurut Sifat dan Bahannya


4% 1%
Dinding terbuat dari
Batu/Gedung permanen

25% Dinding terbuat dari sebagian


Batu/Gedung/Semi
Permanen
Dinding terbuat dari
70% Kayu/Papan

Dinding terbuat dari Bambu

Berdasarkan Data Monografi Kelurahan Siwalan Tahun 2018, masih terdapat


365 buah rumah dari total 1452 buah.

16
3.5 Gambaran Ruang Terbuka
3.6 Sarana/Fasilitas
3.7 Jaringan Pergerakan
3.8 Kependudukan

Piramida Penduduk
<65
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
19 - 24
16 - 18
13 - 15
7 - 12
4-6

-600 -400 -200 0 200 400 600

Laki-Laki Perempuan

Penduduk di Kelurahan Siwalan berjumlah 8.032 jiwa dengan jumlah


penduduk laki-laki sebanyak 4.026 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4006
jiwa.

Petani Sendri Buruh tani Nelayan


0% 2% 0%

Pengusaha
12%

Buruh Industri
15%
Lain-lain (jasa)
59%
Buruh Bangunan
6%
Pedagang
4%
Pegawai Negeri Pengangkutan
Pensiunan (Sipil+ABRI) 0%
0% 2%
Petani Sendri Buruh tani Nelayan
Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan
Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri (Sipil+ABRI)
Pensiunan Lain-lain (jasa)

17
Masyarakat Kelurahan Siwalan bermata pencaharian yang didominasi oleh
pekerjaan sebagai buruh, karyawan pabrik dan wiraswasta

Agama yang ada di Siwalan di dominasi oleh agama Islam dengan jumlah
penganut sebanyak 7.553 orang kemudian agama Kristen Katolik sebanyak 113
orang, Kristen Protestan 331 orang, Budha 22 orang, Hindu 6 orang dan lain – lain
sebanyak 7 orang.

Jenis pendidikan yang ada di Kelurahan Siwalan antara lain yang bersekolah
di perguruan tinggi terdapat 75 orang, tamat akademi 37 orang, tamat S.L.T.A 395
orang, tamat S.L.T.P 368 orang, tamat SD 1.275 orang, tidak tamat SD 876 orang,
belum tamat SD 293 orang dan yang tidak bersekolah ada 79 orang.

18
3.9 Aktivitas Masyarakat
Pada pagi hari masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa
dilakukan yaitu berangkat kerja, sekolah dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Tidak berbeda jauh dengan aktivitas di pagi hari, aktivitas masyarakat pada siang

19
hari yang dilakukan adalah bekerja dan melakukan kegiatan di kampus karena
Kelurahan Siwalan dekat dengan Universitas Semarang, UPGRIS dan universitas
setingkat yang lainnya. Sedangkan pada aktivitas di malam hari biasanya ramai dan
berlangsung sampai pada pukul 11-12 malam, karena disana terdapat banyak
warung makan yang menyediakan makanan untuk mahasiswa dan warga sekitar
serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung di kawasan pendidikan yang ada di
daerah sekitar Kelurahan Siwalan.
3.10 Sosial dan Budaya
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyrakat di Kelurahan Siwalan
adalah gotong royong dan bantuan sosial. Bantuan sosial yang diberikan berupa
sumbangan dari masyarakat yang tetangganya tertimpa musibah (sakit atau
meninggal). Budaya yang sudah lama ada yaitu Pasar Mingguan yang dilakukan
setiap hari Minggu oleh masyarakat di Kelurahan Manyaran di daerah sekitaran
pelataran Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Data yang sudah ada didapatkan
dari wawancara dengan tokoh masyarakat setempat (data primer).
3.11 Permasalahan Ruang Perkotaan

DAFTAR PUSTAKA
Cullen, Gordon. 1971. The Concise Townscape. Van Nostrand Reinhold Company.
New York
Koester, R.H. 2001. Dimensi Keruangan Kota. Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta
Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. The Massachusetts Institute of
Technology. Amerika Serikat
Mc. Cluskey. J. 1979. Road Form and Townscape. The architectural Press. London.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta
Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space Theories of Urban Design. Van Nostrand
Reinhold Company. Amerika Serikat
Widyastuti, H. 2002. Studi Kinerja Perkembangan Wilayah Perluasan Kota Salatiga.
Program Studi Magister Teknik Pembangunan Kota. Universitas Diponegoro.
Semarang
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota
dan Penerapannya. Kanisius. Yogyakarta

20

Anda mungkin juga menyukai