Kota Semarang
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi Kota
(TPW 21243)
Dosen Pengampu :
Retno Susanti, ST.,MT
Prof. Dr.Ir. Sugiono Soetomo, CES., DEA
Dr. Mussadun, ST.,M.Si
Diah Intan Kusumo Dewi, ST, M.Eng
Kelompok 4C
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang
terjadi pada morfologi Kelurahan Siwalan akibat pembangunan Jalan Tol.
1.3.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan tersebut, didapatkan sasaran sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi umum Kelurahan Siwalan.
2. Mengidentifikasi kondisi eksisting dan morfologi ruang wilayah studi
di Kelurahan Siwalan.
3. Mengidentifikasi dan menganalisa morfologi kawasan permukiman
disekitar wilayah Kelurahan Siwalan.
4. Mengidentifikasi aspek historis kawasan wilayah Kelurahan Siwalan.
5. Melakukan pendataan dan analisis proses yang berpengaruh pada
pertumbuhan, perkembangan serta terbentuknya Kelurahan Siwalan.
4
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup menjelaskan batas-batasan yang akan dikaji dalam laporan ini.
Ruang lingkup terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
Ruang lingkup wilayah terbagi lagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang
lingkup mikro. Sedangkan ruang lingkup materi terdiri dari ruang lingkup materi
fisik.
5
B. Ruang Lingkup Mikro
Ruang Lingkup secara mikro adalah Kelurahan Siwalan yang ada di
Kecamatan Gayamsari. Kelurahan Siwalan memiliki luas wilayah 30 km2
dengan jumlah penduduk sebanyak 8.032 orang dengan pembagian jumlah
lelaki sebanyak 4.010 orang dan perempuan sebanyak 3.995 orang. Berikut
batas-batas wilayah administratif Kelurahan Siwalan :
Utara : Kelurahan Sawah Besar
Barat : Kelurahan Sambirejo
Selatan : Kelurahan Gayamsari
Timur : Jalan Tol
Gambaran tersebut dapat dilihat berdasarkan peta berikut :
1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun laporan terbagi atas 2, yaitu metode
pengumpulan data dan metode analisis. Metode pengumpulan data merupakan
cara-cara yang digunakan untuk mendukung analisis yang akan dilakukan.
Pengumpulan data ini terbagi atas pengumpulan data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei dan membagikan
kuesioner ke masyarakat sekitar, observasi lapangan dengan mengamati
wilayah studi dan dokumentasi beberapa aspek yang ditemui di lapangan.
Pengumpulan data sekunder berupa mencari kajian literatur sebagai bahan
pengetahuan awal sebelum terjun ke lapangan. Metode analisis merupakan
metode yang digunakan untuk menganalisis data yang telah didapatkan.
6
1.6 Kerangka Pikir
7
BAB IV. ANALISA MORFOLOGI
Bab ini membahas tentang analisis morfologi yang meliputi pola pertumbuhan
dan perkembangan kawasan, analisa figure ground theory, analisa linkage theory,
analisa place theory, analisa citra kawasan, dan analisa townscape.
BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan tentang pengaruh jalan tol terhadap kondisi fisik
dan sosial terhadap daerah wilayah studi.
8
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
9
2.2 Teori Figure Ground
Kota secara fisik merupakan hasil bentukan antara bangunan dengan ruang
terbuka yang mendukung identifikasi tekstur dan pola bentukan ruang kota.
Teori figure ground dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara
bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang terbuka (open space). Analisis
figure ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah
tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta
mengidentifikasikan masalah ketidakteraturan massa/ruang perkotaan.
Teori Figure Ground untuk menunjukan tekstur kota melalui bentuk massa
bangunan (building mass) sebagai solid dan ruang terbuka (open space) sebagai
void. Hubungan massa dan ruang dibentuk oleh bentuk dan lokasi bangunan,
perancangan unsur-unsur tapak, dan terusan pergerakan menghasilkan 6 pola
yaitu : grid, angular, curvilinear, radial /concentric, axial, dan organic
(Trancik,1986).
Analisis Figure Ground adalah alat yang baik untuk :
• Mengidentifikasi sebuah tekstur dan pola-pola ruang perkotaan (urban
fabric).
• Mengidentifikasi masalah keteraturan massa atau ruang perkotaan. Pola-
pola kawasan secara tekstural dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yang meliputi:
- Homogen, adalah susunan kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada
satu pola penataan.
- Heterogen, susunan kawasan yang bersifat beberapa jenis dimana ada dua
atau lebih pola berbenturan.
- Menyebar, susunan kawasan yang bersifat menyebar dan kecenderungan
kacau.
10
bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya. Elemen linkage bentuk
kolektif yaitu: bentuk komposisi, bentuk mega, dan bentuk kelompok.
(Trancik,1986)
11
(misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun,dan lain-lain), serta ada/ penampakan yang
kuat (misalnya fasade, pohon, dan lain-lain), atau belokan yang jelas.
2. Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge
memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge
merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk yang
merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan
yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak
jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas. Contoh : adanya jalan
tol yang membatasi dua wilayah yaitu pelabuhan dan kawasan perdagangan.
12
4.Nodes
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota
secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat suatu
bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Node juga merupakan suatu
tempat di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat
yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki
bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk). Contoh: persimpangan jalan
Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
2.6 Teori Townscape
Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan
bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan.
Definisi lain dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari
segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape
juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-
bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional
masing-masing pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek,
perencana, dan pihak-pihak yang memperhatikan wajah kota. Bentuk fisik ruang
13
kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa bangunan. Keterkaitan
itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh pengamat bentuk fisik
ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu, keterkaitan
juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh
bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya.
Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-
nilai yang harus ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota
tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan perkotaan yang baik
melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen pada
bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition.
a. Serial Vision
Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh
pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu
kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan
gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan
bagi pengamat.
b. Place
Place merupakan perasaan yang didapatkan secara emosional ketika berada
di suatu tempat tertentu.
c. Content
Content merupakan isi dari kawasan yang mempengaruhi emosi (perasaan)
seseorang terhadap lingkungan yang bergantung kepada dua faktor, kesesuaian
dan kreativitas.
d. Functional Tradition
Functional tradition adalah kualitas yang terdapat didalam elemen yang
membentuk perkotaan yang memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.
Berdasarkan uraiannya dalam buku The Concise Townscape, Cullen
menyimpulkan tiga hal di akhir bukunya, yaitu:
• Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama,
kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota
yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya
merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini
adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas
manusia tersebut.
• Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada
masyarakat yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi
perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu,
art of environment perlu ditekankan dalam urban design.
• Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam
lingkungan Atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi
waktu.
Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di
dalam urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu
kawasan baik secara fisik maupun secara emosional. Townscape sebaiknya
tertata secara baik karena pengaruhnya yang cukup berdampak pada
perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan tersebut. Selain itu,
dengan townscape, maka tercipta the art of environment yang penting bagi suatu
kota.
14
BAB III.
GAMBARAN WILAYAH STUDI
15
3.4 Gambaran Ruang Terbangun
16
3.5 Gambaran Ruang Terbuka
3.6 Sarana/Fasilitas
3.7 Jaringan Pergerakan
3.8 Kependudukan
Piramida Penduduk
<65
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
19 - 24
16 - 18
13 - 15
7 - 12
4-6
Laki-Laki Perempuan
Pengusaha
12%
Buruh Industri
15%
Lain-lain (jasa)
59%
Buruh Bangunan
6%
Pedagang
4%
Pegawai Negeri Pengangkutan
Pensiunan (Sipil+ABRI) 0%
0% 2%
Petani Sendri Buruh tani Nelayan
Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan
Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri (Sipil+ABRI)
Pensiunan Lain-lain (jasa)
17
Masyarakat Kelurahan Siwalan bermata pencaharian yang didominasi oleh
pekerjaan sebagai buruh, karyawan pabrik dan wiraswasta
Agama yang ada di Siwalan di dominasi oleh agama Islam dengan jumlah
penganut sebanyak 7.553 orang kemudian agama Kristen Katolik sebanyak 113
orang, Kristen Protestan 331 orang, Budha 22 orang, Hindu 6 orang dan lain – lain
sebanyak 7 orang.
Jenis pendidikan yang ada di Kelurahan Siwalan antara lain yang bersekolah
di perguruan tinggi terdapat 75 orang, tamat akademi 37 orang, tamat S.L.T.A 395
orang, tamat S.L.T.P 368 orang, tamat SD 1.275 orang, tidak tamat SD 876 orang,
belum tamat SD 293 orang dan yang tidak bersekolah ada 79 orang.
18
3.9 Aktivitas Masyarakat
Pada pagi hari masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa
dilakukan yaitu berangkat kerja, sekolah dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Tidak berbeda jauh dengan aktivitas di pagi hari, aktivitas masyarakat pada siang
19
hari yang dilakukan adalah bekerja dan melakukan kegiatan di kampus karena
Kelurahan Siwalan dekat dengan Universitas Semarang, UPGRIS dan universitas
setingkat yang lainnya. Sedangkan pada aktivitas di malam hari biasanya ramai dan
berlangsung sampai pada pukul 11-12 malam, karena disana terdapat banyak
warung makan yang menyediakan makanan untuk mahasiswa dan warga sekitar
serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung di kawasan pendidikan yang ada di
daerah sekitar Kelurahan Siwalan.
3.10 Sosial dan Budaya
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyrakat di Kelurahan Siwalan
adalah gotong royong dan bantuan sosial. Bantuan sosial yang diberikan berupa
sumbangan dari masyarakat yang tetangganya tertimpa musibah (sakit atau
meninggal). Budaya yang sudah lama ada yaitu Pasar Mingguan yang dilakukan
setiap hari Minggu oleh masyarakat di Kelurahan Manyaran di daerah sekitaran
pelataran Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Data yang sudah ada didapatkan
dari wawancara dengan tokoh masyarakat setempat (data primer).
3.11 Permasalahan Ruang Perkotaan
DAFTAR PUSTAKA
Cullen, Gordon. 1971. The Concise Townscape. Van Nostrand Reinhold Company.
New York
Koester, R.H. 2001. Dimensi Keruangan Kota. Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta
Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. The Massachusetts Institute of
Technology. Amerika Serikat
Mc. Cluskey. J. 1979. Road Form and Townscape. The architectural Press. London.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta
Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space Theories of Urban Design. Van Nostrand
Reinhold Company. Amerika Serikat
Widyastuti, H. 2002. Studi Kinerja Perkembangan Wilayah Perluasan Kota Salatiga.
Program Studi Magister Teknik Pembangunan Kota. Universitas Diponegoro.
Semarang
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota
dan Penerapannya. Kanisius. Yogyakarta
20