Potensi Pasar
Awalnya makanan ledre hanya dikonsumsi oleh pejabat-pejabat perusahaan
minyak bumi yang sebagian besar adalah orang Belanda. Hal itu disebabkan karena
kecamatan Padangan ini yang merupakan tempat industri Ledre berada berdekatan
dengan tempat tinggal para pejabat perusahan miyak. Tetapi sekarang karena
semakin tingginya mobilitas antar kota oleh masyarakat umum menyebabkan
makanan Ledre ini mulai dikenal secara umum dan ternyata cukup diminati.
Kota Bojonegoro merupakan sebuah kota kecil yang jika dibandingkan
dengan kota Surabaya. Penduduk kota Bojonegoro pada umumnya terdiri dari
penduduk yang telah menetap sejak lama di kota Bojonegoro dan para pendatang
yang datang untuk tinggal di Bojonegoro. Para pendatang ini umumnya adalah
mereka yang datang untuk bekerja di tempat proyek pengeboran minyak yang
kebetulan proyek tersebut berada termasuk dalam wilayah kabupaten Bojonegoro.
Selain itu juga wilayah Bojonegoro merupakan jalan lintas tengah antar kota dan
jalur utama kereta api lintas utara. Kenyataan tersebut menyebabkan setiap harinya
cukup banyak orang yang singgah di kota Bojonegoro ini terutama di tempat-tempat
umum yaitu di terminal, stasiun dan rumah makan, dimana mereka meluangkan
waktu untuk membeli/mencari oleh-oleh yang ada di terminal, stasiun ataupun di
rumah makan. Hal itu jelas memberikan potensi pasar yang baik bagi pengembangan
bisnis makanan ledre.
Telaah Kritis Penentuan Lokasi Industri Ledre Dua Putri Berdasarkan Teori Weber
Weber merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi yang
berkenaan dengan industri. Lokasi industri masih dijelaskan secara sederhana hanya
untuk industri satu bahan dan satu pasar. Kemudian penjelasan ini di teruskan untuk
lokasi industri dua bahan mentah dan menjualnya di satu pasar dimana ketiganya
berlokasi ditempat yang berbeda. Djojodipuro (1992) menuliskan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi penentuan lokasi oleh weber adalah biaya angkutan,
tenaga yang merupakan faktor regional dan deglomerasi yang bersifat lokal dan
khusus. Tarigan (2006) menambahkan, biaya transportasi merupakan faktor pertama
dalam menentukan lokasi industri sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor
yang dapat memodifikasi lokasi. Masih dalam Tarigan (2006), prinsip dasar yang
digunakan oleh Weber adalah prinsip minimisasi biaya dimana lokasi setiap indutri
tergantung pada total biaya transportasi dan biaya tenaga kerja dimana
penjumlahan diantara keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum.
Kabupaten Bojonegoro merupakan penghasil pisang terbesar ketiga di Jawa
Timur setelah Malang dan Lumajang, sehingga cukup memberikan alasan bagi
penulis untuk berpendapat bahwa prinsip teori weber digunakan dalam penentuan
lokasi industri ledre dua putri di Kabupaten Bojonegoro. Semakin dekat dengan
sumber bahan baku maka semakin kecil biaya transportasi yang dikeluarkan
Pada kasus penentuan lokasi industri ledre dua bidadari, menurut hemat
penulis, selain faktor kesejarahan juga didasarkan pada faktor bahan baku yang
mudah diperoleh. Bahan baku ledre (pisang) memiliki bentuk dan berat yang lebih
besar di bandingkan ledre yang merupakan hasil akhir. Pada satuan volume yang
sama maka bisa dipastikan bahwa biaya transportasi bahan mentah lebih besar di
bandingkan dengan biaya transportasi barang jadi. Maka, jika didasarkan pada
Indeks Material (IM), pembagian antara bobot bahan baku lokal (pisang) dengan
bobot produk akhir (ledre) akan diperoleh hasil lebih besar dari satu. Sesuai rumus
yang disampaikan Weber maka industri ledre ini bisa dikatakan berorientasi pada
bahan mentah/ baku.
Selain didasarkan pada faktor bahan mentah, penentuan lokasi industri ledre
ini juga dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja. Ledre yang merupakan produk Hand
made adalah produk asli daerah Bojonegoro yang sudah ada sejak dahulu.
Pembuatannya yang tidak mudah dan memerlukan pengalaman menjadikan lokasi
industri ledre terkonsentrasi di wilayah Bojonegoro khususnya Kecamatan Padangan.
Tidak jarang kita jumpai antar industri ledre yang ada masih terdapat hubungan
keluarga. Seperti industri Ledre Anyar Mas dan Ledre Hj. Chusnul di padangan.
Jika dilihat pada faktor pasar maka industri ledre dua putri memiliki pasar
yang cukup luas. Selain pasar lokal (Bojonegoro) juga melayani permintaan dari
Surabaya, Lamongan, Ngawi dan Tuban. Cakupan pemasaran ledre dua putri ini bisa
dilihat pada lampiran 2 Diakhir tulisan ini. Cakupan pasar yang luas ini tidak sesuai
dengan asumsi teori weber i yang hanya didasarkan pada satu lokasi pasar saja.
Lokasi pasar menurut weber adalah lokasi yang berbeda dengan lokasi sumber
bahan mentah. Sedangkan lokasi pasar pada industri ledre dua putri lebih dari satu
pasar yang terdiri dari pasar di kota sekitar kabupaten Bojonegoro (Surabaya,
Lamongan, Ngawi dan Tuban) dan juga pasar lokal yang berada di wilayah Kabupaten
Bojonegoro. Walaupun demikian, jika kita kembalikan pada prinsip teori Weber yang
meminimalisasikan biaya transportasi maka penentuan lokasi industri ledre di
Kabupaten Bojonegoro sudah cukup tepat, yaitu lokasi industri yang berorientasi
pada bahan mentah. Keterkaitan antar faktor tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
X
B C
M1 M2
Y Z
P : Pasar
Telaah Kritis Lokasi Industri Ledre Dua Putri Berdasarkan Pendekatan Pasar Losch
Weber melihat persoalan dari sisi produksi sedangkan Losch melihat
persoalan dari sisi permintaan (pasar). Weber walaupun tidak dinyatakan secara
tegas membuat asumsi bahwa semua barang yang diproduksi akan laku terjual.
Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah
konsumen yang dapat dilayaninya. Makin jauh dari tempat penjual maka konsumen
semakin enggan untuk membeli. Hal ini dikarenakan transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan
penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan
ini maka Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di
dekat pasar.
Pada kasus lokasi industri ledre dua putri, lokasi pasar ledre cukup luas. Selain
melayani pasaran lokal (sekitar lokasi industri) juga melayani pasaran luar kota.
Pasaran lokal disini adalah pasar di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jika
dibandingkan dengan lokasi bahan mentah, lokasi pasar memiliki jarak yang agak
jauh dari lokasi industri. Hal ini dikarenakan kondisi aksesbilitas yang cukup memadai
dan juga bentuk produk jadi yang mudah dibawa sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap lokasi pemasaran.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh manajemen ledre dua putri untuk
memenuhi permintaan pasar diluar wilayah lokasi industri adalah dengan membuat
agen agen pemasaran. Agen pemasaran ini melayani konsumen yang tidak
memungkinkan datang di lokasi industri yang berjarak cukup jauh. Jika dibandingkan
ongkos transport yang dikeluarkan bisa lebih besar dari pada harga jual ledre.
Keadaan ini yang menuntut pengusaha untuk membuat agen pemasaran di luar
wilayah industrinya dengan tujuan pasar dapat dilayani dengan maksimal dan
keuntungan dapat diperoleh sebesar mungkin.
Daftar Pustaka
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit FE Universitas
Indonesia. Jakarta.
Hoover, E.M. 1977. Pengantar Ekonomi Regional (Terjemahan A. Chandra). Lembaga
Penerbit FE UI. Jakarta
Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta.
Wlker, David & Chapman, Keith. 1992. Industrial Location. Blackwall, USA.
Oleh
NURPANA SULAKSONO
NIM : 21040110400014