Anda di halaman 1dari 6

TEORI WILAYAH

KUTUB PERTUMBUHAN (GROWTH POLE)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Wilayah (ABKA522)

Dosen Pengampu:

Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Sc.


Dr. Rosalina Kumalawati, M.Si

Disusun Oleh:
Muhammad Donny Chandra (1710115110013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
1.1 LATAR BELAKANG

Perroux pada tahun 1955 mengemukakan tentang Teori Kutub


Pertumbuhan (Growth Poles Theory). Dalam teori ini dinyatakan bahwa
pembangunan kota atau wilayah dimana pun bukan merupakan suatu proses
yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengan
kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan
yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-
kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses
pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke
pusat-pusat yang lebih rendah.
2.1 PEMBAHASAN

Teori ini dikembangkan oleh ahli ekonomi Prancis, Francois Perroux pada
tahun 1955. Inti dari teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di
tiap daerah tidak terjadi di sembarang tempat melainkan di lokasi tertentu
yang disebut kutub pertumbuhan. Untuk mencapai tingkat pendapatan tinggi
harus dibangun beberapa tempat pusat kegiatan ekonomi yang disebut dengan
growth pole (kutub pertumbuhan). Pandangan Perroux mengenai proses
pertumbuhan adalah teori tata ruang ekonomi, dimana industri pendorong
memiliki peranan awal dalam membangun sebuah pusat pertumbuhan.
Industri pendorong ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tingkat konsentrasi tinggi
2) Tingkat teknologi maju
3) Mendorong perkembangan industri disekitarnya
4) Manajemen yang professional dan modern
5) Sarana dan prasarana yang memadai
Konsep Growth pole dapat didefinisikan secara geografis dan fungsional,
yaitu sebagai berikut:
A) Secara geografis, growth pole dapat digambarkan sebagai suatu lokasi
yang memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menimbulkan daya tarik
bagi berbagai kalangan untuk mendirikan berbagai macam usaha di daerah
tersebut dan masyarakat senang memanfaatkan fasilitas tersebut.
B) Secara fungsional, growth pole dapat diartikan sebagai suatu lokasi
konsentrasi kelompok ekonomi (industri, bisnis dll) yang mengakibatkan
pengaruh ekonomi ke dalam maupun keluar wilayah tersebut.

A. Konsep Kutub Pertumbuhan Growth Pole


Perroux berpendapat bahwa fakta dasar dari perkembangan spasial,
sebagaimana halnya dengan perkembangan industri adalah bahwa
“pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi
secara serentak; pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub-kutub
perkembangan, dengan intensitas yang berubah-ubah; perkembangan ini
menyebar sepanjang saluran-saluran yang beraneka ragam dan dengan
efek yang beranekaragam terhadap keseluruhan perekonomian”. (Glasson
– Sitohang, 1977). Perroux juga mengindikasikan bahwa pembangunan
harus disebabkan/ditimbulkan oleh suatu konsentrasi (aglomerasi) tertentu
bagi kegiatan ekonomi dalam suatu ruang yang abstrak. (Miyoshi, 1997).
Boudeville mendefinisikan kutub pertumbuhan (growth pole) sebagai
“sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu
daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi lebih
lanjut ke seluruh daerah pengaruhnya” (Glasson – Sitohang, 1977). Ia juga
membangun konsep growth pole sebagai suatu model perencanaan yang
bersifat operasional, yang menerangkan suatu kondisi dimana
pertumbuhan akan tercipta pada wilayah yang menimbulkan adanya kutub
(polarized region).
B. Penerapan Konsep Kutub Pertumbuhan (Growth Pole) di Indonesia
Di Indonesia, konsep growth pole juga diadopsi dalam strategi
pembangunan wilayahnya. Dampaknya terbentuk megaurban pada
berbagai wilayah yang sulit dibatasi, seperti Jabodetabek,
Gerbangkertasusila dan lain-lain. Masalah berikutnya terjadi ketimpangan
wilayah, terutama dalam hal kesejahteraan antara kota-kota utama dan
wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu, ada kecenderungan masyarakat
untuk mendekati kawasan potensial/sumber penghidupan, yaitu menuju
kota-kota utama tersebut. Contohnya Jakarta sebagai kutub pertumbuhan
bagi perkembangan daerah disekitarnya (Jabodetabek).
3.1 KESIMPULAN

Ahli ekonomi Perancis, Francois Perroux pada tahun 1955


mengemukakan tentang Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory).
Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah dimana
pun bukan merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul
di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda.
Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut
dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub
tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah
lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
Inti dari teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tiap daerah
tidak terjadi di sembarang tempat melainkan di lokasi tertentu yang disebut
kutub pertumbuhan. Untuk mencapai tingkat pendapatan tinggi harus
dibangun beberapa tempat pusat kegiatan ekonomi yang disebut dengan
growth pole (kutub pertumbuhan). Konsep Growth pole dapat didefinisikan
secara geografis dan fungsional, yaitu sebagai berikut:
A) Secara geografis, growth pole dapat digambarkan sebagai suatu lokasi
yang memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menimbulkan daya tarik
bagi berbagai kalangan untuk mendirikan berbagai macam usaha di daerah
tersebut dan masyarakat senang memanfaatkan fasilitas tersebut.
B) Secara fungsional, growth pole dapat diartikan sebagai suatu lokasi
konsentrasi kelompok ekonomi (industri, bisnis dll) yang mengakibatkan
pengaruh ekonomi ke dalam maupun keluar wilayah tersebut.

Di Indonesia, konsep growth pole juga diadopsi dalam strategi


pembangunan wilayahnya. Dampaknya terbentuk megaurban pada berbagai
wilayah yang sulit dibatasi, seperti Jabodetabek, Gerbangkertasusila dan lain-
lain. Masalah berikutnya terjadi ketimpangan wilayah, terutama dalam hal
kesejahteraan antara kota-kota utama dan wilayah di sekitarnya. Oleh karena
itu ada kecenderungan masyarakat untuk mendekati kawasan
potensial/sumber penghidupan, yaitu menuju kota-kota utama tersebut.
Contohnya Jakarta sebagai kutub pertumbuhan bagi perkembangan daerah
disekitarnya (Jabodetabek).
DAFTAR PUSTAKA

Rijanta, R., dkk, 2005, “Ilmu Wilayah (GPW 1102)”, bahan kuliah, Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Martina Kasikoen, Ken. 2017. TEORI KUTUB PERTUMBUHAN (GROWTH POLE).


Diambil dari: file:///C:/Users/ASUSA/Downloads/Kuliah-ke-11-Perenc-Wilayah-
Teori-Kutub-Pertumbuhan-.pdf (28 Mei 2018)

Setiawan, Agnas. 2013. Growth Pole Theory (Kutub Pertumbuhan). Diambil dari:
https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/31/growth-pole-theory-kutub-
pertumbuhan/ (28 Mei 2018)

file:///C:/Users/ASUSA/Downloads/www.unlock-pdf.com_Bab3TeoriWilayah.pdf
(28 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai