Anda di halaman 1dari 7

Pusat pertumbuhan =

ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dijadikan sebagai pusat
pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya.
KONSEP “growth pole” atau dikenal sebagai konsep “kutub pertumbuhan” yang dibangun oleh
ahli ekonomi Prancis, Francois Perroux, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tiap daerah
tidak terjadi di sembarang tempat, melainkan di lokasi tertentu.
Contoh dari pusat pertumbuhan terbesar di Indonesia adalah Jakarta, Surabaya, Medan, dan
Makassar.
Teori pertumbuhan ekonomi ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, yakni teori
klasik, teori neokklasik, teori neokeynes, teori W.W. Rostow, dan teori Karl Bucher.
Apa tujuan dari pusat pertumbuhan?
Wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan dapat mendorong wilayah lain yang berada di daerah
sekitarnya. Semakin lama akan menyebar ke berbagai wilayah dan menyerap potensi-potensi
daerah sekitarnya. Adanya pusat pertumbuhan akan mempengaruhi kehidupan manusia, terutama
dalam meningkatkan kesejahteraan

Ciri-Ciri Pusat Pertumbuhan

Sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan bila memiliki ciri-ciri berikut:

1.Adanya Hubungan Internal dan Beragam Aktivitas

Sebuah wilayah pusat pertumbuhan umumnya memiliki beragam aktivitas perekonomian


di dalamnya. Aktivitas perekonomian tersebut dapat berupa perumahan, perindustrian,
perdagangan, pergudangan, pelabuhan, distribusi, hingga hiburan. Semua aktivitas perekonomian
tersebut dapat bercampur dan saling terinternalisasi dalam sebuah pusat pertumbuhan.

Misalnya Kota Surabaya yang terkenal memiliki beragam aktivitas perekonomian seperti
pelabuhan, perniagaan, hingga pendidikan yang terintegrasi di kota tersebut. Maka dari itu,
Surabaya dapat disebut atau dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan.

2.Adanya Efek Penggandaan (multiplier effect)

Bila sebuah wilayah memiliki nodal atau wilayah yang menjadi penghubung, atau yang memiliki
ketergantungan antara daerah inti (pusat) dengan daerah belakang (interland), maka dari daerah
tersebut umumnya akan mengalami efek penggandaan ke wilayah-wilayah sekitarnya.

Karena sifatnya seperti simpul, Nodal memiliki titik-titik pertumbuhan yang menyebar dari
tengah ke wilayah-wilayah sekitarnya yang masih satu kota. Misalnya, bila ada pembangunan
bandara di sebuah wilayah, bandara tersebut perlahan akan mempengaruhi wilayah-wilayah di
sekitarnya, yang akan menjadi pendukung bagi bandara tersebut.

Bentuk kegiatan ekonomi yang menjadi pendukung bandara tersebut dapat berupa perumahan,
tempat pariwisata, perkantoran, pusat perdagangan, hotel, ekspedisi, dan lain sebagainya. Efek
penggandaan ini penting dinilai sebelum membangun sebuah wilayah pusat pertumbuhan karena
nantinya akan turut membantu terbukanya lapangan pekerjaan.

3.Adanya Konsentrasi Geografis

Sekalipun sebuah pusat pertumbuhan umumnya dapat memiliki beragam kegiatan perekonomian,
tetapi biasanya wilayah tersebut memiliki spesialisasi tertentu. Adanya konsentrasi geografis
atau aglomerasi, membuat sebuah wilayah pusat pertumbuhan memiliki fokus perekonomian.
Di situlah pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut akan menjadi lebih pesat karena
spesialisasi tersebut membedakannya dengan wilayah-wilayah lain. Konsentrasi geografis juga
turut menimbulkan multiplier effect yang tinggi pada suatu wilayah pusat
pertumbuhan.

4.Mendorong ke Daerah Belakang

Sebuah wilayah pusat pertumbuhan umumnya akan mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitar


kotanya. Misalnya, Jakarta dapat mempengaruhi Bekasi, sehingga Bekasi kemudian memiliki
nodal-nya sendiri dan kemudian dapat menjadi sebuah kota sendiri.

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)


Apa isi dari teori kutub pertumbuhan?
Francois Perroux adalah pencetus teori kutub pertumbuhan atau growth pole theory
(seringkali digunakan pula istilah pusat perumbuhan) menyatakan bahwa pembangunan atau
pertumbuhan tidak terjadi di semua wilayah, akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat
tertentu dengan variabel yang berbeda-beda intensitasnya.
Apa kesimpulan dari teori kutub pertumbuhan?
Teori kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Francois Perroux pada tahun 1955 ini
menyimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan di setiap wilayah tidak terjadi secara
bersamaan. Setiap wilayah memiliki kecepatan dan intensitas masing-masing berdasarkan
potensial yang ada

Teori pusat pertumbuhan yang terkenal lainnya adalah teori kutub pertumbuhan. Francois
Perroux mendefinisikan kutub pertumbuhan sebagai pusat-pusat dalam wilayah ekonomi yang
abstrak (belum terpetakan), yang memancarkan kekuatan sentrifugal (membesar atau
menyebar) dan kekuatan sentripetal (bergerak menuju sumbu) yang menarik.
Contoh dari kutub pertumbuhan yang ada di Indonesia salah satunya adalah Malioboro.
Malioboro dikenal sebagai pusat pertumbuhan sekaligus ikon dari Yogyakarta, yang
perekonomiannya berpusat pada pasar, souvenir, kuliner, dan lain sebagainya.

Contoh lainnya adalah kawasan Kuta yang ada di Bali. Kawasan ini menjadi satu di antara
kutub pertumbuhan penting bagi Pulau Dewata. Perkembangan pariwisata yang pesat, membuat
Kuta menjadi pusat perekonomian bagi masyarakat Bali.

Sementara Jacques Boudeville menggambarkan kutub pertumbuhan sebagai suatu


pengelompokan atau aglomerasi geografis dari berbagai kegiatan. Pengelompokan atau
aglomerasi geografis ini kemudian akan menuju satu pusat. Jadi, bila ada sebuah wilayah yang
memiliki wilayah industri, jasa, sarana transportasi yang baik, wilayah tersebut perlahan akan
berkembang menjadi pusat pertumbuhan. Contoh dari pusat pertumbuhan terbesar di
Indonesia adalah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Albert Hirschman menyebutkan ada dua efek dari kutub pertumbuhan (growth pole), yaitu
efek positif dan efek negatif.
Efek positif dari kutub pertumbuhan adalah trickle down effect, yang merupakan gejala saat
adanya wilayah yang maju menjadi kutub pertumbuhan, akan turut mempengaruhi kemajuan di
wilayah yang ada di pinggirannya.

Wilayah-wilayah yang ada di pinggiran kutub pertumbuhan memiliki dua kemungkinan, yaitu
bergabung dengan kota tersebut atau menjadi pusat pertumbuhan atau kota yang baru.
Contohnya, Bekasi yang mendapatkan pengaruh besar dari Jakarta, perlahan menjadi kota
sendiri.

Berikut ini beberapa contoh pembentukan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Indonesia


memiliki tujuan utama menjadi wilayah menjadi pusat pertumbuhan.

 Kondisi geografis seperti jenis dataran, iklim, dan kesuburan tanah.

 Lengkapnya fasilitas (kesehatan, tempat tinggal, dsb) dan infrastruktur (jalanan


dan transportasi) sehingga mendukung kondisi ekonomi dan sosial.
 Adanya industri sehingga banyak lapangan kerja dan tempat tinggal.

Teori pusat pertumbuhan wilayah. Kita akan bahas beberapa di antaranya. Contohnya ada Teori
Kutub Pertumbuhan, Teori Polarisasi Ekonomi, Trickle Down Theory yang sebenarnya
merupakan dasar-dasar dari Teori Kutub Pertumbuhan
1.. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Francois Perroux pada tahun 1955 ini
menyimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan di setiap wilayah tidak terjadi secara
bersamaan. Setiap wilayah memiliki kecepatan dan intensitas masing-masing berdasarkan
potensial yang ada.

Menurut Perroux, pusat pertumbuhan akan menimbulkan dua dampak yang disebut kekuatan
sentrifugal dan sentripetal

Teori Ekonomi “menetes ke bawah” (Trickle Down Theory)

Kutub pertumbuhan memberikan trickling down effect yang berarti teori menetes ke bawah.
Menurut Teori Trickle-down yang dikemukakan Hirschman pada tahun 1959, pembangunan bisa
terfokus pada sektor penting saja (industri) dengan harapan dapat menstimulasi sektor lainnya.

Fenomena ini dicerminkan oleh salah satu kota yang menjadi pusat industri di Indonesia: Kota
Karawang.
Berdasarkan ekspektasi Teori Trickle-down tadi, harusnya berkembangnya industri dan pabrik di
Karawang ini dapat mendorong perkembangan sektor lainnya. Namun kenyataannya, lahan
pertanian di sana justru semakin sempit dikarenakan pembangunan industri yang terus meluas

Teori Polarisasi Ekonomi

Berdasarkan Teori Polarisasi Ekonomi(1955) oleh Gunnar Myrdal, setiap daerah memiliki pusat
yang menjadi daya tarik masuknya tenaga kerja, modal, dan barang dagangan. Untuk contoh
paling mudah, kita bisa bahas desa dan kota.

Menurut teori ini, kota sebagai pusat pertumbuhan menjadi daya tarik bagi orang-orang yang
tinggal di pinggiran. Pinggiran di sini biasanya berarti desa dan daerah lain di sekitar kota

Ada dampak positif dan negatif dari fenomena ini. Dampak positif ini disebut spread effect.
Sedangkan, dampak negatif disebut backwash effect. Berikut ini beberapa spread
effect dan backwash effect menurut Teori Polarisasi Ekonomi.

Spread effect atau dampak positif pembentukan pusat pertumbuhan bagi suatu negara
adalah sebagai berikut:

 Kesempatan bekerja bertambah

 Upah buruh semakin tinggi


 Bahan mentah dapat dipasarkan

Dampak negatif (backwash effect)

 Kriminalitas meningkat

 Kerusakan lingkungan

Lalu apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir backwash effect tadi? Dapat dilakukan
pembatasan migrasi atau urbanisasi, pencegahan modal keluar dari daerah pinggiran, serta
pembangunan di daerah pinggiran dan pedesaan

Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral atau central place theory adalah teori perkembangan wilayah yang
dikemukakan oleh seorang ahli geografi asal Jerman, bernama Walter Christaller pada
tahun 1993. Teori ini menjelaskan hubungan kota sebagai pusat pertumbuhan dengan
pemukiman kecil di sekitarnya
Teori ini memiliki beberapa asumsi yaitu

 Topografi yang datar dan tidak memiliki batas


 Penduduk yang tersebar merata
 Setiap pemukiman memiliki jarak yang sama
 Sumber daya tersebar dengan merata
 Terdapat mekanisme distance decay
 Terdapat kompetisi sempurna dimana setiap penjual merupakan makhluk ekonomi
 Setiap konsumen memiliki pendapatan dan kebiasaan berbelanja yang sama
 Konsumen meminimalisir jarak yang harus dicapai
 Tidak ada penjual yang dapat mendapatkan untung berlebih atau memperluas
wilayah pasar.

Ketiga Model Lokasi Sentral Christaller

K = 3 melambangkan prinsip pasar. Pada model ini, jarak antar pusat pasar diminimalisir
agar biaya transportasi dapat seminimal mungkin. Pendekatan ini bertujuan agar pembeli
dapat lebih mudah mengakses pasar. Terdapat 6 heksagon yang dibagi tiga, dan 1
heksagon utuh ditengah, sehingga terdapat 3 heksagon

K = 4 melambangkan prinsip transportasi. Pada model ini, panjang jalan diefisiensikan


karena langsung menuju sub pusat. Terdapat 6 heksagon yang dipotong setengah, dan 1
heksagon utuh ditengah, sehingga terdapat 4 heksagon.
K = 7 melambangkan prinsip administrasi. Pada model ini seluruh wilayah heksagon luar
masuk kedalam area pasar pusat. Tujuan utama dari model ini adalah efisiensi
administratif dan juga kontrol pemerintahan. Pada model ini terdapat 6 heksagon utuh
dan satu heksagon utuh tengah, sehingga terdapat 7 heksagon

Menurut Teori Tempat Sentral yang dikemukakan oleh Christaller, tempat sentral merupakan
pusat pasar untuk pertukaran barang dan jasa. Faktor lokasi sangat penting dalam pemasaran.
Selain itu, antar tempat sentral akan saling bersaing satu sama lain.

Menurut teori ini, ada tiga macam hierarki tempat sentral yang dinotasikan dengan K. Supaya
nggak bingung, coba lihat ilustrasi di bawah ini.

Ilustrasi Teori
Sentral (Arsip Zenius)

Anda mungkin juga menyukai