PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Ekonomi pembangunan bertujuan untuk mempelajari pembangunan ekonomi di
Negara berkembang agar dapat di cari masalah yang menyebabkan mengapa Negara
berkembang jauh tertinggal dari Negara maju sehingga akan dapat ditemukan solusi untuk
mengatasi masalah yang dihadapi Negara berkembang agar pembangunan ekonominya
meningkat dan seluruh dunia merasakan kemakmuran tanpa terkecuali.
.
B. Tujuan
1. Sebagai bahan kajian bagi para siswa mengenal tentang pusat pertumbuhan.
C. Manfaat
1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada siswa tentang pusat pertumbuhan.
2. Memberikan pembahasan tentang pusat pertumbuhan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pusat Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang
memengaruhi atau memberikan imbas terhadap kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Melalui
pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi proses interaksi
dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Sebagai contoh, kota Jakarta sebagai ibukota
negara Indonesia yang memiliki akselerasi perkembangan dan pembangunan sangat cepat,
secara langsung maupun tidak telah memengaruhi kota-kota satelit yang ada di sekitarnya,
yaitu Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan sudah tentu
memiliki skala perkembangan wilayah (regional development) yang berbeda-beda. Ada yang
berskala nasional, seperti pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia tetapi ada pula yang berskala
regional, seperti pusat pertumbuhan Jabotabek (Jakarta - Bogor - Tangerang - Bekasi),
Segitiga Sijori (Singapura - Johor - Riau), dan Bopunjur (Bogor - Puncak - Cianjur).
Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory) kali pertama dikemukakan oleh
tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller (1933). Christaller mengadakan
studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya.
Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman,
August Losch (1945).Christaller mengemukakan Teori Tempat yang Sentral ini didasari oleh
keinginannya untuk menjawab tiga pertanyaan yang berhubungan dengan kota atau wilayah,
yaitu sebagai berikut.
2
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, menge mukakan konsep yang
disebut jangkauan (range) dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang harus ditempuh
seseorang untuk mendapatkan barang atau pelayanan jasa dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk
kelancaran dan kesinambungan suplai barang. Christaller membayangkan suatu wilayah
dataran yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang persebarannya merata. Dalam kehidupan
sehari-hari, penduduk tersebut memerlukan sejumlah barang dan jasa, antara lain makanan,
minuman, aneka barang-barang rumah tangga, keperluan pendidikan, dan pelayanan
kesehatan.
Pusat pelayanan yang ber-threshold kecil, seperti toko makanan dan minuman tidak
memerlukan konsumen terlalu banyak untuk menjual beraneka barang dagangannya karena
penduduk senantiasa memer lukan barang-barang konsumsi tersebut setiap hari. Oleh karena
itu, lokasinya dapat ditempatkan sampai ke kotakota atau wilayah kecil. Sebaliknya pusat
pelayanan masyarakat yang ber-threshold tinggi seperti pertokoan yang menjual barang-
barang mewah, seperti kendaraan bermotor, barang-barang lux, dan perhiasan. Oleh karena
barang-barang tersebut relatif lebih sulit terjual maka agar barang-barang tersebut dapat laku
dalam jumlah yang cukup banyak perlu dilokasikan di tempat-tempat atau kawasan (wilayah)
yang cukup sentral. Lokasinya di kota besar yang jaraknya relatif terjangkau penduduk di
wilayah sekitarnya dan juga terpenuhi batas minimal jumlah penduduk untuk menjaga
kesinambungan suplai barang.
Dari pemikirannya itu muncullah istilah tempat-tempat yang sentral (central place).
Menurut teori Christaller ini, suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral, yaitu suatu tempat atau
3
wilayah (kawasan) yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah yang maksimum,
baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari
barang-barang dan jasa tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa tempat yang sentral
merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal (segi enam).
Wilayah yang terletak di dalam segi enam itu merupakan daerah-daerah yang
penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut. Dalam kenyataan sehari-
hari, suatu tempat yang sentral dapat berupa kota-kota besar, rumah sakit, pusat perbelanjaan
(pasar), ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten, kecamatan, dan sarana pendidikan. Setiap
tempat yang sentral tersebut memiliki kekuatan pengaruh untuk menarik penduduk yang
tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Sebagai contoh, ibu kota provinsi
mampu menarik wilayah-wilayah kabupaten dan kota, sedangkan ibu kota kabupaten mampu
menarik wilayah-wilayah kecamatan yang ada di sekelilingnya.
Demikian pula ibu kota kecamatan mampu menarik wilayah-wilayah yang lebih kecil.
Hal yang sama juga berlaku bagi pusat pelayanan masyarakat lainnya. Keberadaan setiap
tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya
suatu wilayah, sehingga terjadilah hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Sebagai
contoh, hierarki kota sebagai pusat pelayanan masyarakat meliputi ibu kota negara, provinsi,
kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa (kelurahan). Selain berdasarkan besar-kecilnya
wilayah atau pusat pelayanan masyarakat, hierarki tempat yang sentral juga dapat didasarkan
atas jenis-jenis pusat pelayanan.
Hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang
senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi penduduk yang tinggal di daerah
sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3
bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk heksagonal, selain memengaruhi
wilayahnya itu sendiri.
4
2) Tempat Sentral yang Berhierarki 4 (K=4)
Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang optimum, artinya
di daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu
senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas
optimum ini memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang
berbentuk segi enam selain memengaruhi wilayah itu sendiri.
1) Topografi atau bentuk lahan di wilayah tersebut relatif seragam atau homogen sehingga
tidak ada bagian-bagian wilayah yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh lainnya
yang berhubungan dengan bentuk muka bumi.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen.
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) sering pula dinamakan sebagai
Teori Pusat-Pusat Pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini kali pertama
dikembangkan oleh Perroux sekitar tahun 1955. Ia melakukan pengamatan terhadap proses-
proses pembangunan.
Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan ini disebut sebagai
pusat atau kutub pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan ini, proses pembangunan
akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Dengan kata lain, kutub pertumbuhan
dapat memberikan imbas (trickling down effect) bagiwilayah atau daerah di sekitarnya.
5
C. Wilayah Pusat Pertumbuhan Serta Pengaruhnya di Bidang Sosial dan Lingkungan
Hidup
Faktor alam: pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, cuaca, iklim, rawa-rawa, dan
kesuburan tanah.
Faktor ekonomi: perbedaan kebutuhan antara tempat yang satu dengan yang lain.
Faktor industri: kebutuhan tenaga kerja, tempat tinggal, dan peralatan rumah.
Faktor sosial: pendidikan, pendapatan, dan kesehatan.
Faktor lalu lintas: jenis transport, kondisi jalan, dan fasilitas lalu lintas.
6
3. Wilayah Pusat Pertumbuhan di Indonesia
Pusat Per-
No. Regional tumbuhan Wilayah Meliputi Daerah-daerah
7
Pembagian wilayah tersebut dapat bermanfaat bagi negara yang besar dan luas seperti
Indonesia. Pembagian itu bermanfaat untuk menjamin tercapainya pembangunan yang serasi
dan seimbang, baik antarsektor di dalam suatu wilayah pembangunan maupun antarwilayah
pembangunan. Prinsip perwilayahan tersebut di atas dapat juga diterapkan di dalam skala
yang lebih kecil di dalam provinsi-provinsi itu sendiri, dengan cara memperhatikan hubungan
yang saling terkait antara kabupaten dan kecamatan dalam satuan wilayah administrasi yang
lebih kecil.
Kemunculan pusat pertumbuhan akan menarik jumlah tenaga kerja yang banyak,
dapat dilihat dari arus mobilitas dan migrasi penduduk dari desa ke kota maupun
antarprovinsi. Arus migrasi penduduk dari pedesaan menuju kota besar maupun kota kecil di
Indonesia, menunjukkan angka yang terus meningkat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan
kota.
Terjadinya peluang kerja di berbagai sektor yang relatif terbuka dan adanya gerakan
arus barang agar membawa dampak terjadinya peluang kerja di berbagai sektor yang relatif
terbuka. Adanya gerakan arus barang agar membawa dampak terhadap alat transportasi,
perhubungan, perdagangan, perkantoran, jasa, dan lain-lainnya.
8
c. Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pertumbuhan di Bidang Sosial dan Lingkungan
Hidup
Melatih masyarakat untuk mengatur waktu, disiplin, bersikap hemat, dan menyeleksi
mana kebutuhan primer dan sekunder supaya tidak terpengaruh oleh tuntutan barang dan jasa
yang berlebihan. Akan memotivasi masyarakat untuk saling berlomba memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kesiapan untuk menghadapi perubahan sosial budaya. Akibat mobilitas
penduduk baik melalui migrasi maupun pertambahan alami dari berbagai latar belakang
budaya, akan terjadi akulturasi dan asimilasi nilai budaya. Terbukanya arus informasi dan
komunikasi akan mempercepat laju pertumbuhan daerah tersebut. Makin banyaknya
penduduk yang datang akan berpengaruh terhadap keadaan lingkungan hidup di sekitarnya
antara lain pemukiman, sanitasi, keamanan, lalu lintas, dan pencemaran.
D. BATAS WILAYAH
Jika ingin membangun suatu wilayah, agar sasaran yang hendak dicapai dapat
terlaksana secara efisien, dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tepat, maka batas wilayah
harus jelas. Dengan demikian, semua sumber daya dapat difungsikan secara optimal.Ada dua
cara untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan atau wilayah pembangunan, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif.
1) Kualitatif
Wilayah inti (core) seluruhnya ditanami kelapa sawit. Kian jauh dari daerah inti,
persentase tanaman kelapa sawit makin berkurang. Pada jarak tertentu, penduduk di wilayah
tersebut masih banyak yang menanam kelapa sawit, tetapi sebagian besar penduduknya
menanam pohon karet. Lebih jauh lagi, sudah tidak dijumpai penduduk yang menanam
9
kelapa sawit dan seluruh penduduk sudah menanam pohon karet. Dengan demikian, pada dua
wilayah tersebut terdapat wilayah yang tumpang tindih.Bagaimana menentukan batas wilayah
perkebunan kelapa sawit dan wilayah perkebunan karet ? Penentuan batas wilayah tersebut
dilakukan melalui pengamatan atau perkiraan yang didasarkan karakteristik wilayah tertentu.
Dengan demikian, batas yang dihasilkan bisa jadi kurang memuaskan dan bisa menimbulkan
masalah. Penentuan batas semacam itu disebut penentuan batas secara kualitatif.
2) Kuantitatif
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang
memengaruhi atau memberikan imbas terhadap kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Melalui
pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi proses interaksi
dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca terutama siswa agar lebih memahami tentang
pusat pertumbuhan.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/337439574/Pengertian-Pusat-Pertumbuhan
https://fallinginlol.wordpress.com/2013/12/26/ekonomi-regional-6-pusat-pertumbuhan/
12