Anda di halaman 1dari 16

MATERI KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG

1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan

RG Squad, wilayah pertanian dan wilayah hutan merupakan wilayah yang berbeda,
bukan? Nah, suatu wilayah dikatakan berbeda karena suatu ketampakan tertentu. Ketampakan
seperti apa ya? Agar kalian lebih mengerti, simak artikel mengenai konsep wilayah dan perwilayahan
berikut ini ya.

A. Pengertian Wilayah (Region)

Menurut Taylor, wilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang berbeda dan ditunjukkan oleh
sifat-sifat yang berbeda dari lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkaan administratif dan/ aspek fungsional.

Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh kenampakan tertentu
yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lainnya. Misalnya, wilayah
hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah kota berbeda dengan perdesaan.

B. Pembagian Wilayah

1. Wilayah Formal (Uniform Region)

Wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau homogenitas tertentu. Misalnya berdasarkan
kriteria fisik atau alam maupun kriteria sosial budaya.

1. Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin, dan
wilayah vegetasi mangrove.
2. Wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya misalnya wilayah suku Banjar, wilayah
industri tekstil, dan wilayah pertanian sawah basah.

2. Wilayah Fungsional (Nodal Region)

Wilayah yang dicirikan dengan kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan
secara fungsional. Misalnya wilayah Jabodetabek secara fisik memang berbeda (heterogen), namun
secara fungsional saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup di setiap wilayah.
C. Perwilayahan

Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan kriteria


tertentu. Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal maupun fungsional.
Dalam perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu wilayah karena
setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda-beda.

Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:

1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan alami, seperti wilayah
pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan pada satu ketampakan,
seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada ketampakan jenis atau
tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan tropis yang ditonjolkan hanyalah flora tertentu
seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis yang khas dalam
hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan kependudukan secara umum. Misalnya
wilayah Asia Tenggara, Eropa Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda statistik-deskriptif atau
dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan analisis faktor terutama
bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah untuk tanaman
jagung dan kentang.

D. Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)

1. Mengurutkan dan menyederhanakan informasi mengenai keanekaragaman dan gejala atau


fenomena di permukaan bumi.
2. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan
antar wilayah.
3. Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun manusia.

Dengan adanya konsep wilayah dan perwilayahan ini dapat berlanjut untuk melakukan identifikasi
pusat pertumbuhan di suatu wilayah.
2. Memahami Pembangunan dan Pengembangan Wilayah

RG Squad, suatu pembangunan haruslah merata, baik di pusat pertumbuhan dan daerah sekitarnya.
Tujuannya, agar kedua wilayah dapat tumbuh dan berkembang bersama sehingga saling
menguntungkan. Berikut penjelasan mengenai pembangunan dan pengembangan wilayah.

1. Pengertian Pembangunan

Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan
manusia dapat meningkat.

Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memerhatikan berbagai permasalahan, di antaranya:

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.


2. Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
3. Pengendalian ekosistem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan.
4. Pengembangan industri.
5. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.

2. Pembagian Pembangunan Wilayah di Indonesia

Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan
pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan serasi dan
seimbang, baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh
Indonesia.
Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.

3. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
pembangunan.

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan
ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah
pada tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri
pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring
dengan terus dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime
mover (pendorong pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
Industri, Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan
yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.
2.1. Identifikasi Pusat Pertumbuhan di Suatu Wilayah

RG Squad, jika kalian amati berbagai wilayah di dunia, kalian dapat melihat pertumbuhan wilayah
yang berbeda-beda. Pertumbuhan wilayah yang dimaksud adalah tingkat pertumbuhan dan
perkembangan fisik wilayah maupun sosial budaya yang ditunjukkan oleh kemajuan, penambahan,
atau peningkatan sarana dan prasarana di berbagai bidang kehidupan. Berikut penjelasan mengenai
identifikasi pusat pertumbuhan.

A. Pengertian Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan
pembangunannya sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan
sebagai pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah
lain di sekitarnya.

Jakarta, salah satu pusat pertumbuhan di Indonesia. (Sumber: fourseasons.com)

B. Identifikasi Pusat Pertumbuhan

Untuk mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan teori dari
beberapa ahli, yaitu:

1. Teori Tempat Sentral (Walter Christaller)

Menurut Christaller, tempat sentral adalah lokasi strategis yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat. Dalam teori ini terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang
(threshold). Jangkauan adalah jarak yang perlu ditempuh untuk mendapatkan barang kebutuhannya
pada suatu waktu tertentu saja. Sedangkan ambang adalah jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan supply barang. Teori Tempat Sentral (Walter
Christaller) ini akan dibahas secara tersendiri ya Squad.

2. Teori Kutub Pertumbuhan / Growth Pole Theory (Francis Perroux)

Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil proses dan
tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan atau pengembangan
dinamakan kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.

Dalam teori ini dikenal istilah yang berkaitan dengan timbulnya dampak positif atau dampak negatif
dari interaksi kutub pertumbuhan dengan daerah disekitarnya. Dampak positif dari kemajuan
pembangunan dari pusat pembangunan disebut dengan trickle down effect. Dampak negatif
yang dirasakan oleh wilayah pinggirannya disebut dengan backwash polarization.

Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan
selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan
penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan.

3. Teori Sektoral / Sector Theory (August Losch)

Teori Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan menggunakan konsep
yang sama yaitu ambang dan jangkauan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
sumber: sutartogeo.blogspot.co.id

Gambar di atas mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai barang dan jasa dengan
ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang dan jasa terdapat di berbagai wilayah
pasaran pada bentang lahan yang disusun dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya
yang berbentuk heksagonal.

Daerah dengan penduduk padat akan cepat berkembang (gambar A ditunjukkan dengan titik-titik, B
berupa noda hitam serta di C secara mendetail). Berdasarkan teori sektor oleh Losch dapat
disimpulkan bahwa suatu kota akan lebih cepat berkembang bila penduduknya padat dengan wilayah
yang luas.

Nah, setelah kita berhasil melakukan identifikasi pusat pertumbuhan, kita bisa melihat konsep dari
pembangunan dan pengembangan wilayah.
2.2. Pusat Pertumbuhan Berdasarkan Teori Tempat Sentral Walter Christaller

RG Squad, salah satu cara untuk mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yaitu dengan
menggunakan teori tempat sentral (Walter Christaller). Menurut Christaller, kota sentral merupakan
pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain.
Selanjutnya, Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut
tidaklah semata-mata hanya bergantung kepada aspek permukiman penduduk.

Dalam teori in digambarkan bahwa tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk
heksagonal atau segienam. Daerah segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya
mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K=3), hirarki 4 (K=4), dan hirarki 7 (K=7).

1. Hirarki 3 (K=3)

Pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan kebutuhan bagi daerah sekitarnya, sering
disebut kasus pasar optimal. Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga
mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi
dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus harus sesedikit
mungkin.

2. Hirarki 4 (k=4)

Wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang
paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas
yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pengangkutan. Menurut asas pengangkutan,
penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak
pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya berjarak
pendek dan lurus.

3. Hirarki 7 (k=7)

Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-
masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi
administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral
dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang
dilingkupinya.

Menurut Christaller, daerah ini sesuai dengan asas pemerintahan. Asas pemerintahan lebih
ditekankan pada penyatuan dan perlindungan kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman
musuh. Oleh karena itu, sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar
yang berada di tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kotakota satelit dan tak berpenghuni di
pinggirnya.

Ketiga asas yang telah dikemukakan, masing-masing menentukan sistem tempat-tempat sentral
dengan cara yang berbeda-beda. Asas pasar dan pengangkutan dipengaruhi oleh motif ekonomi,
sedangkan asas pemerintahan dipengaruhi oleh kekuasaan negara.
3. Mengenal Perencanaan Tata Ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Squad, kamu tau nggak sih, Perencanaan Tata Ruang itu dibagi menjadi 3, lho! Wah, dibagi menjadi
apa saja, tuh? Perencanaan Tata Ruang dibagi menjadi Perencanaan Tata Ruang Nasional,
Perencanaan Tata Ruang Provinsi, dan Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota.

Apa aja sih perbedaannya - selain wilayah cakupannya?

Yuk, kita mengenal perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota di artikel berikut

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali dalam lima
tahun.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;

2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;

4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi,


serta keserasian antarsektor;

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;

7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur
ruang dan pola ruang.

Struktur ruang wilayah nasional:

1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.


2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
dan sumber daya air.

Peta Struktur Ruang Wilayah Nasional (Sumber: bkprn.org)


Pola ruang wilayah nasional:

1. Kawasan lindung.
2. Kawasan budi daya.
3. Kawasan strategis nasional.

Peta Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional (sumber bkprn.org)

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;


2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Secara lengkap mengenai perencanaan tata ruang wilayah nasional bisa kalian ketahui dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang
penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Secara lengkap, penjelasan mengenai RTRW Provinsi bisa disimak di sini, ya!

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten,
penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

RG Squad, pernah dengar kata Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi? Kira-kira apa ya itu?
Nah, RTRW merupakan penjabaran dari RTRWN yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan
ruang wilayah provinsi, dan rencana struktur ruang wilayah provinsi. Selain itu, dibahas pula rencana
pola ruang wilayah provinsi, penetapan kawasan strategis provinsi, arahan pemanfaatan ruang
wilayah provinsi, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Wah, lengkap sekali
ya? Supaya lebih memudahkan, baca di sini yuk penjelasannya!

Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang penataan ruang, dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah.

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;

b. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang
berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana
wilayah provinsi.

c. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang
memiliki nilai strategis provinsi;

d. Penetapan kawasan strategis provinsi;

e. Arahan pemanfataan ruang wilayah yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan;

f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan
zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

2. Struktur Ruang dan Pola Ruang Wilayah Provinsi

Struktur wilayah provinsi:

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah provinsi
yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama
lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi.

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-
pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi.
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum

Pola ruang wilayah provinsi:

Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah
provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum

3. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi

Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan ruang wilayah provinsi yang
diinginkan pada masa yang akan datang.

Tujuan penataan ruang wilayah provinsi berfungsi:


1. Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;

2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW provinsi;

3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 11 ayat (2),
mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang
wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

RTRW kabupaten memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
(penataan kabupaten); rencana struktur ruang wilayah kabupaten; rencana pola ruang wilayah
kabupaten; penetapan kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Fungsi RTRW Kabupaten/Kota:

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten/kota;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten/kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat,
dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten/kota;
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi;
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.

Manfaat RTRW Kabupaten/Kota

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota;


2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten/kota dengan wilayah sekitarnya;
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berkualitas.
4. Permasalahan Tata Kota & Perencanaan Ruang

Squad, kamu pernah gak sih memerhatikan dan membandingkan jumlah lahan pertanian dan
perumahan di daerah sekitar kamu? Kalau kamu perhatikan ya, lahan pertanian, khususnya di pulau
jawa sudah semakin sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi
dengan perencanaan tata ruang dan juga wilayah. Maka dari itu, kemudian tilmbulah banyak
masalah. Nah kira-kira apa saja sih permasalahannya hingga bisa seperti ini? Yuk kita pelajari!

Atas dasar kebutuhan tempat tinggal penduduk, tak jarang lahan pertanian yang subur berubah
fungsinya menjadi sebuah pemukiman atau perumahan. Tapi kalau kamu tahu nih, selain tempat
tinggal, salah satu kebutuhan pokok manusia adalah makanan. Dengan berkurangnya lahan
pertanian yang subur, otomatis sumber atau bahan dasar makanan harus di tanam di tempat yang
jauh, dan hal ini berdampak pada meningkatnya harga makanan tersebut.

Perencanaan tata ruang dan wilayah yang buruk menjadi salah satu penyebabnya, dalam
penerapan tata ruang dan wilayah yang baik, Indonesia masih memiliki beberapa masalah,
masalahnya adalah berikut ini.

Yuk kita bahas sedikit kenapa permasalahan-permasalahan tersebut bisa muncul.

1. Tidak adanya ketegasan hukum bagi seorang yang melanggar tata ruang.
Terkadang, papan
peringatan pun tidak mempan! (sumber: kompasiana.com)

Setiap orang yang melakukan penyimpangan perencanaan tata ruang tidak pernah atau jarang
mendapatkan sanksi. Akibatnya, penyimpangan penggunaan tata ruang dianggap biasa dan tidak
punya arti apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kesemrawutan pelaksanaan tata ruang wilayah.

2. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana pengembangan.

Bangun dulu,
perencanaan kemudian (sumber: rmol.co)

Perencanaan tata ruang yang disatukan dengan rencana pembangunan berakibat


kesimpangsiurankarena seharusnya perencanaan tata ruang dijadikan acuan dalam rencana
pembangunan.

3. Perencanaan tata ruang lebih banyak didominasi oleh keputusan politik.


Jangan ditiru ya,
ini biasanya termasuk dalam tindak korupsi (sumber: finance-magazine.de)

Tidak bisa dipungkiri bahwa stabilitas politik di Indonesia masih kurang baik. Banyak pengambil
kebijakan dan keputusan memutuskan atau mengeluarkan kebijakan yang tidak objektif. Terutama
dalam bidang tata ruang. Seharusnya perencanaan tata ruang mengacu pada objektivitas
karakteristik wilayah, bukan kebijakan politik. Jika ini terjadi, maka akan menghasilkan
pemanfaatan lahan yang tidak maksimal. Biasanya hal ini terjadi dengan kesepakatan serta
pemberian uang secara sembunyi-sembunyi.

4. Belum semua daerah di Indonesia mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
sesuai dengan RTRW Nasional.

Tanpa perencanaan yang baik, jadi bingung dalam melakukan penataan kota & perencanaan ruang
(sumber: giphy.com)

Menurut catatan kementerian pekerjaan umum, pada tahun 2015 baru 51% dari 34 provinsi di
Indonesia yang mempunyai Peraturan Daerah (perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Tanpa peraturan daerah yang jelas, pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam
mengatur peruntukkan suatu wilayah dan mengambil tindakan jika terjadi pelanggaran RTRW di
daerahnya.

Permasalahan di atas adalah sebagian kecil dari permasalahan yang dapat muncul karena penataan
ruang dan perencanaan wilayah yang kurang baik. Jika penataan ruang dan perencana wilayah
dilakukan dengan tidak baik, mungkin pada masa yang akan datang, dengan pertumbuhan penduduk
yang terus meningkat, lahan pertanian bisa saja habis untuk membangun perumahan kemudian
menghasilkan krisis pangan.

Anda mungkin juga menyukai